Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat terpuji adalah sifat yang secara naluri telah dimiliki manusia, sifat ini dapat
membantu manusia dalam setiap masalah yang mereka hadapi, karena dengan sifat inilah
manusia dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Rabbul Khalik yaitu Allah Subhanahu
Wataala.Namun pada masa ini, zaman yang katanya telah maju dengan teknologi dan
komunikasinya, banyak orang yang telah melalaikan sifat terpuji yang sesungguhnya telah ada
dalam dirinya lalu menggantikanya dengan sifat tamak dan rakus yang takan puas dengan
kenikmatan Allah yang telah berlimpah, Naudzubilahimindzalik
 Semoga dengan lebih memahami dan mengetahui keuntungan sifat terpuji kita dapat
mengambil ibroh dan mengimplementasikanya kedalam kehidupan kita.

1.2 Rumusan Masalah


Menjelaskan pengertian sifat terpuji yang patut kita contoh dalam kehidupan sehari-hari
beserta Al – Qur’an dan Hadistnya.

1.3 Tujuan
Mengetahui maksud dan manfaat memiliki sifat terpuji dalam menjalani kehidupan di
dunia.

i
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasih Sayang


Menurut Abdullah Nashih Ulwan, kasih sayang dapat diartikan kelembutan hati dan
kepekaan perasaan sayang terhadap orang lain.
            Dalam Al-Qur`an, kasih sayang dipresentasikan dalam kata Ar- Rahmah (kasih sayang).
Kasih sayang merupakan sifat Allah yang paling banyak diungkapkan dalam al-Qur`an dalam
bentuk kata yang berbeda yaitu Ar-Rahman yang biasanya dirangkaikan dengan kata Ar-Rahim 
yang berarti pengasih dan penyayang yang menunjukkan sifat-sifat Allah. Kata  rahman dan
rahim merupakan sifat Allah yang paling banyak diungkapkan dalam Al-Quran, yaitu sebanyak
114 kali.
Berikut ini ayat Al Quran tentang cinta dan kasih sayang:
Artinya :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (Ar-Ruum: 21)

2.2 Ikhlas
Menurut K.H. Ahmad Rifa’I: Ikhlas menurut bahasa adalah bersih, sedangkan menurut
istilah adalah membersihkan hati agar ia menuju kepada Allah semata dalam melaksanakan
ibadah, hati tidak boleh menuju selain Allah.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa ikhlas menunjukkan kesucian hati untuk
menuju pada Allah semata. Dalam beribadah hati tidak boleh menuju kepada selain Allah,
karena Allah tidak akan menerima ibadah seorang hamba kecuali dengan niat ikhlas karena
Allah semata dan perbuatan ibadah itu harus sah dan benar menurut syara’. Ikhlas dalam
beribadah ada dua macam, apabila salah satunya atau kedua-duanya tidak dikerjakan, maka amal
ibadah tersebut tidak diterima oleh Allah.

i
Rukun ikhlas dalam beribadah ada dua macam. Pertama perbuatan hati harus dipusatkan
menuju pada Allah semata denan penuh ketaatan. Kedua, perbuatan lahiriyah harus benar sesuai
denan pedoman fiqh. Sebagaimana dalam surat Al-Bayyinat ayat 5:
Artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyambah Allah dengan ikhlas dalam
(menjalankan) agama dengan lurus.”
Lebih lanjut K.H. Ahmad Rifa’I menggolonkan sifat ikhlas menjadi 3 golongan:
·         Ikhlas ‘awwam, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah karena didorong oleh
rasa takut menghadapi siksaan-Nya yang amat pedih, dan didorong pula oleh adanya harapan
untuk mendapatkan pahala dari-Nya.
·         Ikhlas khawwash, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah karena didorong oleh
adanya harapan ingin dekat dengan Allah dan kerana didorong oleh adanya harapan untuk
mendapatkan sesuatu dan kedekatannya kepada Allah.
·         Ikhlas khawwash al-khawwash, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah yang
semata-mata didorong oleh kesadaran yang mendalam untuk meng-Esa-kan Allah dan meyakini
bahwa Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, serta batin menekalkan puji syukur kepada Allah.
Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dari hal-
hal yang dapat mengotorinya. Dalam arti lain, ikhlas adalah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Atau mengabaikan pandangan makhluk dengan
cara selalu berkonsentrasi kepada Al Khaaliq
Ikhlas artinya mengerjakan amal ibadat dengan penuh ketaatan serta semua perbuatan
yang dilakukan semata-mata mengharapkan keredhaan Allah, bukan kerana tujuan lain Salah
satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ikhlas yaitu Surat Al-An'am ayat 162-163
yang berbunyi : 
  Artinya : :
    Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Q.S.Al-
An'am : 162-163)

