Anda di halaman 1dari 91

MATERI PENGKADERAN

IPNU-IPPNU
PIMPINAN CABANG KAB. BANYUMAS

i
MATERI PENGKADERAN
IPNU-IPPNU
PIMPINAN CABANG KAB. BANYUMAS

ii
MATERI PENGKADERAN IPNU-IPPNU
PIMPINAN CABANG KAB. BANYUMAS

Penulis:
Mohammad Luqman
Abdul Qodir
Lutfi Maulana
Fatimatuzzahro

Copyright © Rizquna 2019


ISBN: 978-623-xxxxxx
Editor: Mawi Khusni Albar
Perancang Sampul: Faishol
Layout: Tim Rizquna

Penerbit Rizquna
Anggota IKAPI
Dukuhwaluh Kembaran Banyumas, Jawa Tengah
Email: cv.rizqunaa@gmail.com
Layanan SMS: 085257288761
Cetakan I, September 2020

Penerbit dan Agency


CV. Rizquna
Hak cipta dilindungi undang-undang
Diterbitkan pertama kali oleh

CV. RIZQUNA
Banyumas – Jawa Tengah
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
All Right Reserved
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
dari Penerbit Rizquna

iii
Kata Pengantar

Seraya melafalkan kata alhamdulillah sebagai ungkapan


rasa syukur kami atas selesainya penyusunan buku materi
Pengkaderan IPU-IPPNU Pimpinan Cabang Kab. Banyumas.
Buku yang saat ini rekan-rekanita baca merupakan ikhtiar kecil
dari penyusun agar memberikan kemudahan dalam kegiatan
pengkaderan bagi anggota IPNU-IPPNU khususnya di
Kabupaten Banyumas.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yag telah membantu penyelesaian penyusunan
buku ini. Wabil khusus Ketua Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU
Kabupaten Banyumas.
Semoga buku ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Ya Robbal ‘Aalamiin.

Banyumas, September 2020

Tim Penyusun

iv
SAMBUTAN
PIMPINAN CABANG
IPNU-IPPNU KAB. BANYUMAS
MASA KHIDMAT/PERIODE 2019- 2021

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah


SWT, selanjutnya sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah
membimbing dan membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke
zaman keselamatan yaitu adanya ajaran Agama Islam, dan
semoga kita semua mendapatkan syafaat-Nya dihari kiamat.
Amin.
Kaderisasi merupakan salah satu pilar utama dalam
Organisasi Sosial Kemasyarakatan seperti IPNU-IPPNU
sebagai salah satu Badan Otonom NU. Dari proses kaderisasi
yang efektif inilah akan didapat kader-kader yang memiliki
energi, kualitas dan loyalitas yang tinggi demi pengembangan
dan keberlangsungan organisasi sekarang dan di masa yang
akan datang.
IPNU-IPPNU adalah organisasi terstruktur dan
berjenjang yang harus menjamin kadernya mendapatkan
kualitas pengkaderan yang sama tanpa mengesampingkan ke
khas-an daerahnya masing-masing. Hal ini berlaku dalam
kegiatan pengakaderan awal yaitu Makesta. Makesta
merupakan gerbang awal seseorang resmi secara formal
menjadi anggota IPNU- IPPNU. Dalam kegiatan formal seperti

v
makesta ini akan terbentuk beragam kader, akan muncul
pemikiran-pemikiran baru, akan ada inovasi-inovasi yang
mereka berikan sesuai background dan kemampuannya
masing-masing. Karenan Kegiatan makesta ini bertujuan
memberikan Edukasi, Pondasi, pemahaman, pola pikir agar
bertindak sebagai kader IPNU-IPPNU dengan ilmu dan terapan
awal di masyarakat yang selaras dengan nilai perjuangan
Nahdlatul Ulama dan NKRI
Selain itu tidak kalah pentingnya, bahwa sesuai dengan
khittohnya IPNU-IPPNU yaitu kembali kepada pangkuan
pertama organisasi berdiri yakni Pelajar bukan hanya pada visi
dan misinya semata. Sehingga bidang garapnya ditujukan
pelajar, santri dan mahasiswa, dengan harapan dapat
membentuk pribadi kader yang militan, profesional dan
berakhlakul karimah.
Hal ini merupakan salah satu wujud kepedulian IPNU-
IPPNU terhadap kelangsungan serta kejayaan Jam’iyah NU ke
depan khususnya di Kabupaten Banyumas,.Tanpa ada
kepentingan-kepentingan lain yang lebih besar dari apa yang
menjadi tujuan IPNU-IPPNU sendiri, semoga out put dari
Makesta ini dapat benar-benar bermanfa’at. Amin.
Akhirnya, selamat Bermakesta Rekan dan Rekanita,
dan kepada segenap tim penyusun Buku Pedoman Materi
Makesta khususnya, atas nama Pimpinan Cabang IPNU-
IPPNU Kan. Banyumas menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas selesainya pembuatan panduan materi
Makesta IPNU-IPPNU ini. Buku pedoman kaderisasi ini
diharapkan dapat terdistribusi maksimal sehingga dapat
membantu proses pengkaderan di setiap level kepengurusan
mulai dari pimpinan ranting, pimpinan anak cabang maupun
pimpinan komisariat, Semoga bermanfaat untuk semua, dan

vi
Semoga kita senantiasa dalam lindungan dan keridloan Allah
SWT. Amiin.
“ Selamat Belajar, Berjuang dan Beratqwa ”

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq


Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Purwokerto, September 2020


PIMPINAN CABANG
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA
KAB. BANYUMAS

Aditya Ageng DL. Monica Rahayu


Ketua PC IPNU Ketua PC IPPNU

vii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................. iv


Sambutan Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU
Kab. Banyumas.................................................. v
Daftar isi ............................................................ viii
Materi-1 Ahlussunnah wal jamaah .................... 1
Materi-2 Nahdlatul Ulama (NU) .......................... 15
Materi-3 IPNU-IPPNU ......................................... 27
Materi-4 Kerrganisasian ..................................... 39
Materi-5 Ke-Indonesia-an ................................... 40
Materi-6 Kepemimpinan (Leadership) ................. 55
Materi-7 Tradisi Perilaku Keagamaan (Amaliyah)
Nahdlatul Ulama.................................. 61
Materi-8 CBP-KPP .............................................. 77

Lampiran-lampiran
Indikator Keberhasilan/Kartu RTL ..................... 87
SOP Makesta...................................................... 95

viii
Materi - 1
Ahlussunnah Wal Jamaah

A. PENGERTIAN AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH


Ahlussunah Wal Jama’ah menurut bahasa berasal
dari tiga suku kata dalam bahasa Arab, yaitu:
1. Ahlun (‫)ﺍﻫﻝ‬, Berarti kalompok, keluarga, golongan
2. As-Sunnah (‫ )ﺍﻟﺳﻧﻪ‬Berarti jalan atau ajaran Nabi
Muhammad SAW, meliputi perkataan, perbuatan,
Ketetapan Nabi Muhammad SAW.
3. Al-jama’ah (‫ )ﺍﻟﺟﻣﺎﻋﺔ‬Berarti golongan mayoritas
(umumnya umat islam) lebih khusus adalah sahabat
Raslullah SAW yakni Sayyidina Abu Bakar Assidiq,
Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan dan Ali bin Abi
Thalib.

Ahlussunah Wal Jama’ah menurut istilah artinya


ajaran islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. bersama para sahabat-sahabatnya dan
para salafu shalih.

9
Dari pengertian di atas diambil kesimpulan bahwa
Ahlussunah Wal Jama’ah adalah golongan pengikut ajaran
islam yang selalu berpegang teguh pada:
1. Al Qur’an.
2. Sunnah yakni ajaran Rasulullah SAW dan para sahabat
khususnya Khulafaurrosyidin.
3. Ijma’ (kesepakatan para ‘ulama’ terutama masalah
khilafiyah memilah pendapat) dan mengikuti madzab
imam mujtahidin, terutama madzab empat (Hanafi,
Maliki, Hambali dan Syafi’i).
4. Qiyas, adalah menyamakan sesuatu dengan sesuatu
yang lain dalam hukum karena adanya sebab yang
antara keduanya.

B. PRINSIP- PRINSIP YANG DIKEMBANGKAN


ASWAJA
Beberapa prinsip yang dikembangkan oleh faham
ahlussunnah wal jama’ah, yang kemudian diaktualisasikan
oleh jam’iyah Nahdlatul Ulama, yaitu:
1. Tawasuth (garis tengah)
Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip
hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil
dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama.
Dengan sikap ini NU selalu menjadi kelompok panutan
yang bersikap dan berlaku serta bertindak lurus dan
selalu bersifat membangun serta menghindari segala
bentuk pendekatan yang bersifat tatoruf/ekstrim (keras).
Intinya adalah sikap tengah-tengah tidak ekstrem kiri
dan juga tidak ekstrem kanan. Hal ini sesuai firman Alloh
SWT Qs. Al Baqarah: 143

10
َ ‫َو َﻛ َﺬ ِ َ& َﺟ َﻌﻠْ َﻨ ُ ْﲂ ﻣ ًﺔ َو َﺳ ًﻄﺎ ِﻟ ّ َﺘ ُﻜﻮﻧُﻮا ُﺷﻬَﺪَ ا َء َ َﲆ ﻟﻨ ِﺎس َو َ ُﻜ‬
‫ﻮن‬
‫ﻮل َﻠَ ْﯿ ُ ْﲂ َﺷﻬِﯿﺪًا‬
ُ ‫ﻟﺮ ُﺳ‬

Artinya: Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian


(umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar
kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan
perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT
menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan
perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143).

2. Tawazun
Seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam
penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal
pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

‫َ َﺐ َو ﻟْ ِﻤ َﲒ َان ِﻟ َﯿ ُﻘﻮ َم ﻟﻨ ُﺎس‬,‫ﺰﻟْﻨَﺎ َﻣ َﻌﻬُ ُﻢ ﻟْ ِﻜ‬/َ 0 ‫ َ ِﺖ َو‬2‫ﻟْ َﺒ ِ ّﯿ‬4ِ‫ ْر َﺳﻠْﻨَﺎ ُر ُﺳﻠَﻨَﺎ ﺑ‬0 ْ‫ﻟَﻘَﺪ‬
ِ‫ﻟْ ِﻘ ْﺴﻂ‬4ِ‫ﺑ‬
Artinya: Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami
dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan
telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan
neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25).

3. Tasamuh (Toleransi)

11
Yakni menghargai perbedaan serta
menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang
tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau
membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut
dalam meneguhkan apa yang diyakini. Sebagaimana
Firman Allah SWT:

‫ ْو َ ْﳜ َﴙ‬0 ‫ُۥ ﯾ َ َﺘ َﺬﻛ ُﺮ‬B‫ُۥ ﻗَ ْﻮ ًﻻ ﻟ ِ ّﯿﻨًﺎ ﻟ َﻌ‬Eَ ‫ﻓَ ُﻘ َﻮﻻ‬


Artinya: Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi
Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir'aun)
dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-
mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44).
Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT
kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata
dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir
(701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini
mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS
dan Nabi Harun AS kepada Fir'aun adalah
menggunakan perkataan yang penuh belas kasih,
lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya
lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih
berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Adzim, juz III hal 206).

4. I’tidal (Tegak Lurus)

12
‫ ُ ْﲂ‬I‫ﻟْ ِﻘ ْﺴﻂِ َو َﻻ َ ْﳚ ِﺮ َﻣ‬4ِ‫ ُﺷﻬَﺪَ ا َء ﺑ‬Gِ ِ ‫ُﻮا ُﻛﻮﻧُﻮا ﻗَﻮ ِﻣ َﲔ‬I‫ َﻦ َءا َﻣ‬Kِ ‫ َﺎ‬L‫ﳞ‬04َ‫ﯾ‬
‫ ان‬Gَ ‫ِﻠﺘ ْﻘ َﻮى َو ﺗ ُﻘﻮا‬R ‫ ْﻗ َﺮ ُب‬0 ‫ﻻ ﺗَ ْﻌ ِﺪﻟُﻮا ْ ِﺪﻟُﻮا ﻫ َُﻮ‬0 ‫ﺎن ﻗَ ْﻮ ٍم َ َﲆ‬V ُ َI‫َﺷ‬
O
َ ُ‫ِﲑٌ ِﺑ َﻤﺎ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠ‬Y‫ َﺧ‬Gَ
‫ﻮن‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak
membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi
(pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah
kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu
berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu
lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8).
Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong
perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi
kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah
semua hal yang dapat menjerumuskan dan
merendahkan nilai-nilai kehidupan.
Dalam upaya untuk melestarikan,
mempertahankan, mengamalkan dan mengembangkan
ajara ahlus-sunnah wal-jama’ah, Nahdlatul ‘Ulama’
berpegang teguh pada system bermadzab:
1. Dalam bidang aqidah mengikuti madzab yang
dipelopori imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu
Mansur Al-Maturidzi.
2. Dalam bidang fiqih mengikuti salah satu madzab
empat (Syafi’I, Maliki, Hanafi, Hambali).
3. Dalam bidang akhlak/tasawuf mengikuti madzab
Imam Junaidi Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.

13
---------------***---------------

14
15
Materi-2
Nahdlatul Ulama (NU)
A. PENGERTIAN NAHDLATUL ULAMA
Nahdlatul Ulama yang secara etimologis mempunyai
arti "kebangkitan ulama"" atau "bangkitnya para ulama"
adalah sebuah organisasi yang didirikan sebagai tempat
berhimpun seluruh umat Islam ahlussunnah wal Jamaah di
lndonesia dengan tujuan untuk memelihara tetap tegaknya
ajaran dan dakwah lslam Ahlussunnah wal Jamaah.

B. SEJARAH NAHDLATUL ULAMA


Sejarah terbentuknya NU tidak lepas dari
perkembangan Islam Inlernasional khususnya di timur
Tengah. Sejak Bani Saud berhasil mendirikan kembali
dinastinya (Saudi Arabia) pada sekitar abad ke-i7 dengan
bantuan ulama syekh Ahmad bin Abdul Wahab yang
berhaluan Taimiyahlsme (Wahabiyah), maka waarna Islam
di Jazirah Arab sebelumnya didominasi golongan sunni
(ahlussunnah) terdesak oleh ajaran baru yang kemudian
dikenal dengan paham Wahabi. Dengan dukungan dari
Kerajaan Saudi,paham lni berhasil melancarkan misi
dakwahnya yang bersifat puritan dan radikal. Gerakan yang
memicu perselisihan pada waktu itu (awal abad ke-20)
16
adalah penghancuran makam-makam sahabat, auliya,
ulama dan bahkan makam Nabi Muhammad SAW. pun
termasuk dalam daftar penghancuran.Gerakan ini didasari
alasan paham wahabi yang menolak praktik ritual ziarah
kubur yang di anggap sebagal bid'ah dan syirik. Menyikapi
permasalahan tersebut ulama-ulama Ahlussunnah di
Indonesia segera bermusyawarah di rumah KH. Wahab
Chasbullah (Surabaya) dan sepakat untuk membentuk
Komiite Hijaz dengan misi melakukan diplomasi
mencegah ponghancuran makam Rasulullah SAW dan
peninggalan sejarah Islam lainnya. Delegasi Komite Hijaz
terdiri dari KH. Wahab Chasbullah, Syekh Ghonairn (Mesir,
sebagai penasehat) dan KH. Dahlan Qohar (santri lndonesia
yang berada di Mekah). AKhirnya rekomendasi tersebut
berhasil disetujui oleh pihak Kerajaan Saudi dengan
beberapa syarat. dengan demikian akhirnya hingga kini
umat muslim sedunia yang melakukan lbadah haji masih
dapat berziarah ke makam Rasulullah SAW dan lainnya.

C. KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN NU


Sejak Komite Hijaz berhasll melaksanakan misinya
maka kemudian disepakati bahwa komite ini tidak
dibubarkan akan tetapi ditransformaslkan menjadi
organisasi/jam'iyyah degan nama Nahdlatul Ulama yang
secara resmi berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H_atau
bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M dirumah KH.
Ridwan Abdullah (Bubtan, Surabaya}. Hadratus syaikh
Hasyim Asy'arl terpilih sebagai Rais Akbar dan KH.Dahlan
sebagai "Wakil Rais, KH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai
Khotib. Dalam kepengurusan Tanfidziyah, H. Hasan Gipo
(Surabaya) terpilih sebagai Ketua,posisi sekretaris

17
dijabatoleh M.Sugeng Judo wiryo (Pemalang) dan
Bendahara dijabat oleh Muhammad Burhan.
Jamiyyah Nahdlatul Ulama pada hakikatnya
merupakan Kelajutan dari organisasi yang sebelumnya telah
ada, yaitu tahun 1914 telah berdiri Nahdlatut Tujjar
(kebangkitan pedagang) yang bervisi ekonomi oleh KH.
Wahab Chasbullah. Beliau juga seorang pedagang
disamping. merupakan ulama. Seiring perkembangan
pergerakan nasional, maka Nahdlatut Tujjar kemudian
Menjadi organisasi yang berwawasan kebangsaan dengan
visi perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dengan
berubah menjadi Nahdlatul Wathan (kebangkitan
bangsa/tanah air) pada tahun 1916. Dua tahun kemudian
organisasi ini lebih mengarah pada konseptualisasi
pemikiran Islam sebagai kelompok studi para ulama atau
yang kemudian dinamakan sebagaiTashwirul Afkar (1918).
Baru kemudian setelah kelahiran beberapa organisasi
diatas, dibentuklah Komite Hijaz (1924) yang kemudian
ditransfomasikan menjadi Jam'iyyah Nahdlaitul Ulama pada
tahun 1926.
Dalam perjalanan sejarahnya pada masa
kepemimpinan KH. Wahab Chasbullah, seiring
perkembangan politik aliran pada waktu ltu, pada tanogal 1
Mei 1952 dalam Muktamar NU ke-19 di Palembang, NU
berubah dari Jamiyyah menjadi partai politik dan sempat
menduduki peringkat ketiga perolehan suara pada Pemilu
Tahun 1955.
Menghadapi situasi politik yang tidak menguntungkan
pada masa orde baru. NU kembali kekhittahnya pada tahun
1984 dalam Muktamar Situbondo yang dlpelopori oleh
tokoh muda NU diantaranya Abdurrahman Wahid (Gus

18
Dur) dari Jombang,Musthofa Bisri (Rembang), Sahal
Machfudz (Pati) dan tokoh lainnya.

D. TUJUAN, AQIAH/AZAS SERTA FAHAM


KEAGAMAAN NU
Nahdlatul Ulama sebagaimana dalam sejarah lahirya
adalah Jam’iyyah Dinyah lslamiyah yang didirikan oleh para
ulama/kyai pesantren. Adapun tujuan didirikannya NU
tersebut diataranya adalah : a) memelihara,
melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran
Ahlussunnah wal Jamaah yang menganut pola madzhab
empat, b).mempempersatukan langkah para ulama dan
pengikut-pengikutnya,serta c} melakukan kegiatan-kegiatan
yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan
Masyarakat,kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan
martabat manusia.
Nahdlatul Ulama sebagai Jam'lyah Diniyah lslamiyah
beraqidah /berasas Islam. Dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Nahdlatul Ulama berdasar kepada
Pancasila.
Faham keagamaan NU mendasarkan kepada sumber
ajaran Islam : Al-Qur’an, As Sunnah, Al Ijma’ dan Al Qiyas.
Dalam bidang Aqidah, mengikuti Imam Abul Hasan Al
Asy’ari dan Imam Abu Mansyur Al Maturidi Dalarn bldang
fiqh,mengikuti jalan pednekatan (Al Madzhab) salah satu
dari Madzhab lmam Abu Hanifah An Nu'man (Hanafi), Imam
Malik bin Anas (Maliki) Imam Muhammd bin ldris Asy Syafl'I
(Syafi'i) serta Imam Ahmad bin Hanbal (Hambali). Dibidang
Tasawwuf piengikuti Imam Al Junaid Al Baghdadi dan
ImamAl Ghazali,serta lainnya.

19
Faham tersebut mendasari serta dikembangkan NU
ditengah-tengah masyarakat melalui sikap-sikap seperti:
Tawassuth ( mengambil jalan tengah/ moderat ), !'tidal
(sikap lurus/tegas/memegang prinsip), Tasammuh (toleransi
terhadap perbedaan), Tawazun (seimbang/tidak berat
sebefah/adil) serta Amar Ma'ruf NahiMungkar (mengajak
berbuat baik serta mencegah perbuatan jelek).
Dalam peningkatan kualitas SDM, membangun
hubungan dengan masyarakat (sosial) serta berkaitan
dengan peningkatan ekonomi, Nahdlatul Ulama
menanamkan sikap yang disebut Mabadi' Khaira Ummah
(langkah-langkah awal membentuk Ummat unggulan) yaitu
:Ash Shidqu (kebenaran/kejujuran/keterbukaan), Al Amanah
wal Wafa' bil 'Ahdi (dapat dipercaya, memegang
tanggungjawab, memenuhi janji ), Al 'Adalah (bersikap adil,
proporsional, obyektit), At Ta'awun (tolong menolong dalam
kerangka kebenaran dan · kebaikan) serta Al lstiqamah
(sikap mantap,tegak, konsisten,serta berkelanjutan).

Logo NU

E. LAMBANG NU DAN MAKNANYA


Nahdlatul Ulama secara istilah dicetuskan oleh KH.
Mas Alwl "Abdul Aziz yang bermula dari ide KH. Abdul
Hamid (Sedayu, Gresik). Sedangkan lambang Nahdlatul
20
Ulama diciptakan oleh K.H.Ridwan Abdullah (Surabaya) dari
hasil istikharah beliau.
Nahdlatul Ulama berupa gambar bola dunia yang
dilingkari tali tersimpul,dikitari oleh 9 (Sembilan) bintang 5
(lima) bintang terletak melingkari diatas garis kkatulistiwa
yang terbesar diantaranya terletak ditengah atas, sedang 4
(empat0 bintang lainnya terletak melingkar dibawah garis
katuliastiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam
huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia
ke sebelah kiri, semua terlukis dengan warna putih diatas
dasar hijau . Adapun makna dan lanmbang tersebut adalah:
1. bola dunia adalah tempat rnakhluk berpijak dan hidup;
2. peta sebagai perlambang NU yang rahmatan Iii'alamin
3. lkatan tali merupekan simbol persatuan dan kesatuan
yang kokoh
4. dua ikatan tali bawah merupakan keseimbangan
hubungan manusia dan Tuhan
5. untaian tali 99 melambangkan asmaul khusna
6. bintang berjumlah sembilan, yang paling besar
melambangkan Nabi Muhammad SAW, empat bintang
diatas melambangkan khulafaur rasyidin, serta
empat bintang dibawah melarnbangktan madzhabul
arba'ain
7. tulisan dalam huruf arab menunjukkan nama Nahdlatul
Ulama
8. warna dasar hijau melambangkan kesuburan,
kesejahteraan dan rahmat
9. warna putih melambangkan kesucian dan keluhuran

F. STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

21
NU
Pada prinsipnya,kepengurusan NU mulai dari
Pengurus Besar (Nasional), Pangurus Wilayah (Propinsi),
Pengurus Cabang (Kabupaten), Pengurus Cabang lstimewa
(luar r.egeri), Majelis Wakil Cabang (MWC) tingkat
Kecamatan,hingga Pengurus Ranting (Desa/Kelurahan)
mempunyai struktur kepengurusan yang sama yaitu terdiri
dari:
1. Mustasyar (penasihat / Pembina)
2. Syuriyah (dewan permusyawaratan pimpinan tertinggi
yang bertungsi sebagai pengambil kebijakan). Terdiri
dari Rais (Ketua),Wakil Rais,Katib (sekretaris). Wakil
Katib serta A'wan (anggoa).
3. Tanfidziyah (pelaksana kebijakan organisasi). Terdiri
dari Ketua,Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara.

Organisasi Nahdlatul Ulama


Dalam melaksanakan program kerjanya,
kepengurusan NU memiliki perangkat organisasi yang
terdiri dari:
1. Lembaga yaitu perangkat departementasi organisasl
Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan
Nahdlatul Ulama berkaitan dengan suatu bidang
tertentu,diantaranya adalah:
a) Lernbaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU),
bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul
Ulama di bidang pengembangan agama Islam yang
rnenganut faham Ahlussunnah wal Jamaah;
b) Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ularna (LP
Maarit NU), bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama;

22
c) Rabithah Ma'ahid Al lslamiyah (RMI), bertugas
melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di
bidang pengembangan pondok pesantren.
d) Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU),
berlugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama
di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlatul
Ulama;
e) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul
Ulama (LP2NU), bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlatul ulama di bidang pengembangan
pertanian, lingkungan hidup dan eksplorasi
kelautan;
f) Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul
Ulama (LKKNU), bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama di bidang kesejahteraan keluarga,
sosial dan kependudukan;
g) Lembaga Kajian dan Pengembangan
Sumberdaya manusia (LAKPESDAM), bertugas
melaksanakan kebijakan NahdlatuI Ulama di
bidang pengkajian dan pengembangan sumber
daya manusia;
h) Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum
(LPBHNU) bertugas melaksanakan penyuluhan
dan pemberian bantuan hukum
i) Lembaga Seni Buda Muslim Indonesia
(LESBUMI) bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan seni
dan budaya;
j) Lembaga Amil Zakat, infaq dan shadaqah
Nahdlatul Ulama (LAZISNU) bertugas
menghimpun, mengelola dan mentasharufkan,
zakat, infaq dan shodaqoh
k) Lembaga Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama
(LWPNU), bertugas mengelola serta mengem-
bangkan tanah dan bangunan serta harta benda
wakaf lainnya milik Nahdlatul Ulama;

23
l) Lembaga Bahtsul masail (LBM), bertugas mem-
bahas dan memecahkan masalah-masalah yang
maudlu’iyah (tematik) dan waqi’iyah (actual) yang
memerlukan kepastian hukum;
m) Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia (LTMI), bertugas
melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang
pengembangan dan pemberdayaan masjid;
n) Lembaga Pelayanaan Kesehatan Nahdlatul Ulama
(LPKNU), bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama dibidang kesehatan.

2. Lajnah adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama


untuk melaksanakan program, Nahdlatul Ulama yang
memerlukan penanganan khusus. Adapaun lajnah yang
ada adalah:
a) Lajnah falakiyah, bertugas mengurus masalah
hisab dan ru’yah, serta pengembangan Ilmu falak;
b) Lajnah Ta’lif Wan Nasyr, bertugas
mengembangkan penulisan, penerjemahan dan
penerbitan kitab buku serta media informasi
menurut faham Ahlussunnah wal jamaah

3. Badan Otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul


Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok
masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
Kepegurusan badan otonom diatur menurut Peraturan
Dasar dan Peraturan Rumah Tangga masing-masing
sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Nahdlatul Ulama. Adapun Banom NU
diantaranyya adalah:
a) Jam’iyyah Ahli Thariqoh Al Mu’tabarah An-
Nahdliyah, adalah badan otonom yang berfungsi
membantu, melaksanakan kebijakan Nahdlatul
Ulama pada perangikut tharekat yang mu’tabar

24
dilingkungan Nahdlatul Ulama serta membina dan
mengembangkan seni hadrah;
b) Jam’iyyatul Qurra Wal Hufadzh, adalah badan
otonom yang berfungsi membantu melaksanakan
kebijakan nahdlatul Ulama pada kelompok
Qori/qoriah dan hafidz hafidzah dilingkungan
Nahdlatul Ulama;
c) Muslimat Nahdlatul Ulama disingkat Muslimah NU,
adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada
anggota perempuan Nahdlatul Ulama;
d) Fatayat Nahdlatul Ulama disingat Fatayat NU,
adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada
anggota perempuan muda Nahdlatul Ulama;
e) Gerakan pemuda Ansor Nahdlatul Ulama disingkat
GP Ansor NU, adalah badan Otonom yang
berfungsi membantu melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama pada anggota pemuda Nahdlatul
Ulama;
f) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU,
adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada
pelajar laki-laki dan santri laki-laki;
g) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat
IPPNU, adalah badan otonom yang berfungsi
membantu melaksanakan kebijakan nahdlatul
ulama pada pelajar perempuan dan santri
perempuan;
h) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama disingkat ISNU
adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksnakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada
kelompok sarjana dan kaum intelektual dikalangan
Nahdlatul Ulama;
i) Serikat Buruh Muslim Indonesia disingkat
saburmusi,adalah badan otonom yang berfungsi

25
melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang
Kesejahteraan dan pengembangan
ketenagakerjaan; dan
j) Pagar Nusa adalah badan otonom yang berfungsi
membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul
Ulama pada pengembangan seni bela diri

---------------***---------------

26
27
Materi-3
IPNU- IPPNU
A. SEJARAH BERDIRINYA IPNU DAN IPPNU
1. Sejarah IPNU
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah
organisasi kepemudaan yang beranggotakan pelajar,
santri, mahasiswa dan remaja yang berada dibawah
naungan Nahdlatul Ulama.
IPNU berdiri pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373
Hijriyyah yang bertepatan dengan 24 Februari 1954
Masehi dalam penyelenggaraan kongres Ma’arif di
Semarang. Adapun tokoh- tokoh pendiri IPNU adalah
para mahasiswa yang berasal dari Yogyakarta,
Semarang, dan Surakarta atau kita sebut sebagai
pelopor organisasi pelajar NU, yaitu Tholhah Mansur
(Fak. Hukum UGM Yogyakarta dan berasal dari Malang,
Jawa timur), M. Sufyan Kholil (Jombang, Jawa Timur),
Mustahal (Solo), Achmad masyhud (Solo) dan Fadlan
Abdul Ghoni Farida (Fisipol UGM Yogyakarta, berasal
dari Semarang). Dalam konferensi tersebut
dideklarasikan berdirinya IPNU dan menetapkan

28
Tholhah mansur sebagai Ketua Umum Pertama
Pimpinan Pusat IPNU.
Berdirinya IPNU dimaksudkan untuk
menyatukan organisasi- organisasi pelajar di bawah
naungan NU, yang mana beberapa tahun sebelumnya
terdapat keragaman nama bagi perkumpulan pelajar
NU, diantaranya :
a. Tsamrotul Mustafidin di Surabaya, lahir pada tahun
1936
b. PERSANOE (Persatuan Santri Nahdlatul Oelama),
lahir pada tahun 1939
c. Ijtimaut Tholabiyyah lahir pada tahun1945 di
Madura
d. IMNU (Ikatan Murid Nahdlatul Ulama) lahir pada
tahun 1945 di Malang
e. ITNO (ijtimatul Tholabah NO), lahir pada tahun
1946 di Sumbawa
f. PERPENO (persatuan pelajar NO), lahir pada
tahun 1953 di kediri
g. IPINO (ikatan pelajar NO) dan IPENO pada tahun
1954 di medan
Dalam konferensi besar Ma’arif NU se-Indonesia
di Semarang maka menyepakati nama IPNU sebagai
satu-satunya wadah berhimpun dan berkreasi pelajar,
mahasiswa, santri dan remaja baik di pesantren,
madrasah maupun perguruan tinggi dan menetapkan
Tholhah Mansur sebagai ketua umum pertama.
Sejak saat itu, upaya pengembangan cabang
terus dilakukan hingga berdiri lima cabang yang dikenal
dengan panca daerah (Jombang, Solo, Kediri,
Semarang, dan Yogyakarta).

