Nim: 21801014
21801009
1. Pengertian Ibadah
Kata Ibadah menurut bahasa dipakai dalam beberapa arti antara lain, tunduk
hanya kepada Allah karena pilihan sendiri, taat, berserah diri, dan mengikuti
segala perintah Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Bertuhan kepada-Nya dalam arti
mengagungkan, memuliakan, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
Sedangkan dalam ‘uruf Islam digunakan dalam dua arti, yaitu umum dan khusus.
Kata ibadah dalam arti luas, meliputi segala amal saleh yang dikerjakan
manusia, karena mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Buruh di pabrik,
pedagang di perusahaan, petani di sawah ladang, peneliti di laboratorium
dikatakan beribadah selama motivasi pekerjaannya itu semata mata kepada
Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Sedangkan kata ibadah dalam arti sempit, terbatas
pada amal perbuatan shalat, zakat, puasa, dan haji.
Ibadah baik dalam arti luas maupun sempit, merupalan marufestasi murni
dari aqidah, yaitu suatu sistem praktis untuk menguatkan hubungan manusia
dengan Tuhannya, hubungan antarindividu atau hubungan pribadi: dengan
masyarakat dari seorang insan yang berdaya dan berhasil guna. Karena itu
ibadah mempunyai peranan besar dalam membina peradaban manusia.
Manusia beribadah kepada Allah dengan mengakui bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan mengakui pula bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya,
mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji
ke Baitullah . Dalam arti, melaksanakan segala amal perbuatan yang terkandung
dalam rukun Islam, dan melaksanakan setiap perbuatan yang dapat memperoleh
keridhaan Allah dalam segala tingkah laku manusia.
Ibadah sebagaimana yang telah diuraikan Al-Quran ialah amal praktik yang
berulang-ulang dilakukan untuk membiasakan orang mukmin hidup dengan
akhlak yang mulia. Dan senantiasa ia berpegang teguh dengan akhlak itu,
walaupun situasi dan kondisi yang dihadapinya berubah. Karena akhlak itu
adalah buah iktikad yang murni senjata iman kepada Allah. dan makanan yang
menumbuhkan iman.
2. Macam-macam Ibadah
Orang yang mengerjakan ibadah tepat pada waktunya itulah hamba yang
taat kepada Tuhannya. Karena ia mengutamakan kecintaan kepada Allah
daripada cinta kepada dirinya, sekalipun apa yang dicintai untuk dirinya itu
merupakan syariat dan bagian dari ibadah. Demikianlah pemahaman para ulama
salaf kita terhadap arti ibadah yang lebih utama. Oleh karena itulah, bila mereka
berada di medan perang, ia sebagai pahlawan. Bila waktu berdzikir, benar-benar
seorang saleh. Di saat belajar, ia benar-benar penuntut iimu. Di waktu shalat ia
benar-benar abid. Begitulah kebiasaan dan tata krama selain dari ikatan mencari
yang lebih diridhai dan dicintai Allah Subhanahu wa Ta‘ala.
3. Ibadah Hati
Ibadah hati ialah seluruh amal perbuatan batin yang tidak tampak dilihat
dengan mata. Amal perbuatan hati bukan pekerjaan anggota badan. Hatilah yang
langsung mengerakan, merasakan, dan meresapkannya. Pengaruhnya dapat
dilihat pada perbuatan Iahir, tindakan dan tingkah lakunya sehari-hari. Ibadah
hati ini adalah tawakal dan penuh kepercayaan kepada Allah, takut kepada-Nya,
meminta tolong hanya kepada-Nya, dan mencintai-Nya.
ْ ّٰللا فَ ُه َو َح
سبُه ِ علَى ه
َ َو َم ْن يت َ َوك ْل
Takut kepada Allah termasuk ibadah hati dan merupakan bukti iman Allah
Berfirman:
"Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
orang-orang beriman.(Q.S.Ali-Imran Ayat 175).
Selain dari itu, ada juga permintaan pertolongan terhadap Sesuatu yang
menjadi sebab berhasil yang lain sesuai dengan sunnatullah (sebab-akibat).
Misalnya meminta bantuan kepada teman Anda untuk mengangkat bersama
barang yang berat, atau meminta tolong kepada yang berwenang (pembela
hukum) untuk mengembalikan hak milik Anda yang dirampas orang, dan
sebagainya.
7. Mencintai Allah
Salah satu buah iman kepada Allah adalah cinta hamba kepada Tuhannya,
menguasai seluruh jiwanya. Cinta yang menuntut ketaatan dan kepatuhan yang
purna untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mengutamakan apa yang
dicintai Allah daripada apa yang disenang mereka.
َ ُّٰللا
غفُ ْو ٌر رحِ ْي ٌم ّٰللا فَات ِبعُ ْون ِْي يُ ْح ِب ْبكُ ُم ه
ّٰللاُ َويَ ْغف ِْر لَكُ ْم ذُنُ ْوبَكُ ْم َو ه َ قُ ْل ا ِْن كُ ْنت ُ ْم تُحِ بُّ ْونَ ه
Semua ibadah hati yang telah kami sebutkan: tawakkal, percaya, takut,
memohon pertolongan, mencintai Tuhan, bila telah mapan dalam hati, ia akan
menjadi perangai manusia. Pengaruhnya akan termanifestasi dalam tingkah laku
dan perbuatannya.
Ibadah dalam segala bentuk, baik lahir maupun batin adalah hak Allah
Subhanahu wa Ta‘ala. Orang Islam tidak di benarkan beribadah kepada selain
Allah, atau mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain walau sebesar
zarah sekalipun. Bila seorang Islam mengerjakan ibadah semata-mata karena
Allah ia akan ditempatkan dalam surga dan terpeliharalah dia dari azab-Nya.
س ْلنَا ِم ْن قَ ْب ِلكَ ِم ْن رسُ ْو ٍل اَِّل نُ ْوحِ ْْٓي اِلَ ْي ِه اَنه َ َّْٓل ا ِٰلهَ اَِّلْٓ اَنَ ۠ا فَا ْعبُد ُْو ِن
َ َو َما ْٓ ا َ ْر
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad),
melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku."(Q.S Al-Anbiya’, ayat 25).
Ibadah murni ialah ibadah yang didorong hanya oleh Keinginan mencari
keridhaan Allah. Apabila dorongan itu dipengaruhi oleh dorongan lain, seperti
rasa ingin dipuji orang atau mencari kemegahan, harta, kedudukan, serta
keuntungan dunia lainnya, tidak murnilah ibadahnya kepada Allah. Yang
dimaksud dengan ikhlas dalam ibadah ialah memurnikannya dari segala
dorongan dan keinginan selain ridha Allah.
Perlu ditegaskan, bahwa ibadah adalah syiar agama yang paling penting,
yang harus mendapat perhatian sepenuhnya. Melaksanakan ibadah dengan
sebaik mungkin dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu kita harus
mengerjakannya dengan metode dramatisasi. Yaitu melaksanakannya
bersama-sama dengan murid dalam bentuk sesempurna mungkin. Kegemaran
mengerjakan ibadah merupakan latihan akhlak yang dikenal dengan
pembentukan kebiasaan, ketabahan, kedisipiinan dan ketaatan yang murni.