Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HADITS TENTANG PEMAAF

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Hadits hadits psikologi (pilihan)

Dosen pengampuh: Muhammad Takrip,S.Pd.i.,M.Pd.

Disusun oleh:

Rika Oktarina (2030303038)

Abdullah Rahim (2030303043)

PRODI ILMU HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Sagala puji bagi allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada penulis hingga penulis mampu menyelesaikan makalah
ruang lingkup hadits pemaaf guna untuk memenuhi mata kuliah hadits hadits
psikologi pilihan.

Sholawat beserta salam selalu penulis ucapkan kepada baginda nabi


muhammad SAW, yang menjadi suritauladan dan panutan untuk hidup, agar
kehidupan yang kita jalani bisa terasa sesuai tuntunan agama.

Penulis juga berterimakasih kepada dosen pengampuh, orang tua serta


keluarga dan teman-teman selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan
makalah.

Di dalam penulisan makalah ini, jika di kenankan mohon maaf dari


penulis atas kesalahan tersebut, penulis juga berharaf agar makalah yang
penulis buat agar bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Palembang 3 maret 2022

Rika Oktarina

2
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................4

1. Latar belakang.........................................................................................................4
2. Rumusan masalah....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

A. Pengertian hadits .....................................................................................................5


B. Hukum memaafkan .................................................................................................7
C. Apa keuntungan ketika memaafkan.........................................................................8

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................10

1. Kesimpulan..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULAN

1. Latar belakang
Maaf merupakan sebuah kata yang sangat sederhana ketika diucapkan,
tetapi menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya bagi banyak orang untuk
disebarkan kepada sesamanya. Di dalam al qur’an, hadits maupun teladan
nabi muhammad saw, memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang
mendzolimi merupakan perintah yang sangat dianjurkan.
Al- Qur’an juga memiliki pengertian sendiri yang berkenaan dengan
perintah memaafkan, yakni dalam QS. Asy syuura: 40 artinya:“Dan balasan
suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa
memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka
pahalanya dari allah. Sungguh, dia tidak menyukai orang-orang zholim” (QS.
Asy syuura (42: 40).
Ayat ini menerangkan bahwa pembalasan itu harus seimbang dengan
penganiayaan; pembelaan diri terhadap orang-orang yang berbuat zholim
tidaklah berarti dosa, sedangkan yang berdosa ialah orang-orang yang berbuat
zalim melampaui batas; kesabaran dan pemaafan atas kesalahan orang
dianjurkan oleh agama dan akan diberikan pahala yang banyak.
Ayat ini juga menerangkan bahwa balasan suatu kejahatan yang
diperbuat seseorang hendaklah dengan yang seimbang dengan kejahatan yang
telah dilakukannya itu. Tidak dibenarkan oleh agama memberi balasan atas
suatu kejahatan melebihi kejahatan yang diperbuat, atau melampaui batas.

2. Rumusan masalah.

-Pengertian hadits pemaaf

-Hukum memaafkan

-Apa keuntungan ketika memaafkan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hadits pemaaf


Memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu akhlak mulia
yang perlu ditanamkan pada diri umat muslim. Banyak dalil dalam Al
Quran maupun hadits tentang memaafkan kesalahan orang lain yang dapat
menjadi pedoman bagi umat muslim.
"Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di
tempat keramaian, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan.
Melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang
lain," (HR Ibnu Hibban).1

Dalam Islam terdapat banyak hadist sabar dan pemaaf. Hadis-hadis


tersebut menjelaskan pengertian maupun keutamaan sikap sabar dan
pemaaf. Berikut ini adalah hadist sabar dan pemaaf yang perlu Pins
ketahui.
Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan sikap pemaaf sejak
zaman beliau ada. Sikap tersebut beliau tunjukkan dengan terus berbuat
baik kepada orang yang menyakitinya. Selain itu, Nabi Muhammad SAW
juga selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam.

