Anda di halaman 1dari 12

TA’ZIYYAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

KELOMPOK 6
 MUHAMMAD RIZA DINATA
 NADYA RAMDANIA
 SINTA SEKAR MELATI
 M. RANDY ATHAYA
 M. IQBAL AWALIA

XI MIPA 3/ MIPA 4
SMA NEGERI 1 LUBUK PAKAM
TA.2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tentang “Ta’ziah” ini.

            Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

            Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

            Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Lubuk Pakam, 6 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1

1.2 Tujuan...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Takziah.................................................................................................. 2

2.2 Hukum Takziah....................................................................................................... 3

2.3 Lafadz Dalam Bertakziah........................................................................................ 4

2.4 Duduk Berkumpul Sewaktu Takziah...................................................................... 6

2.5 Keutamaan Takziah................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 8

3.2 Saran........................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah diketahui kapan kematian itu
datang. Karena hal itu hanya Allah yang mengetahuinya. Manusia merupakan makhluk sebaik-baik
ciptaan Allah swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi. Sehingga ketika meninggal pun Islam
sangat memperhatikan dan menghormati orang-orang yang meninggal.

Melakukan Ta’ziyah termasuk dalam hal ibadah. Ta’ziyah tidak dapat dipisah dari
permasalahan jenazah. Sehingga para ulama pun telah banyak membahas permasalahan ta’ziyah ini.
Selain itu, ta’ziyah pun berhubungan dengan kegiatan sosial sesama manusia. Karena didalamnya
terdapat nilai tolong menolong.

Ta’ziyah dilakukan sebagai bentuk belasungkawa kita kepada pihak yang tengah berduka.
Kita harus berusaha memberikan ketenangan kepada pihak yang tengah berduka, berusaha menghibur,
dan mendo’akan mayit serta keluarga yang ditinggalkan agar senantiasa Allah SWT beri kesabaran
kepada mereka.

Terdapat nilai-nilai lain dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam berta’ziyah. Oleh karena
itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai pengertian ta’ziyah, hukum berta’ziyah, lafadz ta’ziyah,
duduk sewaktu ta’ziyah dan keutamaan-keutamaan dalam ta’ziyah.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan ini yaitu sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui pengertian ta’ziyah,

2.      Untuk mengetahui hukum dari ta’ziyah,

3.      Untuk mengetahui lafadz dalam berta’ziyah,

4.      Untuk mengetahui adab duduk saat berkumpul dalam ta’ziyah, dan

5.      Untuk mengetahui keutamaan-keutamaan dari ta’ziyah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Takziyah

Takziyah asal katanya azza, artinya sabar. Oleh karena itu, takziyah berarti menyabarkan dan
menghibur orang yang ditimpa musibah dengan menyebutkan hal-hal yang dapat menghapus duka
dan meringankan penderitaannya. Rosulullah saw. Bersabda :

‫ ا ْب َن‬7‫ق يَ ْعنِي‬ ْ ِ‫ساَّل ٍم قَا َل َح َّدثَنَا إ‬


ُ ‫س َح‬ َ ‫أَ ْخبَ َرنَا َع ْب ُد ال َّر ْح َم ِن ْبنُ ُم َح َّم ِد ْب ِن‬
َ‫ين عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرة‬َ ‫سي ِر‬ ِ ‫ف عَنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن‬ ٍ ‫ق عَنْ َع ْو‬ ِ ‫ف ْب ِن اأْل َ ْز َر‬َ ‫س‬ ُ ‫يُو‬
ْ ‫سلَّ َم قَا َل َمنْ اتَّبَ َع َجنَا َزةَ ُم‬
7‫سلِ ٍم إِي َمانًا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫عَنْ النَّبِ ِّي‬
َ ‫ض َع فِي قَ ْب ِر ِه َك‬
ُ‫ان لَه‬ َ ‫صلَّى َعلَ ْي ِه ثُ َّم ا ْنتَظَ َر َحتَّى يُو‬ َ َ‫سابًا ف‬ َ ِ‫احت‬
ْ ‫َو‬
ٌ‫ان لَهُ ِقي َراط‬ َ ْ‫ان أَ َح ُد ُه َما ِم ْث ُل أُ ُح ٍد َو َمن‬
َ ‫ه ثُ َّم َر َج َع َك‬7ِ ‫صلَّى َعلَ ْي‬ ِ َ‫ِقي َراط‬
Barang siapa yg mengikuti jenazah seorang muslim karena keimanan & mengharapkan pahala, lalu
dia menshalatkannya, kemudian menunggu hingga disemayamkan dalam kuburnya, maka baginya
pahala dua qirath, salah satunya seperti Gunung Uhud. Dan barang siapa yg menshalatkannya
kemudian dia kembali (pulang) maka baginya pahala satu qirath. [HR. Nasai No.4946].

