Anda di halaman 1dari 9

ILMU TAUHID

I.Mabadi [Pondasi ilmu Tauhid ]

Sebelum lebih jauh mengenal masalah Tauhid terlebih


dahulu kita harus mengetahui mabadi su[subtansi atau akar
permasalahan dalam ilmu taohid],adapun Mabadi semua
ilmu terma k Tauhid ada 10 macam diantaranya :

1.Ta`rif/Definisi

Depinisi ilmu Tauhid

a. Menurut lughot

Artinya : Mengetahui bahwa sesuatu itu adalah satu.

b. Menurut SAR`I.

Artinya : Meng Esakan dzat yang di sembah dengan


beribadah kepadanya

Serta mengitikadkan tunggalNya disertai dengan


pengakuan dan penerimaan ke Esaan dzat,sifat dan
af`alNya.

2. Maudlu/Sasaran.

a. Dzat Alloh dan rosulNya

b. Mumkinul wujud

c. Akidah Sam`iyyah.

3 . Tsamroh/Buah atau hasil dari ilmu Tauhid

Yang dapat di ambil buah daripada mempelajari ilmu


Tauhid antara lain :
a. Ma`rifat

b.Mencapai makom yang terpuji

c. Mengetahuhi tempat kembali.

Alloh SWT berfirman dalam surat Annisa ayat 57 :

Artinya : Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan


amalan-amalan yang Shaleh, kelak akan kami
masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya
mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya;
mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang
suci, dan kami masukkan mereka ke tempat yang
teduh lagi nyaman.

Dan surat Albaqoroh ayat 39:

Artinya : Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan


ayat-ayat kami, mereka itu penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.

4. Fadlu / Keutamaan.
Ilmu Tauhid lebih utama kalau dibandingkan dengan ilmu
yang lainnya karena berkaitan langsung dengan Uluhiyah
sebgai modal dasar untuk mencapai keyakinan kepada
Alloh dan rasulnya.

5. Nisbat / Hubungan dengan ilmu yang lain.

Dalam ajaran agama islam ilmu tauhid mrupakan akar


dari semua fan ilmu, maka ilmu tauhid asal / pokok
sedangkan ilmu yang lainnya furu atau cabang dari semua
ilmu.

6. Waadli / Yang mempunyai gagasan.

Asal ilmu tauhid dari para nabi dan rosul berdasarkan


wahyu dari Alloh SWT. Ilmu ini diajarkan oleh nabi
Muhammad saw secara sistimatis,kemudian disusun dan
dibukukan pertama kali oleh Abdhul Hasan Al-As`ari dan
Abu ManurAl-Maturidi serta para pengikutnya, yang
dinamakan golongan Annajiyyah atau ahlus-Sunah.

7. Nama Ilmu Tauhid.

Ada beberapa nama dalam ilmu tauhid diantaranya :

1. Ilmu Tauhid 5. Ilmu Usuluddin.

2. Ilmu Kalam. 6. Ilmu Aqoidul Iman.

3. Ilmu Haqiqoh. 7. Ilmu Uluhiyyah.

4. Ilmu Aqoid. 8. Ilmu Marifat.

8. Istimdad / Sumber pengambilan.

Dasar pengambilan ilmu tauhid yaitu dari dalil Naqli [al-


Qur`an dan Hadist]

Dan dalil Aqli [Akal Ghorizi].

9. Hukum Syara.
Mempelajari Ilmu Tauhid dan bertauhid wajib ain
hukumnya bagi orang Islam yang mukalaf ( Baligh dan
berakal). Bahkan orang kafir pun yang sehat akal akan di
minta pertanggung jawaban oleh Alloh SWT tentang
kewajibannya mempelajari ilmu tauhid secara individu.
Sebagaimana firman Alloh SWT Surat Al-Baqoroh ayat 21 :

Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah


menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,
agar kamu bertakwa.

10. Masa`il / Permasalahan yang dibahas.

Masalah yang dibahas dalam ilmu Tauhid adalah tentang


Qodiyyah [Hukum] yang berkaitan dengan ketuhanan,
sifat-sifat Alloh dan rosulNya,tentang keyakinan / akidah
dan keimanan.

II. Praktek Tuhid.

Masalah Tauhid dalam praktek atau pelaksanaannya tidak


bisa dilihat dengan kasat mata. Hal ini terfokus pada
keyakinan dan keimanan yang di kerjakan oleh hati. Amal-
amalan dhohir badan hanyalah sebagai gambaran dan
tanda bukti dari keyakinan hati. Terkadang amalan dhohir
tidak mencerminkan gambaran hati yang sebenarnya.
Bahkan Nabi Muhamad saw mewaspadai hal tersebut
dengan sabdanya :

( )
Artinya : Barang siapa yang memperlihatkan takut kepada
Alloh melebihi

Takut hati yang sebenarnya, maka orang tersebut


termasuk munapik

Dalam hadist yang lain Nabi Muhamad saw bersabda :



()
Artinya : Hamba yang paling dibenci oleh Alloh SAW adalah
orang yang pakaiannya lebih bagus daripada
amalnya, pakaiannya kenabian sementara amalnya
adalah amal orang yang lacut [bajingan].