i
2.3 Jujur
            Jujur dalam Bahasa Arab berarti benar (siddiq). Benar disini yaitu benar dalam berkata
dan benar dalam perbuatan. Berlaku jujur dengan perkataan dan perbuatan, mengandung makna,
berkata harus sesuai dengan yang sesungguhnya, dan sebaliknya jangan berkata yang tidak
sesuai dengan yang sesungguhnya.Dan perkatan itu disesuaikan dengan tingkah laku perbuatan,
sebagaimana yang dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat 119 :
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.”

Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan
perseorangan dan msyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi
kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan dengan
golongan yang lain.
Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang
merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang
dan percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan “berani karena benar,
takut karena salah”.
Sifat Jujur tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh orang
yang tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan taqwanya itu
merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur. Sebagaimana dijelaskan Allah
dalam surat az-Zumar ayat 33 :
Artinya :
“ dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka
Itulah orang-orang yang bertakwa.”

i
2.4 Ridha
Dalam kitab “Mi’raaj at-Tasyawwuf ilaa Haqaa’iq at-Tashawwuf” yang ditulis oleh
Ahmad ibn Ujaibah, Sayid berkata, “Ridha adalah sikap lapangnya hati ketika menerima
pahitnya ketetapan Allah.” Dalam kitab yang sama Ibnu Ujaibah berkata,“
Ridha adalah menerima kehancuran dengan wajah tersenyum, atau bahagianya hati ketika
(suatu) ketetapan terjadi, atau tidak memilih-milih apa yang telah diatur dan ditetapkan oleh
Allah, atau lapang dada dan tidak mengingkari apa-apa yang datang dari Allah.”
Definisi Ar-Ridha menurut K.H. Ahmad Rifa’I adalah sebaai berikut: Ridha menurut
bahasa adalah menerima kenyataan denan suka hati , adapun menurut istilah adalah menerima
segala pemberian Allah dengan menerima hukum Allah, yakni syari’at wajib dilak sanakan
denan ikhlas dan taat serta menjauhi kejahatan maksiat dan menerima terhadap berbagai macam
cobaan yang datang dari Allah dan yang ditentukan-Nya.Dari unkapan diatas dapat dipahami
bahwa ridha berarti menerima dengan tulus seala pemberian Allah, hokum-Nya (syari’at Islam),
berbagai macam cobaan yang ditakdirkan-Nya, serta melaksanakan semua perintah dan
meningalkan semua larangan-Nya dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, baik secara lahir
maupun batin.
Seorang mukmin harus ridha terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Allah kepada
hambanya karena segala sesuatu tersebut merupakan pilihan yang paling utama yang diberikan
Allah pada hambanya. Sehinga tanda-tanda orang mukmin yang sah imannya diantaranya orang
mukmin yang ridha dalam menerima segala hukum Allah, perintah, larangan, dan janji-Nya. Hal
ini sejalan dengan Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh al-Thabrani dan Ibnu Hihban dari
Annas;
“Barang siapa tidak ridha terhadap ketentuan-ketentuan-Ku, tidak mensyukuri nikmat-nikmat-
Ku, dan tiak sabar terhadap cobaan-cobaan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku, dan
carilah Tuhan selain Aku”.
Menyangkut sifat ini, di dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 59, Allah telah
mengatakan tentang hubungan keridhaan seorang hamba dengan-Nya: 

i
Artinya :
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya
kepada mereka, dan berkata:”Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari
karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).