Berkat kebaikan dan sifat pemaafnya, Rasulullah SAW dikenal sebagai


orang yang paling baik akhlaknya. Hal tersebut disebutkan dalam hadis
yang artinya demikian:

“Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau


tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas
kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan,” –
HR Ibnu Hibban.
1
( Thaha Abdullah Al-Afifi. 2007 )

5
Sikap pemaaf ini identik dengan sabar. Biasanya, seseorang yang
sabarlah yang dapat berlapang dada dan memberikan maaf dengan ikhlas.

Jika merujuk dari hadist pemaaf dan sabar di atas, dapat disimpulkan
bahwa memaafkan ialah perbuatan yang mulai. Apalagi jika diiringi
dengan sikap sabar.

Perilaku ini disukai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Oleh sebab
itu, kita sebagai umat muslim pun mestinya belajar mengamalkannya.2
Terdapat hadit hadits dari ulama yaitu
 HR Muslim
 ‫ َم ا َنَقَص ْت‬: ‫ عن َر ُسوَل ِهَّللا صّلى هللا عليه وسّلم َقاَل‬،‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة رضي هللا عنه‬
.‫ َو َم ا َتَو اَض َع أَح ٌد ِهلل ِإَّال َر َفَع ُه ُهللا‬،‫ َو َم ا زاَد ُهللا َعْبدًا بَع ْف ٍو ِإَّال ِع ّز ًا‬، ‫َص َد َقٌة ِم ْن َم اٍل‬
‫رواه مسلم وغيره‬

 Artinya: Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW


bersabda, "Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah
Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian
maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan
akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena
Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan
akhirat).3

 HR Bukhari dan Ad Dailami


 ‫ قال‬.‫ أما بعد‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
)‫حيح‬DD‫ماحة )) (ص‬DD‫ (( أفضل اإليمان الصبر و الس‬: ‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
)‫حم‬،‫تخ‬،‫(فر‬

2
(Lanjutan dari refernsi bagian satu)
3
(HR Muslim)

6
 Artinya: Rasulullah SAW bersabda, "Iman yang paling utama
adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada,4

 HR At Thabrani
 ‫اسمحوا يسمح لكم‬

 Artinya: "Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh


Allah),5
 HR Al Anshari
 "Orang yang paling penyantuh di antara kalian adalah orang
yang bersedia memberi maaf walaupun ia sanggup untuk
membalasnya,6

Istilah memaafkan dalam bahasa Arab sendiri adalah Al 'Afwu.


Artinya secara bahasa adalah melewatkan, membebaskan, meninggalkan
pemberian hukuman, menghapus, dan meninggalkan kekasaran perilaku.

Sementara itu, secara istilah Al 'Afwu juga dapat bermakna


menggugurkan (tidak mengambil) hak yang ada pada orang lain. Hal ini
menjadi bukti mulianya sikap pemaaf, sebagaimana dilansir dari buku
Berdakwah dengan Hati yang ditulis oleh Syaikh Ibrahim bin Shalih bin
Shabir Al-Maghdzawi.

B. Hukum memaafkan
merupakan makhluk yang tidak akan luput dari kesalahan.
Kesalahan tersebut mungkin saja dilakukan terhadap dirinya
sendiri atau bahkan berbuat salah kepada orang lain.

4
( HR Bukhari dan Dailani)
5
( HR At Thabrani)

6
( HR Al- Anshari )

7
Jika melakukan kesalahan pada diri sendiri, seseorang cukup
menyadari, menyesali dan berusaha untuk tidak mengulanginya
lagi. Berbeda halnya jika seseorang melakukan kesalahan kepada
orang lain.
Ketika seseorang melakukan kesalahan kepada orang lain,
maka sudah seharusnya orang tersebut minta maaf. Dan saat
seseorang meminta maaf, maka sudah seharusnya orang yang
dimintai maaf memberikan maafnya.

memaafkan orang memang bukan hal mudah, terlebih jika


kesalahan yang dilakukan cukup besar. Namun, justru pada saat
itulah keimanan seseorang diuji. Apakah ia akan mengedepankan
egonya atau mengalahkan amarahnya untuk memberikan maaf.7
Dengan memberi maaf, seseorang berarti telah meneladani sifat
Rasulullah SAW. Lalu, bagaimana hukum memaafkan dalam
Islam