Dalam konteks muamalah Islam, takziyah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal
dunia dengan maksud menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan
perasaan dan menghilangkan kesedihan.

Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan atau duka
yang dialami saudaranya. Hal ini jelas termasuk dalam kategori amar ma’ruf nahi munkae yang
merupakan salah satu pundamen ajaran Islam. Lebih dari itu takziyah adalah aplikasi dari sikap tolong
menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan.

Ta’ziyah adalah tashbir, anjuran untuk bersabar dan mengucapkan kata-kata yang menghibur,
mengurangi kesedihan dan meringankan musibah dari keluarga mayit. Ta’ziyah termasuk kedalam
firman Allah Swt:

            “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah
sangat berat siksanya”. (Al-Maidah:2)

Takziyah  adalah perintah untuk bersabar. Kata “Aku bertakziyah pada seseorang.” Berarti
aku menyuruhnya bersabar.  Kata “Al-Aza” adalah kata benda (isim) yang diposisikan sama  seperti
takziyah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh An-Nawawi. Al-Azhari berkata,” Asal kata
Takziyah adalah memerintahkan seseorang untuk bersabar atas musibah yang menimpanya.”

2
Adapun pendapat lain yaitu takziyah adalah memberikan hiburan dengan mengakatan,”
Bersabarlah dengan kesabaranAllah Swt.” Yang dimaksud dengan kesabaran Allah Swt yaitu firman-
Nya (QS. Al-Baqarah : 156). Makna “bersabarlah dengan kesabaran Allah Swt” adalah bersabarlah
dengan pemberian kesabaran yang dilimpahkan Allah Swt, sebagaimana yang disebutkan dalam
kitab-Nya dengan dikatakan,”Engkau memiliki teladan pada diri si fulan, teman dekatnya telah tiada,
ia pun bersikap baik dan bersabar”.

Takziyah dapat dilakukan saat seseorang meninggal dunia di kediamannya, di masjid, di jalan
pekuburan, setelah dikuburkan, atau kapan saja. Hal tersebut adalah baik.

2.2 Hukum Takziyah

Takziyah hukumnya sunnah walau terdapat dzimmi sekalipun. Hal ini berdasarkan hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dari Amar bin Hazam dengan sanad yang hasan.
Bahwa Nabi saw. Bersabda:

 “Tidak seorang mukmin pun yang datang bertakziyah kepada saudaranya yang ditimpa
musibah, kecuali akan diberi pakaian kebesaran oleh Allah pada hari Kiamat.”

Takziyah disunnahkan hanya satu kali. Takziyah mesti dilakukan terhadap seluruh kerabat
mayat, besar maupun kecil, laki-laki dan wanita, baik sebelum dikuburkan maupun sesudahnya,
hingga tiga hari setelah wafatnya. Kecuali bila yang akan berkunjung atau yang hendak dikunjungi ia
sedang bepergian, maka tidak mengapa nelakukannya setelah lewatnya waktu tersebut.

Sebagian ulama berpendapat bahwa makruh hukumnya  berta’ziyah jika sudah lewat tiga hari.
Sebab, tujuan dari ta’ziyah yaitu menenangkan hati orang yang ditimpa musibah. Biasanya hati
seseorang itu akan tenang setelah lewat dari tiga hari. Karena itu, tidak perlu diingatkan akan
kesedihannya (dengan didatangi untuk berta’ziyah).