29
Menindak lanjuti ketetapan konbes Ma’arif
tersebut, para pengurus mengadakan konferensi lima
daerah di Surakarta tanggal 29 April- 1 Mei 1954.
Putusan-putusan pentingpun dihasilkan, selain
merumuskan tujuan, PD PRT dan menetapkan tholhah
mansur sebagai ketua umum dan memutuskan
Yogyakarta sebagai kantor pusat organisasi. Selain itu
IPNU juga mendapat pengakuan resmi sebagai bagian
NU pada muktamar 20 di Surabaya 09-14 September
1954, setelah ketua umum menyampaikan gagasan
IPNU dihadapa pesert muktamar.
Tokoh-tokoh yang pernah menjadi ketua umum
pimpinan pusat IPNU adalah:
a. Rekan Tholhah Mansur (1954-1960)
b. Rekan Ismail Makki (1960-1963)
c. Rekan Asnawi Latif (1960-1966; 1966-1970)
d. Rekan Tosari Wijaya
e. Rekan Ahsin Zaidi
f. Rekan Hilmi Muhammadiyah (1966-2000)
g. Rekan Abdulloh Azwar Anas (2000- 2003)
h. Rekan Mujtahidurridho (2003-2006)
i. Rekan Idi Muzayyad (2006-2009)
j. Rekan Ahmad Syauqi (2009-2012)
k. Rekan Khoirul Anam HS (2012-2015)
l. Rekan Asep Irfan (2015-2018)

2. Sejarah IPPNU
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama lahir pada
8 Rajab 1374 H/ 2 Maret 1955 bertepatan dengan
kongres pertama IPNU di Malang. Pada mulanya
IPPNU merupakan bagian dari Departemen keputrian

30
IPNU namun pada kongres tersebut aktivis pelajar putri
dan santri yang dimotori oleh Hj. Umroh Mahfudzoh
mendapat dukungan penuh dari ketua Muslimat NU
Nyai Hj. Mahmudah Mawardi dan Ketua Pusat LP.
Ma’arif NU K.H Syukri Ghozali untuk mendirikan
organisasi yang sejajar dengan IPNU.
Bermula dari perbincangan ringan yang
dilakukan oleh beberapa remaja putri yang sedang
menuntut ilmu di sekolah guru Agama (SGA) Surakarta
tentang keputusan muktamar NU ke-20 di Surakarta.
Maka perlu adanya organisasi pelajar dikalngn
Nahdliyat. Dalam keputusan ini di kalangan NU
Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Anshor, IPNU dan dan
Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU
putri pada kongres 1 IPNU, selanjutnya peserta putri
yang hadir di kongres Malang di namakan IPNU Putri.
Dalam suasana kongres tersebut ternyata
keberadaan IPNU Putri nampaknya masih di
perdebatkan secara serius. Semula direncanakan
administratif yaitu hanya menjadi departemen di dalam
tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi
dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk
semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk pelajar
putra.
Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua
kongres, peserta putri yang diwakili lima daerah yaitu
Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri,
melakukan konsultasi dengan banom NU yang
menangani pembinaan organisasi pelajar. Maka dari
situlah keputusan ditetapkan:

31
a. Tanggal 28 Februari- 5 Maret 1955 terbentuknya
organisasi IPNU Putri secara organisatoris dan
administratif terpisah dengan IPNU
b. Tanggal 2 maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H
dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU Putri
c. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya
pembentukan cabang-cabang selanjutnya maka
ditetapkan ketua umum pertama yaitu rekanita
Umroh Mahfudzoh dengan sekretaris Rekanita
Syamsiyah Mutholib
d. PP IPNU Putri berkedudukan di Surakarta Jawa
Tengah
e. Memberitahukan dan memohon pengesahan
resolusi pendirian IPNU Putri kepada PB Ma’arif
NU, kemudian PB Ma’arif menyetujui dengan
merubah nama IPNU menjadi IPPNU (Ikatan
Pelajar Putri Nahdlotul ulama).
Tokoh- tokoh yang pernah menjadi ketua umum
Pimpinan Pusat IPPNU adalah:
a. Rekanita Umroh Mahfudzoh (Gresik, Jatim
1955-1956)
b. Rekanita Basyiroh Soimuri (Solo, Jateng 1956-
1958; 1958-1960)
c. Rekanita Mahmudah Nahrowi (Malang, Jatim
1960-1963)
d. Rekanita Farida Mawardi (Surakarta, 1963-
1966)
e. Rekanita Mahsanah Asnawi (Rembang 1966-
1970)
f. Rekanita Ratu Ida Mawaddah (Serang, Banten
1970-1976)

32
g. Rekanita Misnar Ma’ruf (Padang, Sumbar 1976-
1981)
h. Rekanita Titin Asiyah (Jakarta, 1981-1988)
i. Rekanita Ulfah Masfufah (Jatim 1988-
1991;1991-1996)
j. Rekanita Safira Mahrusah (Yogyakarta 1996-
2000)
k. Rekanita Ratu Diah Hatifah (Banten 2000-2003)
l. Rekanita Siti Soraya Devi (Cirebon, 2003-2006)
m. Rekanita Wafa Patria Ummah (Jatim, 2006-
2009)
n. Rekanita Margareth Aliyatul M (2009-2012)
o. Rekanita Farida Farichah (2012-2015)
1. Rekanita Puti Hani (2015-2018)

3. Arti Lambang IPNU dan IPPNU


a. Arti Lambang IPNU
Termaktub dalam buku Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi (PPOA) IPNU BAB V pasal
8 tentang lambang sekaligus ditambahkan dengan
maknanya, bahwa:
1) Lambang organisasi berbentuk bulat, bermakna
kontinuitas/ terus menerus/ istiqomah.
2) Warna dasar hijau artinya subur, berlingkar
kuning ditepinya melambangkan hikmah yang
tinggi, dengan diapit dua lingkaran putih yang
berarti kesucian.
3) Dibagian atas tercantum akronim “IPNU”,
dengan tiga titik diantaranya yang berarti Iman,
Islam dan Ihsan. Diapit tiga garis lurus pendek,
yang satu diantaranya lebih panjang pada

33
bagian kanan dan kirinya semua berwarna putih
bermakna Rukun Iman
4) Dibawahnya terdapat bintang sembilan yang
melambangkan keluarga dari NU. Lima terletak
sejajar, satu diantaranya lebih besar
melambangkan Nabi Muhammad SAW dan
empat lainnya terletak mengapit melambangkan
Khulafaurrosyiddin (Abu Bakar As-Shidiq, umar
Bin Khotob, Usman Bin Affan dan Ali biN abi
tholib). empat bintang dibawahnya
melambangkan madzhab empat (Hanafi, Maliki,
Syafi’i dan Hanbali), semua berwarna kuning
dan sudutnya bermakna rukum islam.
5) Di antara bintang yang mengapit, terdapat dua
kitab melambangkan Al-Qur’an dan Hadist, serta
dua bulu angsa yang bermakna perpaduan
antara ilmu umum dan ilmu agama.

b. Arti Lambang IPPNU


Sama halnya dengan IPNU, lambang IPPNU
yang tertuang dalam PPOA IPPNU pada BAB II
pasal 3 tentang bentuk dan isi, sebagai berikut:
1) Lambang organisasi berbentuk segitiga sama
kaki dengan ukuran alas sama dengan tinggi.
2) Warna dasar hijau, dikelilingi garis yang kedua
tepinya diapit oleh warna putih
3) Isi lambang:
a) Bintang sembilan, yang sebuah besar
terletak diatas, empat buah menurun disisi
kiri dan empat buang linnya menurun disisi
kanan dan berwarna kuning

34
b) Dua kitab
c) Dua bulu angsa bersilang warna putih
d) Dua bunga melati putih di kedua ujung
bawah lambang
e) Tulisan IPPNU dengan lima titik
diantaranya, tertulis dibawah bulu dan
berwarna putih
Kemudian makna lambang terdapat dalam
pasal 4, diantaranya yaitu:
1) Warna hijau: kebenaran, kesuburan serta
dinamis
2) Warna putih: kesucian, kejernihan serta
kebersihan
3) Warna kuning: hikmah yang tinggi atau
kejayaan
4) Segitiga: iman islam dan ihsan
5) Dua buah garis tepi warna putih mengapit
warna kuning: dua kalimat syahadat
6) Sembilan bintang: keluarga nahdlatul
ulama yang diartikan
a) Satu bintang besar di atas: nabi
muhammad SAW
b) Empat bintang sebelah kanan: empat
sahabat nabi (Abu bakar, umar ibn
khatab, usman ibn affan, ali bin bi
tholib)
c) Empat bintang disebelah kiri: empat
madzhab yang diikuti (maliki, hanafi,
syafi’i dan hambali)
7) Dua kitab: Al-Qur’an dan Hadist

35
8) Dua bulu bersilang: aktif menulis dan
membaca untuk menambah wacana
berfikir.
9) Dua bunga melati: perempuan yang
dengan kebersihan pikiran dan kesucian
memadukan dua unsurilmu pengetahuan
umum dan agama
10) Lima titik di antara tulisan IPPNU: rukun
Islam.

B. STRUKTUR DAN PERMUSYAWARATAN


ORGANISASI IPNU DAN IPPNU
IPNU dan IPPNU adalah organisasi besar yang
keberadaannya menyebar diseluruh indonesia bahkan luar
negeri, maka perlu kita fahami bersama tentang struktur
kepemimpinan IPNU – IPPNU. Adapun struktur
kepemimpinan IPNU dan IPPNU sebagai berikut :
1. Pimpinan pusat (PP IPNU/ PP IPPNU) adalah tingkat
kepemimpinan IPNU dan IPPNU di tingkat nasional
yang berkeudukan di ibu kota negara, yaitu di Jakarta
dengan masa khidmat tiga tahun.
2. Pimpinan Wilayah (PW IPNU/PW IPPNU) adalah
tingkat kepemimpinan IPNU dan IPPNU ditingkat
propinsi dan berkedudukan di ibu kota propinsi dengan
masa khidmad dua tahun.
3. Pimpinan Cabang (PC IPNU/ PC IPPNU) adalah tingat
kepemimpinan IPNU dan IPPNU ditingkat kabupaten
dan berkedudukan du ibu kota kabupaten, dengan
masa khidmat dua tahun.

36
4. Pimpinan cabang istimewa (PCI IPNU/PCI IPPNU)
adalah tingkat kepemimpinan IPNU dan IPPNU
ditingkat luar negeri dengan masa khidmat satu tahun.
5. Pimpinan Anak Cabang (PAC IPNU/PAC IPPNU)
adalah tingkat kepemimpinan IPNU dan IPPNU di
tingkat kecamatan dan berkedudukan di kecamatan
dengan masa khidmat dua tahun.
6. Pimpina Ranting (PR IPNU/ PR IPPNU) adalah tingkat
kepemimpinan IPNU dan IPPNU ditingkat desa dan
berkedudukan di desa, dengan masa khidmat dua tahun
7. Pimpinan Komisariat dan Pimpinan Komisarat
Perguruan Tinggi (PK IPNU/PK IPPNU dan PKPT
IPNU/PKPT IPPNU) adalah tingkat kepemimpinan di
sekolah/ madrasah dan perguruan tinggi dengan masa
khidmat satu tahun
Dalam menetakan jabatan, mengevaluasi dan
merumuskan program kerja di setiap tingkatan
kepemimpinan dilakukan melalui permusyawaratan yang
diselenggarakan sesuai dengan tingkatannya. Berikut
permusyawaratan dalam IPNU-IPPNU sesuai tingkatannya:
1. Permusyawaratan IPNU IPPNU untuk tingkat nasional
terdiri dari
a. Kongres
b. Kongres luar biasa
c. Rapat kerja nasional
2. Permusyawaratan IPNU IPPNU untuk tingkat propinsi,
terdiri dari
a. Konferensi wilayah
b. Konferensi wilayah luar biasa
c. Rapat kerja wilayah

37
3. Permusyawaratan IPNU IPPNU untuk tingkat
Kabupaten/kota, teriri dari
a. Konferensi cabang
b. Konferensi cabang luar biasa
c. Rapat kerja cabang
4. Permusyawartan IPNU IPPNU untuk tingkat kecamatan,
terdiri dari
a. Konferensi anak cabang
b. Konferensi anak cabang luar biasa
c. Rapat kerja anak cabang
5. Permusyawaratan IPNU IPPNU untuk tingkat
desa/kelurahan dan komisariat, terdiri dari
a. Rapat anggota
b. Rapat anggota luar biasa
c. Rapat kerja anggota

C. PERAN DAN FUNGSI IPNU DAN IPPNU


IPNU dan IPPNU sebuah organisasi yang berperan
penting dalam membangun kader- kader NU berkualitas
berakhlaqul karimah, demokratis dan mampu mengamalkan
serta mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah
waljama’ah dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai Banom NU (tercantum dalam anggaran
rumah tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil muktamar
NU di lirboyo, Jatim) IPNU dan IPPNU juga berfungsi
sebagai wadah berhimpunnya para pelajar NU untuk
melanjutkan semangat NU, menjalin hubungan baik dan
menggalang ukhuwwah Islamiyyah dalam mengembangkan
syariat islam serta menjadi insan yang bermanfaat bagi
bangsa indonesia.

38
Maka dalam menjalankan peran dan fungsinya
dalam membina kader, IPNU IPPNU harus memiliki tatanan
nilai dan sikap, di antaranya:
1. Menjunjung tinggi nilai dan norma ajaran Islam
2. Menjunjung tinggi persaudaraan, persatuan dan kasih
sayang
3. Mendahulukan kepentingan bersama dari pada
kepentingan pribadi
4. Menjunjung tinggi sifat keihlasan dalam berjuang
5. Meluhurkan akhlak karimah dan menjunjung tinggi
kejujuran dalam berfikir, bersikap dan bertingkah laku.
6. Menjunjung tinggi kesetiaan pada agama, bangsa dan
negara
7. Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebaai
bagian beribadah kepada Alloh SWT
8. Selalu siap menyesuaikan diri dengan setiap
perubahan yang membawa manfaat bagi kehidupan
9. Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha
mendorong, memacu dan mempercepat
perkembangan masyarakat yang lebik baik.

---------------***---------------

39
MATERI-4
Keorganisasian
A. PENGERTIAN ORGANISASI
Terdapat dua kata bantu yang terdapat dalam al-
Qur’an untuk mempelajari pengorganisasian ini. Kata
tersebut adalah (Shaff) dan (ummat). Penulis akan
membahas dua kata tersebut satu per satu.
Maka kata (shaff) kita identifikasikan atau maknai
dengan organisasi. Jadi organisasi menurut analisis kata ini
adalah suatu perkumpulan atau jamaah yang mempunyai
sistem yang teratur dan tertib untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam surah al-Shaff ayat 4 dikemukakan:
ٌ َ ْ ُ ْ ُ ‫َ َﱠ‬ َ ْ َ َ ْ ُ َ ُ َْ ‫َ ُ ﱡ ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﺑ ﻴﺎن‬ ْ
‫ ﻳﻘ ِﺎﺗﻠﻮن ِ ﺳ ِ ﻴ ِ ٖ ﺻﻔﺎ‬%&'ِ (‫ﺐ ا‬+ ِ ‫ِان اﷲ‬

ٌ ُ
‫ﱠﻣ ْﺮﺻ ْﻮص‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-
akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh”

40
Menurut al-Baghawi maksud dari ayat di atas adalah
manusia seyogyanya tetap pada tempatnya dan tidak
bergoyah dari tempat tersebut. Di samping itu, dalam ayat
tersebut banyak mufassir yang menerangkan bahwa ayat
tersebut adalah barisan dalam perang. Maka ayat tersebut
mengindikasikan adanya tujuan dari barisan perang yaitu
berupaya untuk melaksanakan kewajiban yaitu jihad di jalan
allah dan memperoleh kemenangan. Dalam penafsiran versi
lain, dikemukakan bahwa ayat tersebut menunjukkan
barisan dalam shalat yang memiliki keteraturan.
Menurut al-Qurtubi Maksud dari shaff di situ adalah
menyuruh masuk dalam sebuah barisan (organisasi) supaya
terdapat keteraturan untuk mencapai tujuan.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika


melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan “tepat,
terarah dan tuntas“.

Dalam definisi lain dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia (KBBI) organisasi bisa diartikan dengan kesatuan
yang terdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan untuk
tujuan tertentu. Tujuan sebuah organisasi adalah tujuan
yang dianggap tujuan bersama sehingga orang-orang di
dalamnya merasa terikat oleh tujuan tersebut, meskipun
setiap individu mempunyai tujuan pribadi dalam mendirikan
atau bergabung dalam suatu organisasi.
Adapun menurut Max Weber, organisasi adalah
suatu kerangka hubungan terstruktur yang didalmnya
terdapat wewenang, dan tanggung jawab serta pembagian
kerja menjalankan sesuatu fungsi tertentu.

41
B. TUJUAN ORGANISASI
Setiap manusia memiliki kepentingan dan tujuan
yang berbeda-beda, hal tersebut menjadi sebab adanya
tujuan dalam organisasi, dengan menyatukan kepentingan
dan tujuan yang berbeda-beda untuk menjadi kepentingan
dan tujuan yang sama. Tujuan organisasi berpengaruh
dalam mengembangkan organisasi baik dalam perekrutan
anggota, dan pencapaian apa yang ingin dilakukan dalam
berjalannya organisasi tersebut. dalam hal ini visi umum
organisasi IPNU IPPNU adalah menegakkan ajaran Islam
menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-
tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

C. UNSUR-UNSUR DAN MANAJEMEN ORGANISASI


Dalam berorganisasi unsur- unsur dan manajemen
mejadi sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan sebuah
organisasi itu sendiri. berikut unsur-unsur organisasi:
Man adalah unsur utama pembentuk organisasi yang
disebut sebagai personil atau anggota yang menurut fungsi
dan tingkatannya terdiri atas unsur pimpinan (administrator)
sebagai pemimpin tertinggi organisasi, para manajer
pemimpin unit tertentu suatu kerja sesuai fungsinya dan
para pekerja (workers). Setiap hal tersebut merupakan
kekuatan organisasi.
Kerja Sama, adalah unsur organisasi dimana setiap
anggota atau personil melakukan perbuatan secara
bersama-sama untuk tujuan bersama.
Tujuan Bersama, adalah Sasaran yang ingin dicapai/
diharapkan baik dari prosedur, program, pola atau titik akhir
dari pekerjaan organisasi tersebut.

42
Peralatan (Equipment), adalah sarana dan
prasarana yang berupa kelengkapan dari organisasi
tersebut baik itu berupa bangunan (gedung, kantor), materi,
uang, dan kelengkapan lainnya.
Lingkungan (Environment), adalah unsur
organisasi yang juga memiliki pengaruh. Faktor tersebut
adalah ekonomi, sosial budaya, strategi, kebijaksanaan.
anggaran, dan peraturan yang telah ditetapkan. Kekayaan
Alam, yang termasuk dengan kekayaan alam adalah air,
cuaca, keadaan iklim, flora dan fauna.
Kerangka/Kontruksi Mental Organisasi, adalah
landasan dari organisasi yang berada pada visi organisasi
tersebut dibuat.
Maka apabila unsur-unsur telah terpenuhi maka
majemen menjadi pelengkap atau secara sederhana kita
sebut dengan guidelines for the vision (pedoman menuju
vis), berikut penjelasan manajemen organisasi:
1. Planning (perencanaan)
Hal yang berkaitan dengan perencanaan dalam
organisasi diantaranya dalah rencana-rencana yang coba
disusun oleh pengelola organisasi, seperti rencana kerja
atau kegiatan serta anggaran yang diperlukan, teknis
pelaksanaannya bisa melalui rapat-rapat, seperti:
a. Rapat Kerja (pengurus organisasi) yang
membicarakan rencana-rencana kerja pengurus serta
kegiatan anggota yang akan dilakukan dengan satu
atau lebih target yang akan dicapai.
b. Rapat pimpinan cabang (RAPIMCAB) membahas
evaluasi progrm kerja terlaksana maupun yang akan
dilaksanakan.
2. Organizing (pengaturan)

43
Dalam hal pengaturan, unsur yang perlu
diperhatikan dan diwujudkan adalah Struktur Organisasi
yang mampu menunjukkan bagaimana hubungan
(relationship) antara organisasi/bagian/seksi yang satu
dengan yang lain. Job Description yang jelas yang mampu
menjelaskan tugas masing-masing bagian. Bentuk
Koordinasi antar bagian dalam organisasi (misal. Rapat
Koordinasi antar bagian, Rapat Pimpinan antar organisasi,
dll), penataan dan pendataan arsip & inventaris organisasi
harus diatur dan ditata dengan baik administrasi
organisasi, seperti surat masuk, surat keluar,
laporanlaporan, proposal keluar, data anggota, AD/ART,
GBHK, presensi, hasil rapat, inventarisasi yang dimiliki,
perangkat yang dipinjam dll.
3. Accounting (pelaporan)
Pelaporan merupakan unsur wajib yang harus
dilakukan untuk menunjukkan sikap & rasa tanggung
jawab dari pengurus kepada anggotanya ataupun kepada
struktur yang berada diatasnya. Wujud kongkritnya adalah
progress report (laporan pengembangan kegiatan) atau
laporan pertanggung jawaban (LPJ) kegiatan
4. Controling (pengawasan)
Tugas organisasi ataupun pimpinan organisasi
yang tidak boleh terlewatkan adalah melakukan
pengawasan terhadap aktifitas organisasi ataupun
realisasi kegiatan dan penggunaan anggaran.

---------------***---------------

44
MATERI-5
Ke-Indonesia-an

Secara etimologi kata keIndonesiaan merupakan


bentuk dari kata konfiks (gabungan) atau kata yang di susupi
imbuan ke dan an. Menurut kamus besar indonesia the
saurus imbuan ke dan an jika di gabungkan dengan kata
Indonesia memiliki makna untuk menyatakan hal atau
keadaan. Sedangkan menurut terminology kata
keIndonesiaan memiliki makna untuk menerangkan hal dan
keadaan bangsa Indonesia dari berbagai aspek baik dari
segi geografis, agama, politik, budaya serta sejarah. Zaman
pra kemerdekaan hingga hari proklamasi adalah sebuah
perjuangan akan eksistensi bangsa Indonesia (di antara
bangsa-bangsa lain) di mata dunia. Oleh karena itu, jika kita
pelajari sejarah sejak sumpah pemuda tahun 1928 hingga
hari proklamasi tahun 1945 merupakan upaya para pendiri
bangsa atas identitas Indonesia sebagai sebuah negara
kepada masyarakat dunia.
Perjalanan sejarah bangsa indonesia yang di mulai
sejak era sebelum dan selama penjajahan di lanjutkan
dengan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan

45
sampai dengan era mengisi kemerdekaan, menimbulkan
kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan
zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut
ditanggapi oleh Bangsa Indonesia berdasarkan nilai-nilai
semangat kebangsaan, kejuangan yang senantiasa tumbuh
dan berkembang yang di landasi oleh jiwa, tekad dan
semangat kebangsaan, kesemuanya itu tumbuh menjadi
kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya
NKRI dalam wadah nusantara. Jauh sebelum indonesia
terbentuk, bangsa indonesia pernah mengalami rangkaian
sejarah panjang mulai dari kerajaan-kerajaan hindu yang
berpusat di kutai kertanegara pada abad ke-5 M hingga di
lanjutkan budha pada awal abad ke-7 M dengan Kerajaan
Sriwijya yang berpusat di sunatra hingga dilanjutkan di
Majapahit yang dapat menyatakan nusantara dengan corak
kebhinnekaan hingga ke-4 M, Bangsa Indonesia sudah
kenyang akan sejarah dan pergolakan panjang di dalamnya
hingga sebuah cita-cita kemerdekaan pun telah terwujud.
Sebagai negara yang majemuk kita harus benar-benar
paham bagaimana menjadi keberagaman negara Iindonesia
agar sikap-sikap toleransi dan saling menghormati tetap
terwujud di tanah air Indonesia.
Beberapa era yang dialami Indonesia merupakan
sebuah pengalaman liku yang memenuhi lorong-lorong
penuh perjuangan
Di era sebelum penjajahan: yang di mana di era ini
rakyat yang masih patuh dan setia kepada rajanya
membendung penjajah dan menjunjung tinggi kehormatan
dan kedaulatan sebagai bangsa monarchi yang merdeka di
bumi nusantara yakni pada tahun 400 M sampai dengan
tahun 1617.

46
Di era selama penjajahan, mulai tahun 1511 sampai
denagn 1945 bangsa indonesia di jajah oleh bangsa asing
yaitu bangsa portugis, belanda, inggris dan jepang. Di era ini
pula di kenal sebagai gerakan kebangkitan nasional pertama
yaitu lahirnya organisasi pergerakan Budi Utomo yang di
pelopori pleh Dr. Sutomo tahun 1908 dan lahirnya Sumpah
Pemuda tanggal 28 oktober 1928 dimana hal tersebut
sebagai titik awal dari kesadaran masyarakat untuk
berbangsa Indonesia. putra putri indonesia berikrar
"berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu:
Indonesia"
Di era Indonesia pasca kemerdekaan meliputi dua
era yaitu Orde lama dan Orde baru.
1. Masa Orde Lama
Di sini masa pemerintahan Ir.soekarno yang pertama
kali menjabat presiden di Indonesia periode 1945-1966. Ir
soekarno adalah penggali pancasila, ia sebagai proklamator
kemerdekaan Indonesia bersama Drs. Moh Hatta. Orde
lama disini berlangsung dari tahun 1945-1968, yang mana
dalam masa tersebut sekitar tahun 1960-an ekonomi
mengalami kesurutan, harga-harga melambung tinggi
sehingga pada tahun 1966 mahasiswa turun ke jalan untuk
mencegah rakyat yang turun, Mereka menuntut Tritura. Jika
saat itu rakyat yang turun mungkin akan menjadi People
Power seperti yang terjaidi di Philipina. Masa orde lama yaitu
masa pemerintahan yang di mulai dari proklamasi
kemerdekaan 17 agustus 1945 sampai masa terjadinya G30
S PKI. Di masa orde lama pun ideologi partai berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya. Partai yang ikut pemilu di
masa itu sebanyak lebih dari 25 partai peserta pemilu yang
pelaksanaan pemilu nya hampir sama seperti sekarang.

47
2. Masa Orde Baru
yaitu masa pemerintahan yang di pimpin oleh
Ssoeharto. Lahirnya orde baru ini di awali dengan di
keluarkannya surat perintah 11 maret 1966. Orde baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998, dalam jangka
waktu tersebut ekonomi Iindonesia berkembang pesat
meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi
yang merajalela. Pergantian orde lama ke orde baru secara
resmi sejak di lantiknya Soeharto menjdi Pejabat Presiden
Republik Indonesia 12 maret 1967.

3. Era Reformasi, Demokrasi, dan Keterbukaan di


Indonesia.
Era reformasi ini muncul di tahun 1998 sampai
sekarang. Era reformasi berlangsung dari tahun 1998
sampai dengan saat ini, sudah berjalan pasca pemerintahan
orde baru dan muncul dengan sistem demokrasi. Demokrasi
itu sendiri adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan sebuah
sistem manajemen kekuasaan yang di landasi oleh nilai-nilai
dan etika serta peradaban yang menghargai martabat
manusia.menjaga proses demokratisasi adalah memahami
secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga hak-hak itu
agar siapapun menghormatinya, melawan siapapun yang
berusaha melanggar hak-hak itu. Di era keterbukaan pada
pemerintahan sekarang ini, masyarakat bisa menilai sendiri
dalam kinerja pemerintahan dan juga masyarakat dapat
mengetahui informasi-informasi yang di sampaikan dari
pemerintahan pusat, sehingga banyak masyarakat kita yang
menyampaikan aspirasi opini balik lewat berbagai saluran
media yang ada, terutama media sosial.

48
Saat ini Indonesia sedang membangun
demokrasinya, kita harus yakin hanya dengan indonesia
yang semakin demokratis, kehidupan berbangsa dan
bernegara akan jauh lebih baik dan maju. Kehidupan
demokrasi yang menjalin dan juga menjamin kebebasan
berpendapat, berkarya, dan berekspresi tanpa di halang-
halangi oleh gaya rezim otoriter. Indonesia yang makmur
dan sejahtera merupakan cita-cita kita. Kita berharap
Indonesia tetap eksis dan hal ini akan tidak mungkin selain
dengan menciptakan Indonesia yang demokratis,
menghargai perbedaan dan bersikap toleran untuk
kepentingan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
KIPRAH POLITIK NU DALAM PERJALANANNYA BAGI
INDONESIA
Dalam sejarahnya NU punya andil besar dalam
berpolitik, berikut akan dipaparkan beberapa momen
sejarah yang bersingungan dengan politik kebangsaan yang
dilakukan oleh NU dalam perkembangan sejarahnya.
1. Penetapan Dar Al-Islam
Dalam muktamar XI tahun 1938 di Banjarmasin,
NU memutuskan bahwa negara dan tanah air wajib dijaga
menurut fiqh. Hal ini berdasar pada persoalan status negara
Indonesia dalam perspektif syariah. Berpedoman pada
kitab Bughyah al-Murtasyidin, Muktamar kemudian
memutuskan bahwa sesungguhnya negara Indonesia
merupakan negara Islam, dar al-Islam. Dalam tradisi fiqh
politik dikenal 3 bentuk negara yakni: dar al-Islam (negara
Islam), dar al-sulh (negara damai) dan dar al-harb (negara
perang). Konsepsi bentuk negara Islam menuntut untuk
dipertahankannya negara dari serangan luar, karena
merupakan perwujudan normatif dan fungsional dari cita-cita

49
negara. Argumentasi yang digunakan, wilayah
Nusantara, khususnya tanah Jawa pernah dikuasai
sepenuhnya oleh umat Islam melalui kerajaan-kerajaan
Islam. Meskipun pernah dijajah oleh kaum kafir, namun
mayoritas masyarakat merupakan muslim, serta
diberikannya kebebasan menjalankan syariat agama
menjadi dasar lain penetapan negara Islam ini. Selain itu,
keberadaan lembaga kepenghuluan yang memungkinkan
umat Islam menjalankan syariat, meskipun masih sangat
terbatas, menjadi alasan keputusan muktamar. Keputusan
muktamar ini pada dasarnya merupakan langkah awal NU
dalam berpolitik. NU sudah berani melibatkan diri secara
kelembagaan dalam arus kepentingan negara yang pada
saat itu dalam kekuasaan penjajahan. Dampak dari
penetapan negara islam ini adalah memberikan legitimasi
bagi para orang-orang NU untuk berjuang secara aktif dalam
pergerakan kemerdekaan. Cita-cita mewujudkan
kemerdekaan secara tersirat dan pasti terkandung dalam
konsepsi ini. Sehingga, perjuangan kemerdekaan menjadi
keniscayaan, dan merupakan manifestasi dari ajaran agama
2. Resolusi Jihad
Resolusi jihad merupakan maklumat yang
disampaikan NU kepada warganya untuk berjihad,
berperang mengusir kedatangan Inggris di bumi Indonesia
yang notabene sudah memproklamirkan diri sebagai bangsa
yang merdeka. Situasi Surabaya yang semakin tegang dan
meningkatnya aktifitas para tentara Inggris menjadi
pertimbangan para Kyai NU untuk segera bertindak
mengobarkan semangat perlawanan. Langkah pertama
yang dilakukan NU adalah dengan memanggil para konsul
NU untuk menentukan sikap menghadapi aksi yang

50
dilakukan oleh NICA-Belanda yang membonceng Inggris.
Akhirnya, diadakan pertemuan para konsul yang
dilaksanakan pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di kantor
PBNU di Bubutan, Surabaya. Pertemuan ini dihadiri oleh
panglima Hizbullah, Zainul Arifin, Sebelumnya Presiden
Sukarno telah menemui KH. Hasyim Asy’ari untuk
menanyakan tentang hukum mempertahankan
kemerdekaan bagi umat Islam. Menanggapi pertanyaan
tersebut, KH. Hasyim Asy’ari memberi jawaban tegas bahwa
sudah jelas bagi umat Islam Indonesia untuk melakukan
pembelaan terhadap tanah airnya dari bahaya dan ancaman
kekuatan asing. Secara umum, isi resolusi jihad
mengisyaratkan dua kategori dalam berjihad. Pertama,
fardlu ‘ain bagi setiap orang yang berada dalam radius 94
KM dari episentrum pendudukan penjajah. Dalam Islam,
fatwa “fardlu ‘ain” mengimpikasikan kewajiban yang harus
dijalankan bagi setiap orang yang sudah mukallaf (aqil
baligh). Kedua, fardlu kifayah bagi warga yang berada di
luar radius tersebut. Namun dalam kondisi tertentu dan
darurat, maka bisa dinaikkan statusnya menjadi fardlu ‘ain.
Fardlu kifayah merupakan sebuah kewajiban yang menjadi
gugur apabila sudah dilakukan oleh salah satu orang dalam
sebuah daerah/komunitas. Resolusi jihad mempunyai
dampak yang besar bagi gerakan perlawanan terhadap
Inggris di Surabaya. Puncaknya adalah tanggal 10
November 1945, yakni terjadi pertempuran super dasyat
antara santri dan arek Surabaya melawan militer Inggris.
Momentum besar tersebut sampai saat ini kemudian
diabadikan sebagai hari pahlawan. Resolusi Jihad ini
sebenarnya merupakan konsistensi keputusan politik
terhadap konsepsi dar al-Islam, di mana keberadaan

51
negara Indonesia sebagai negara “Islam” yang wajib dibela
dan dipertahankan. Dan sekarang guna mengenang sejarah
resolusi jihad maka pemerintah menjadikan tanggal 22
Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
3. Penetapan Wali Al-Amri Addaruru Bi Asy-Syaukah
Dalam konferensi Alim Ulama se-Indonesia di
Cipanas, Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 2-7 Maret 1954
ditetapkan pengangkatan Presiden Soekarno sebagai wali
al-amr al-dharuru bi al-syaukah. Hal ini terkait dengan
statement PERTI yang mempersoalkan kewenangan
Menteri Agama yang pada saat itu dijabat oleh K.H. Masykur
(tokoh NU) dalam pengangkatan kepala KUA sebagai wali
hakim. Dalam konstelasi hukum Islam, ketika seorang
wanita tidak mempunyai wali nasab, maka pernikahannya
boleh dilangsungkan melalui wali hakim. Dan wali
hakim ini ditunjuk oleh pemerintah atau sultan yang sedang
berkuasa (dzu syaukah). Dalam pandangan NU, sistem
negara Indonesia yang berbentuk Republik meniscayakan
kedudukan Presiden yang sama dengan kedudukan sultan.
Sehingga NU kemudian menetapkan Presiden Soekarno
sebagai wali al-amri (pemegang kekuasaan) dalam keadaan
darurat. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa
kepala Negara tidak dipilih oleh ulama yang kompeten,
sehingga tidak sepenuhnya memenuhi pra syarat fiqh.
Sehingga Pengangkatan Presiden sebagai wali al-amr al-
dharuri bi al-syaukah dalam konteks ini member legitimasi
secara fiqh, sebagai kepala negara yang diberi wewenang
untuk mengurusi persoalan umat. Dengan dasar pengakuan
keabsahan secara fiqh, maka kepala Negara berwenang
dan sah mengangkat pejabat agama melalui
pendelegasian wewenang kepada Menteri Agama.

