Anda di halaman 1dari 19

AKHLAQ KEPADA ALLAH

( TAUBAT, DZIKIR DAN DO’A )

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengantar Akhlaq

dengan dosen pengajar Drs. Saepudin, M.S.I.

Disusun oleh :

Kelompok 4 : Astuti Kustiawati

Asri Aprilianti

Semester : I B ( Non Regular )

Prodi : PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM GARUT

2013
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah menciptakan manusia sebagai khalifah di

muka bumi ini. Dengan kuasa-Nyalah manusia dapat menjalani kehidupan dengan sebaik-

baik penghidupan.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada teladan umat Islam, Nabi

Muhammad Saw. Orang yang meneladani beliau adalah orang yang baik akhlaqnya, karena

Nabi Muhammad Saw diutus Allah untuk menyempurnakan akhlaq manusia.

Makalah ini adalah makalah yang berkenaan dengan akhlaq manusia terhadap Allah

sebagai penciptanya. Makalah ini berjudul “Akhlaq Kepada Allah (Taubat, Dzikir, dan

Do’a).”

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi

yang membacanya.

Garut, Nopember 2013

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 3
BAB II TAUBAT, DZIKIR, DAN DO’A …………………………………….. 4
A. Taubat ……………………………………………………………… 4
1. Pengertian Taubat ……………………………………………… 4
2. Hukum Taubat …………………………………………………. 4
3. Syarat-syarat Taubat …………………………………………… 5
4. Ciri-ciri Taubat yang Diterima ………………………………… 7
5. Jenis-jenis Taubat ……………………………………………… 8
6. Kendala dan Solusi Orang Bertaubat ………………………….. 8
B. Dzikir ……………………………………………………………… 9
1. Pengertian Dzikir ……………………………………………… 9
2. Keutamaan Dzikir ……………………………………………... 9
3. Pembahasan Dzikir dalam Al-Quran ………………………….. 10
4. Macam-macam Dzikir ………………………………………… 12
5. Etika Berdzikir ………………………………………………… 12
6. Kendala dan Solusi Orang Berdzikir ………………………….. 13
C. Do’a ……………………………………………………………….. 13
1. Pengertian Do’a ……………………………………………….. 13
2. Macam-macam Do’a ………………………………………….. 14
3. Etika dalam Berdo’a …………………………………………... 14
4. Tempat dan Waktu Khusus Diijabahnya Do’a ………………... 15
5. Makna Dikabulkannya Do’a …………………………………... 15
6. Sebab-sebab Do’a tidak Dikabulkan ………………………….. 16
7. Kendala dan Solusi Orang Berdo’a …………………………… 16
BAB III PENUTUP …………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

Allah Swt telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, telah

memberikan rizki kepada manusia yang baik-baik, serta melebihkan manusia atas

kebanyakan makhluk-Nya yang lain. Semua itu adalah hak-hak manusia yang telah Allah

berikan. Di samping hak, ada juga kewajiban-kewajiban manusia sebagai makhluk yang

harus ia jalankan. Kewajiban itu ialah bahwa ia harus melandasi semua perbuatannya di muka

bumi ini sebagai ibadah kepada Allah. Untuk itulah, ada adab-adab(akhlaq) yang harus

manusia patuhi dalam beribadah kepada Allah.

Namun dalam perjalanan hidupnya, manusia sering kali melakukan kesalahan-

kesalahan yang membuatnya menyimpang dari jalan Allah Swt. Sebagai makhluk-Nya, sudah

menjadi kewajiban bagi manusia, terutama umat Islam, untuk menyadari kesalahan dan

kembali ke jalan Allah Swt. Seorang muslim harus segera bertaubat setelah ia melakukan

dosa. Seorang Muslim harus selalu mengingat Allah (dzikir) dalam setiap perbuatannya.

Tidak hanya ikhtiar saja yang harus dilakukan seorang muslim dalam ibadahnya, ia juga

senantiasa akan memerlukan pertolongan Allah Swt. Untuk itulah seorang muslim harus

sering berdo’a.

Dalam melakukan taubat, dzikir dan do’a, seorang muslim harus mengikuti petunjuk

dalam al-Quran dan as-Sunnah. Hal ini wajib dilakukan agar ia tidak menyimpang kembali

dari jalan Allah. Untuk itulah ada adab-adab (akhlaq) yang berhubungan kepada Allah,

khususnya dalam hal taubat, dzikir dan do’a.