Menerima datangnya ajal – kematian sebagai suatu ketetapan Allah dengan lapang dada
adalah bentuk pengamalan sifat ridha. Hal ini telah dicontohkan oleh seorang sahabat Rasulullah,
Bilal ibn Rabah RA. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi (hadist ini Gharib): “Aku
sangat bahagia!Besok aku akan bertemu dengan orang-orang yang aku cintai, yaitu Muhammad
dan para sahabatnya.”Bilal RA menerima kematiannya dengan lapang dada. Beliau paham,
bahwa di balik sakit dan pedihnya sakaratul maut yang akan dilaluinanti, ada karunia dari Allah,
yaitu ia bertemu dengan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yang telah lebih dulu meninggal
duniaSifat ridha mengajarkan manusia untuk memahami bahwa Allah mendatangkan cobaan
hidup bukan tanpa maksud. Setiap bencana dan kepedihan hidup yang dialami, di balik itu ada
hikmah, karunia, dan nikmat yang lebih besar. Kita pun harus mau jujur untuk merenung
sejenak, bahwa Allah memberikan manusia karunia dan kenikmatan hidup lebih banyak daripada
penderitaan dan kesedihan yang menimpa kita.

2.5 Sabar
Menurut bahasa menaggung kesulitan, menurut istilah berarti melaksanakan tiga perkara
yang pertama menggung kesulitan ibadah memenuhi kewajiban dengan penuh ketaatan, yang
kedua menenggung kesulitan taubat yang benar menjauhi perbuatan maksiat zahir, dhohir batin
sebatas kemampuan, yang ketiga menggungan kesulitan hati ketika tertimpa musibah di dunia
kosong dari keluhan yang tidak benar.
Dari definisi dapat dipahami bahwa sabar merupakan kemampuan diri dalam menghadapi
berbagai macam kesulitan yang antara lain :
·         Kemampuan untuk menghadapi kesulitan dalam melaksakan ibadah dan menunaikan
kewajiban-kewajiban syariat dengan sungguh-sungguh.
·         Kemampuan untuk menjauhi perbuatan –perbuatan maksiat yang disertai dengan taubat baik
secara lahir maupun batin

i
·         Kemempuan untuk menghadapi kesulitan ketika tertimpa musibah tanpa berkeluh kesah.
Orang mukmin yang sabar dalam menghadapi berbagai macam kesulitan sebagauman tersebutb
diatas akan memperoleh pahala yang tak terhingga dari sisi Allah SWT
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah
meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat
kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir
Allah….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah
dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar)
menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna
seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:
Artinya :
“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling
dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28).
Sabar artinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu ujian yang mendukacitakan.Salah satu
ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang sabar yaitu Surat Al-Baqarah ayat 153 yang
berbunyi : 
Artinya :
   " Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Q.S.Al-Baqarah : 153)

2.6 Adil
         Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya ialah tidak memihak antara
yang satu dengan yang lain.  Menurut istilah, adil adalah  menetapkan suatu kebenaran terhadap
dua masalah atau bebepara masalah untuk  dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh agama. Dengan demikian keadilan berarti bertindak  atas dasar kebenaran, 
bukan mengikuti kehendak hawa nafsu, 

i
Firman Allah Swt :
‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ بِ ْالقِ ْس ِط ُشهَدَا َء هَّلِل ِ َولَوْ َعلَى أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ِو ْال َوالِ َد ْي ِن َواأل ْق َربِينَ إِ ْن يَ ُك ْن َغنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاهَّلل ُ أَوْ لَى بِ ِه َما فَال‬
‫ْرضُوا فَإ ِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِيرًا‬ ِ ‫تَتَّبِعُوا ْالهَ َوى أَ ْن تَ ْع ِدلُوا َوإِ ْن ت َْل ُووا أَوْ تُع‬  
Artinya : 
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.
jika ia. Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa ; 135)
            Maksud dari berlaku adil berarti, memutuskan suatu perkara disesuaikan dengan amal
perbuatan seseorang tanpa memandang rakyat atau pejabat, miskin tau kaya siapa yang bersalah
harus dihukum. Karena Allah SWT yang maha adil membebani hukum kepada hamba-Nya
disesuaikan dengan kemampuannya.dan di dalam menjatuhi atau memutuskan hukuman
desisuaikan dengan apa yang pernah diperbuatnya. Perhatikan firman Allah.
Artinya:                                                                                                      
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan
bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan
(segala sesuatu)”. (QS. An-Najm 39 – 42)
            Berdasarkan ayat di atas, dapat diambil pelajaran bahwa Allah SWT memerintahkan
kepada manusia untuk menegakkan keadilan walaupun terhadap ibu, bapak, kaum kerabat,
bahkan terhadap dirinya sendiri. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
  ‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُموا بِ ْال َع ْد ِل ۚ ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َس ِميعًا‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُؤَ ُّدوا اأْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
‫صيرًا‬
ِ َ‫ب‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.  (QS. An-Nisa 58)