52
Sebenarnya, penggunaan gelar wali al-amr al-
dharuru bi al-syaukah ini mengandung makna implisit bahwa
suatu negara yang dipimpin dengan gelar tersebut tidaklah
benar-benar islami, hanya saja dipimpin oleh pemimpin yang
muslim. Hal ini karena keadaan negara dianggap darurat
sehingga membutuhkan fatwa para alim ulama sebagai
legitimasi hukum Islam.Latar belakang munculnya gelar ini
didasarkan atas dua pertimbangan, yakni pertimbangan
agama dan pertimbangan politik. Pada pertimbangan
agama, konsepsi imamah (kepemimpinan dalam Islam)
dianggap sebagai hal yang penting dan mendasar bagi
kehidupan masyarakat. Sehingga dipandang perlu untuk
menentukan imam (pemimpin) yang berdasar pada
mekanisme hukum Islam. Sedangkan pertimbangan politik
meniscayakan agar posisi Presiden Soekarno semakin kuat,
mengingat ada beberapa golongan dan interest politik
tertentu yang masih meragukan dan mempertanyakan posisi
presiden dalam tinjauan fiqh dan hukum islam. Ijitihad politik
tersebut menunjukkan bahwa kepentingan bangsa dan
negara menjadi orientasi dalam berpolitik. Dalam konteks
ini, fiqh menjadi dasar untuk melegitimasi realitas politik
yang terjadi.

1. Nasionalisme Piagam Jakarta


NU berperan dan sangat menerima penghapusan 7
kata pada sila pertama dalam piagam Jakarta, sehingga
bunyi dalam Sila kesatu Pancasila adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa. Karena hal itu tidak bertentangan dengan tauhid
ajaran agama islam dan ajaran agam lainnya.
2. Penerimaan Asas Tunggal Pancasila

53
Pada Muktamar NU tahun 1984, yang merupakan
titik balik ghiroh perjuangan karena dalam muktamar itu
dihasilkan keputusan antara lain, NU Khittoh 1926 yang
artinya NU mundur dari kancah politik praktis, dan
menasbihkan diri bahwa Pancasila sudah final sebagai
dasar dan ideologi Negara yang tidak bisa dirubah lagi oleh
apapun dan siapapun. NU wajib menjaga tetap tegaknya
NKRI dan Pancasila sebagai dasar Negara. Dan memberi
pemahaman bahwa Pancasila bukan Agama, bukanlah
Madzhab tapi Pancasila adalah Falsafah dan pandangan
hidup yang mengejawantahkan kepribadian Bangsa
Indonesia.

---------------***---------------

54
MATERI-6
KEPEMIMPINAN
(LEADERSHIP)
A. PENDAHULUAN
Secara etimologi Leadership berasal dari bahasa
Inggris yang artinya pemimpin atau kepemimpinan.
Adapaun secara terminologi dapat dirumuskan sebagai
berikut: Kepemimpinan adalah kemampuan atau kesiapan
yang dimiliki oleh seseorang yang dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau
perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh
tersebut, selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan

B. SIFAT WAJIB BAGI PEMIMPIN


Sebagai seorang kader muslim, sudah selayaknya
kembali bercermin kepada sifat-sifat Rosululloh SAW yaitu :
1. Shidiq : Benar dalam keyakinan, ucapan dan
tindakan
2. Amanah : Terpercaya dalam keyakinan, ucapan, dan
tindakan

55
3. Tabligh : Penyampaian wahyu, Idiologi organisasi,
ide pribadi, maupun dari orang lain
4. Fathonah : Cerdas dan peka atau cepat tanggap
terhadap problema yang terjadi dala
masyarakat

C. TIMBULNYA PEMIMPIN
Ada beberapa alternatif tentang timbulnya seorang
yang menjadi pemimpin antara lain :

1. Teori Genetika
Seorang pemimpin yang lahir sebab karena
keturunan, ia ditaqdirkan menjadi pemimpin dalam
situasi yang bagaimanapun
2. Teori Sosial
Seorang pemimpin yang lahir karena disiapkan
melalui proses pendidikan, meskipun orang tersebut
kurang berbakat menjadi pemimpin
3. Teori Ekologi
Seorang pemimpin yang lahir dan sudah mempunyai
bakat terus dikembangkan melalui proses pendidikan
dan pengalaman dan pengaruh lingkungan ia berada

D. TIPE KEPEMIMPINAN
1. Karismatik yaitu pemimpin yang mempunyai daya
tarik dan wibawa alamiah yang sangat tinggi, biasa
dimiliki oleh orang yang sangat alim lagi sholeh,
meskipun orang tersebut sangat mudah
melimpahkan pengaruh kepada orang lain.

56
2. Otokratrik yaitu pemimpin yang tidak dapat
mendengarkan kritik, pendapat atau saran dari orang
lain atau bawahannya, dalam mencapai tujuan
sesuaikan dengan keinginannya sendiri atau pribadi,
sehingga pendekatan pada bawahannya dengan
cara paksaan.
3. Liberal yaitu pemimpin yang tidak tahu menahu
dengan persoalan bawahannya dan membiarkan
bawahannya mencari masalah dan pemecahan
sendiri.
4. Demokratik yaitu kekuasaan sepenuhnya pada
anggota, segala keputusan berdasarkan
musyawaroh bersama dengan anggotanya
pemimpin mencari masalah dan pemecahnnya.

E. SIFAT-SIFAT PEMIMPIN YANG BAIK


1. Bertaqwa dan Niat beribadah kepada Alloh SWT
serta khidmat pada organisasi
2. Adil, setia dan ikhlas berkorban serta
pantang menyerah
3. Penuh energi untuk menginspirasi ,inisiatif ,dan pro
aktif
4. Tidak emosional, simpatik, sopan dan fleksibel
5. Cakap, penuh inovasi, terampil, komunikatif dan
terbuka
6. Mendengarkan pendapat anggota, dan dalam
mengambil keputusan dengan mengutamakan
kemaslahatan, kemajuan bersama.
7. Tidak mudah menunda pekerjaan dan selalu siap
mental untuk jatuh dan tumbuh kembali

57
F. FUNGSI PEMIMPIN
Fungsi pemimpin yaitu pelopor dan penanggung jawab,
idiologi dan planner, bapak dan ibu atau orang tua dan
simbol kelompok/grup/ organisasi, contoh dan
pendukung konsepsi, pengarah dan penggerak, wakil
dari anggota dan pengembang imajinasi (inovatif).

G. SIKAP KEMASYARAKATAN SEORANG PEMIMPIN


1. Tawasuth dan I’tidal
Sikap tengah dan berintikan pada prinsip hidup yang
menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan luas di
tengah-tengah kehidupan bersama, dengan sikap
dasar ini akan menjadi kelompok, panutan yang
bersikap dan bertindak lurus serta selalu bersifat
membangun
2. Tasammuh
Sikap toleran terhadap perbedaan baik dalam
masalah keagamaan, terutama masalah masalah
yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah,
serta dalam masalah kemasyarakatan dan
kebudayaan.
3. Tawazun
Bersikap berimbang dan berhikmah, menyerasikan
hikmah kepada Alloh SWT, khikmah kepada
manusia, serta lingkungan hidupnya, menyelaraskan
kepentingan masa lalu, masa kini dan masa
mendatang.
4. Amar ma’ruf Nahi Munkar
Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong
perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi
kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah

58
semua hal-hal yang dapat menjerumuskan dan
merendahkan nilai – nilai kehidupan.

59
“Tasharruful imam 'ala al-ra'iyah manutun bi al-
maslahah"

(Kebijakan para pemimpin bergantung pada


kemaslahatan rakyatnya)

---------------***---------------

60
MATERI-7
TRADISI PERILAKU
KEAGAMAAN (AMALIYAH)
NAHDLATUL ULAMA
Nahdlatul Ulama dikenal masyarakat luas dengan
berbagai macam bentuk amalan peribadatan yang dilakukan
secara berjamaah. Tradisi pewarisannya bisa dikatakan
cukup panjang, dari generasi ke generasi. Bahkan adapula
yang mempertanyakan keabsahan dari tradisi amaliyah
kaum nahdlyin tsb. Berikut akan kita sampaikan beberapa
amaliyah Ahlussunnah Wal Jamaah An-Nahdliyah beserta
dalilnya :

A. TAHLIL DAN KIRIM DOA UNTUK ORANG YANG


SUDAH MENINGGAL
Secara bahasa tahlilan berasal dari kata hallala (‫) َﻫ ﱠﻠ َﻝ‬
yuhallilu ( ‫ ) ﻳُ َﻬ ِّﻠ ُﻝ‬tahlilan ( ً‫ ) ﺗ َ ْﻬ ِﻠ ْﻳﻼ‬artinya adalah membaca “Laila
illallah.” Istilah ini kemudian merujuk pada sebuah tradisi
membaca kalimat dan doa- doa tertentu yang diambil dari
ayat al- Qur’an, dengan harapan pahalanya dihadiahkan
untuk orang yang meninggal dunia. Biasanya tahlilan
61
dilakukan selama 7 hari dari meninggalnya seseorang,
kemudian hari ke 40, 100, dan pada hari ke 1000 nya. Begitu
juga tahlilan sering dilakukan secara rutin pada malam
jum’at dan malam-malam tertentu lainnya. Bacaan ayat-ayat
al-Qur’an dan dzikir yang dihadiahkan untuk mayit menurut
pendapat mayoritas ulama’ boleh dan pahalanya bisa
sampai kepada mayit tersebut atas perintah Alloh kepada
Malaikat untuk menyampaikan pahala hadiah tahlil yang
berupa nilai amal sedekah.

Hadits Rasululullah SAW

ُ ‫ اﻻ‬Eَ َ ‫ ْﻛ ِﺮ َﻻ ا‬K‫ﻓْﻀَ ُﻞ ِّا‬0


‫ﷲ‬
O O
Artinya: Dzikir yang paling utama adalah Laa Ilaaha
Illallah ( Al Hadits)
Dari Jabir RA. Berkata : Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda : “Dzikir yang paling utama adalah laa ilaaha
illa alloh” diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan berkata bahwa
hadits hasan (Riyadlus Shalihin hal. 984 juz 2)
Adapun beberapa ulama juga berpendapat seperti
Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa

‫وا ِْن َﺧﳣ ُ ْﻮا ْا ْﻟﻘﺮ ٔن ِﻋ ْﻨﺪَ ُﻩ َﰷ َن‬,َ ‫ ِﻣ َﻦ ْا ْﻟﻘﺮ ٔن‬de


ٌ ْ ‫ﺐ َا ْن ﯾُ َﻘﺮا َء ِﻋﻨﺪَ ُﻩ ﺷ‬L ‫ﺘَ َﺤ‬e‫ُ ْﺴ‬g‫َو‬
‫ﻨًﺎ‬e‫َﺣ َﺴ‬
Bahwa, disunahkan membacakan ayat-ayat al-
Qur’an kepada mayit, dan jika sampai khatam al-Qur’an
maka akan lebih baik.

62
Bahkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’-nya
menerangkan bahwa tidak hanya tahlil dan doa, tetapi juga
disunahkan bagi orang yang ziarah kubur untuk membaca
ayat-ayat Al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdoa untuk
mayit.
Abul Walid Ibnu Rusyd juga mengatakan:

‫ِﻠْ َﻤ ّﯿ ِِﺖ‬R ‫ذا& َو َﺣ َﺼ َﻞ‬


َ ِ ‫ َﺎز‬lَ ‫ِﻠْ َﻤ ّﯿ ِِﺖ‬R ‫ ُﻞ َو َاﻫْﺪَ ى َﺛﻮ َاب ِﻗ َﺮ ٔﺗِ ِﻪ‬lُ ‫ اﻟﺮ‬0 ‫َواِن َﻗﺮ‬
‫َا ْﺟ ُﺮ ُﻩ‬
Seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan
menghadiahkan pahalanya kepada mayit, maka
pahala tersebut bisa sampai kepada mayit tersebut.

B. ZIARAH KUBUR
Kita telah diperintah untuk ziarah kubur, Rasulallah
SAW dan para sahabat juga menjalankan ziarah kubur. Jadi
tidak ada dasar sama sekali untuk melarang ziarah kubur,
karena kita semua tahu bahwa Rasulallah pernah ziarah ke
makam Baqi’ dan mengucapkan kata-kata yang ditujukan
kepada para ahli kubur di makam Baqi’ tersebut.

Dalil tentang ziarah kubur:

‫ ْﻮ ِر ﻓَ ُﺰ ْو ُر ْوﻫَﺎ‬Yُ ‫ َر ِة ْاﻟ ُﻘ‬pَ ‫ ﳖَ َ ْﯿ ُﺘ ُ ْﲂ َﻋ ْﻦ ِز‬: ‫ﻗَﺎ َل َر ُﺳ ْﻮ ُل ﷲ َﺻﲆ ﷲ َﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳ ّ َﲅ‬


Artinya: Rasulallah SAW bersabda: Dahulu aku
telah melarang kalian berziarah ke kubur. Namun
sekarang, berziarahlah kalian ke sana. (H.R. Muslim)

C. TAWASUL

63
Tawasul adalah sebuah praktik doa di mana
seseorang menyertai nama orang-orang saleh dalam
doanya dengan harapan doa itu menjadi istimewa dan
diterima oleh Allah SWT.
Secara umum praktik tawasul dianjurkan dalam Al-
Quran Surat Al-Maidah ayat 35:
َ َ e‫ﻮ ۟ا اﻟَ ْﯿ ِﻪ ﻟْ َﻮ ِﺳ‬w ‫ َو ﺑْﺘَ ُﻐ‬Gَ ‫ُﻮ ۟ا ﺗ ُﻘﻮ ۟ا‬I‫ َﻦ َءا َﻣ‬Kِ ‫ َﺎ‬L‫ﳞ‬04ٓ{z َ ‫ﯾ‬
u‫ﯿ‬
O
Artinya: “Hai orang yang beriman, takwalah kepada
Allah. Carilah wasilah kepada-Nya.”

Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menyebutkan


dengan rinci hal-hal terkait tawasul yang perlu diketahui.
Pandangan ini yang menjadi pijakan dan keyakinan paham
Ahlussunah wal Jamaah sebagai berikut secara jelas:
1. Tawasul adalah salah satu bentuk doa. Artinya, tawasul
masih berada dalam lingkaran ibadah kepada Allah
yang disebut doa. Tujuan hakikinya itu adalah Allah.
Sedangkan sesuatu yang dijadikan tawasul hanya
bermakna jembatan dan wasilah untuk taqarrub
kepada-Nya. Siapa saja yang meyakini di luar
pengertian ini tentu jatuh dalam kemusyrikan,
2. Bahwa wasilah atau al-mutawassal bih mesti sesuatu
atau seseorang adalah kekasih-Nya atau sesuatu yang
diridhai-Nya.
3. Bahwa Wasilah atau al-mutawassal bih tidak memiliki
daya apapun. Kuasa dan daya hanyalah milik Allah
Yang Maha Esa. Orang yang meyakini bahwa wasilah
atau al-mutawassal bih dapat memberi pengaruh pada
realitas telah jatuh dalam kemusykiran yang dilarang
Allah SWT

64
4. Bahwa Tawasul sebagaimana poin pertama adalah doa
semata. Artinya, ijabah sebuah doa tidak tergantung
sama sekali pada tawasul atau tidaknya. Ijabah doa
merupakan hak mutlak Allah SWT.
(Lihat Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-
Hasani Al-Maliki, Mafahim Yajibu an Tushahhah,
Surabaya, Haiatus Shafwah Al-Malikiyyah, tanpa
catatan tahun, halaman 123-124).

Dengan demikian, pengaitan praktik tawasul dan


kemusyrikan adalah sesuatu yang tidak berdasar dan
tampak memaksakan.

D. QUNUT
Qunut secara bahasa mempunyai makna beragam,
yaitu ketaatan, shalat, berdiri lama, diam, dan berdoa.
Makna terakhir inilah yang paling masyhur, sebagaimana
dijelaskan oleh Az-Zujaj.
Imam An-Nawawi menghikayatkan bahwa makna
qunut adalah berdoa. Doa yang baik maupun doa yang
buruk. Sementara secara syar’i, qunut berarti nama suatu
doa saat berdiri dalam shalat pada tempat tertentu.
(Wizaratul Auqaf was Syu’unul Islamiyyah, Al-Mausu’atul
Fiqhiyyah, [Kuwait, Darus Shafwah, 1416 H/1995 M],
cetakan pertama, XXXIV/57).
Hukum doa qunut pada shalat Shubuh adalah
sunnah ab’adl, yakni ibadah sunnah yang jika lupa tertinggal
mengerjakannya disunatkan melakukan sujud sahwi setelah
duduk dan membaca tahiyat akhir sebelum salam.
Macam- macam doa qunut ada 3 (tiga):
1. Qunut Nazilah

65
Yaitu doa yang dibacakan setelah ruku’ (i’tidal) pada
rakaat terakhir shalat. Hukumnya sunnah hai’ah (kalau
lupa tertingal tidak disunatkan bersujud sahwi). Qunut
Nazilah dilaksanakan karena ada peristiwa (mushibah)
yang menimpa, seperti bencana alam, flu burung dan
lainnya.
2. Qunut Shalat Witir
Menurut Pengikut Imam Syafi’i (syafi’iyyah) qunut witir
dilakukan pada akhir shalat witir setelah ruku’ pada
separuh kedua bulan Ramadlan.
3. Qunut Shalat Subuh
Doa qunut pada raka’at kedua shalat Shubuh.
Imam Nawawi menerangkan dalam kitab Majmu’nya:
‫ ْم ﻟَ ْﻢ ﺗ ْ َِﲋ ْل‬0 €ٌ َ ‫َ َﺰﻟَ ْﺖ •َ ِز‬/ ‫ﺐ ُاﻟﻖ َ◌ﻧ ُْﻮ ُت ِﻓﳱْ َﺎ َﺳ َﻮا ٌء‬L ‫ َﺘ َﺤ‬e‫ُ ْﺴ‬g ‫ﻧ ُﻪ‬0 ‫َﻣ ْﺬ َﻫ ُﺒ َﻨﺎ‬
‫ ْﻛ َ ُﱶ اﻟﺴﻠَ ِﻒ‬0 ‫َوﲠِ َ َﺬا ﻗَﺎ َل‬
“Dalam Madzhab kita (madzhab Syafi’i) disunnahkan
membaca qunut dalam shalat Shubuh, baik karena ada
mushibah maupun tidak. Inilah pendapat mayoritas ulma’
salaf”. (al-Majmu’, juz 1 : 504)
Bacaan Doa Qunut :
‫ﻠّﻬُﻢ ا ْﻫ ِﺪ ِ ْﱏ ِﻓ ْ† َﻤ ْﻦ ﻫَﺪَ ﯾْ َﺖ َو َﺎ ِﻓ ِﲎ ِﻓ ْ† َﻤ ْﻦ َﺎﻓَ ْ† َﺖ َوﺗ ََﻮﻟ ِ ْﲎ ِﻓ ْ† َﻤ ْﻦ ﺗ ََﻮﻟ ْﯿ َﺖ‬R‫َا‬
‫ﴣ َو َﻻ ﯾُ ْﻘ َﴣ‬ ْ ِ ‫َو َ• ِركْ ِ ْﱃ ِﻓ ْ† َﻤﺎ َاﻋ َْﻄ ْﯿ َﺖ َو ِﻗ ِ ْﲏ َﴍ َﻣﺎ ﻗَﻀَ ‹ َْﺖ ﻓَ ِﺎ َﻧﻚ ﺗَ ْﻘ‬
‫ﺰ َﻣ ْﻦ َﺎ َدﯾْ َﺖ ﺗَ َﺒ َﺎر ْﻛ َﺖ َرﺑ َﻨﺎ‬L ‫ل َﻣ ْﻦ َواﻟَ ْﯿ َﺖ َو َﻻ ﯾ َ ِﻌ‬L ‫َﻠَ ْﯿ َﻚ َو ِا ﻧ ُﻪ َﻻ ﯾ َ ِﺬ‬
‫ﺘَ ْﻐ ِﻔ ُﺮكَ َو َاﺗ ُْﻮ ُب ِاﻟَ ْﯿ َﻚ َو َﺻﲆ‬e‫“ اﻟْ َﺤ ْﻤﺪُ َ َﲆ َﻣﺎ ﻗَﻀَ ‹ َْﺖ َو َا ْﺳ‬ َ َ َ‫َوﺗَ َﻌﺎﻟَ ْﯿ َﺖ ﻓ‬
‫ﲱ ِﺒ ِﻪ َو َﺳ َﲅ‬ ْ َ ‫ َو‬Eِ ِ w ‫ ِ ّﯿﺪَ •َ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ اﻟﻨ ِ ِ ّﱯ ْا ُﻻ ِّﻣ ّ ِﻲ َو َ َﲆ‬e‫ﷲ َ َﲆ َﺳ‬ ُ

66
E. MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW adalah
acara rutin yang dilaksanakan oleh mayoritas kaum
muslimin untuk mengingat, mengahayati dan memuliakan
kelahiran Rasulullah. Menurut catatan Sayyid al-Bakri,
pelopor pertama kegiatan maulid adalah al-Mudzhaffar Abu
Sa`id, seorang raja di daerah Irbil, Baghdad. Peringatan
maulid pada saat itu dilakukan oleh masyarakat dari
berbagai kalangan dengan berkumpul di suatu tempat.
Mereka bersama-sama membaca ayat-ayat Al-Qur’an,
membaca sejarah ringkas kehidupan dan perjuangan
Rasulullah, melantuntan shalawat dan syair-syair kepada
Rasulullah serta diisi pula dengan ceramah agama. [al-Bakri
bin Muhammad Syatho, I`anah at-Thalibin, Juz II, hal 364]
Dalil-dalil Syar`i Perayaan Maulid Nabi
Di antara dalil perayaan maulid Nabi Muhammad
menurut sebagian Ulama` adalah firman Allah:
َ ‫ َِﺬ ِ َ& ﻓَﻠْ َﯿ ْﻔ َﺮ ُﺣﻮا ﻫ َُﻮ — ْ ٌَﲑ ِﻣﻤﺎ َ ْﳚ َﻤ ُﻌ‬Yَ‫ َو ِ™ َﺮ ْ َﲪﺘِ ِﻪ ﻓ‬G‫ا‬
‫ﻮن‬ ِ ِ‫ﻗُ ْﻞ ِﺑﻔَﻀْ ﻞ‬
Artinya: “Katakanlah, dengan anugerah Allah dan
rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah
mereka menyambut dengan senang gembira.”
(QS.Yunus: 58)

Abu Syaikh meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA


bahwa yang dimaksud dengan ‫ ﺍﻟﻔﺿﻝ‬adalah ilmu, sedangkan
‫ ﺍﻟﺭﺣﻣﺔ‬adalah Nabi Muhammad SAW. Pendapat yang
masyhur yang menerangkan arti ‫ ﺍﻟﺭﺣﻣﺔ‬dengan Nabi SAW
ialah karena adanya isyarat firman Allah SWT yaitu,
‫ِﻠْ َﻌﺎﻟَ ِﻤ َﲔ‬R ‫ ْر َﺳﻠْﻨَﺎكَ اﻻ َر ْ َﲪ ًﺔ‬0 ‫َو َﻣﺎ‬
O
67
Artinya: “Kami tidak mengutus engkau melainkan
sebagai rahmat bagi semesta alam."
(QS. Al-Anbiya’:107). [Abil Fadhol Syihabuddin Al-
Alusy, Ruhul Ma’ani, Juz 11, hal. 186]

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani,


mengatakan:

‫ ُﻪ‬I‫ي َوﻟَ ِﻜ‬š ‫ اﻟﻨ َﺒ ِﻮ ِّي َا ْﻣ ٌﺮ َﺎ ِد‬œِ ِ ‫ﻞِ اﻟْ َﻤ ْﻮ‬lْ ‫ َﻤﺎ َع ِ َﻻ‬,ِ ‫ ِﺎﺻ ُﻞ َا ّن ْ ِاﻻ ْﺟ‬žَ ْ‫َواﻟ‬
‫َﺎ ِﻓ َﻊ َﻛﺜِ ْ َﲑ ٍة‬I‫ﺘَ ِﻤ ُﻞ َ َﲇ َﻣ‬e‫ َ ْﺸ‬¢ ‫ ِﺔ اﻟ ِﱵ‬žَ ‫َات اﻟْ ْ ََﲑ ِة اﻟﺼﺎ ِﻟ‬ ِ ‫ِﻣ َﻦ اﻟْ َﻌﺎد‬
‫ﴍ ًﺎ‬ْ َ ‫َوﻓَ َﻮاﺋِﺪَ ﺗَ ُﻌ ْﻮ ُد َ َﲇ اﻟﻨ ِﺎس ِﺑﻔَﻀْ ٍﻞ َو ِﻓ ْ ٍﲑ ِ َﻻ َﳖﺎ َﻣ ْﻄﻠُ ْﻮﺑ َ ٌﺔ‬
.‫ِ َ•ﻓْ ِﺮا ِدﻫَﺎ‬
Artinya: Bahwa sesungguhnya mengadakan Maulid
Nabi Saw merupakan suatu tradisi dari tradisi-tradisi
yang baik, yang mengandung banyak manfaat dan
faidah yang kembali kepada manusia, sebab adanya
karunia yang besar. Oleh karena itu dianjurkan
dalam syara’ dengan serangkaian pelaksanaannya.
[Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Mafahim
Yajibu An-Tushahha, hal. 340]

F. MEMBACA MANAQIB
Para wali merupakan hamba-hamba yang saleh,
dekat dengan Allah, dan dipilih oleh Allah sendiri. Banyak
sejarah hidup para wali atau yang kita kenal sekarang
dengan nama manaqib, yang telah dibukukan, seperti
manaqib Syaikh Abdul Qadir Jilani. Kerena mereka adalah

68
hamba-hamba pilihan Allah maka sudah sewajarnya jika kita
mencintai mereka.
Sedangkan salah satu hal yang bisa menambah rasa
kecintaan kita kepada para wali adalah dengan membaca
manaqibnya. Dengan membaca manaqibnya kita bisa
mengetahui kesalehan dan kebaikannya, dan hal ini
tentunya akan menambah kecintaan kita kepadanya.
Dari sini dapat kita pahami bahwa membaca
manaqib Syaikh Abdul Qadir Jilani itu sangat baik. Karena
akan menambah kecintaan kita kepada beliau, yang
notebenenya adalah salah seorang wali Allah, bahkan beliau
disemati gelar sebagai sulthan al-awliya` atau pemimpin
para wali.
‫ ْن ﯾَﻠْ َﺘ ِﻤ َﺲ اﻟْ َ َﱪ َﰷ ِت‬0 ‫ﲁ ُﻣ ْﺴ ِ ٍﲅ َﻃﺎ ِﻟ ِﺐ اﻟْﻔَﻀْ ﻞِ َواﻟْ ْ ََﲑ ِات‬ ِّ ُ ¬ِ ‫ ِﻐﻲ‬Yَ ْ2َ‫ِا ْ َ ْﲅ ﯾ‬
‫ ٓ ِء ِ ْﰲ‬4‫¯ ْو ِﻟ َﯿ‬0 ‫ﴬ ِات ْا‬ َ َ ‫ﺎت ِ ْﰲ َﺣ‬ ِ ‫ُ ُﺰ ْولِ اﻟﺮ ْ َﲪ‬/‫ َﺎ ِء َو‬Lœ‫ﺎﺑ َ َﺔ ا‬-َ ِ‫ﺘ‬e‫ﺎت َوا ْﺳ‬ ِ žَ ‫َواﻟﻨ َﻔ‬
‫ﺎ َل ِذ ْﻛ ِﺮ ِ ْﱒ َو ِﻋ ْﻨﺪَ َﻛ ْ َﱶ ِة‬²َ ‫ ْﻮ ِر ِ ْﱒ َو‬Yُ ُ‫ً َو ِﻋ ْﻨﺪَ ﻗ‬³‫ ْﻣ َﻮا‬0 ‫ ْﺣ َ†ﺎ ًء َو‬0 ‫ﺎ ِﻟ ِﺴﻬ ِْﻢ َو َ ْﲨ ِﻌﻬ ِْﻢ‬-َ ‫َﻣ‬
ِ ْ َ ·‫ َراﲥِ ِ ْﻢ َو ِﻋ ْﻨﺪَ ُﻣ َﺬا َﻛ َﺮ ِات ﻓَﻀْ ِﻠﻬ ِْﻢ َو‬pَ ‫اﻟْ ُﺠ ُﻤ ْﻮ ِع ِ ْﰲ ِز‬
‫َﺎ ِﻗﳢِ ِ ْﻢ‬I‫ﴩ َﻣ‬
Artinya: Ketahuilah! Seyogyanya bagi setiap muslim
yang mencari keutamaan dan kebaikan, agar ia
mencari berkah dan anugrah, terkabulnya doa dan
turunnya rahmat di depan para wali, di majelis-
majelis dan kumpulan mereka, baik yang masih
,hidup ataupun sudah mati, di kuburan mereka
ketika mengingat mereka, dan ketika banyak orang
berkumpul dalam berziarah kepada mereka, serta
ketika mengingat keutamaan mereka, dan
pembacaan riwayat hidup mereka”. (Alawi al-

69
,Haddad, Mishbah al-Anam wa Jala` azh-Zhulam
(Istanbul-Maktabah al-Haqiqah, 1992 M, h. 90

G. TARAWIH 20 RAKAAT
Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat bahwa
jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat. Hal ini
berdasarkan konsensus para sahabat Nabi di masa
pemerintahan Sayyidina Umar bin al-Khathab.
Dalil Shalat Tarawih dilaksanakan 20 Rakaat dengan
dilanjutkan Shalat witir 3 Rakaat