3
BAB II

TAUBAT, DZIKIR DAN DO’A

A. TAUBAT

1. Pengertian Taubat

Taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada jalan Allah setelah ia melakukan

suatu perbuatan dosa.

Taubat ialah kembalinya seorang hamba kepada Allah dan perpisahannya dari jalan
yang dibenci dan jalan yang sesat, hal ini tidak akan terjadi kecuali dengan petunjuk
Allah kepada jalan yang lurus. ( Madarijus Salikin Jilid 1)

Contoh taubat :

Peristiwa taubatnya Nabi Adam as dan istrinya ketika mereka terbujuk syetan untuk

memakan satu macam buah di surga yang telah Allah larang untuk memakannya.

Ketika mereka sadar telah menyalahi perintah Allah, maka mereka segera melakukan

taubat dan do’a taubat mereka tercantum dalam Q.S. al-A’rof ayat 23 :

َ‫قَاالَ َربَّنَا ظَلَ ْمنَا َأنفُ َسنَا َوِإن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْال َخا ِس ِرين‬
Artinya : “Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”

2. Hukum Taubat

Hukum taubat adalah wajib.

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Oleh karena itu taubat wajib sehingga

setiap orang menyadari kesalahannya dan kembali ke jalan Allah. Firman Allah dalam

Q.S. at-Tahrim ayat 8 :

‫ ْد ِخلَ ُك ْم‬jُ‫يَِّئاتِ ُك ْم َوي‬j‫ى َربُّ ُك ْم َأن يُ َكفِّ َر عَن ُك ْم َس‬j‫َس‬َ ‫وحًا ع‬j‫ص‬ ُ َّ‫ةً ن‬jَ‫وا ِإلَى هللاِ تَوْ ب‬jjُ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا تُوب‬
َ‫ َعى بَ ْين‬j‫و ُرهُ ْم يَ ْس‬jjُ‫ هُ ن‬j‫وا َم َع‬jjُ‫ي َوالَّ ِذينَ َءا َمن‬ َّ ِ‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اَْأل ْنهَا ُر يَوْ َم الَي ُْخ ِزي هللاُ النَّب‬ ٍ ‫َجنَّا‬
‫ورنَا َوا ْغفِرْ لَنَآ ِإنَّكَ َعلَى ُك ِّل َش ْى ٍء قَ ِدي ُُر‬َ ُ‫َأ ْي ِدي ِه ْم َوبَِأ ْي َمانِ ِه ْم يَقُولُونَ َربَّنَآ َأ ْت ِم ْم لَنَا ن‬
4
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Nabi Muhammad Saw sebagai nabi yang sudah tentu telah diampuni dosa-dosa oleh

Allah sering sekali beristigfar (minta ampun) kepada Allah dan bertaubat. Apalagi

umat muslim harus selalu bertaubat dari dosa-dosanya. Hadits Nabi Saw yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhori :

‫وْ ٍم‬jjَ‫ ِه فِي ي‬j‫وبُ ِإلَ ْي‬jjُ‫تَ ْغفِ ُرهللاَ َوَأت‬j‫ َوهللاِ ِإنِّي َأل ْس‬: ‫وْ ُل‬jjُ‫ْت َرسُو َل هللاِ ص يَق‬
ُ ‫ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ رع َس ِمع‬
ً‫َأ ْكثَ ُر ِم ْن َسب ِْع ْينَ َم َّرة‬
Artinya :”Dari Abu Hurairah r.a, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Demi
Allah ! Sesungguhnya aku beristigfar kepada Allah dan bertaubat kepada.Nya dalam
sehari lebih dari tujuh puluh kali.”

3. Syarat-syarat Taubat

Supaya taubat yang dilakukan oleh seorang muslim dapat diterima oleh Allah, maka

ada syarat-syarat taubat yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Menyesali dosa

Seorang muslim yang telak melakukan suatu dosa, ia harus benar-benar menyadari

bahwa ia telah melakukan dosa dan menyesalinya.

b. Meninggalkan dosa

Setelah menyesali perbuatan dosanya, maka seorang muslim harus benar-benar

meninggalkan perbuatan tersebut.

c. Tidak mengulangi dosa

Hakikat taubat adalah ketika seseorang menyesali dosa pada waktu yang telah lalu,

ia meninggalkannya pada saat sekarang dan tidak mengulangi perbuatan dosanya

pada masa yang akan datang.

