Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Sagala puji bagi allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada penulis hingga penulis mampu menyelesaikan makalah
ruang lingkup hadits pemaaf guna untuk memenuhi mata kuliah hadits hadits
psikologi pilihan.
Rika Oktarina
2
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
1. Latar belakang.........................................................................................................4
2. Rumusan masalah....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
1. Kesimpulan..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULAN
1. Latar belakang
Maaf merupakan sebuah kata yang sangat sederhana ketika diucapkan,
tetapi menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya bagi banyak orang untuk
disebarkan kepada sesamanya. Di dalam al qur’an, hadits maupun teladan
nabi muhammad saw, memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang
mendzolimi merupakan perintah yang sangat dianjurkan.
Al- Qur’an juga memiliki pengertian sendiri yang berkenaan dengan
perintah memaafkan, yakni dalam QS. Asy syuura: 40 artinya:“Dan balasan
suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa
memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka
pahalanya dari allah. Sungguh, dia tidak menyukai orang-orang zholim” (QS.
Asy syuura (42: 40).
Ayat ini menerangkan bahwa pembalasan itu harus seimbang dengan
penganiayaan; pembelaan diri terhadap orang-orang yang berbuat zholim
tidaklah berarti dosa, sedangkan yang berdosa ialah orang-orang yang berbuat
zalim melampaui batas; kesabaran dan pemaafan atas kesalahan orang
dianjurkan oleh agama dan akan diberikan pahala yang banyak.
Ayat ini juga menerangkan bahwa balasan suatu kejahatan yang
diperbuat seseorang hendaklah dengan yang seimbang dengan kejahatan yang
telah dilakukannya itu. Tidak dibenarkan oleh agama memberi balasan atas
suatu kejahatan melebihi kejahatan yang diperbuat, atau melampaui batas.
2. Rumusan masalah.
-Hukum memaafkan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Sikap pemaaf ini identik dengan sabar. Biasanya, seseorang yang
sabarlah yang dapat berlapang dada dan memberikan maaf dengan ikhlas.
Jika merujuk dari hadist pemaaf dan sabar di atas, dapat disimpulkan
bahwa memaafkan ialah perbuatan yang mulai. Apalagi jika diiringi
dengan sikap sabar.
Perilaku ini disukai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Oleh sebab
itu, kita sebagai umat muslim pun mestinya belajar mengamalkannya.2
Terdapat hadit hadits dari ulama yaitu
HR Muslim
َم ا َنَقَص ْت: عن َر ُسوَل ِهَّللا صّلى هللا عليه وسّلم َقاَل،َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة رضي هللا عنه
. َو َم ا َتَو اَض َع أَح ٌد ِهلل ِإَّال َر َفَع ُه ُهللا، َو َم ا زاَد ُهللا َعْبدًا بَع ْف ٍو ِإَّال ِع ّز ًا، َص َد َقٌة ِم ْن َم اٍل
رواه مسلم وغيره
2
(Lanjutan dari refernsi bagian satu)
3
(HR Muslim)
6
Artinya: Rasulullah SAW bersabda, "Iman yang paling utama
adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada,4
HR At Thabrani
اسمحوا يسمح لكم
B. Hukum memaafkan
merupakan makhluk yang tidak akan luput dari kesalahan.
Kesalahan tersebut mungkin saja dilakukan terhadap dirinya
sendiri atau bahkan berbuat salah kepada orang lain.
4
( HR Bukhari dan Dailani)
5
( HR At Thabrani)
6
( HR Al- Anshari )
7
Jika melakukan kesalahan pada diri sendiri, seseorang cukup
menyadari, menyesali dan berusaha untuk tidak mengulanginya
lagi. Berbeda halnya jika seseorang melakukan kesalahan kepada
orang lain.
Ketika seseorang melakukan kesalahan kepada orang lain,
maka sudah seharusnya orang tersebut minta maaf. Dan saat
seseorang meminta maaf, maka sudah seharusnya orang yang
dimintai maaf memberikan maafnya.
7
(Ali Geno berutu .2020 fikih jinayah )
8
(lanjutan dari referensi 7)
8
Dan maskawin boleh diambil lagi separuhnya, ketika belum
berhubungan badan. Tetapi lebih baik jika mahar tersebut disedekahkan
kepada pihak perempuan. Orang yang taqwa lembut hatinya untuk
memaafkan orang lain.
Hadits nabi Muhammad SAW dari abu Khuroiroh yang diriwayatkan
oleh imam At-Tirmidzi dan imam Muslim dan Abu Daud: “Tiga perkara kalo
kita mengeluarkan sesuatu maka Allah akan datang yang lebih banyak lagi.
Pertama, tidak akan habis harta yang disodakohkan, maka
bersedekahlah;
Kedua, sesorang yang memberi maaf kepada yang mendhalimi
karena mencari dan mengharap keridhoan Allah, maka tidak ada
pahala baginya kecuali Allah akan meninggikan derajatnya di hari
kiamat.
Ketiga, orang yang membiasakan meminta-minta maka Allah akan
bukakan pintu kefakiran baginya.
Dari Siti Aisyah Rosulullah SAW bersabda:
9
( Fajar kurninato .2017)
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ketika kita bisa memaafkan seseorang, beban itu seolah luruh bersama
kata maaf tersebut. Dengan begitu, hati kita akan merasa tenang karena tidak
ada lagi yang mengganjal menjadi pikiran. Kita akan bisa lebih ringan
menjalani kehidupan di hari berikutnya dan lebih bahagia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Kholiq. TerjemahNadzomMaqsud. Nganjuk: PP Darus Salam, 2005
DārIbnKatsīr, 2002M/1423H
10