Abul Abbas seorang ulama madzhab Syafi’i berpendapat bahwa tidak mengapa melakukan
ta’ziyah sesudah lewat tiga hari. Bahkan a’ziyah itu berlaku untuk selamanya, meski masa telah
berlaku.

Imam An-Nawawiy berkata,” Pendapat yang tepat yaitu bahwa ta’ziyah itu tidaklah dilakukan
setelah lewat tiga hari, kecuali dalam dua keadaan seperti yang diucapkan oleh ulama madzhab ini
(Syafi’i), yaitu apabila orang yang akan dita’ziyahi atau orang yang ditimpa musibah tidak ada (belum
datang) pada waktu pemakaman dan baru datang sesudah lewat tiga hari. Ta’ziyah setelah
pemakaman itu lebih utama daripada sebelumnya. Sebab keluarga si mayit sedang sibuk
mempersiapkan pemakamannya, dan bahkan kedukaan mereka.

Melakukan takziyah pada keluarga yang tengah berduka menurut Sufyan Ats-Tsauri yaitu
takziyah setelah mayat dikubur tidaklah dianjurkan karena masalah ini telah selesai dengan
dikuburkannya mayat. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abu Bakar  bin Muhammad bin Amru bin
Hazm dari ayahnya, dari kakeknya dari Nabi saw, tuturnya “Tidaklah seorang mukmin yang melayat

3
saudaranya karena kemaksiatan melainkan Allah Azza wa Jalla akan mengenakannya mutiara
kehormatan pada hari kiamat.” (HR. Inmu Majah).

2.3 Lafadz dalam Bertakziyah

Takziyah boleh diucapkan dengan kata-kata apapun yang dapat meringankan musibah dan
menghibur serta menyenangkan hati dan mendorongnya untuk ridha, ikhlas dan mengharapkan pahala
di sisi Allah di balik musibah tersebut, serta percaya secara penuh bahwa sesungguhnya Allah tidak
akan mengingkari janji. Jika seseorang menggunakan kata-kata yang biasa dipakai Nabi saw., maka
lebih utama.

Diriwayatkan dari Bukhari dari Usamah bin Zaid ra.

            “Aku kirim putri Nabi saw., untuk menemuinya dan menyampaikan bahwa putraku telah
meninggal serta mengharapnya agar datang. Maka Nabi pun mengirim orang untuk menyampaikan
salam serta mengucapkan ‘Milik Allah apa yang diambil-Nya dan milik-Nya pula apa yang diberikan-
Nya, dan segala sesuatu pada-Nya memiliki jangka waktu tertentu. Dari itu hendaklah engkau
bersabar dan menabahkan hati.”

Diriwayatkan oleh Thabrani, Hakim, dan Ibnu Mardawaih dari Mu’adz bin Jabal ra., dengan
sanad yang didalamnya terdapat seseorang yang lemah, bahwa Mu’adz kematian anak laki-lakinya,
maka Rasulullah saw., pun menulis surat kepadanya sebagai takziyah, berbunyi “
Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad Rasulullah kepada Mu’adz bin Jabal, semoga
keselamatan terlimpah atasmu! Dan aku pujikan Allah kepadamu yakni Yang Maha Esa yang tiada
Tuhan selain Dia. Amma Ba’du.Semoga Allah memberimu pahala yang besar dan mengilhamimu sifat
sabar serta mengaruniai kita semua rasa syukur. Karena baik jiwa, harta maupun keluarga kita, itu
adalah sebagian dari pemberian Allah yang nikmat dan titipan yang dipertaruhkan-Nya. Diserahkan-
Nya kepada kita agar kita menikmatinya dengan gembira dan ditarik-Nya kembali dengan imbalan
diberi-Nya pahala, dilimpahi-Nya karunia, rahmat dan petunjuk-Nya.