i
            Sebagai pemimpin dan hakim, Rasulullah menegakka keadilan dengan sebaik-baiknya.
Hal ini beliau mencontohkan dalam haditsnya yang artinya :
“jika sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya”.
(HR.Bukhari)
Didalam hadits yang lain beliau beersabda yang artinya :”Sesungguhnya Allah beserta para
hakim selama hikim itu tidak curang, apabila ia telah curang Allah pun menjauh dari hakim itu
mulailahsetan menjadi teman yang erat bagi hakim itu” (HR. At- Turmudzi)
            Dari keterangan ayat-ayat dan hadits diatas, jalaslah bahwa keadilan merupakan sendi
pokok ajaran Islam yang harus ditegakkan. Dengan ditegakkannya keadilan dlam segala hal,
akan menjamin segala urusan menjadi lancar. Sebaliknya, apabila keadilan dikesampingkan dan
diabaikan akan berkibat perpecahan dan kehancuran di kalangan umat.
Apakah manfaat dan keutamaan dari orang yang berlaku adil,  jawabnya itu
            a.   membuat orang disenangi sesamanya
            b.   memberi ketenangan dan ketenteraman hidup
            c.   mendatangkan ridla dari Allah karena telah mengerjakan perintah-Nya
            d.   Mendapatkam pahala di akhirat kelak, dan 
            e.   meningkatkan semangat kerja
Macam-macam perilaku adil
            Berlaku adil dapat diklasifikasikan kepadai 4 bagian yaitu :
Barlaku adil kepada Allah SWT, yakni menjadikan Allah satu-satunya Tuhan yang memiliki
kesempurnaan, Kita sebagai makhluknya harus senantiasa tunduk dan patuh pada perintah-Nya
dan menjuhi larangan-Nya.
Berlaku adil terhadap diri sendiri, yakni menempatkan diri pribadi pada tempat yang baik dan
benar. Diri kita harus terjaga dan terpelihara dalam kebaikan dan keselamatan, tidak menganiaya
diri sendiri dengan menuruti hawa nafsu yang skibatnya dapat mencelakakan diri sendiri.
Berlaku adil terhadap orang lain, yakni menempatkan orang lain pada tempat dan perilaku yang
sesuai, layak, benar memberikan hak orang lain dengan jujur dan benar serta tidak menyakiti dan
merugikan orang lain.
Berlaku adil terhadap makhluq lain, yakni memberlakukan makhluq Allah SWT yang lain
dengan layak dan sesuai dengan syariat Islam dan menjaga kelestarian dengan merawat dan
menjaga kelangsungan dengan tidak merusaknya.

i
Menunjukkan sikap adil terhadap orang lain dapat dilakukan dengan berbagai hal :
Patuh kepada perintah Allah dan Rasulnya.
Memberikan rasa aman kepada orang lain dengan sikap ramah dan santun.
Menciptakan suasana aman, edukatif dan rukun.
Bila bermitra harus saling menguntungkan dan bermanfaat bagi seluruh manusia dan mekhluq
serta dpat dipertanggung jawabkan di dunia dan akhirat.
Tidak angkuh, sombong, kikir, boros iri dan dengki dalam begaul dengan sesama manusia.
Selalu berprasangka baik terhadap orang disekitarnya.
Selalu berbuat kebajikan dan tolong menolong terhadap sesama khususnya kepada fakir miskin
dan anak yatim piatu.
Selalu berfikir dengn benar sebelum bertindak dan berbuat.
Tidak pilih kasih dalam bergaul.
            Selain itu, doa orang yang berlaku adil tidak akan ditolak oleh Allah SWT. Nabi bersabda
yang artinya:
“Tiga orang yang tidak ditolak doanya: orang yang sedang berpuasa hingga berbuka, pemimpin
yang adil, dan orang yang teraniaya, Allah mengangkat doa mereka ke atas awan dan dibuka
untuk doa itu segala pintu langit. Seraya Allah SWT berfirman: Demi kebesaran-Ku
sesungguhnya Aku akan menolong engkau walau pertolongan-Ku Aku berikan pada masa
kelak”. (HR. Ahmad)
Orang yang melakukan keadilan mempunyai keutamaan sebgai berikut :
Terhadap diri sendiri, dapat seimbang antara :
            a.   doa dengan usahanya;
            b.   karunia dengan ibadahnya
            c.   dunia dengan akhiratnya
Terhadap orang lain, memperlakukan manusia sebagai mana mestinya dan memandang sama
serta memperhatikan kewajiban dan haknya.
Menciptakan ketenteraman dalam kehidupan masyarakat, Sebab, menegakkan keadilan berarti
menegakkan hukum perundang-undangan, peraturan dan tata tertib.
            Bersikap adil hendaknya meliputu segala aspek kehidupan,  baik hukum, hak dan
kewajiban, maupun dalam hal bergaul. Bahkan dalm berbicara pun hendaknya bersikap adil.
Firman Allah SWT

i
            Apabila keadilan telah tertanam dan dijalankan oleh setiap manusia dalam segala aspek
kehidupan, ketenangan dan kebahagiaan akan dapat dirsakan oleh semua lapisan msyarakat.
Karena pentingnya keadilan  maka Allah Swt memerintahkan agar setiap manusia  berbuat adil.
Sebagimana Firman-Nya :
‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ بِ ْالقِ ْس ِط ُشهَدَا َء هَّلِل ِ َولَوْ َعلَى أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ِو ْال َوالِ َد ْي ِن َواأل ْق َربِينَ إِ ْن يَ ُك ْن َغنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاهَّلل ُ أَوْ لَى بِ ِه َما فَال‬
‫ْرضُوا فَإ ِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِيرًا‬ ِ ‫تَتَّبِعُوا ْالهَ َوى أَ ْن تَ ْع ِدلُوا َوإِ ْن ت َْل ُووا أَوْ تُع‬  
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.
jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha
mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”( An Nisa’ : 135 )
            Berbuat sesuatu yang menyimpang dari keadilan berarti berbuat zalim (aniaya).
Sedangkan penganiayaan dapat merugikan diri sendiri dan maupun orang lain. Karena itu,
penganiayaan termasuk perbuatan yang dilarang oleh agama dan tidak disukai oleh Allah SWT.
Kita dilarang berbuat zalim dan diperintahkan berbuat adil. Berbuat adil itu harus meliputi segala
hal, baik dalam perkataan maupun perbuatan, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat
maupun lingkungan.

2.7 Amal Shaleh    


            Amal shaleh maksudnya adalah berusaha melakukan perbuatan baik, berupaya membantu
saudanya yang ditimpa musibah dan meringankan persoalan yang terjadi.
            Amal shaleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi
orang lain berdasarkan ikhlas karena Allah semata.
Sebagaimana frman Allah :
َ‫ت أُو ٰلَئِكَ أَصْ َحابُ ْال َجنَّ ِة ۖ هُ ْم فِيهَا خَ الِ ُدون‬
ِ ‫َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
Artinya :
 “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal
di dalamnya”. (QS AL-Baqarah : 82)

i
Yang termasuk perbuatan  amal saleh diantaranya :
Amal Jariyah : pekerjaan yang mendatangkan pahala karena memberikan manfaat kepada orang
lain, seperti membangun tempat ibadah.
Amar Ma’ruf : menyeru atau mengajak orang untuk berbuat kebaikan, baik secara lisan maupun
dengan memberikan contoh tauladan dalam bentuk perbuatan langsung.
Perhatikan Firman Allah :
Artinya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung”. (QS Ali-Imran ; 104)
3). Berbakti kepada orang tua
                  Keharusan berbakti kepada orng tua yang diajarkan dalam Islam sangatlah rasional,
mengingat sedemikian besar jasa ibu dan bapak  dalam merawt dan menjaga anak-anak sejak
dari kandungan hingga dewasa. Sesuai dengan firman Allah :
Artinya :
 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa- 23 )