5
d. Meminta maaf dan mengembalikan hak orang lain jika dosanya berhubungan dengan

sesama.

Ada juga kewajiban bagi orang yang dimintai maaf oleh orang yang bertaubat. Ia

harus dengan ikhlas mamaafkan orang tersebut walaupun itu hal yang sulit

dilakukan. Ini akan menjadi ladang amal sholeh baginya karena akan memudahkan

orang bertaubat untuk menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Allah Swt saja Maha Penerima Taubat, maka tidak layak bagi manusia untuk

menghalangi taubat seseorang.

e. Menjalani hukuman

Jika dosa yang dilakukan berhubungan dengan suatu hukum, maka syarat ia

diampuni dosanya oleh Allah ialah ia harus menjalani hukuman yang berkaitan

dengan dosa yang ia lakukan. Namun dalam menjalani hukuman, ia tidak boleh

melanggar hak orang lain.

Seperti dalam kisah seorang wanita yang datang kepada Nabi Saw menyatakan

bahwa dirinya telah berzina dan mengandung bayi di perutnya. Ia meminta Nabi

untuk menegakkan hukum untuknya. Nabi tidak begitu saja mempercayai, ia

menyuruh wanita itu pulang. Ini berlangsung sampai tiga kali. Baru pada kali ketiga

Nabi mempercayainya. Tapi hukum tidak bisa langsung ditegakkan karena ada bayi

dalam kandungan wanita itu, maka wanita itu wajib melahirkan dan menyusui dulu

bayi tersebut. Maka setelah hak-hak bayi tersebut ditunaikan, barulah hukum rajam

terhadap wanita tersebut bisa dilakukan.

4. Ciri-ciri Taubat yang Diterima

Ciri-ciri taubat yang diterima Allah adalah :

a. Keadaan seorang hamba yang bertaubat lebih baik dari sebelumnya. Ia selalu

melakukan kebaikan-kebaikan yang lebih banyak dari yang sebelumnya.

6
b. Keadaannya senantiasa takut dan tidak merasa aman akan siksa Allah yang akan

menimpanya bila ia melakukan perbuatan dosa. Hadits riwayat Imam Bukhari :

‫ َع‬jَ‫اف َأ ْن يَق‬ ٍ jَ‫ ٌد تَحْ تَ َجب‬j‫هُ َكَأنَّهُ قَا ِع‬jَ‫ ِإ َّن ْال ُمْؤ ِمنَ يَ َرى ُذنُوب‬: ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ع َِن النَّبِ ِّي ص قَا َل‬
ُ j‫ل يَ َخ‬j
‫ب َم َّر َعلَى َأ ْنفِ ِه‬
ٍ ‫َعلَ ْي ِه َوَأ َّن الفَا ِج َر يَ َرى ُذنُوْ بَهُ َك ُذبَا‬
Artinya :”Dari Abdillah r.a, dari Nabi Saw bersabda : Sesungguhnya orang mu’min
melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung dimana ia merasa takut
gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang fajir(pendosa) melihat dosa-dosanya
itu bagaikan lalat yang lewat di atas hidungnya.

c. Ia melepaskan diri dari perbuatan dosa dengan penuh penyesalan.

Firman Allah dalam Q.S. at-Taubah ayat 11 :

ِ ‫ص ُل اَْأليَا‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬ َّ ‫فَِإن تَابُوا َوَأقَا ُموا ال‬
ِّ َ‫صالَةَ َو َءاتَوْ ا ال َّز َكاةَ فَِإ ْخ َوانُ ُك ْم فِي الدِّي ِن َونُف‬
Artinya : ”Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat
itu bagi kaum yang mengetahui.”