1. As- Saib bin Yazid


‫ ُﲻﺮ ™ﻦ اﳋﻄﺎب رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬: ‫ﻋﻦ اﻟﺴﺎ ِﺋﺐ ™ﻦ ﺰﯾﺪ اﻧ ّﻪ ﻗﺎل‬
‫ﺪى‬²‫ّ ارﯾٍّﻌﲆ ا‬œ‫ﲤﲓ ا‬ ٍ ‫ﲨﻊ اﻟﻨّﺎس ﰱ رﻣﻀﺎن ﲆ ُا ِ ّﰊ ™ﻦ‬
ٍ ‫¿ﻌﺐ و ﲆ‬
‫ وﯾﻨﴫﻓﻮن ﻋﻨﺪ ﻓُﺮو ِع اﻟﻔ ْﺠ ِﺮ‬،‫ ﯾﻘﺮؤون • ِﳌﺌِﲔ‬.‫وﻋﴩﻦ ر¿ﻌ ًﺔ‬
Artinya: Dari As-Saib bin Yazid, sungguh ia berkata,
"Umar bin Khattab mengumpulkan umat Islam di bulan
Ramadhan dengan Imam Ubay bin Ka’b dan Tamim al-
Dari, dengan 21 rakaat [dalam riwayat lain 23 rakaat].
Mereka membaca ayat-ayat ratusan. Baru selesai
ketika menjelang Subuh" (Riwayat al-Baihaqi dalam al-
Sunan 2/496, Abdurrazzaq dalam alMushannaf 4/260)
2. Yazid bin Rauman
‫ ﰷن اﻟﻨّ ُﺎس ﯾﻘﻮﻣﻮن ﰱ زﻣﺎن ﲻﺮ ™ﻦ‬:‫ﻋﻦ ﺰﯾﺪ ™ﻦ َر ْوﻣﺎن ﻗﺎل‬
‫ﺑﺜﻼث وﻋﴩﻦ ر ْﻛ َﻌ ًﺔ‬
ٍ ‫ﳋﻄﺎب ﰱ رﻣﻀﺎن‬ ّ

70
Artinya: Yazid bin Rauman menyebutkan, "Umat Islam
di masa Umar beribadah di malam bulan Ramadhan
dengan 23 rakaat" (al-Muwatha’ Malik, 1/115).
3. Yahya bin Salid al-Qathan
ّ ُ‫ﻼ ﯾ‬lُ ‫اﳋﻄﺎب اﻣﺮ ر‬
‫ﺼﲇ‬ ّ ‫اﻟﻘﻄﺎن ّان ﲻﺮ ™ﻦ‬
ّ ‫ﻋﻦ ﳛﻲ ™ﻦ ﺳﻌﯿﺪ‬
‫ﲠﻢ ﻋﴩﻦ ر¿ﻌﺔ‬
Artinya: Dari Yahya bin Said al-Qathan menyatakan,
"Sungguh Umar Bin Khattab memerintahkan seseorang
menjadi imam salat Tarawih dengan umat Islam
sebanyak 20 rakaat" (Riwayat Ibnu Abi Syaibah, al-
Mushannaf, 2/163).

4. Syaikh Sulaiman Al-Bujairimi


B‫ ٔﲨﻌﻮا ﲆ ٔن اﻟﱰاوﱖ ﻋﴩون ر¿ﻌﺔ واﻟﻮارد ﻣﻦ ﻓﻌ‬:‫ﻓﺎٕن ﻗﻠﺖ‬
‫ٔﳖﻢ ﰷﻧﻮا‬4‫ ٔﺟ†ﺐ ﺑ‬:‫ ﻗﻠﺖ‬.‫ ﲦﺎن ر¿ﻌﺎت‬- ‫ ﺻﲆ ﷲ ﻠﯿﻪ وﺳﲅ‬-
‫ﺎزﳍﻢ‬I‫ﺎﺑﺔ إذا اﻧﻄﻠﻘﻮا إﱃ ﻣ‬ž‫ﳣﻤﻮن اﻟﻌﴩﻦ ﰲ ﺑﯿﻮﲥﻢ ﺑﺪﻟﯿﻞ ٔن اﻟﺼ‬
‫ ﺻﲆ ﷲ ﻠﯿﻪ وﺳﲅ‬- ‫ﴫ‬,‫ وٕاﳕﺎ اﻗ‬،‫•ﺑﲑ‬œ‫زﺰ ا‬Ñٔ ‫ﺴﻤﻊ ﳍﻢ ٔزﺰ‬g
‫ن ﰲ ﺻﻼﺗﻪ ﲠﻢ وﱂ ﯾﺼﻞ ﲠﻢ اﻟﻌﴩﻦ ﲣﻔ†ﻔﺎ ﻠﳱﻢ اﻫـ‬Ò‫ ﲆ اﻟ‬-
.‫اج‬
Artinya: “Bila kamu bertanya, para sahabat bersepakat
bahwa tarawih adalah 20 rakaat, sementara yang
datang dari perilaku Nabi adalah delapan rakaat?. Aku
berkata, jawabannya adalah bahwa para sahabat
menyempurnakan 20 rakaat di rumahnya dengan bukti
mereka ketika berangkat menuju kediamannya,

71
didengar dari mereka suara bergemuruh layaknya
serangga-serangga (karena suara shalat mereka). Nabi
hanya meringkas delapan rakaat saat shalat bersama
sahabat, tidak shalat sebanyak 20 rakaat, karena
memberi keringanan untuk mereka,” (Syekh Sulaiman
al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib, juz 1, hal. 421).

H. MELAFALKAN NIAT
Sebenarnya tentang melafalkan atau mengucapkan
niat, misalnya membaca “Ushalli fardla dzuhri arba’a
raka’atin mustaqbilal kiblati ada’an lillahi ta’ala” (Saya
berniat melakukan shalat fardlu dzuhur empat rakaat
dengan menghadap kiblat dan tepat pada waktunya semata-
mata karena Allah SWT) pada menjelang takbiratul ihram
dalam shalat dzuhur adalah sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan di kalangan warga NU (nahdliyin). Tetapi
sepertinya menjadi asing dan sesuatu yang disoal oleh
sebagian kalangan yang tidak sepemahaman dengan warga
nahdliyin.
Memang tempatnya niat ada di hati, tetapi untuk
sahnya niat dalam ibadah itu disyaratkan empat hal, yaitu
Islam, berakal sehat (tamyiz), mengetahui sesuatu yang
diniatkan dan tidak ada sesuatu yang merusak niat. Syarat
yang nomor tiga (mengetahui sesuatu yang diniatkan)
menjadi tolok ukur tentang diwajibkannya niat. Menurut
ulama fiqh, niat diwajibkan dalam dua hal. Pertama, untuk
membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat),
seperti membedakan orang yang beri’tikaf di masjid dengan
orang yang beristirah di masjid. Kedua, untuk membedakan
antara suatu ibadah dengan ibadah lainnya, seperti
membedakan antara shalat Dzuhur dan shalat ‘Ashar.

72
Sebenarnya tentang melafalkan niat dalam suatu
ibadah wajib pernah dilakukan oleh Rasulullah saw pada
saat melaksanakan ibadah haji.
‫ﷲ َﺻﲆ ﷲ ُ َﻠَ ْﯿ ِﻪ‬
ِ ‫ﴈ ﷲ ُ َﻋ ْﻨ ُﻪ ﻗَﺎ َل َ ِﲰ ْﻌ ُﺖ َر ُﺳ ْﻮ َل‬ َ ِ ‫· َ ٍﺲ َر‬0 ‫َﻋ ْﻦ‬
‫ ًﺎ‬-Ø ‫َو َﺳ ّﻞ ّ◌ َم ﯾ َ ُﻘ ْﻮ ُل ﻟَﺒ ْﯿ َﻚ ُ ْﲻ َﺮ ًة َو َﺣ‬
Artinya: “Dari Anas r.a. berkata: Saya mendengar
Rasullah saw mengucapkan, “Labbaika, aku sengaja
mengerjakan umrah dan haji”." (HR. Muslim).
Imam Ramli mengatakan:
‫¯ﻧ ُﻪ‬0 ِ ‫ ِﻠّ َﺴ ُﺎن اﻟﻘَﻠْ َﺐ َو‬R‫ ْ ِِﲑ ِﻟ‹ َُﺴﺎ ِﺪَ ا‬Y‫ ْﯿ َﻞ اﻟﺘ ْﻜ‬Yَ ُ‫ ْﻄ ُﻖ ِ•ﳌ َ ْﻨ ِﻮ ْي ﻗ‬L‫َوﯾُ ْﻨﺪَ ُب اﻟﻨ‬
‫ ُﻪ‬Yَ ‫ ْو َﺟ‬0 ‫ِﻠْﺨ ُُﺮ ْوجِ ِﻣ ْﻦ ِ— َﻼ ِف َﻣ ْﻦ‬R‫ﺑْ َﻌﺪُ َﻋ ِﻦ اﻟ ِﻮ ْﺳ َﻮ ِاس َو‬0
Artinya: “Disunnahkan melafalkan niat menjelang
takbir (shalat) agar mulut dapat membantu
(kekhusyu’-an) hati, agar terhindar dari gangguan
hati dank arena menghindar dari perbedaan
pendapat yang mewajibkan melafalkan niat”.
(Nihayatul Muhtaj, juz I,: 437)

I. TALQIN
Talqin secara bahasa berarti mengajar atau
memahamkan secara lisan. Sedangkan secara istilah, talqin
adalah mengajar dan mengingatkan kembali kepada mayit
(orang meninggal dunia) yang baru saja dikubur dengan
kalimat-kalimat tertentu.
Hadits riwayat Abu Umamah, bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:

73
‫ﺪُ ُ ْﰼ‬²َ 0 ‫ ﻓَﻠْ َﯿ ُﻘ ْﻢ‬،‫اﻟﱰ َاب َ َﲆ ﻗَ ْ ِﱪ ِﻩ‬
َ L ‫ ﻓَ َﺴﻮﯾْ ُ ِﱲ‬،‫ ُ ْﲂ‬/ِ ‫ ٌﺪ ِﻣ ْﻦ اﺧ َْﻮا‬²َ 0 ‫ﺎت‬َ ‫ا َذا َﻣ‬
O ُ O
‫ﯿﺐ‬ ُ َ
ُ ‫ َْﺴ َﻤ ُﻌ ُﻪ َوﻻ ِﳚ‬g ‫ ﻓَﺎﻧ ُﻪ‬،‫ﻼن ™ﻦ ﻓﻼﻧَﺔ‬ ُ ُ ُ ِ ِ ْ
َ ‫ ﻓ‬pَ :‫ ﰒ ﻟ َﯿﻘ ْﻞ‬،‫س ﻗ ِﱪﻩ‬Þ ‫َﲆ َر‬َ ِ َ
O
Artinya: Bila seseorang dari kalian mati, maka
ratakanlah tanah di kuburnya. Lalu hendaknya salah
,seorang di antara kalian berdiri di atas kuburnya
.’kemudian berkata: “Wahai Fulan putra si Fulanah
Sungguh si mayit mendengarnya dan tidak
.menjawabnya. (HR Thabrani)

Sebagian ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama


mazhab Maliki, ulama mazhab Syafi’i, dan ulama mazhab
Hanbali menyatakan, mentalqin mayit setelah dikubur
hukumnya sunnah.
Imam Nawawi dari mazhab Syafi’i menuturkan:
،‫ ِﺳ ِﻪ ٕا· ْ َﺴ ٌﺎن‬Þ ‫ ِﻠ ُﺲ ِﻋ ْﻨﺪَ َر‬-ْ †َ َ‫ ِﻪ ﻓ‬Iِ ْ‫ﺐ ﺗَﻠْ ِﻘ ُﲔ اﻟْ َﻤ ّﯿ ِِﺖ َﻋ ِﻘ َﺐ َدﻓ‬L ‫ﺘَ َﺤ‬e‫ُ ْﺴ‬g
َ‫ ْذ ُﻛ ِﺮ اﻟ َﻌﻬْﺪ‬،G‫ا‬ ِ ‫ َﻣ ِﺔ‬0 ‫ا™ﻦ‬ ِ َ‫ َﻋ ْﺒﺪ‬pَ ‫ ﻓُ َﻼ َن ا ْ™ َﻦ ﻓُ َﻼ ٍن َو‬pَ :‫ﻮل‬
َ G‫ا‬ ُ ‫َوﯾ َ ُﻘ‬
،ُEَ ‫ﯾﻚ‬ َ ‫ﴍ‬ ِ َ ‫ﺪَ ُﻩ َﻻ‬²ْ ‫ َو‬Eَ َ ‫ ْن َﻻ ا‬0 ‫ َﺷﻬَﺎ َد َة‬:‫ ﻧْ َﯿﺎ‬Lœ‫ي ﺧ ََﺮ ْﺟ َﺖ َﻠَ ْﯿ ِﻪ ِﻣ َﻦ ا‬K‫ِا‬
O
‫ن‬0 ‫ َو‬،‫ﻖ‬š ‫ن اﻟﻨ َﺎر َﺣ‬0 ‫ َو‬،‫ﻖ‬š ‫ن اﻟْ َﺠﻨ َﺔ َﺣ‬0 ‫ َو‬،ُE‫ن ُﻣ َﺤﻤﺪًا َﻋ ْﺒﺪُ ُﻩ َو َر ُﺳ ُﻮ‬0 ‫َو‬
‫ ﯾ َ ْﺒ َﻌ ُﺚ َﻣ ْﻦ ِﰲ‬G‫ا‬ َ ‫ن‬0 ‫ َو‬،‫ن اﻟﺴﺎ َ َﺔ ٓﺗِ َﯿ ٌﺔ َﻻ َرﯾْ َﺐ ِﻓﳱَﺎ‬0 ‫ َو‬،‫ﻖ‬š ‫اﻟ َﺒ ْﻌ َﺚ َﺣ‬
‫ َو ِﺑ ُﻤ َﺤﻤ ٍﺪ َﺻﲆ‬،‫ َو ِ• ْﻻ ْﺳ َﻼ ِم ِدﯾﻨًﺎ‬،•Ø ‫ َر‬Gِ •ِ ‫‹ﺖ‬ َ ‫ َﻧﻚ َر ِﺿ‬0 ‫ َو‬.‫ ِﻮر‬Yُ ‫اﻟْ ُﻘ‬
ْ O
‫ َﲔ‬I‫ َو ِ•ﻟ ُﻤ ْﺆﻣ‬،uYْ ‫ َو ِ•ﻟﻜ ْﻌ َﺒﺔ ﻗ‬،‫ َو ِ•ﻟْ ُﻘ ْﺮ ٓ ِن ا َﻣﺎ ًﻣﺎ‬،‫ﺎ‬؆áِ َ ‫ َﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳ َﲅ ﻧ‬G‫ا‬
ِ ِ ْ ً َ ِ ِ َ ُ
O
ً•‫اﺧ َْﻮا‬
O
“Artinya: Disunnahkan mentalqin mayit segera
setelah menguburnya, di mana seseorang duduk di
depan kepala mayit, dan berkata: Wahai fulan anak
74
fulan, dan wahai hamba Allah anak hamba
perempuan Allah. Ingatlah janji yang atasnya kamu
keluar dari dunia, yaitu persaksian bahwa tiada
tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
baginya, sesungguhnya Nabi Muhammad adalah
hamba dan rasulNYA, surga itu benar, neraka itu
benar, kebangkitan itu benar, kiamat itu pasti
datang; tiada keragu-raguan di dalamnya, Allah
.akan membangkitkan orang yang ada dalam kubur
Dan sungguh kamu telah meridhai Allah sebagai
Tuhan, Islam sebagai agama, Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam sebagai Nabi, Al-Qur’an
sebagai imam, Ka’bah sebagai kiblat, dan kaum
Mukminin sebagai saudara” (Yahya bin Syaraf An-
.(Nawawi, Al-Majmu’, juz 5, h. 303

75
Materi-8
CBP – KPP

A. SEJARAH CBP
Corps Brigade Pembangunan (CBP) merupakan
lembaga yang dibentuk pada tahun 1963 dalam hal itu di
latar belakangi peristiwa persengketaan antara Indonesia
dengan Malaysia atau istilah populernya dikenal dengan
istilah “ Gayang Malaysia “, peristiwa politik tersebut yang
berkaitan dengan persengketaan antara Repuplik Indonesia
dengan Malaysia memperebutkan daerah Kalimantan
Utara (Serawak).
Kondisi riil yang terjadi pada saat itu untuk lebih jelas
conteksnya yaitu politik luar negeri, terjadi pertentangan
antara gagasan Presiden Soekarno yang
anti Emperalisme dengan pihak barat yang berupaya
menancapkan kukunya diwilayah Malaysia. Kemudian
Presiden Soekarno mengintruksikan kepada elemen bangsa
untuk segera membentuk Sukarelawan Perang dan siap
menggayang Malaysia.

