Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Mujahadah An-

Nafs”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber

dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu,

dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-

sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh

dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah

ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Gorontalo, Juli 2022


DAFTAR ISI

Kata
Pengantar............................................................................................. i
DaftarIsi...............................................................................................ii
BAB
PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
2
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................3
2.1 Pengertian.......................................................................................3
2.2 Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs..............
4
2.3 Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs...................
5
2.4 Dapat Melakukan Mujahadah An Nafs Hanya Karena Hidayah
Allah..............................................................................................6
2.5 Cara Mujahadah an
nafs..................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................
9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
9
DAFTARPUSTAKA..........................................................................10
BAB I
PENDAHUAN

1.1 Latar Belakang


Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam Kata islam berarti damai,
selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung
ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan
hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada
umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak
manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu
kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi
dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri
dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan
keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap
identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia
merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural.
Multikultural masyarakat Indonesia tidak sauja kerena
keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama.
Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam,
Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama
tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing
masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak
terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat
beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri
yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati,
dan saling tolong menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang
mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna
menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-
tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang Mujahadah Nafs tentang kontrol
diri yang perlu dimiliki setiap umat muslim.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Muzahadah Nafs?
2. Apa Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs?
3. Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs?
4. Apa Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs?
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI)
2. Menambah pengetahuan tentang akhlaqul karimah yaitu
Mujahadah
3. Dapat menerapkan Mujahadah dalam kehidupan sehari-hari
4. Menjadi pribadi yang lebih Islami
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua
kata, yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam
mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi,
mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri
pribadi atau sikap kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang
diajarkan Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak
selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani
kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan emosi dan hawa
nafsunya dengan selalu mengedepankan kejernihan hati dan pikiran
serta perilaku mulia yang dapat meninggikan derajatnya di hadapan
Allah swt.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan
dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati”
(H.R. Tarmidzi: 2383)
Diantara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah swt., yaitu dia
yang mengutamakan perkara yang disukai-Nya daripada
mengutamakan kehendak nafsu pribadinya. Orang-orang yang
sanggup melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman kepada
Allah swt. dan hari akhir, inilah kekuatan yang ada dalam diri umat
Islam.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Mujahid
adalah orang yang berjihad terhadap jiwanya”
(H.R. Ahmad)
Perang melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar, yang nilainya
lebih utama dibanding jihad memerangi orang-orang kafir, yang
sering disebut jihad kecil (al jihad al asghar) oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Nabi Muhammad saw. Bersabda: Telah kembalilah kita dari sebuah
perlawanan yang kecil (perang Badar dengan orang Kaum Kafir
Quraisy waktu itu), menuju peperangan yang agung, bertanyalah para
sahabat: Ya Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan
yang besar? Rasul menjawab: Perang melawan hawa nafsu”
2.2 Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs
a. Berpikir positif
Selalu berpikir positif dalam segala hal, tidak pernah mempunyai
prasangka buruk terhadap apa pun dan siapa pun, tidak memiliki
perasaan untuk merendahkan, atau bahkan menghina siapa pun yang
ditemuinya. Ketika seseorang memiliki perilaku berpikir positif, dia
akan selalu mempertimbangkan setiap ucapan dan perilakunya untuk
memberikan manfaat kepada orang lain.Rasulullah saw. Bersabda
yang artinya :
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Nabi Muhammad
saw. Bersabda, “Demi Zat (Allah) yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, tidaklah beriman seorang hamba dengan sempurna
sehingga dia mencintai tetangganya atau saudaranya seperti halnya
mereka mencintai dirinya sendiri” (H.R. Muslim: 65)
b. Bekerja keras, tuntas, dan ikhlas
c. Optimis dalam segala hal
Sikap optimis artinya keyakinan yang kuat bahwa kesungguhan dan
kerja keras yang kita lakukan akan mendapatkan petunjuk dan
pertolongan dari Allah swt. dengan berbagai macam kemudahan.
Allah swt. berfirman :
َ‫َوالَّ ِذينَ َجاهَ ُدوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَنَا ۚ َوِإ َّن هَّللا َ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِين‬
Artinya :
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami,
Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh,
Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al-Ankabut (29):
69)

d. Bersyukur ketika mendapat keberhasilan


e. Bersabar ketika mendapat kegagalan
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri akan bersabar dan
menganggap bahwa setiap kegagalan dalam usahanya adalah ujian
baginya untuk meningkatkan usaha dan doanya lebih maksimal lagi di
kemudian hari. Allah swt. berfirman :