Diriwayatkan pula dalam musnadnya oleh Syafi’i dari Ja’far bin Muhammad yang
diterimanya dari bapaknya yang menerimanya pula dari kakeknya bahwa ketika Rasulullah saw.,
wafat dan datang masanya orang bertakziyah, tiba-tiba mereka mendengar suara orang berkata, “
sesungguhnya Allah itu menjadi penghibur bagi segala musibah, pengganti bagi yang rusak, dan
menyusul bagi yang luput. Karena itu teguhkanlah kepercayaan kepada Allah dan mengharaplah
selalu kepada-Nya, karena yang sebenarnya mendapat musibah adalah yang tidak memperoleh
peluang buat mendapatkan pahala.” (sanadnya lemah).

Beberapa ulama berkata,” jika seorang muslim bertakziyah kepada muslim lainnya,
hendaknya ia mengucapkan,’Semoga Allah memberimu pahala yang besar dan menghibur hatimu
sebaik-baiknya, serta memberi keampunan bagi keluargamu yang meninggal.”

Jika seorang muslim bertakziyah kepada muslim, maka yang diucapkannya adalah “Semoga
Allah menghibur hatimu sebaik-baiknya, dan mengampuni keluargamu yang meninggal.”

Seandainya yang bertakziyah itu orang kafir kepada sesamanya, yang diucapkannya adalah
“Semoga Allah akan memberikan gantinya bagimu.”

4
Adapun jawaban takziyah itu adalah mengucapkan amin dari pihak yang dikunjunginya dan
mengiringinya dengan “Semoga Allah memberimu pahala.”

Menurut Ahmad, jika ia mau, ia dapat menyalami orang yang bertakziyah dan jika tidak, juga
tidak mengapa. Seandainya seseorang melihat orang yang ditimpa musibah itu merobek pakaiannya,
hendaknya ia tetap kunjungannya diteruskan. Hendaknya ia tidak menghentikan kewajiban itu karena
adanya kebatilan. Bahkan bila ia dapat mencegahnya, maka itu baik sekali.

Imam Ahmad memiliki dua pendapat mengenai menjenguk orang sakit kepada kalangan
kafir dzimmi yaitu:

1. Boleh dijenguk, ini berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah pernah menjenguk
seorang anak orang Yahudi yang sedang sakit. Anak tersebut pernah menjadi pembantu Nabi Saw,
duduk di dekat kepalanya seraya bersabda,”Masuklah ke dalam Islam”. Anak itu pun memandang
ayahnya yang juga berada di dekat kepalanya. Ayahnya berkata “Turutilah Abu Qasim”. Anak itu pun
masuk Islam. Nabi Saw berdiri dan bersabda,”Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya
dari neraka”. (HR. Bukhari). Hikmah menjenguk orang kafir dzimmi yang sakit adalah mengharap
agar ia masuk Islam. Namun, harapan ini tidak terdapat dalam takziyah.

2. Tidak boleh, karena Nabi saw, bersabda “Janganlah kalian  memulai salam terhadap
mereka.  Ucapan yang boleh diucapkan seorang muslim ketika ketika bertakziyah kepada orang
kafir  yaitu “Semoga Allah memberimu ganti dan tidak mengurangi kuantitasmu.”

Abu Abdullah bin Battah berkata,”Boleh takziyah pada orang kafir. Semoga Allah memberikan yang
terbaik yang tidak diberikan pada seorang pun yang seagama denganmu atas musibah yang
menimpamu.”

Abu Musa Al-Madini meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar ra, “Rasulullah saw
bersabda ‘Apabila engkau mendoakan salah seorang dari Yahudi atau Nasranai, Ucapkanlah “Semoga
Allah Swt memperbanyak harta dan anakmu.”.

Al-Hakim dalam Mustadrak-nya meriwayatkan dan menyatakan, “Sanadnya sahih bersumber


dari hadis Anas bin Malik ra., tuturnya “Pada saat Rasulullah Saw meninggal, para sahabat
mengelilinginya, mereka berkumpul dan menangis. Kemudian seseorang berjenggot putih dan
berbadan besar serta rupawan masuk dan melangkahi para sahabat Rasulullah Saw, seraya berkata,
“Sesungguhnya Allah memiliki takziyah dari setiap musibah, pengganti dari setiap yang meninggal
dan pengganti dari setiap yang berlalu. Kepada Allah lah hendaknya kalian bertobat dan kepada-Nya
lah hendaknya kalian memohon. Ia memerhatikanmu ketika tertimpa musibah. Maka, samkanlah
karena sesungguhnya orang yang tertimpa musibah adalah orang yang tidak dipaksa.”Orang itu pun
pergi. Abu Bakar dan ali berkata, “Ya, ini adalah saudara Rasulullah Saw, Khidir As.” 