Intruksi Presiden tersebut secara lansung membuat


seluruh elemen bangsa bersiap sedia untuk
76
melawan Imperalisme yang akan kembali menancapkan
kukunya diwilayah Asia Tenggara, Asnawi Latif pada waktu
itu selaku Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulaqma
yang merupakan bagian dari elemen bangsa merasa
terpanggil untuk berjuang bersama melawan iperalisme dari
bangsa barat, yang terbentuk dari kalangan pelajar
Nahdhiyyin yang kemudian dinamakan Sukarelawan
Pelajar.
Deklarasi dibentuknya sukarelawan Pelajar
diadakan di Djogjakarta yang pada saat itu merupakan
lokasi dari kantor pusat PP IPNU, dan di barengi dengan
parade militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang
merupakan wujud dari kesiapan RI untuk Mengganyang
Malaysia.
Sejak saat itulah kemudian Sukarelawan Pelajar
yang dibentuk oleh Asnawi Latif tersebut berjuang demi
memperjuangkan Negara dan Bangsa untuk keutuhan
NKRI. Sukarelawan ini yang merupakan Embrio atau cikal
bakal bagi berdirinya Corps Brigade Pembangunan (CBP)
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. Yang kemudian ditetapkan
pada Konferensi Besar IPNU di Pekalongan pada tanggal 25
– 31 Oktober 1964 dengan nama Corps Brigade
Pembangunan (CBP). Yang kemudian dikenal dengan
“doktrin Pekalongan”
Secara etimologi Corps berasal dari bahasa Inggris
yang memilki arti kesatuan dalam komando, Brigade berarti
pasukan yang disiapkan untuk bertempur
dan Pembangunan, memiliki arti membangun dalam rangka
mengisi kemerdekaan. Sedangkan secara terminologi Corps
brigade pembangunan berarti suatu lembaga yang dibentuk
dalam satu komando untuk mengawal pembangunan.

77
Pada moment tersebut Asnawi Latief selaku ketua
umum PP IPNU menunjuk Rekan Harun Rosyidi untuk
menjadi Komandan Teknis CBP. Pasca ditunjuk sebagai
komandan tehnis CBP, rekan harun rosyidi mengumpulkan
kader-kader inti IPNU yang berpotensi untuk selanjutnya
dididik dan di latih kemiliteran serta keamanan guna
mengantisipasi gerakan yang membahayakan keutuhan
negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) baik dari dalam
maupun luar. Kondisi ini ditempuh karena stabilitas politik
dan kemanan yang tidak menentu pada saat itu.
Kemudian, pada tahun 1965 saat terjadinya peristiwa
G 30 S PKI. CBP sangat berperan aktif dalam upaya
memberantas PKI dan antek-anteknya. Ghirrah Patriotisme
Pelajar tersebut setelah terjadinya perubahan rezim dan
perubahan kondisi sosial politik Indonesia semakin surut.
CBP menjadi sebuah nama yang semakin tenggelam.
Hingga kemudian masa kepemimpinan Hilmi
Muhammadiyah Ketua Umum PP IPNU pada tahun 1999
CBP dideklarasikan kembali di Pondok Pesantren Pancasila
Sakti Klaten Jawa Tengah. Pendeklarasian kembali ini
merupakan upaya IPNU untuk bisa memberikan
kontribusinya secara lebih luas pada Era reformasi yang
sedang gencar-gencarnya diteriakkan oleh masyarakat
seluruh Indonesia.
Kemudian rekan Hilmi Muhammadiyah menunjuk
rekan Agus Salim untuk menjadi Komandan Nasional CBP.
Pasca ditunjuk sebagai Kornas CBP, rekan Agus Salim
sangat gencar melakukan sosialisasi ke daerah-daerah
untuk mengaktifkan kembali CBP sampai ketingkatan
ranting, Hingga memasuki kongres XIII tahun 2000 di
Makasar yang menetapkan rekan Abdullah Azwar Anas

78
sebagai Ketua Umum IPNU, selanjutnya ditunjuklah
Rekan Edisyam Risdiyanto komandan Nasional.
Pada masa ini CBP bergerak pada empat bidang
yakni : Kepanduan, Kepalangmerahan, SAR dan Cinta
Alam. Rekan Edisyam berhasil merumuskan kembali pola
CBP dengan format baru yang terangkum dalam peraturan
organisasi/lembaga, penjabaran peraturan
organisasi/lembaga serta sistem pendidikan dan pelatihan
sebagai acuan dan panduan kegiatan CBP diseluruh
Indonesia. Rumusan-rumusan tersebut dibukukan pada
masa itu yang disahkan pada masa kepemimpina Al Amin
Nur Wahab Nasution sebagai PJ Ketua Umum IPNU yang
menggantikan Rekan Abdullah Azwar Anas.
Perjuangan CBP tidak berhenti sampai disitu saja,
pada Kongres XIV Surabaya tahun 2003 yang menetapkan
Rekan Mujtahidur Ridlo sebagai Ketua Umum IPNU,
melanjutkan program CBP sebelumnya dibawah komando
Rekan Ali Masdar Hasibuan.
Pada masa ini lebih banyak difokuskan pada praktek
terjun kelapangan terutama bidang SAR dan kepalang
merahan, disebabkan seringnya terjadi bencana skala
nasional misalnya terjadinya Tsunami di Aceh, Tanah
Longsor di Banjar Negara, Banjir bandang di Jember,
Gempa Jateng-Jogja, Gempa dan Tsunami di Pengandaran
Jawa Barat. Pada periode ini pula CBP yang bergerak di
empat bidang yakni : Kepanduan, Kepalangmerahan, SAR
dan Cinta Alam difokuskan menjadi 3 bidang yakni :
Kemanusiaan, Lingkungan Hidup dan Kedisiplinan yang
ditetapkan dalam Rakornas CBP pada 6 – 8 Januari 2006
bertempat di Wisma Depag Jakarta Selatan. Program ini
berlanjut hingga Kongres IPNU XV di Asrama haji Pondok

79
Gede Jakarta, 9 – 12 Juli 2006 yang menetapkan Rekan Idy
Muzayyad sebagai ketua umum IPNU dan selanjutnya
menunjuk Rekan Alvin M Hasanil Haq sebagai Komandan
Nasional.

Pada masa ini banyak hal yang dilakukan dalam


rangka memajukan dan mengembangkan potensi kader-
kader CBP diantaranya : Kemah Pelajar Hijau dalam
Rangka Diklat Peduli Lingkungan 6 – 8 April 2007 di Ponpes
Wali Songo Gomang Singgahan Tuban, Workshop Ke-CBP-
an 17 – 20 Mei 2007 di Ponpes Maslakul Huda pati. Tidak
sampai disitu saja CBP juga ikut serta dalam berbagai event
kemanusiaan misalnya pada saat terjadi Banjir Bandang di
Jakarta.
Hasil Workshop di Pati mengamanatkan CBP untuk
menyelenggarakan Rakornas yang kemudian terselenggara
pada 22 – 25 Agustus 2007 bertempat di Hotel Diamond
Samarinda bersamaan dengan penyelenggaraan Rakernas
IPNU. Pada Rakornas ini diputusakan beberapa hal yang
bekaitan dengan Ke-CBP-an diantaranya adalah sasaran
kegiatan CBP yang semula Kemanusiaan, Lingkungan
Hidup dan Kedisiplinan menjadi Kemanusiaan, Lingkungan
Hidup dan Bela Negara, kemudian juga pada Rakornas
pada saat itu merubahan nama dari Corps Brigade
Pembangunan menjadi CORPS BARISAN PELAJAR.
Pada kongres 14 terpilihnya Ahmad
Syauqi kemudian menunjuk rekan Randi Ridwan sebagai
KORNAS berikutnya. Namun selama 1 th berjalan CBP tidak
mengalami kemajuan yang signifikan akhirnya melalui
mekanisme reshufle Ahmad Syauqi menunjuk
rekan Muhammad Syahrial menggantikan Randi Ridwan

80
dan pada workshop CBP tanggal 26 – 28 Juni 2010 di
Sidoarjo terjadi beberapa perubahan yang signifikan pada
tubuh CBP yakni :
1. Perubahan nama CORPS BARISAN
PELAJAR dikembalikan menjadi CORPS BRIGADE
PEMBANGUNAN
2. Mekanisme Lembaga yang sebelumnya DEWAN
KOORDINASI menjadi DEWAN KOMANDO
3. Peraturan Organisasi dan Peraturan Administrasi
(PO/PA) menjadi Peraturan Lembaga dan Administrasi
(PLA) yang kemudian disahkan
pada RAKORNAS Peraturan Diklat menjadi Petunjuk
Pelaksanaan Teknis Operasi Pendidikan dan Pelatihan
(Juklak Tekops Diklat)
4. Nomor Induk Anggota sebagai dasar pembuatan
Database CBP

Hasil Workshop di sidoarjo dibawa dan disahkan


di RAKORNAS Pontianak pada tanggal 29 Juli - 2 Agustus
2010.

B. SEJARAH KPP
Korp Kepanduan Putri (KKP) merupakan lembaga
yang dibentuk berdasarkan keputusan Konbes I IPNU-
IPPNU pada tanggal 28 Oktober 1964 di Pekalongan-Jawa
Tengah. Pada awal terbentuknya lembaga ini bernama Corp
Brigade Pembangunan-wati (CBP-wati) yang merupakan
wadah bagi pemuda dan pelajar NU untuk mengkokohkan
barisan dalam mengimbangi munculnya berbagai barisan
yang berkibar dari panji-panji komunis. Dalam
perjalanannya CBP-wati mengalami stagnasi dan

81
selanjutnya diputuskan dalam amanat Kongres XII IPPNU di
Makasar-Sulawesi Selatan dengan perubahan nama
menjadi KKP yang kemudian untuk mengukuhkannya
ditetapkan dalam Kongres XIII IPPNU di Surabaya-Jawa
Timur.

C. FUNGSI
Lembaga Corp Brigade Pembangunan berfungsi
sebagai :
1. Fungsi kaderisasi
Suatu wadah perekrutan kader kader potensial
IPNU
2. Fungsi Komunikasi
Wadah komunikasi antara IPNU, masyarakat, dan
pemerintah
3. Fungsi pengembangan sumber daya manusia
Lembaga Corp Brigade Pembangunan
merupakan lembaga Pengembangan Sumber
Daya Manusia untuk menciptakan kader yang
memiliki kualitas di lingkungan IPNU melalui
jenjang pendidikan dan pelatihan yang telah
ditetapkan.
4. Fungsi kepeloporan dan pengabdian
Lembaga Corp Brigade Pembangunan
merupakan pelopor penggerak program-program
IPNU dalam rangka pengabdiannya kepada
masyarakat, bangsa dan negara.

D. TUGAS POKOK
1. Melaksanakan kebijakan IPNU

82
2. Berpartisipasi dalam kegiatan pendahuluan bela
negara, sosial kemanusian, pengembangan
sumberdaya alam dan lingkungan.
3. Berpartisipasi dalam pendampingan dan
penguatan kader demi tercapainya
kesejahteraan.

E. TANGGUNG JAWAB
1. Memantapkan dan menjaga keutuhan Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama’ di semua tingkatan.
2. Turut serta menjaga keutuhan bangsa,
memelihara lingkungan agar terhindar dari
kerusakan dan pengerusakan, serta menjalankan
peran sosial kemanusiaan

F. TINGKATAN
1. Dewan Komando Nasional Corp Brigade
Pembangunan – Korp Pelajar Putri (DKN –
CBP - KPP) untuk CBP tingkat pusat
2. Dewan Komando Wilayah Corp Brigade
Pembangunan – Korp Pelajar Putri (DKW –
CBP – KPP ) untuk CBP tingkat pusat.
3. Dewan Komando Cabang Corp Brigade
Pembangunan – Korp Pelajar Putri (DKC –
CBP – KPP ) untuk CBP tingkat cabang
4. Dewan Komando anak cabang Corp Brigade
Pembangunan – Korp Pelajar Putri (DKAC –
CBP – KPP ) untuk CBP tingkat anak cabang.
5. Dewan Koordinasi Ranting Corp Brigade
Pembangunan – Korp Pelajar Putri (DKR –
CBP – KPP) Untuk Tingkat Ranting

83
6. Dewan Koordinasi Komisariat Corp Brigade
Pembangunan – Korp Pelajar Putri (DKK –
CBP – KPP) Untuk Tingkat Komisariat

G. SYARAT MENJADI ANGGOTA CBP - KPP


1. Sudah Mengikuti Makesta
2. Usia 15 – 25 Tahun
3. Sehat Jasmani dan Rohani
4. Siap Mengikuti Aturan Sesuai dengan PO IPNU –
IPPNU

H. SATUAN KHUSUS
1. Provost
2. Protokoler
3. SAR
4. CBP Lalu Lintas

I. PENDIDIKAN CBP KPP


1. DIKLATAMA
2. DIKLATMAD
3. DIKLATSUS
4. DIKLATPEL

84
85
Lampiran 1

RENCANA TINDAK LANJUT PASCA MAKESTA

INDIKATOR EMPIRIS SETIAP ASPEK

No ASPEK KETERANGAN PARAF PENGUJI NILAI

1. Ke-Aswaja-an

1. Mengetahui dan mampu


menjelaskan arti Aswaja
2. Mengetahui Tokoh Peletak dasar
Ajaran Aswaja
3. Mengetahui dan Mampu
menjelaskan korelasi Dasar Hukum
Aswaja dalam mengambil produk
Hukum Islam
4. Memahami dan Mengetahui
Aplikasi karakteristik Watak
Kehidupan Aswaja

88
2. Ke-NU-an

1. Memahami sejarah berdirinya NU


2. Hafal Tokoh Pendiri NU dan
Tanggal Lahir NU
3. Mampu menjelasakan arti lambang
NU
4. Mengetahui dan mampu
menjelaskan tentang Struktural NU
5. Mengerti Lembaga dan Badan
Otonom NU
3. Ke- IPNU IPPNU-an

1. Memahami dan mampu


menjelaskan sejarah berdirinya
IPNU IPPNU
2. Mengerti dan Hafal Tokoh Pendiri
IPNU IPPNUHafal Tanggal Lahir
IPNU IPPNU

89
3. Mengerti dan mampu menjelaskan
arti Lambang IPNU IPPNU
4. Hafal Mars IPNU IPPNU
5. Mampu mengaplikasikan Pemikiran
dan Manfaat IPNU IPPNU di masa
sekarang
4. Keorganisasian

1. Memahami karakteristik diri


2. Mengerti dan mampu
mengaplikasikan Menejemen
Organisasi
3. Mampu menjelaskan Organisasi
yang baik dan sehat
5. Ke-Indonesia-an

1. Hafal Lagu Kebangsaan Indonesia


Raya dan Pancasila
2. Bisa menyebutkan tokoh pendiri
bangsa dan Tahun Berdirinya NKRI

90
3. Mampu menjelaskan peran serta
NU dalam meneguhkan prinsip
kemerdekaan dan kebangsaan
Indonesia
4. Mempunyai Gagasan nyata sebagai
generasi NU bagi NKRI
6. Kepemimpinan

1. Mampu menjelaskan dan


memahami perbedaan antara
Leader dan menejer
2. Memahami sifat pemimpin yang
baik sesuai ajaran Rasulullah SAW
3. Mampu memahami dan
memberikan solusi dalam suatu
masalah sebagai seorang pemimpin
4. Memahami indikator Keberhasialan
sebagai seorang Pemimpin
7. Tradisi dan Amaliyah NU

91
1. Mampu menyebutkan Amaliyah NU
beserta dalilnya Minimal 1
2. Hafal doa Qunut
3. Mampu membedakan antara
Amaliyah NU dan golongan yang
lain
4. Praktek Amaliyah NU

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT

1. Sowan Kepada Pengurus Ranting NU (Tanfidziyah dan Rais Syuriah) dengan bukti Foto
2. Aktif dalam kegiatan Ranting dan PAC
3. Mampu merekrut Anggota Baru dalam Ranting minimal 1 orang dan mengikuti Makesta

92
93

Anda mungkin juga menyukai