ِ ْ‫َأسُ ِم ْن َرو‬h‫ح هَّللا ِ ۖ ِإنَّهُ اَل يَ ْي‬


ِ ‫ح هَّللا‬ ِ ْ‫وا ِم ْن َرو‬h‫ ِه َواَل تَ ْيَأ ُس‬h‫ي ْاذهَبُوا فَت ََح َّسسُوا ِم ْن يُوسُفَ َوَأ ِخي‬
َّ ِ‫يَا بَن‬
َ‫ِإاَّل ْالقَوْ ُم ْال َكافِرُون‬
Artinya :
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-
orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf (12): 87)
2.3 Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs
a. Menambah ketentraman hati dan pikiran
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri, hatinya akan
merasa tenteram dan nyaman, tidak pernah berburuk sangka terhadap
siapa pun yang ditemuinya, tidak mengucapkan sesuatu yang dapat
merugikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Rasulullah saw.
Bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya dalam tubuh (manusia) itu terdapat segumpal
daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh
tubuhya, akan tetapi apabila rusak segumpal daging itu maka rusak
pulalah seluruh tubuhnya, ingatlah segumpal daging itu adalah hati.”
(H.R. Bukhari: 50 dan Muslim: 2996)
b. Mendapatkan hasil yang memuaskan
Seseorang yang dapat mengontrol dirinya dari sifat malas dan
menunda pekerjaan menggantinya dengan kerja keras, tuntas, dan
ikhlas tentu akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Allah swt.
berfirman :
‫ان ِإاَّل َما َس َع ٰى‬ َ ‫َوَأ ْن لَي‬
ِ ‫ْس لِِإْل ْن َس‬
Artinya :
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah
diusahakannya.” (Q.S. An-Najm (53): 39)
c. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
d. Menambah ketawakalan kepada Allah swt. dalam menyerahkan
semua urusan
2.4 Dapat Melakukan Mujahadah An Nafs Hanya Karena Hidayah
Allah
Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat. Meskipun berat
Allah menjanjikan jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-
sungguh berjuang mengendalikan nafsunya. Sebagaimana firman
Allah : : “Orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan kami
tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut: 69).
Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Allah menggantungkan hidayah
dengan laku jihad. Maka orang yang paling sempurna hidayah (yang
diperoleh)-nya adalah dia yang paling besar laku jihadnya.
Jihad yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu, melawan
syahwat, melawan syetan, melawan rayuan duniawi. Siapa yang
bersungguh-sungguh dalam jihad melawan keempat hal tersebut,
Allah akan menunjukkan padanya jalan ridha-Nya, yang akan
mengantarkannya ke pintu surga-Nya. Sebaliknya, siapa yang
meninggalkan jihad, maka ia akan sepi dari hidayah…” Di ayat lain,
Allah menjelaskan bahwa membebaskan nafsu merupakan karunia
Allah, sebagaimana frimannya: “Dan aku tidak membebaskan nafs-
ku, karena sesungguhnya nafs itu selalu sangat menyuruh kepada
keburukan, kecuali nafs yang dirahmati Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf/12:
53). Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita tidak
akan sanggup mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan
kasih sayang Allah