Dari siti aisyah Rosulullah SAW bersabdah: barang siapah


mendoakan kebaikan ke pada orang yang mendholiminya, maka
akan di bantu dan di tolong oleh Allah SWT di yaumil qiyamah,
dan panggial dengan panggilan: hai orang yang mengesahkan
allah kalian akan di bebesakan dan silakan saling membebaskan.8

C. Keutamaan orang pemaaf


Berkaitan dengan hal memaafkan juga terdapat dalam Al Qur’an Surat
Al Baqoroh : 237 (ayat tentang perceraian), bahwa memaafkan itu lebih
utama dan sifat pemaaf mendekatkan manusia kepada taqwa. Jika sudah tidak
cocok lagi dan membahayakan kehidupan keduanya maka perceraian bisa
menjadi jalan terakhir dari kebuntuan.

7
(Ali Geno berutu .2020 fikih jinayah )
8
(lanjutan dari referensi 7)
8
Dan maskawin boleh diambil lagi separuhnya, ketika belum
berhubungan badan. Tetapi lebih baik jika mahar tersebut disedekahkan
kepada pihak perempuan. Orang yang taqwa lembut hatinya untuk
memaafkan orang lain.
Hadits nabi Muhammad SAW dari abu Khuroiroh yang diriwayatkan
oleh imam At-Tirmidzi dan imam Muslim dan Abu Daud: “Tiga perkara kalo
kita mengeluarkan sesuatu maka Allah akan datang yang lebih banyak lagi.
 Pertama, tidak akan habis harta yang disodakohkan, maka
bersedekahlah;
 Kedua, sesorang yang memberi maaf kepada yang mendhalimi
karena mencari dan mengharap keridhoan Allah, maka tidak ada
pahala baginya kecuali Allah akan meninggikan derajatnya di hari
kiamat.
 Ketiga, orang yang membiasakan meminta-minta maka Allah akan
bukakan pintu kefakiran baginya.
Dari Siti Aisyah Rosulullah SAW bersabda:

“Barang siapa mendo’akan kebaikan kepada orang yang


mendholiminya, maka akan dibantu dan ditolong oleh Allah
SWT di yaumil qiyamah, dan dipanggil oleh penyeru
dengan panggilan; “Hai orang yang mengesakan Allah kalian
akan dibebaskan dan silakan saling membebaskan (saling
memaafkan)”.

Imam Al Ghozali mengajarkan bagaimana sikap saling menghormati dan


menyayangi bahwa:

“Anak muda mnghormati yang tua (tanamkan di dalam hati bahwa


yang tua sudah lebih banyak amalnya). Sedangkan yang tua
menghormati yang muda (tanamkan dalam hati bahwa orang muda
masih sedikit dosanya).9

9
( Fajar kurninato .2017)

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Ketika kita bisa memaafkan seseorang, beban itu seolah luruh bersama
kata maaf tersebut. Dengan begitu, hati kita akan merasa tenang karena tidak
ada lagi yang mengganjal menjadi pikiran. Kita akan bisa lebih ringan
menjalani kehidupan di hari berikutnya dan lebih bahagia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Kholiq. TerjemahNadzomMaqsud. Nganjuk: PP Darus Salam, 2005

Andriani,Lia. “Pembacaan Post-Modern HaditsPerempuanKekurangan Akal dan


Agama: PerspektifHermeneutika Hans-Georg Gadamer”,
SkripsiTafsirHadis, Ushuluddin, UIN Jakarta, 2016

Asqolânî,Ibn al-Ḥajar.Fath al-Bari, Terj. Abdul Aziz AbullahIbnBaz. Jakarta:


PustakaAzam, 2002

Bukhârî, Abû ‘AbdillâhMuḥammadIbnIsmâ’îl.Ṣaḥiḥ al-Bukhârî. Beirut:

DārIbnKatsīr, 2002M/1423H

10

Anda mungkin juga menyukai