Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah, Sang Pencipta Alam semesta yang telah memberikan
nikmatNya kepada kita. Dengan rida dan izin-Nya makalah ini bisa selesai ditulis.
Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabiyullah Muhammad
saw, kepada keluarganya, dan para sahabat beliau. Semoga juga kelak kita
mendapatkan syafaat beliau di akhirat nanti.
Dalam makalah ini sedikit banyak membahas beberapa akhlak, baik
akhlakul mahmudah (akhlak terpuji) ataupun akhlakul mazmumah (akhlak
tercela). Dan penulis mengambil beberapa contoh akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Untuk akhlak terpuji penulis memberikan contoh seperti : Husnuzan,
Tawadhu, Tasamuh, Ta’awun, Bersyukur. Sedangkan untuk akhlak tercela penulis
memberikan contoh seperti Riya’, Hasad, Ghadob( pemarah), Takabur, Namimah.
Dari contoh – contoh yang penulis sajikan dapat petik pelajaran yang dapat
memperbaiki kualitas akhlak baik pada penulis itu sendiri dan lebih luasnya
kepada para pembaca makalah ini. Dan penulis mengajak mari kita meneladani
akhlakul karimah rasulullah yang memang diciptakan untuk memperbaiki akhlak
umatnya.
Dengan demikian kami harapakan makalah ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya. Untuk
kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan saran yang dapat membangun
untuk lebih sempurna makalah ini.

Page |i
DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................1
C. Tujuan penulisan..................................................................1
BAB II Pembahasan...............................................................................2
A. Pengertian akhlak mahmudah...............................................2
B. Contoh-contoh akhlak mahmudah
........................................2
C. Pengertian akhlak mazmumah...............................................7
D. Contoh-contoh akhlak mazmumah........................................7
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.............................................................................12
B. Saran........................................................................................12

A K H L A K T A S A W U F | ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an
dalam penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah
akhlak dalam Islam mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan
bahasa, akhlak berarti sifat atau tabiat. Berdasarkan istilah, akhlak berarti
kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang melahirkan perbuatan baik dan
buruk.

Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam jiwa


seseorang, darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran
terlebih dahulu. Akhlak meliputi jangkauan yang sangat luas dalam segala
aspek kehidupan. Akhlak meliputi hubungan hamba dengan Tuhannya
(vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama
manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap semua
makhluk (alam semesta).
Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada
diri Nabi Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada
dirinya adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh
teladan) terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah?
2. Apa saja contoh-contoh akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah?
3. Apa saja keutamaan dari akhlak mahmudah?
4. Apa saja akibat dari akhlak mazmumah?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian dari akhlak mahmudah
2. Dapat mengetahui pengertian dari akhlak mazmumah
3. Dapat mengetahui contoh-contoh akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah
4. Dapat mengetahui keutamaan dari akhlak mahmudah
5. Dapat mengetahui akibat dari sifat mazmumah

Page |1
BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAK MAHMUDAH (TERPUJI) DAN AKHLAK MAZMUMAH (TERCELA)

A. Pengertian Akhlak Mahmudah


Akhlak mahmudah ialah segala perbuatan yang dibenarkan agama (Allah
dan Rasul-Nya), segala tingkah laku yang terpuji, bisa disebut sebagai Akhlak
Fadhilah akhlak yang utama.

B. Contoh-contoh akhlak mahmudah


Berikut contoh-contoh dari akhlak mahmudah, diantaranya:
1. Husnuzan
Husnuzan berasal dari lafal husnu (baik) dan Adz-Dzannu (prasangka).
Husnuzan berarti Berprasangka baik , perkiraan, dugaan baik, Lawan
Kata Husnuzan adalah su’uzan yakni berprasangka buruk terhadap
seseorang. Husnuzan menurut istilah sikap mental dan cara pandang
yang menyebabkan seseorang melihat sesuatu secara positif atau
melihat dari sisi positif.
Orang yang husnuzan ialah orang yang selalu berfikir positif dan tidak
pernah berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan orang lain.
Sedangkan orang yang suuzan ialah orang yang selalu berfikiran negatif
dan selalu berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan orang lain.
Adapun Macam-macan husnuzan yaitu:
a. Husnuzan kepada Allah SWT.
Husnuzan kepada Allah SWT berarti menerima semua yang menjadi
takdir dan ketetapan Allah SWT. Allah SWT berfirman pada QS.
Yunus: 44
َ‫ظلِ ُمون‬ َ َّ‫اس َش ْيئًا َو ٰلَ ِك َّن الن‬
ْ َ‫اس أَ ْنفُ َسهُ ْم ي‬ ْ َ‫إِ َّن هَّللا َ اَل ي‬
َ َّ‫ظلِ ُم الن‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat aniaya kepada manusia


sedikit pun, akan tetapi manusia itu sendiri berbuat aniaya kepada diri
mereka sendiri”. (QS. Yunus: 44)

Husnuzan kepada Allah SWT Merupakan husnuzan terpenting yang


harus tertanam dalam hati. Oleh karena itu kita harus mengedepankan
husnuzan kepada Allah SWT.

AKHLAK TASAWUF |2
Husnuzan Kepada Allah SWT dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Husnuzan terhadap ketaatan kepada Allah SWT


2) Husnuzan terhadap nikmat Allah SWT
3) Husnuzan menghadapi cobaan dari Allah SWT
4) Husnuzan terhadap ciptaan Allah SWT.

b. Husnuzan kepada diri sendiri


Husnuzan kepada diri sendiri berarti berprasangka baik kepada diri
sendiri, dan meyakini akan kemampuan diri sendiri. Kita menyesali
terhadap keadaan diri sendiri. Sikap husnuzan terhadap diri sendiri
antara lain gigih, berinisiatif, rela berkorban.
c. Husnuzan kepada sesama manusia
Husnuzan kepada sesama manusia berarti sikap yang selalu berfikir dan
berprasangka baik kepada sesama manusia. Husnuzan kepada sesama
manusia merupakan tindakan terpuji, karena akan memberikan fikiran
positif terhadap orang lain. Dengan adanya fikiran positif terhadap
orang lain maka kita akan memandang orang lain dengan ramah. Sikap
curiga terhadap orang lain akan hilang dengan sendirinya.
2. Tawadhu
Tawadhu ialah rendah diri tidak sombong. Tawadhu secara luas
berarti sikap merendahkan kepada yang berhak yaitu Allah yang maha suci
lagi maha tinggi, juga kepada orang-orang yang Allah SWT perintahkan
kita untuk bersikap tawadhu pada mereka seperti kepada para nabi dan
imam, Qiyadah, hakim, ulama dan orang tua. Menurut Ibnu Taimiyah
dalam kitabnya Madarijus salikin tawadhu ialah menunaikan segala yang
haq dengan bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah
sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan
hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa
menganggap dirinya tinggi.
Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi
sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena
tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh
setiap umat islam. Allah SWT berfirman pada QS. Al-Furqan: 63

‫ض هَوْ نًا َوإِ َذا خَاطَبَهُ ُم ْال َجا ِهلُونَ قَالُوا َساَل ًما‬
ِ ْ‫َو ِعبَا ُد الرَّحْ ٰ َم ِن الَّ ِذينَ يَ ْم ُشونَ َعلَى اأْل َر‬
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-
orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-

AKHLAK TASAWUF |3
orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan”. (QS. Al Furqaan: 63)

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada


hamba-hambanya untuk bertawadhu.

Adapun keutamaan sifat tawadhu antara lain:

a) Sifat tawadhu akan memberikan kemulian didunia dan diakhirat


b) Tawadhu merupakan tauladan dari akhlak mulia yang dimiliki para
nabi
c) Tawadhu membuat kita lebih adil, disayangi, dan dicintai oleh
manusia
d) Tawadhu merupakan tauladan langsung dari nabi Muhammad SAW
3. Tasamuh
Tasamuh ialah sikap tenggang rasa, saling menghargai, dan saling
menghormati sesama manusia. Tasamuh dalam ajaran agama islam sering
juga disebut sebagai toleransi, toleransi disini bukan mencakup aqidah dan
keimanan tetapi toleransi disini mencakup sosial kemasyarakatan. Untuk
menghindari kesalahpahaman yang lebih besar, sifat tasamuh sangat
diperlukan. Apabila kita mempunyai sifat tenggang rasa maka kita tidak
akan mengedepankan emosi dalam menyelesaikan persoalan. Orang
dengan sifat tasamuh akan mempunyai hati yang lembut dan perhatian.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 8


‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِ ْس ِط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَ ٰى أَاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا‬
َ‫هُ َو أَ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-


orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Al-Maidah (5): 8)
Dari ayat Al-Quran tersebut bahwasanya sebagai orang-orang yang
beriman kita harus bisa menjadi orang-orang yang senantiasa melakukan
perbuatan baik dan tidak saling membenci satu sama lain.
Adapun beberapa fungsi dari sifat tasamuh antara lain:
a) Menciptakan rasa keharmonisan antar sesama manusia baik dalam
hidup bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara

AKHLAK TASAWUF |4
b) Menumbuhkan sikap saling menghormati dan tidak memaksa antar
sesama manusia
c) Menciptakan rasa rukun antar umat beragama satu sama lain
d) Menumbuhkan rasa cinta terhadap antar sesama manusia
e) Tetap menghargai pendapat orang lain, meski terdapat perbedaan
pendapat satu sama lain.
4. Ta’awun
Ta’awun berasal dari kata ta’awana, yata’aawauna, ta’awuna yang
berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu sesama
manusia. Dalam islam ta’awun berarti saling tolong menolong dalam
kebaikan sesama manusia dan terlebih lagi kepada saudara seiman.
Sebagai manusia kita tidak selalu mengalami masa senang ,suatu
saat kita akan merasakan masa-masa sulit dan membutuhkan pertolongan
orang lain. Oleh karena itu, Allah SWT menganjurkan kita untuk saling
tolong menolong. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 2

ِ ‫اونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع‬

Artinya:” Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”. (QS Al-Maidah: 2)

Dari ayat tersebut Allah SWT memerintah kita untuk saling tolong
menolong dalam kebaikan dan taqwa. Dan melarang kita untuk tidak
saling menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Karena tolong
menolong yang baik itu yang mengarahkan kita kepada kebaikan dan
ketaqwaan sesuai petunjuk agama. Sedangkan tolong menolong yang
mengarahkan kita kepada perbuatan dosa, termasuk perkara yang dilarang
agama. Tolong menolong boleh dilakukan dengan siapapun (termasuk
dengan non muslim) selama tidak menyangkut masalah akidah dan ibadah.

Adapun keutamaan dari sifat ta’awun yaitu:


a) Dengan tolong-menolong, pekerjaan akan dapat terselesaikan dengan
lebih sempurna. Sehingga jika ada kekurangan, maka yang lain dapat
menutupinya.
b) Dengan ta’awun dakwah akan lebih sempurna dan tersebar.
c) Ta’awun dan berpegang teguh kepada al-jama’ah adalah perkara
ushul (pokok) dalam ahlus sunnah wal jama’ah. Dengan tolong-
menolong, maka telah terealisasi salah satu pokok ajaran Islam
d) Dengan saling menolong dan kerja sama, maka akan memperlancar
pelaksanaan perintah Allah, membantu terlaksananya amar ma’ruf
dan nahi munkar. Saling merangkul dan bergandeng tangan akan

AKHLAK TASAWUF |5
menguatkan antara satu dengan yang lain, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alahi wasallam.
e) Ta’awun melahirkan cinta dan belas kasih antara orang yang saling
menolong dan menepis berbagai macam fitnah.
f) Ta’awun mempercepat tercapainya target pekerjaan, dengannya pula
waktu dapat dihemat. Sebab waktu amat berharga bagi kehidupan
seorang muslim.
g) Ta’awun akan memudahkan pekerjaan, memperbanyak orang yang
berbuat baik, menampakkan persatuan dan saling membantu. Jika
dibiasakan, maka itu akan menjadi modal kehidupan sebuah ummat.

5. Bersyukur
Syukur menurut bahasa yaitu terima kasih. Adapun menurut Al
Jauhari dalam karyanya Ash Shahhah Fil Lughah, “Syukur adalah pujian
bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut”.
Bersyukur menurut istilah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Al Qayyim
pada karyanya Madarijus Salikin yaitu:
“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan
melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri
bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan
kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan
ketaatan kepada Allah”
Allah berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 7
‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬

Artinya:Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".

Dari ayat tersebut Allah SWT menganjurkan kepada kita agar


selalu bersyukur atas nikmat yang Dia berikan. Karena jika kita renungi
bahwasanya bersyukur dapat membawa kita kepada ridhonya. Dengan
bersyukur hati diri kita akan bahagia.

Adapun keutamaan dari sikap bersyukur antara lain:


a) Allah akan menambahkan nikmat seorang hamba nya yang bersyukur
b) Jauh dari sifat ingkar terhadap nikmat Allah
c) Allah akan selalu mengingat kepada orang yang senantiasa bersyukur
d) Membuat hati kita menjadi lapang dada dan bahagia
e) Terhindar dari azab Allah yang begitu pedih yang disebabkan karena
tidak bersyukur

AKHLAK TASAWUF |6
f) Jika kita melihat Hukum Daya Tarik (law of attraction), bersyukur akan
meningkatkan kekuatan kita menarik apa yang kita inginkan. Kekuatan
hukum ini akan sebanding dengan keyakinan dan perasaan positif.
Sementara semakin banyak kita bersyukur, akan semakin banyak perasaan
positif pada diri kita.
C. Pengertian Akhlak Mazmumah
Akhlak mazmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Akhlak
mazmumah dapat merendahkan diri manusia. Akhlak mazmumah juga disebut
sebagai sifat tercela, sifat tercela erat kaitannya dengan keburukan dan
perbuatan buruk.

D. Contoh-contoh akhlak mazmumah


Berikut contoh-contoh akhlak mazmumah diantaranya:
1. Riya
Riya adalah Memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal
ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang
lain. Riya termasuk syirik kecil karena meniatkan ibadah selain kepada
Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 264

ِ ‫اس َواَل ي ُْ“ؤ ِمنُ بِاهَّلل‬ ُ “ِ‫“ال َمنِّ َواأْل َ َذ ٰى َكالَّ ِذي يُ ْنف‬
ِ َّ‫ق َمالَ“هُ ِرئَ“ا َء الن‬ ْ ِ‫ص“ َدقَاتِ ُك ْم ب‬
َ ‫يا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُ“وا اَل تُ ْب ِطلُ“وا‬
‫ص ْلدًا ۖ اَل يَ ْق ِدرُونَ َعلَ ٰى َش “ ْي ٍء ِم َّما‬
َ ُ‫صابَهُ َوابِ ٌل فَتَ َر َكه‬ َ َ ‫ص ْف َوا ٍن َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فَأ‬َ ‫َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۖ فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل‬
َ‫سبُوا ۗ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْال َكافِ ِرين‬
َ ‫َك‬

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang
di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Riya termasuk ke dalam syirik kecil oleh karena itu agama Islam
melarang perbuatan riya, maka riya hukumnya haram.
Adapun ciri-ciri dari sifat riya yaitu:
a) Serius dan giat bekerja ketika mendapat pujian, dan sebaliknya
akan malas jika tidak ada yang memerhatikan atau tidak ada yang
memberi penghargaan
b) Saat bekerja kelompok akan sangat bersemangat dan profesional,
namun menjadi malas saat mengerjakan sesuatu sendirian

AKHLAK TASAWUF |7
c) Ketika dihadapan orang banyak akan selalu mawas diri daripada
perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. Sebaliknya, saat
orang lain tidak melihat maka akan melakukan perbuatan-
perbuatan tercela.

Adapun Bahaya dari sifat riya antara lain:


a) Riya merupakan dosa besar yang akan mendatangkan murka Allah
SWT
b) Menghapus amalan yang dikerjakan
c) Menjadikan amal ibadah yang baik menjadi batal, berubah buruk
dan berbuah dosa.
d) Pada hari kiamat akan dipermalukan dihadapan seluruh makhluk
e) Akan mendapatkan siksa diakhirat
2. Hasud
Hasud ialah rasa tidak suka terhadap nikmat yang Allah berikan
kepada orang lain. Hasud merupakan rasa atau sikap terhadap orang lain
atas kerahmatan (kenikmatan) yang telah diberikannya dan untuk
menghilangkannya atau mencelakakan orang tersebut. Hasud merupakan
salah satu penyakit hati yang susah untuk dihindari oleh manusia, nama
lain dari hasud ialah dengki.
Adapun bahaya dari sifat hasud antara lain:
a) Tidak menyukai apa yang Allah SWT takdirkan, berarti dirinya
telah menetang takdir Allah SWT
b) Sifat hasud akan melahap kebaikan seseorang, sebagaimana api
melahap kayu bakar
c) Kesengsaraan yang ada pada hati orang yang hasud
d) Seberapa pun kadar hasud seseorang, tidak mungkin baginya untuk
menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan.
e) Hasud bertolak belakang dengan iman yang sempurna
f) Hasud merupakan penyebab meninggalkan berdoa meminta
karunia Allah SWT
g) Hasud merupakan akhlak tercela, dan Allah tidak menyukai akhlak
tercela
h) Hasud penyebab meremehkan segala nikmat yang Allah berikan.
3. Ghadab
Ghadab dalam bahasa indonesia disebut marah, ghadap ialah suatu
luapan dari emosi yang dipicu oleh rasa tidak suka atau tidak senang
terhadap suatu hal, dan marah dapat juga diartikan sebagai perasaan tidak
suka atau tidak senang dengan apa yang telah dilakukan orang kepada kita.
Orang yang mempunyai sifat ghadab jika menyelesaikan masalah akan
tidak mempergunakan cara yang baik dan kekeluargaan. Tetapi dia akan
mengedepankan emosinya. Sifat ghadab harus dijauhi karena sifat ghadab
tidak dapat meyelesaikan masalah tetapi akan menimbulkan masalah baru.

AKHLAK TASAWUF |8
Nabi Muhammad Saw melarang sifat ghadab dalam sabdanya:
Dari Abi Hurairah ra : Bahwa seseorang laki-laki telah berkata kepada
nabi SAW “berilah aku nasihat” nabi menjawab “janganlah engkau jadi
pemarah”. Laki-laki itu kembali berkata beberapa kali , dan nabi
menjawab :”Janganlah engkau jadi pemarah”, H.R Bukhori.

Contoh perilaku tercela ghadab yaitu:


a) Sangat mudah untuk terpancing emosi
b) Sering sekali melakukan perbuatan kasar dan tidak bisa
mengendalikan diri
c) Sangat mudah sekali tersinggung walaupun hanya hal kecil
d) Tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cara yang baik seperti,
musyawarah.
e) Sering kali mengucapkan kata kata kasar atau jorok.

Adapun bahaya dari sifat ghadab antara lain:

a) Perilaku ghadab tidak disukai Allah SWT dan juga orang lain.
b) Sifat ghadab tidak baik untuk kesehatan, karena jika seseorang
sering marah maka sangat mudah terserang penyakit darah tinggi
atau hipertensi
c) Dapat melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti,
merusak, menyakiti, dan membunuh.
4. Takabbur
Takabbur adalah suatu perasaan yang ada didalam hati manusia
bahwa dirinya paling hebat, mempunyai kelebihan dari orang lain.
Rasulullah mendifinisikan takabbur sebagai sikap menolak kebenaran dan
merendahkan orang lain. Takabbur disebut juga sombong. Takabbur juga
dapat berarti sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa dirinya
hebat dan lebih benar dibandingkan orang lain. Takabbur merupakan satu
penyakit yang dapat menutupi jalannya hidayah Allah SWT kepada kita.
Penyakit ini bisa melanda seluruh lapisan masyarkat, dari yang kauya
sampai yang miskin, orang alim dan bodoh, yang muslim maupun non
muslim.
Takabbur merupakan watak utama dari setan. Seperti yang
tergambar pada QS. Al-Kahfi ayat 34

‫ك َمااًل َوأَع َُّز نَفَرًا‬


َ ‫او ُرهُ أَنَا أَ ْكثَ ُر ِمن‬
ِ ‫احبِ ِه َوهُ َو ي َُح‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫َو َكانَ لَهُ ثَ َم ٌر فَقَا َل ل‬

Artinya:”Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada


kawannya (yang Mu’min) ketika ia bercakap-cakap dengan dia:”Hartaku
lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat”.