2.5 Cara Mujahadah an nafs


Ada empat cara melakukan mujahadah an-nafs dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu:
1) Bersabar atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk
mengambil keputusan dari perbuatan yang akan dilakukan.
Ketika seseorang atau umat Islam dihadapkan kepada banyak
tantangan dan kesulitan atau berposisi minoritas, hendaklah bersabar.
Sikap sabar akan membuka pikiran jernih yang menjadi pembuka ide-
ide brilian yang mengambil keputusan.
2) Memikirkan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.
Berpikir tentang akibat perbuatan yang akan dilakukan dapat
meminimalisasi hal-hal negatif dan penyesalan yang akan ditimbulkan
dari perbuatan tersebut. Bukankah setiap perbuatan sebenarnya akan
kembali kepada pelakunya sendiri? Allah Swt berfirman: “Jika kamu
berbuat baik, maka kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Jika
kamu berlaku jahat, maka kamu berbuat jahat pada dirimu sendiri.”
(QS Al-Isra: 7).
Sebagian ulama salaf menafsirkan ayat ini dengan berkata:
“Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan cahaya di dalam kalbu,
kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan pada rizki,
serta kecintaan dari segala makhluk. Sedangkan kejahatan,
sebaliknya, menciptakan kegelapan di hati, keringkihan di badan,
kesuraman di wajah, kesempitan pada rizki, serta kebencian dari hati
segala makhluk.”
3) Berdzikir kepada Allah
Berdzikir merupakan cara untuk menyadarkan diri bahwa segala
perbuatan kita dilihat dan dicatat oleh Allah untuk
dipertanggungjawabkan di akhirat. Dengan berdzikir iman akan
bertambah, membentengi godaan setan dan menjadi penyelamat dari
neraka. Sebagaimana sabda Nabi saw:
ِ ‫ُصنَ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن َوح‬
‫ُر َز ِمنَ النِّي َْرا ِن‬ ِ ‫ِذ ْك ُر هللاِ ِع ْل ُم اإلي َم‬
ِ َ‫ان َوبَ َراِئ ِه ِمنَ النِّف‬
ِ ‫اق َوح‬
“Dzikirullah itu (dapat membuka) pengetahuan tentang keimanan,
pembebasan dari kemuafikan, benteng dari syetan, dan penyelamat
dari neraka.” (Miftah al-Shudur). Ibnu Atha’illah al-Sakandari dalam
al-Hikam-nya memberikan nasehat:
‫ ألن غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في‬،‫ال تترك الذكر لعدم حضورك مع هللا فيه‬
‫وجود ذكره‬
“Janganlah engkau meninggalkan zikir karena engkau tidak hadir
bersama Allah (tidak khusyuk), karena kelalaianmu sambil tidak
berzikir itu lebih dahsyat daripada kelalaianmu sambil zikir kepada-
Nya.”
4) Berdoa kepada Allah
Doa menjadi modal spritual ketika dalam kesulitan. Inilah yang
dicontohkan Rasulullah, ketika beliau dilempari batu dan diusir dari
Thaif, justru beliau mendoakan penduduk thaif agar diberi hidayah
oleh Allah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mujahadah artinya kesungguhan: merupakan yang sangat
penting dalam unsur yang di percayai sebagai kekuatan dan mencapai
cita-cita.untukk mencapai kesuksesan orang harus disiplin
melaksanakan tugas yang sedang dilasanakannya.sejak awal ia harus
brusaha untuk beremujahadah mencapai keseluruhan tujuan.kalau
kesungguhan ini dilakukannya maka akn ditemukan hasilnya
diantaranya adalah musyahabah
Demikian juga barang siapa yang tidak bersungguh-sunguh
melawan hawa napsunya yang selalu mernggang dirinya dan
mengajak berbuat maksiat dan mentang kebaikan,maka tidak
mungkin ia akan mendapat cahayatarikat yang dicaarinya. Abu
Qasim Al-Qusairy rahimatalla Ta’ala mengatakan barang siapa yang
tidak beermujahadah sejak awal,ia tidak akan mendapat keharuman
sedikitpun dari cahaya tarikat,dikatakan dari apa yang pernah di
dengarnya dari Syeh Abu Ali Ad Daqaq: barang siapa dari sejak awal
tidak mempuunyai pendirian yang kuat,akhirnya ia tidak mempunyai
majelis musyawarah: sebagian Ulamak mengatakan hanya dengan
ketekunan dan kesungguhan serta disiplin yang teratur, akan
mencapai tujuan yang tinggi.
Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut aturan
syara’ memerangi nafsu amarah dan memberi beban kepadanya
adalah perang melawan musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli
hakikat adalah untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang
sesuai dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama mengatakan .
Mujahadah adalah tidak menuruti kehendak nafsu dan ada lagi yang
mengatakan. Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Al Aziz, S., Moh. Saifulloh. 1998. Risalah Memahami Ilmu


Tasawuf, Surabaya : Terbit Terang
Al-Ghazali.1980. Ihya Ulum Al-Din, Juz 8. Beirut : Dar al-Fikr
Asmaran,1994. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta : Raja
Grafindo Persada[1] Ibid
Hawwa, Sa’id.1998. intisari ihya’ ‘ulumuddin Al-Ghazali :
Mensucikan Jiwa konsep tazkiyatun nafs terpadu . Rabbani Press
Jaelani, A.F. 2000. Penyucian Jiwa (tazkiyat al-Nafs) dan
Kesehatan Mental.Jakarta: Penerbit Amzah
http://kuantannet.blogspot.com
TUGAS MAKALAH
MUJAHADAH AN-NAFS

DI SUSUN OLEH:

ATIKA PUTRI PATAMANI


PUTRI SASKIA PAULAJI
SEPTIANI A. PAUNO
NOVRIANTI JAKARIA
MOHAMAD RAYIAHAN MOPI
MOHAMAD ADRIANSYAH B.SUNARDI
ASRUN PANJUE
RIFALDI YUNUS
MOHAMAD IKBAL HUMOLUNGO
ABDUL RAHMAN ISMAIL

KELAS X IPS 2
KELOMPOK 1

SMA NEGERI 1 GORONTALO UTARA


TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai