Anda di halaman 1dari 4

KONSEP MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

Nama : Drs. Muzakir


Nip : 196911102007011055
Pangkat/Gol : Pembina (IV/a)
Jabatan : Penyuluh Ahli Madya
Wilayah/Kelompok sasaran : Kec.Jeumpa / Balai Pengajian /Majlis Taklim
Topik bahasan : Tawakal
Tujuan : memberikan motivasi utk Bertawakal pada Allah
Pokok bahasan : Tawakal

TAWAKAL

Menurut bahasa tawakal berasal dari kata dasar wakkala yang artinya mewakilkan
atau menyerahkan. Yakni mewakilkan atau menyerahkan suatu urusan kepada orang lain
yang karena sesuatu hal dirinya tidak bisa melakukannya. Sedangkan menurut istilah
tawakal adalah berserah diri kepada Allah dalam menghadapi suatu pekerjaan atau
keadaan. Dalam penerapannya tawakal merupakan tumpuan terakhir dalam suatu usaha dan
perjuangan, artinya berserah diri kepada Allah (tawakal) itu sesudah melakukan ikhtiar
nyata semaksimal mungkin sesuai kemampuan.

Beberapa firman Allah SWT terkait dengan sifat Tawakal

1. QS Ali Imran ayat 159

              ....
              

“… kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

2. QS Ali Imran ayat 160`

               
    

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika
Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang
dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah
saja orang-orang mukmin bertawakkal”

3. QS Al Maidah ayat 23 :
           
          

“berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota)
itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah
hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".
4. QS AT Thalaq ayat 3 :

               
        

“… dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
5. QS At Taubah ayat 51 :
              


”Katakanlah: "sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang
beriman harus bertawakal."
Imam Al Ghazali membagi tawakal ke dalam beberapa tingkatan :

1. Bidayah (tingkat pemula), yakni tawakal pada tingkat hati yang selalu merasa
tentram terhadap apa yang sudah dijanjikan Allah SWT.
2. Mutawasithah (tingkat pertengahan), yakni tawakal pada tingkat hati yang selalu
merasa cukup menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. karena merasa yakin
bahwa Allah SWT telah mengetahui keadaan dirinya.
3. Nihayah (tingkat tinggi), yakni tawakal pada tingkat terjadi penyerahan diri
seseorang pada ridla atau merasa lapang menerima segala ketentuan Allah SWT.

Tawakal pada tingkat pertama disebut Tawakkalul Wakil (tawakalnya orang


mukmin biasa), yakni seseorang mempercayakan urusannya kepada sang wakil, yaitu Allah
SWT, karena merasa yakin bahwa Allah SWT merasa belas kasihan terhadap hamba-Nya.
Sedangkan Tawakal pada tingkat kedua dan ketiga disebut Tawakkalut Taslim (tawakalnya
para nabi dan wali, yakni seseorang sudah tidak lagi membutuhkan sesuatu selain hanya
kepada Allah SWT, karena merasa yakin bahwa Allah SWT telah mengetahui keadaan
dirinya.

Sedangkan dari segi obyeknya tawakal terbagi menjadi dua macam :

1. Tawakkal kepada Allah SWT.


Menyerahkan diri dan segala urusan hanya kepada Allah SWT. Tawakal seperti ini
hukumnya wajib, karena dengan tawakal hanya kepada Allah SWT iman menjadi
sempurna, sedangkan menyempurnakan iman merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

2. Tawakkal kepada selain Allah SWT.


a. Tawakkal kepada selain Allah SWT dalam hal-hal yang menjadi urusan
Allah, misalnya menyerahkan urusan rizki dan syafa’at (pertolongan)
kepada arwah para kyai dan guru yang sudah wafat atau kepada
patung/berhala. Tawakal seperti ini hukumnya haram, karena termasuk
kategori syirik akbar (syirik besar).
b. Tawakkal kepada selain Allah SWT dalam hal-hal yang termasuk urusan
manusia, misalnya menyerahkan urusan perekonomian, keamanan atau
kesehatan kepada orang lain yang dianggap kompeten (memiliki keahlian
dalam bidang itu). Tawakal seperti ini hukumnya mubah (boleh), dengan
catatan tetap bertawakal kepada Allah SWT, karena hanya Allah yang dapat
memberi petunjuk dan kemudahan kepada mereka dalam melaksanakan
tugas yang dipercayakan. Dengan demikian berhasil tidaknya urusan itu
tidak terlepas dari kehendak Allah SWT.

Contoh Perilaku Zuhud Dan Tawakal

1. Zuhud

Untuk menampilkan contoh perilaku zuhud, perhatikan narasi berikut ini !

Abu Bakar Shiddiq, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf adalah sahabat
Nabi Muhammad Saw. yang kaya raya. Harta benda yang dimiliki para sahabat mereka
peroleh dari bekerja dengan cara yang benar, halal dan tidak ada unsur penipuan. Harta
benda tersebut dinafkahkan di jalan Allah, yakni untuk ibadah, menyantuni kaum duafa dan
mendukung perjuangan dan dakwah Islam. Pengabdian mereka kepada Allah SWT, sama
sekali tidak terpengaruh oleh harta benda yang mereka miliki. Ketiga sahabat tersebut
adalah orang yang kaya raya, tetapi mereka tetap hidup dalam keadaan zuhud.

Kondisi demikian bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada sahabat
Tsa’labah. Ketika miskin dia selalu shalat berjamaah bersama Rasulullah dan menempati
shaf pertama. Tetapi ketika dia sudah menjadi orang yang kaya dia lupa berjamaah, bahkan
ketika ayat tentang zakat disampaikan kepadanya, dia enggan membayar zakat.
Pengabdiannya terhadap Allah SWT, terpengaruh oleh hartanya, bahkan tidak mau
membayar zakat yang diwajibkan kepadanya. Tsa’labah sungguh telah menjadi orang yang
hubbuddunya.

Berdasarkan narasi di atas, maka contoh perilaku zuhud adalah sebagai berikut :

a. Senantiasa mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT, meskipun sedikit.
b. Senantiasa merasa cukup, meskipun harta yang dimiliki hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan primer.
c. Senantiasa menggunakan harta yang dimiliki sebagai penunjang kesempurnaan
ibadah kepada Allah SWT.
d. Senantiasa berpenampilan sederhana, baik dari segi sandang, papan maupun
pangan.
e. Senantiasa mengutamakan cintanya kepada Allah SWT, daripada kecintaannya
terhadap dunia.
Bireuen 05 Oktober 2020
Mengetahui Penyuluh Agama,
KETUA POKJALUH

( Drs.Muzakir ) ( Teuku Faisal,S.Sos.I )


Nip196911102007011055 Nip.197909262011011002

Anda mungkin juga menyukai