Adapun penyebab dari takabbur antara lain:


a) Ilmu

AKHLAK TASAWUF |9
Takabbur dengan ilmu sangat mudah terjadi, yaitu menganggap
dirinya lebih mulia dan pintar daripada orang lain.
b) Amal ibadah
Orang yang Merasa amal ibadahnya lebih baik dibandingkan orang
lain.

c) Nasab (kedudukan)
Orang yang terlahir dari keluarga terhormat bisa saja meremehkan
orang lain yang terlahir dari keluarga yang tidak terhormat.
d) Al jamal (kecantikan)
Biasanya faktor ini sering terjadi pada wanita, berupa celaan
terhadap kekurangan pihak lain.
e) Maal (harta)
Faktor ini sering terjadi di kalangan pejabat, orang kaya, penguasa.
Mereka merasa lebih kaya dan meremehkan orang yang miskin.

Adapun bahaya dari sifat takabbur antara lain:


a) Jauh dari kebenaran
b) Hatinya terkunci atau mati
c) Mengalami kegagalan dan kebinasaan
d) Tidak disukai orang lain
e) Tidak disukai Allah SWT
f) Tidak akan masuk surga
g) Akan masuk neraka Jahannam.

5. Ghibah
Ghibah adalah membicarakan aib orang lain, atau mengunjing aib
saudaranya dengan menceritakan keburukan saudaranya kepada orang
lain. Orang yang menggunjing orang lain diumpakan seseorang yang
memakan bangkai saudaranya sendiri. Seperti digambarkan pada QS.
Al-Hujurat ayat 12

ُ ‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َجس‬


ُ ‫َّس “وا َواَل يَ ْغتَبْ بَع‬
‫ْض “ ُك ْم‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُ““وا َكثِ““يرًا ِمنَ الظَّنِّ إِ َّن بَع‬
‫بَ ْعضًا ۚ أَي ُِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ َر ِحي ٌم‬

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan


berprasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
(QS Al-Hujurat: 12)

A K H L A K T A S A W U F | 10
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang mengghibah
satu sama lain, sama seperti orang yang memakan daging saudaranya
yang sudah mati.

Dampak dari ghibah yaitu hancurnya kepribadian batin si pengghibah,


orang yang melanggar jalan alami pemikirannya itu akan kehilangan
keseimbangan pikiran dan sistem perilaku yang luhur, disamping
merugikan perasaan orang dengan mengungkapkan rahasia dan
kesalahan mereka mengungkapkan rahasia dan kesalahan mereka.
Ghibah menghancurkan mahkota moralitas manusia dan merenggut
martabat dan kualitas-kualitas mulia dengan kecepatan yang
menakjubkan. Ghibah juga dapat membuat hati kita kotor dan jiwa
tercabik-cabik sehingga anggota lainnya pun dapat merasakan.

A K H L A K T A S A W U F | 11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran

Akhlak Mahmudah merupakan akhlak yang di sukai oleh Allah


SWT. Karena akhlak mahmudah merupakan akhlak yang terpuji.
Akhlak mahmudah terdapat beberapa macam di antaranya: Husnuzan
(berbaik sangka) lawan dari Su’uzan (berburuk sangka), Tawadhu’
(rendah diri), Ta’awun (tolong menolong), Bersyukur (berterima kasih).
Akhlak Mazmumah merupakan akhlak yang di benci Allah SWT.
Karena akhlak mazmumah merupakan akhlak yang tercela, akhlak
tersebut merupakan cerminan dari perilaku syaitan. Akhlak mazmumah
terdapat beberapa macam di antaranya: Riya’ (melakukan sesuatu
bukan karena Allah SWT.). Hasud (benci terhadap nikmat yang ada di
orang lain), Ghadap (marah), Takabbur (sombong), Ghibah
(membicarakan aib orang lain)
Dalam hal ini kita sebaiknya berperilaku yang terdapat Akhlak
Mahmudahnya, janganlah berperilaku sebagaimana Akhlak
Mazmumah. Jika kita ingin di sukai oleh Allah dan Rasulnya, maka
jauhilah akhlak mazmumah karena itu sama dengan perilaku syaitan.

A K H L A K T A S A W U F | 12
DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli, 2018, Akhlak Tasawuf, Depok Sleman Yogyakarta: Kalimedia


Ghazali Imam al-, 2008, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin, Jakarta: Akbar
Medika Eka Sarana
Ghazali Imam al-, 2014, Kitabul-Arba’in fi Ushuliddin, Surabaya:
Risalah Gusti

A K H L A K T A S A W U F | 13

Anda mungkin juga menyukai