Ada juga taubat yang tidak akan diterima oleh Allah Swt seperti taubatnya Firaun. Ini

karena ia bertaubat ketika ajal sudah datang, sebagaimana yang tercantum dalam Q.S.

an-Nisa ayat 18 :

َ‫ْت ْالَئان‬ ُ ْ‫و‬jj‫ َدهُ ُم ْال َم‬jj‫ َر َأ َح‬jj‫ض‬


ُ ‫ا َل ِإنِّي تُب‬jjَ‫ت ق‬ َ ‫ت َحتَّى ِإ َذا َح‬ َّ َ‫ون‬jjُ‫ةُ لِلَّ ِذينَ يَ ْع َمل‬jjَ‫ت التَّوْ ب‬
ِ ‫يَِّئا‬jj‫الس‬ ِ jj‫َولَي َْس‬
‫ك َأ ْعتَ ْدنَا لَهُ ْم َع َذابًا َألِي ًما‬ ‫ُأ‬
َ ‫َوالَالَّ ِذينَ يَ ُموتُونَ َوهُ ْم ُكفَّا ٌر وْ الَِئ‬
Artinya : “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di
antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang".
Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam
kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.”

5. Jenis-jenis Taubat

a. Taubat Umum
Taubat ini adalah taubat yang dilakukan untuk memperbanyak atau meningkatkan
ketaatan.
b. Taubat Pertengahan
Taubat ini adalah taubat yang dilakukan untuk meninggalkan perbuatan
maksiat/dosa.
c. Taubat Khusus
7
Taubat ini adalah taubat yang dilakukan dari perbuatan menyia-nyiakan waktu.
(Madarijus Salikin, jilid 1)

6. Kendala dan Solusi Orang Bertaubat

Macam-macam penyebab orang susah untuk bertaubat, berikut ini beberapa penyebab

dan solusinya :

a. Merasa diri sudah benar.

Ketika orang sudah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, ia

merasa sudah cukup. Padahal mungkin saja dalam melaksanakan kewajibannya,

contohnya sholat, mungkin saja sholatnya belum khusyu.

Solusinya : Ketika selesai melakukan suatu kewajiban, maka yang harus dilakukan

adalah muhasabah diri., apakah yang dilakukannya sudah sesuai dengan petunjuk

Allah dan rosul-Nya atau belum.

b. Kurang memahami ajaran Islam.

Kurangnya pemahaman terhadap agama bisa menjadikan orang menganggap apa

yang dilakukannya adalah benar, walaupun dalam kenyataannya mungkin saja

menyalahi ajaran agama Islam.

Solusinya : Sudah menjadi kewajiban tiap orang untuk tiada henti belajar tentang

ilmu agama supaya semua perbuatannya sesuai dengan ajaran Islam. Juga

merupakan kewajiban para da’i untuk senantiasa mengingatkan umat supaya

bertaubat.

c. Terlalu sibuk dengan urusan dunia.

Kehidupan duniawi seringkali menyibukkan orang hingga lupa dan malas untuk

melakukan hal-hal yang berhubungan dengan ukhrowi.

Solusinya : Setiap orang harus menyadari bahwa kehidupan dunia bukan untuk

selamanya melainkan sebagai bekal untuk menyiapkan diri menuju kehidupan

abadi di akhirat nanti.

8
B. DZIKIR

1. Pengertian Dzikir

Dzikir artinya mengingat. Dzikir kepada Allah artinya selalu mengingat Allah dalam

setiap perbuatan. Dzikir biasa diartikan juga sebagai pembersihan diri dari lalai dan

lupa. Lalai yaitu meninggalkan kewajiban karena faktor pelakunya, sedangkan lupa

adalah meninggalkan kewajiban tanpa disengaja oleh pelakunya. Sudah menjadi

kewajiban seorang muslim untuk menyertakan dzikrullah dalam setiap ucapan,

perbuatan dan sikapnya. Dzikir bisa dilakukan kapan saja karena dimanapun berada,

seorang muslim harus selalu mengingat Allah. Akan tetapi ada dzikir yang khusus,

yaitu dzikir yang telah ditentukan bacaaannya dan waktunya. Dzikir tersebut

contohnya adalah dzikir setelah sholat, setelah selesai shaum ramadhan, atau dzikir

ketika beribadah haji.

Hakikat dari berdzikir adalah menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-

Nya.

2. Keutamaan Dzikir

a. Hadits riwayat Bukhori Muslim :

َ ‫ ِدي‬j‫ َذ َك َر ال َح‬jَ‫ ف‬.ُ‫ َّل اِالَّ ِظلُّه‬j‫وْ ٍم الَ ِظ‬jَ‫ ْب َعةٌ ي ُِظلُّهُ ُم هللاُ فِي ي‬j‫ َس‬: ‫ا َل‬jَ‫ع َْن َأبِى هُ َري َْرةَ ع َِن النَّبِ ِّى ص ق‬
‫ْث‬
ْ ‫ض‬
ُ‫ت َع ْينَاه‬ َ ‫ َو َر ُج ٌل َذ َك َر هللاَ خَ ا لِيًا فَفَا‬: ‫َوفِي ِه‬

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw bersabda : “Tujuh golongan yang akan
mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-
Nya(hari kiamat). Maka ia (Abu Hurairah) menceritakan hadits dan di antaranya :
Dan seorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi sampai mencucurkan
air mata.”

b. Hadits Riwayat Bukhori Muslim :

ِ ِّ‫َمثَ ُل الَّ ِذي يَ ْذ ُك ُر َربَّهُ َوالَّ ِذي الَيَ ْذ ُك ُر َربَّهُ َمثَ ُل ْال َح ِّي َو ْال َمي‬
‫ت‬

9
“Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat
Rabbnya bagaikan orang hidup dengan orang mati.”

c. Hadits Riwayat Bukhori :

‫ َرنِي‬j‫ي َوِإ ْن َذ َك‬j ‫َأنَا ِع ْن َد ظَنِّ َع ْب ِدي بِي َوَأنَا َم َعهُ ِإ َذا َذ َك َرنِي فَِإ ْن َذ َك َرنِي فِي نَ ْف ِس ِه َذ َكرْ تُهُ فِي نَ ْف ِس‬
‫ْت ِإل ْي ِه ِذ َراعًا‬ُ ‫ي بِ ِشب ٍْر تَقَ َّرب‬ َ ‫فِي مٍَإل َذ َكرْ تُهُ فِي مٍَإل َخي ٍْر ِم ْنهُ ْم َوِإ ْن تَقَر‬
َّ َ‫َّب ِإل‬

Firman Allah dalam hadits qudsi :


“Aku menurut prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya apabila dia
mengingat-Ku. Bila dia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada
diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku pada suatu kelompok maka Aku mengingatnya
pada kelompok yang lebih baik dari mereka. Jika dia mendekat satu jengkal kepada-
Ku maka Aku mendekat satu hasta kepadanya.”

3. Pembahasan Dzikir dalam al-Quran

Banyak sekali ayat al-Quran yang menjelaskan tentang dzikir, di antaranya :

1) Dzikir sebagai perintah muthlak. Ini terdapat dalam Q.S. al-Ahzab ayat 41-43 :

‫و الَّ ِذي‬j
َ jُ‫} ه‬42{ ً‫يال‬j ‫ص‬ِ ‫رةً َوَأ‬j َ j‫بِّحُوهُ بُ ْك‬j ‫} َو َس‬41{ ‫يرًا‬jjِ‫يَآَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ْاذ ُكرُوا هللاَ ِذ ْكرًا َكث‬
}43{ ‫ور َو َكانَ بِ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َر ِحي ًما‬ ُّ َ‫ُصلِّي َعلَ ْي ُك ْم َو َمالَِئ َكتُهُ لِي ُْخ ِر َج ُكم ِّمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت ِإلَى الن‬ َ ‫ي‬
Artinya: “41. Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. 42. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu
pagi dan petang. 43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang
yang beriman.”

2) Dzikir sebagai antisipasi dari kebalikan dzikir yaitu lalai. Hal ini dilakukan dengan

cara berdzikir di dalam hati atau dengan lisan yang hanya terdengar oleh diri sendiri.

Ini terdapat dalam Q.S. al-A’rof ayat 205 :

َ‫ال َوالَتَ ُكن ِّمن‬ َ ‫ ُد ِّو َواَْأل‬j‫وْ ِل بِ ْال ُغ‬jjَ‫ر ِمنَ ْالق‬j
ِ j‫ص‬ ِ j‫ةً َو ُدونَ ْال َج ْه‬jَ‫رُّ عًا َو ِخ ْفي‬j‫َض‬ َ j‫َو ْاذ ُكر َّربَّكَ فِي نَ ْف ِس‬
َ ‫كت‬
‫ْالغَافِلِين‬
Artinya : “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.

10
3) Balasan bagi orang yang berdzikir kepada Allah. Sebagaimana yang tertera pada

Q.S. al-Ahzab ayat 41-43 di atas, orang yang sering berdzikir akan mendapat rahmat,

malaikat memintakan ampunan dan Allah akan mengeluarkannya dari kesesatan ke

jalan yang lurus.

4) Dzikir sebagai cara memupuk keteguhan hati terdapat dalam Q.S. al-Anfal ayat 45:

َ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِإ َذا لَقِيتُ ْم فَِئةً فَ ْاثبُتُوا َو ْاذ ُكرُوا هللاَ َكثِيرًا لَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan
(musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-
banyaknya agar kamu beruntung.”

5) Allah Swt akan mengingat hamba-Nya sebagai balasan kepada hamba yang

mengingat-Nya sebagaimana terdapat dalam Q.S. al-Baqoroh ayat 152 :

ِ ‫فَ ْاذ ُكرُونِي َأ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لِي َوالَ تَ ْكفُر‬


‫ُون‬
Artinya : “Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

6) Orang yang berdzikir adalah orang yang berpikir dan masuk kategori “ulul albab”

seperti yang tertera dalam Q.S. Ali Imron ayat 190-191 :

َ‫} الَّ ِذين‬190{ ‫ب‬ ِ ‫ا‬jjَ‫ت ُألوْ لِي اَْأل ْلب‬ ٍ ‫ا‬jjَ‫ار َألي‬j
ِ jَ‫ف الَّي ِْل َوالنَّه‬ ْ ‫ض َو‬
ِ َ‫اختِال‬ ِ ْ‫ت َواَْألر‬ِ ‫اوا‬ َ ‫ق ال َّس َم‬ ْ ‫ِإ َّن فِي‬
ِ ‫خَل‬
ِ ْ‫ت َواَْألر‬
َ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْقت‬ ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ِ ‫يَ ْذ ُكرُونَ هللاَ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي خ َْل‬
}191{ ‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬
َ ‫هَ َذا بَا ِطالً ُس ْب َحانَكَ فَقِنَا َع َذ‬
Artinya : “190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

4. Macam-macam Dzikir

a. Dzikir Dhohir yaitu dzikir hati dan lisan.

Dzikir Dhohir berupa :

1) Pujian atau sanjungan, seperti : Subhanallah, Alhamdulillah, dll.


11
2) Do’a, seperti : Do’a Nabi Adam.

3) Ri’ayah(pengawasan), seperti : Ucapan “Allah bersamaku”, “Alloh saksiku”.

b. Dzikir Khofi yaitu dzikirnya hati dari sifat lalai dan lupa.

c. Dzikir Hakiki yaitu hakikat dzikir adalah untuk mendekatkan diri kepada Alloh

Swt.

5. Etika Berdzikir

a. Dzikir hendaknya dilakukan dengan suara rendah seperti adab dalam berdo’a untuk

menunjukan kerendahan hati di hadapan Allah Swt.

b. Dzikir dilakukan dengan niat karena Allah, bukan karena ada hal-hal yang bersifat

duniawi yang ingin dicapai.

c. Dzikir dilakukan dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan

meyakini bahwa Allah mengawasi diri manusia dimanapun berada.

6. Kendala dan Solusi Orang Berdzikir.

Lalai dan lupa menyebabkan orang kurang berdzikir kepada Allah. Berikut beberapa

penyebab dan solusinya :

a. Banyak orang mengira bahwa dzikir harus dilakukan di tempat khusus seperti

mesjid atau majlis-majlis ta’lim.

Solusinya : Pada dasarnya dzikir adalah mengingat Allah, maka dimanapun kita

berada kita harus mengingat Allah. Ketika melihat keindahan alam dan kita ingat

pada Allah itupun menunjukkan kita sedang berdzikir.

b. Memisahkan urusan dunia dan akhirat.

Solusinya : Tidak ada kejadian di dunia ini yang di luar kehendak Allah. JIka Allah

menghendaki maka akan terjadi tetapi jika Allah tidak menghendaki maka tidak

akan terjadi sekeras apapun manusia berusaha.

C. DO’A

12
1. Pengertian Do’a

Do’a adalah permohonan yang diucapkan seorang hamba kepada Allah Swt. Selain

ikhtiar atas usaha sendiri, manusia juga memerlukan pertolongan Allah melalui do’a.

