Disusun oleh :
Suci Ramadani
21801043
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Surah fussilat ayat 33-35 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya dan kepada kita selaku umatnya. Kami ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik yang maha kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Aamiin
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Surat Fushilat ayat 33-35....................................................................................................................6
B. Tafsiran Ayat......................................................................................................................................7
C. Kandungan Ayat...............................................................................................................................12
D. Hubungan Surat Fushilat Ayat 33-35 dengan Dakwah.....................................................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan yang sempurna’ merupakan suatu nama
pilihan Allah Swt. Yang sungguh tepat, karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia
mengenal baca-tulis lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al-Qur’an al-Karim,
bacaan yang sempurna bagi mulia itu.1 Tujuan pokok diturunkannya al-Qur’an adalah berisi
pedoman dan sebagai petunjuk bagi umat manusia.Hal ini tentu sangat penting artinya, karena
sasaran utama diturunkannya kitab suci tersebut adalah agar tercapainya kebahagiaan didunia
dan akhirat.Untuk menempatkan al- Qur’an sesuai fungsinya, diperlukan sebuah upaya yang
dikenal istilah tafsir. Tafsir merupakan penjelas dari al-Qur’an karya para ulama-ulama Islam,
dimana tafsir berupaya untuk menyingkap makna al-Qur’an, Al- Azhahaby menjelaskan bahwa
tafsir adalah: “Ilmu pengetahuan yang membahas maksud-maksud Allah yang terdapat dalam al-
Qur’an sesuai dengan kemampuan manusia yang didukung dengan berbagai disiplin ilmu untuk
membantu memahami maksud-maksud Allah tersebut.
Al-Qur’an yang mulia merupakan alat peneguh yang paling utama, dia merupakan tali
Allah yang kuat, cahaya yang menerangi, siapa yang berpegang teguh dengannya Allah akan
melindunginya, siapa yang mengikutinya Allah akan menyelamatkannya dan siapa yang
menyeru kepadanya akan ditunjukkan kepadanya jalan yang lurus.3 Dalam saat-saat perjuangan
semakin menghebat, dan tantangantantangan yang dihadapi pada saat ini, dunia semakin kalang
kabut, perjuangan semakin berat baik di dalam menghadapi tantangan mengenai agama maupun
mengenai hidup yang semakin dipersulit, semakin perlu melipat gandakan kewaspadaan dan
keteguhan hati memegang pendirian.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
س ِّل
ِّإ من ا ِ حا و ِّمل ى أ ال حسن قَ ْوال ن َد و من ا
ِّم ْىن
ْل م ن ا ّ وع عآ ِّ’]مم
ّ ل
ّنى ل ص
عظ ُ َّ َ َ ْ
’ َ ر وا ما ىُلق هآ إ ال ذ اَ] لَّ ِّذ ىن ]و ما ُى]لَقَّهآ
Artinya : ْى ٍّم و ب و
ظ
ص
ح
33) Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah
dan mengerjakan kebajikan dan berkata “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang
berserah diri).
34) Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman
yang setia.
35) Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugrahkan kecuali kepada orang-orang yang
mempunyai keberuntungan yang besar.
Surat Fushilat terdiri dari 54 ayat termasuk golongan surat Makkiyah, diturunkan sesudah
surat Al Mu’min. Dinamai Fushshilat (Yang dijelaskan) karena ada hubungannya dengan
perkataan “Fushshilat” yang terdapat pada permulaan surat ini, yang berarti “yang dijelaskan”.
Maksudnya ayat-ayat ini diperinci dengan jelas tentang hukum-hukum, keimanan, janji dan
ancaman, budi pekerti, kisah dan sebagainya. Dinamai juga dengan”Haa Miim As Sajdjah”
karena surat ini di mulai dengan “Haa Miin” dan dalam surat ini terdapat ayat sajdah.
B. Tafsiran Ayat
C. Kandungan Ayat
1. Ada tiga sifat orang yang menjadikan seseorang menjadi orang baik:
1. Menyeru orang lain untuk mentaati Allah
2. Beramal amalan saleh, dan
3. Mengucapkan bahwa ia seorang muslim yang tunduk kepada Tuhan. Menyeru orang lain
untuk taat kepada Allah masuk pekerjaan amal makruf nahi munkar. Setiap muslim harus
melakukannya menurut kadar kekuatannya.
2. Perbuatan buruk orang lain, hendaklah diladeni dengan cara yang baik dan bijaksana. Kejahatan
orang lain yang diladeni dengan cara bijaksana , sering menjadikan orang itu sadar, kembali ke
jalan yang benar dan akhirnya menjadi sahabat akrab. Jangan lekas emosi dan bertindak
sembrono. Sifat demikian ialah suatu sifat yang terpuji dan tanda jiwa besar.
Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan
mengerjakan kebajikan dan berkata “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang
berserah diri) Fushilat (41):33
Ayat ini memiliki hubungan yang erat dengan dakwah, di dalam ayat di jelaskan “Siapa yang
lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah” ada beberapa peringkat
yang termasuk dalam kategori ini, dan Da’i juga termasuk dalam kategori ini, karena Da’i juga
dituntut untuk memperbaiki diri lebih dahulu, dengan memperkuat iman di dada, menaati segala
perintah Allah dan menjauhi larangannya. Setelah diri diperbaiki, serulah orang lain mengikuti
agama Allah, orang yang bersih jiwa, kuat iman dan mengerjakan amal yang saleh, ajakannya
lebih diperhatikan karena ia menyeru orang lain dengan keyakinan yang kuat dan dengan suara
mantap, tidak ragu-ragu.
Dakwah ditujukan kepada seluruh manusia dalam keadaan umurnya yang berbeda-beda, serta
tingkat kedudukannya di masyarakat, di samping kecerdasan dan alam lingkungannya, kemauan
serta jalan pikirannya, kesemuanya berlainan. Hal ini menyebabkan para da’i harus menjadi
orang-orang yang bijaksana , mahir dalam menyampaikan ceramah, pendapat dan pengertiannya
kepada mad’unya. Berikut beberapa syarat, agar da’i tidak tergelincir dalam berbicara[24]:
1. Memilih kata-kata yang baik saja
Ucapan-ucapan yang baik dapat menyuburkan kasih sayang sesama manusia, mengeratkan
persahabatan dan mencegah tipu daya syaitan yang berusaha merapuhkan tali perhubungan dan
menimbulkan persengketaan. Oleh karena itu, dalam pergaulan sehari-hari hendaknya kita
membiasakan ucapan-ucapan yang baik, terlebih bagi seorang da’i, karena ucapan yang baik
akan menghasilkan kebajikan.
2. Meletakkan pembicaraan tepat pada tempatnya dan sengaja mencari kesempatan yang benar
Pembicaraan yang tidak mengandung manfaat adalah pembicaraan yang terbengkalai dan
tertinggal (tak digubris). Jika pembicaraan yang seharusnya diakhirkan, adalah suatu kelambatan
dan kelemahan. Sebab tiap tempat ada pembicaraannya masing-masing dan setiap zaman juga
mempunyai amalannya masing-masing.
3. Berbicara dengan pembicaraan sekedar keperluan
Lisan seseorang yang pembicaraannya kaku, kurang gairah, dan tidak terarah menunjukkan
bahwa hatinyapun seperti itu. lisan dapat menunjukkan bahwa hatinya pun seperti itu. lisan dapat
menunjukkan suasana hati, sebaliknya lisan yang fasih, tegar dan penih percaya diri merupakan
gambaran kondisi hati seseorang yang tenang dan bersemangat.
Dalam surat Fushilat ayat 34, Allah menerangkan cara membalas kejahatan orang-orang kafir
itu dengan kebaikan dengan memerintahkan kepada Rasulullah agar membalas kebodohan dan
kejahatan orang-orang kafir dengan cara yang paling baik, membalas perbuatan buruk mereka
dengan perbuatan baik, memaafkan kesalahan mereka, dan menghadapi kemarahan mereka
dengan kesabaran. Sifat ini, juga dimiliki seorang da’i. Pada dasarnya, Dakwah yang dilakukan
seorang pendakwah tidaklah semulus orang kira, banyak rintangan dan tantangan yang harus
mereka lewati, dan hal ini membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Selain itu, ada banyak
mad’u yang menolak dakwah para da’i, namun ini semua bukan halangan bagi mereka dalam
menegakkan Agama Allah. Berikut, pentingnya sifat sabar dalam berdakwah[25]:
1. Sabar merupakan salah satu rukun akhlak terpuji yang diperlukan oleh setiap muslim umumnya
dan para da’i khususnya
2. Sabar dalam berdakwah merupakan unsur yang sangat penting. Oleh sebab itu, Allah telah
menyebutkan kata sabar dalam Al-Qur’an sebanyak Sembilan puluh kali, sebagaimana yang
telah dikatakan Imam Ahmad
3. Sabar dalam berdakwah adalah nilai-nilai taqarrub kepada Allah yang paling besar, dan
termasuk anugerah Allah yang paling mulia kepada manusia
4. Sabar dalam dakwah merupakan sikap para Nabi dan rasul a.s secara keseluruhan. Berdakwah
pada kesabaranlah, dakwah mereka Berjaya
5. Sabar dapat menjadikan dai bisa mengatasi musuh-musuhnya. Dengan sabar, ia dapat
mengalahkan orang kafir, orang munafik, orang yang membangkang, dan orang islam yang
berbuat zalim,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari ayat ini dipahami bahwa sesuatu yang paling utama dikerjakan oleh seorang muslim
ialah memperbaiki diri lebih dahulu, dengan memperkuat iman di dada, menaati segala perintah
Allah, dan menghentikan segala larangan-Nya. Setelah diri diperbaiki, serulah orang lain
mengikuti agama Allah. Orang yang bersih jiwanya, kuat imannya, dan selalu mengerjakan amal
yang saleh, ajakannya lebih diperhatikan orang, karena ia menyeru orang lain dengan keyakinan
yang kuat dan dengan suara yang mantap, tidak ragu-ragu.
Ayat ini menjelaskan bahwa kebaikan yang diridhai Allah dan diberi pahala itu tidak
sama dengan keburukan yang dibenci-Nya dan orang yang melakukannya pasti diazab. Di dalam
tafsir Al-Qur’an dan tafsirnya ayat ini dapat ditafsirkan dengan pernyataan bahwa tidak sama
dakwah orang yang menyeru kepada Allah dan mengikuti islam, dengan perbuatan mencela
orang-orang yang melaksanakan dakwah itu.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama RI. Bukhara (Al-Qur’an Tajwid & Terjemah). Bandung: Sygma.
2007, hlm:480
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an Dan Terjemahan (Djuz 21-Djuz 30). Jakarta:
Jamunu. 1969, hlm: 772
Ahmad Mustofa Al-Maragi. Tafsir Al-Maragi. Semarang: Cv. Toha Putra. 1992. Hlm: 240-241
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Juz 22-24 Jilid 8). Jakarta: Widya Cahaya,
2011. hlm: 619
Eomar, Bakry. Tafsir Rahmat.
M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah(Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol.
12). Jakarta: Lentera Hati, 2002. Hlm, 412