Akan tetapi itu semua berbicara person, sasaran dari ilmu


tauhid pada intinya adalah membentuk kepribadian yang
sempurna [insan kamil],ber jiwa besar, bertaqwa dan hati
yang mengenal Alloh SWT [marifatulloh]. Dalam kitab
Nashoihuddiniyyah Syeh Imam Barkatul AnamAbdlloh
Baaalawi menuliskan sebuah syair sebagai berikut :

*
Artiya : Barang siapa yang marifat kepada Alloh akan tetapi
tidak menjadi kebesarannya maka orang tersebut
akan celaka.

Berbekal hati yang penuh keyakinan dan ketauhidan


kepada Alloh SWT sikap dan prilaku dhohirpun akan
mengiringinya, nabi Muhamad saw bersabda bahwasannya
Apabila hatinya baik maka seluruh jasadnya akan
baik pulaOleh karna itu ketauhidan seseorang bisa dilihat
dari praktek ubudiyyah sehari-hari atau melaksanakan haq
taqwa yang sebenar-benarnya [Haqqo Tuqootih] yaitu tiga
hal yang dilaksanakan diantaranya :

1. Taat dan patuh terhadap aturan Alloh SWT tidak


berbuat masiyyat kepadaNya.

2. Mengsyukuri nimatNya dan tidak kufur kepada


nimatNya.

3. Selalu berdzikir kepadaNya dan tidak pernah


melupakanNya.

Akan tetapi dalam hal ini nabi Muhamad saw saking


tawadhunya merasa belum mampuh melaksanakannya
sampai beliau terus berdoa.



(3 )

Artinya : Aku berlindung kepada ridhoMu dari murkaMu,


pada ampunanMu dari sikksaMu dan brlindung
kepadaMu karena tak mampuh untuk memujiMu
seperti halnya Engkau telah memuji diriMu.

Dengan doa ini rosul menyadari kekurangan dan mengakui


keagungan Alloh SWT sehingga hanya tiga hal yang beliau
dambakan.

- Menjadi hamba yang thaat supaya mendapat


keridhoanNya.
- Menjadi hamba yang syukur supaya jauh dari
murkaNya.
- Menjadi hamba yang selalu ber dzikir supaya mendapat
perlindungaNya.

II.1 Taat dan Patuh

Ketaatan dan kepatuhan seorang hamba harus memenuhi


tiga unsur pondasi dalam ibadah diantaranya :

1. Meyakini rukun Iman yang enam.

- Iman kepada Alloh - Iman kepada


Malaikat Alloh

- Iman kepada rosul-rosulNya - Kodho dan Kodar

- Kitab-kitabNya - Hari kiamat.

2. Menjalankan rukun Islam yang lima.

- Syahadah

- Shalat yang lima waktu

- Zakat

- Puasa di bulan Ramadan

- Menunaikan ibadah haji ke Baetulloh.

3. Mengamalkan rukun Ihsan yang Satu yaitu :



Artinya : Harus beribadah kepada Alloh SWT seakan-akan
kamu melihatNya,meskipun tidak melihatNya
maka Alloh SWT pasti melihatmu.
Pondasi tersebut bisa di tamsilkan bahwa Islam ibarat
bangunan rumah yang megah, Iman isi dari rumah tersebut
dan Ihsan kunci untuk masuk kedalamnya.

Dalam prakteknya Islam lebih berpokus pada syareat


dhohir badan yang harus kita amalkan, maka ada istilah ilmu
syareat seperti rubul ibadat, muamalat, munakahat dan
jinayat. Iman berfokus pada urusan bathin yaitu berbicara
akidah dan keyakinan, maka akan kita temukan masalah
tentang thorekat,hakekat dan marifat. Sedangkan Ihsan
berbicara akhlak dan prilaku diantaranya tentang
hikmah,kebijakan,ihklas,khusu dan lain-lain.

Pada kenyataannya ketiga istilah tadi harus seiring dan


sejalan tidak bisa di pisahkan untuk meraih derajat ingsan
kamil [manusia yang sempurna]. Apa artimya sebuah rumah
megah kalau isinya kosong dan apa manfaat rumah mewah
yang isinya penuh akan tetapi kuncinya tidak ada.

II.2 Syujur nikmat

Menggunakan selurih nikmat yang Alloh SWT berikan


sesuai dengan kehendakNya, itulah syukur nikmat yang
dalam pelaksanaannya semua nikmatNya dipergunakan
hanya untuk beribadah. Sebaliknya apabila nikmat Alloh
SWT ditutup-tutupi tidak menyadari dari Alloh SWT sehingga
tidak ada pengembalian sedikitpun kepadaNya maka itulah
yang disebut kufur nikmat. Alloh SWT berfirman dalam Al
Quran surat Ibrohim ayat 7

Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu


memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Dalam suatu saat nabi Muhamad saw ditanya oleh


istrinya, yarosulalloh kenapa enkau terus bersujud
sementara Alloh SAW telah menjangjikan surga bagimu, dan
kenapa engkau terus beristighfar sementara Alloh SAW telah
menjagamu dari dosa, beliau menjawab Aku ingin termasuk
orang yang selalu bersyukurOleh karena itu semua ibadah
yang kita amalkan merupakan perwujudan syukur kita
sebagai seorang hamba.

II.3 Dzikir

Anda mungkin juga menyukai