Perintah berdo’a terdapat dalam Q.S. al-Mu’min ayat 60 :

َ‫ال َربُّ ُك ُم ا ْد ُعونِي َأ ْست َِجبْ لَ ُك ْم ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم دَا ِخ ِرين‬
َ َ‫َوق‬
Artinya : “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

2. Macam-macam Do’a

Ada 2 macam do’a, yaitu : do’a ibadah seperti dalam ibadah sholat dan do’a sebagai

permohonan/permintaan. Do’a dalam telah ditentukan waktu dan bacaannya,

sementara do’a sebagai permohonan disesuaikan dengan kebutuhan. Setiap kegiatan

yang dilakukan sehari-hari bisa menjadi bernilai ibadah bila disertai dengan do’a,

seperti makan, minum, tidur, naik kendaraan, dsb.

3. Etika dalam Berdo’a

a. Berdo’a dengan rendah diri dan tidak dengan suara keras.

)55 : ‫(األعراف‬ ‫َضرُّ عًا َو ُخ ْفيَةً ِإنَّهُ الَي ُِحبُّ ْال ُم ْعتَ ِدين‬
َ ‫ا ْد ُعوا َربَّ ُك ْم ت‬
Artinya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Ada pengecualian orang boleh berdo’a dengan suara keras, yaitu dalam proses

pendidikan untuk memudahkan peserta didik menghafal dan mempelajari do’a.

b. Berdo’a tidak hanya dalam keadaan susah.

‫ ْد ُعنَآ‬jَ‫ َأن لَّ ْم ي‬j‫ض َّرهُ َم َّر َك‬


ُ ُ‫اعدًا َأوْ قَاِئ ًما فَلَ َّما َك َش ْفنَا َع ْنه‬
ِ َ‫َوِإ َذا َمسَّ ْاِإل ن َسانَ الضُّ رُّ َدعَانَا لِ َجنبِ ِه َأوْ ق‬
)12 : ‫ْرفِينَ َما َكانُوا يَ ْع َملُونَ (يونس‬ ِ ‫ك ُزيِّنَ لِ ْل ُمس‬
َ ِ‫ض ٍّر َّم َّسهُ َك َذل‬
ُ ‫ِإلَى‬
Artinya : “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam
keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu

13
daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak
pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu
mereka kerjakan.”

c. Berdo’a tidak disertai dengan menyekutukan Allah.

َ‫ون‬jُ‫ ِه تُرْ َجع‬jْ‫هُ ْال ُح ْك ُم َوِإلَي‬jَ‫هُ ل‬jَ‫ك ِإالَّ َوجْ ه‬ َ ‫ع َم َع هللاِ ِإلَها ً َءاخ‬
َ ُ‫هَ ِإالَّ ه‬jَ‫ر آلِإل‬jَ
ٌ jِ‫ ْى ٍء هَال‬j‫لُّ َش‬j‫و ُك‬j ُ ‫َوالَتَ ْد‬
)88 : ‫(القصص‬
Artinya : “Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun
yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap
sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

d. Diawali dengan hamdalah, shalawat, dan dengan menggunakan nama Allah.

Adab berdo’a kepada Allah adalah mengawali do’a dengan mengagungkan Allah,

kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Berdo’a juga dianjurkan

dengan memakai nama-nama Allah seperti Ya Rahman, Ya Malik, Ya Ghofur dsb.

Kita juga boleh melakukan tawassul dalam berdo’a, yaitu menggunakan amal-amal

sholeh sebagai perantara(washilah) agar do’a kita dikabulkan. Seperti dalam kisah tiga

orang pemuda yang terjebak dalam sebuah gua dan mereka kesulitan untuk membuka

pintu gua tersebut. Maka mereka bertawassul dengan amal-amal sholeh mereka

supaya do’a mereka untuk keluar dari gua dikabulkan Allah. Maka setelah setiap

orang menyebutkan amal sholeh dan berdo’a, terbukalah pintu gua tersebut.

4. Tempat dan Waktu Khusus Diijabahnya Do’a.

Ada tempat khusus diijabahnya do’a, yaitu : Maqom ijabah untuk para jamaah haji

ketika mereka melakukan ibadah haji. Sementara waktu-waktu khusus diijabahnya

do’a adalah :

a. Sepertiga akhir malam atau waktu tahajjud

b. Sesudah sholat fardu

c. Di waktu sujud

14
d. Waktu wukuf untuk jamaah haji

e. Pada hari Jumat

f. Antara adzan dan iqomat

5. Makna Dikabulkannya Do’a

Ada tiga kemungkinan :

Pertama, do’a itu dikabulkan sesuai dengan permohonan.