2.4 Duduk Berkumpul Sewaktu Takziyah

Takziyah dilaksanakan dengan menghibur keluarga dan kaum kerabat dari yang meninggal,
lalu semua pergi menunaikan keperluan masing-masing tanpa seorangpun duduk terlebih dahulu, baik
yang berkunjung maupun yang dikunjungi. Inilah tuntunan ulama shaleh.

5
Syafi’i dalam al-Umm berkata,” Aku tidak suka duduk berkumpul itu, walau tidak disertai tangis
karena akan membangkitkan rasa duka dan membebankan biaya, di samping adanya keterangan-
keterangan yang melarangnya.”

Nawawi berkata,” Menurut Syafi’i dan para sahabatnya, makruh duduk sewaktu takziyah.
Maksud duduk di sini adalah apabila keluarga mayat berkumpul di sebuah rumah agar dapat
dikunjungi oleh orang-orang yang hendak takziyah.”

Seharusnya orang-orang itu pergi menunaikan keperluan masing-masing. Dalam hal ini, tidak
ada bedanya antara laki-laki dan wanita, kedua golongan sama-sama dimakruhkan dudukberkumpul
sewaktu takziyah. Hal ini ditegaskan oleh Muhamili yang disampaikannya dari ucapan Syafi’i.
Larangan yang dimaksudnya adalah larangan makruh, yakni jika tidak disertai dengan hal yang
dibuat-buat. Seandainya dicampur dengan  hal-hal lain berupa bid’ah yang diharamkan sebagaimana
biasa terjadi mengikuti tradisi, maka termasuk barang larangan yang amat nista, karena hal itu dibuat-
buat, sedangkan menurut hadits yang shahih,” Bahwa segala hal yang dibuat-buat itu adalah bid’ah,
dan setiap bid’ah berarti sesat.”

Ahmad dan banyak ulama golongan Hanafi menganut pendapat di atas. Akan tetapi, orang-
orang terdahulu dari golongan Hanafi berpendapat bahwa tidak ada salahnya duduk bukan di masjid
dalam waktu tiga hari untuk takziyah, asal tidak melakukan hal-hal yang terlarang.

Oleh karena itu, apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang di masa kini, yaitu bertakziyah
sambil duduk berkumpul, mendirikan tenda, membentangkan amparan, serta menghamburkan uang
yang tidak sedikit, termasuk hal-hal yang dibuat-buat, dan bid’ah yang mungkar yang wajib
dihindarkan oleh kaum muslimin dan terlarang mengerjakannya. Apalagi banyak pula terjadi hal-hal
yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan menyalahi Sunnah. Justru sebaliknya, ia sejalan
dengan adat istiadat jahiliah, misalnya menyanyikan ayat-ayat Al-Quran tanpa mengindahkan norma
dan tata tertib qira’at, tanpa menyimak dan berdiam diri, sebaliknya asyik bersenda gurau dan
merokok. Dan tidak hanya sampai di sini, tetapi orang-orang hartawan melangkah lebih jauh lagi.
Mereka tidak puas dengan hari-hari pertama, tetapi mereka peringati pula hari keempat puluh untuk
membangkitkan kemungkaran-kemungkaran dan mengulangi bid’ah-bid’ah ini. Tidak saja mereka
peringati genap satu tahun masa wafatnya, tetapi juga genap dua tahun dan seterusnya, suatu hal yang
tidak sesuai dengan pikiran sehat dan tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi.

2.5 Keutamaan Takziyah

Mengenai hal tersebut terdapat keutamaan yang besar , hal ini berdasarkan hadist ‘Amr bin
Hazm bahwa Nabi Saw bersabda:

 “Tidaklah seorang mukmin berta’ziyah kepada saudaranya atas suatu musibah, melainkan
Allah akan memakaikan kepadanya salah satu dari pakaian kehormatan pada hari kiamat.”

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dari Nabi saw, bersabda:

6
            “Barang siapa yang berta’ziyah kepada saudaranya yang mukmin atas suatu musibah, maka
Allah akan memakaikan kepadanya pakaian yang berwarna hijau, yang akan membuatnya senang
pada hari kiamat.” Ada yang bertanya:”Wahai Rasulullah, apa makna yubbar (membuat senang)?”
Beliau menjawab:”Membuat orang menginginkannya.”

Selain itu nilai dan keutamaan lain dari takziyah adalah sebagai berikut:

1.      Takziyah dapat menumbuhkan ingatan manusia kepada kematian, bahwa setiap yang bernyawa pasti
akan mati.

2.      Mewujudkan hubungan baik antar manusia.

3.      Takziyah merupakan media untuk mengingatkan manusia terhadap sesuatu yang pasti yaitu kematian.

4.      Takziyah dapat menangkal sifat keduniaan yang dimiliki oleh manusia.

5.      Melalui takziyah seseorang akan terdorong untuk introspeksi diri atas semua aktivitas yang
dilakukannya. Sehingga akan semakin tumbuh semangat mengisi hidup dengan perbuatan baik dan
amal shaleh.

6.      Takziyah mengarahkan manusia menjadi hamba Allah yang saleh dan bertakwa.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ta’ziyah merupakan mengunjungi orang yang tengah mendapatkan musibah dimana ada
salah seorang yang meninggal, dengan memberikan ucapan agar keluarga bersabar, memberikan
dorongan agar senantiasa tabah, dan membahagiakan orang-orang yang ditinggalkan.

Takziyah disunnahkan hanya satu kali. Takziyah mesti dilakukan terhadap seluruh kerabat mayat,
besar maupun kecil, laki-laki dan wanita, baik sebelum dikuburkan maupun sesudahnya, hingga tiga
hari setelah wafatnya. Kecuali bila yang akan berkunjung atau yang hendak dikunjungi ia sedang
bepergian, maka tidak mengapa nelakukannya setelah lewatnya waktu tersebut.

Jika seorang muslim bertakziyah kepada muslim, maka yang diucapkannya adalah “Semoga
Allah menghibur hatimu sebaik-baiknya, dan mengampuni keluargamu yang meninggal.” Seandainya
yang bertakziyah itu orang kafir kepada sesamanya, yang diucapkannya adalah “Semoga Allah akan
memberikan gantinya bagimu.”Adapun jawaban takziyah itu adalah mengucapkan amin dari pihak
yang dikunjunginya dan mengiringinya dengan “Semoga Allah memberimu pahala.”

Bertakziyah sambil duduk berkumpul, mendirikan tenda, membentangkan amparan, serta


menghamburkan uang yang tidak sedikit, termasuk hal-hal yang dibuat-buat, dan bid’ah yang
mungkar yang wajib dihindarkan oleh kaum muslimin dan terlarang mengerjakannya.

Nilai dan keutamaan lain dari takziyah yaitu takziyah dapat menumbuhkan ingatan manusia
kepada kematian, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Mewujudkan hubungan baik antar
manusia, media untuk mengingatkan manusia terhadap sesuatu yang pasti yaitu kematian, dapat
menangkal sifat keduniaan yang dimiliki oleh manusia. Melalui takziyah seseorang akan terdorong
untuk introspeksi diri atas semua aktivitas yang dilakukannya. Sehingga akan semakin tumbuh
semangat mengisi hidup dengan perbuatan baik dan amal shaleh.

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat
kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin

8
DAFTAR PUSTAKA

https://evienurjannah.blogspot.co.id/2015/01/taziyah.html

https://mumut78.wordpress.com/2011/02/02/contoh-makalah-takziyah/

https://aljaami.wordpress.com/2011/11/03/takziyah-kepada-keluarga-mayit/

http://www.gerbangilmu.com/2015/12/takziah-lengkap.html

Anda mungkin juga menyukai