Kedua, do’a itu tidak dikabulkan tetapi menjadi tabungan untuk nanti di akhirat.

Ketiga, do’a tidak dikabulkan tetapi dosa-dosa kita diampuni karena sering berdo’a.

6. Sebab-sebab do’a tidak dikabulkan

a. Do’a tidak dikabulkan karena tidak memenuhi persyaratan bagaimana seharusnya

berdo’a,seperti tidak menyekutukan Allah, tidak mengandung kemaksiatan dan

tidak memakan makanan haram yang menghalangi diijabahnya do’a.

b. Do’a tidak dikabulkan karena Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk orang

yang berdo’a.

7. Kendala dan Solusi Orang Berdo’a

Banyak orang yang meremehkan faktor do’a dalam keberhasilan hidup. Ia lebih

mengutamakan perhitungan matematis duniawi. Ada beberapa kendala orang enggan

berdo’a dan solusinya :

a. Rasa sombong

Bila seseorang berhasil dalam sebuah pekerjaan, ia selalu merasa bahwa itu adalah

hasil usahanya sendiri.

Solusinya : Setiap orang harus sadar bahwa keberhasilan tidak akan terjadi tanpa

izin Allah.

b. Merasa bahwa do’anya tidak akan dikabulkan

15
Manusia selalu ingin semua harapannya harus terkabulkan. Ia berusaha sekuat

tenaga agar apa yang dicita-citakannya terjadi. Ia menjauhi do’a karena takut apa

yang akan terjadi tidak sesuai dengan keinginannya

Solusinya : Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi seseorang ketimbang

orang itu sendiri. Tugas manusia adalah berusaha kemudian berdo’a supaya Allah

memberikan yang terbaik.

c. Malas

Ada kalanya seseorang berusaha dan mengharapkan yang baik akan terjadi tanpa

mau meminta dan memohon kepada Allah.

Solusinya : Usaha dan do’a adalah dua hal yanh tidak dapat dipisahkan. Inilah yang

disebut dengan tawakkal. Usaha tidak lengkap tanpa do’a dan do’a tidak lengkap

tanpa usaha.

Firman Allah dalam Q.S. Alam Nasyrah ayat 8-9 :

}8{ ‫لى َربِّكَ فَارْ غَب‬ َ ‫فَِإ َذا فَ َر ْغتَ فَا ْن‬
َ ‫} َوِإ‬7{ ْ‫صب‬
Artinya : “Apabila kamu selesai dengan satu urusan, maka selesaikanlah dengan
sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu
berharap.”

16
BAB III

PENUTUP

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam hal taubat, dzikir dan do’a,

seorang muslim tidak boleh sembarangan. Ada aturan-aturan yang harus dipenuhi sebagai

cerminan akhlak kepada Allah. Semua itu agar apa yang seorang muslim lakukan menjadi

ibadah yang bernilai lillahi ta’ala tidak menjadi sia-sia.

Taubat yang benar adalah taubatan nashuha. Taubat yang semurni-murninya.

Taubat yang didasari penyesalan yang mendalam, adanya keikhlasan meninggalkan

perbuatan dosa dan kebulatan tekad untuk tidak melakukannya lagi di masa yang akan

datang.

Dzikir kepada Allah hakikatnya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dzikir dilakukan dengan hati, lisan dan tindakan yang mencerminkan bahwa seorang hamba

selalu menyertakan Allah dalam setiap perbuatannya.

Do’a adalah usaha kedua setelah ikhtiar. Do’a harus dilakukan dengan niat yang

ikhlas, jiwa yang bersih dari kemusyrikan, dan keyakinan bahwa do’a akan dikabulkan.

Bersangka baik kepada Allah adalah kewajiban bagi orang yang berdo’a jika do’anya belum

dikabulkan. Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul Dan Terjemahnya, Depatemen Agama RI, 2005.

Ibnu Qoyyum Al-Jauziyyah. Madarijus Salikin jilid 1 dan 2.

A. Zakaria. Etika Hidup Seorang Muslim, (cet. III), Ibn Azka Press, Garut, 2009.

Miftah Faridl, Drs. Do’a (Sebuah Petunjuk dan Contoh-contoh), Penerbit Pustaka,

Bandung, 1989.

Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir, (Cet. I) al-Maktab at-Ta’awun lid-Da’wah, Rabwah, 1424H.

18

Anda mungkin juga menyukai