2.8 Rajin
Rajin artinya suka giat bekerja (belajar dan sebagainya) rajin termasuk sifat terpuji. Hanya
orang-orang yang rajinlah yang dapat memperoleh bekal. Janganlah menunda-nunda kesempatan
yang ada kerjakan apa yang dapat kita kerjakan hari ini dan janganlah menunggu hari esok.
Sabda Rasululloh SAW.
“Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima kesempatan”
1) Kesempatan sehatmu sebelum datang sakitmu

i
2) Kesempatan waktu luangmu sebelum datang waktu subuhmu
3) Kesempatan masa mudamu sebelum datang hari tuamu
4) Kesempatan kayamu sebelum datang fakirmu
5) Kesempatan hidupmu sebelum datang ajalmu”

2.9 Pemaaf
Pemaaf adalah salah satu sifat terpuji yang berkaitan dengan orang lain. Didalam Al-Quran ada
ayat yang menyuruh agar kita menjadi seorang pemaaf.
“jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari
pada orang-orang yang bodoh”

2.10 Pemurah
Pemurah artinya suka memberi atau suka membantu, orang yang pemurah adalah orang yang
suka memberi pertolongan kepada orang lain. Bantuan atu pertolongan itu dapat berupa harta
benda, tenaga, ataupun pikiran. Sifat pemurah seseprang tampak terlihat dalam sikapnya sehari-
hari. Ia tidak segan-segan memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, baik diiminta
ataupun tidak. Sabda Rasululloh :
“jagalah dirimu dari api neraka dengan cara bersedekah walaupun hanya dengan sedutir kurma,
barang yang tidak dapat melakukanya maka dengan kata-kata yang baik. (HR. Muttafaq alaih)

2. 11 Menepati Janji
kita sering mendengar orang mengatakan “janji adalah utang” maksudnya bahwa janji itu harus
dibayar. Jika kita wajib berjanji, maka kita wajib menepati janji tersebut. Semua janji, baik yang
dilakukan secara lisan maupun secara tertulis wajib dipatuhi dan ditunaikan sebagaimana
mestinya.
Firman Allah:
“………….. dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabanya”.
Ingkar janji merupakan perbuatan dosa, karena perbuatan tersebut melanggar larangan Allah.
Ingkar janji juga merupakan salah satu dari tanda-tanda orang munafik, sebagai mana disebutkan
dalam sebuah hadits.

i
“tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu: jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia mungkir,
dan jika ia dipercaya ia berkhianat.

2.12 Az zuhud
secara umum dapat diartikan bahwa zuhad merupakan suatu sikap melepaskan diri dari
ketergantungan terhadap duniawi dengan mengutamakan kehidupan akherat. Zuhud menurut
terjemah bahasa jawa adalah bertapa di dunia, menurut istilah syara’ adalah bersiap-siap di
dalam hati untuk beribadah memenuhi kewajiban yang luhur sebatas kemampuan menghindara
dari dunia haram zahir dan batin menuju kepada Allah dengan benar mengharap kepada Allah
untuk memperoleh surga-Nya yang luhur. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa zuhud
berati persediaan hati untuk melaksanakan ibadah dalam rangka memenuhi kewajioban-
kewajiban syariat meninggalkan dunia yang haram dan secara lahir batin hanya mengharap ridha
Allah SWT, demi memperoleh surga-Nya. Dijelaskan bahwa zuhud bukan berati mengosongkan
tangan dari harta, melainkan mengosongkan hati dari ketergantungan harta.
Sementara itu menurur Ibnu Taimiah, Zuhud itu ada dua macam, yaitu :
a.       Zuhad yang sesuai dengan syariat adalh menggalkan apa saja yang tidak bermanfaat di
akherat.
b.      Zuhud yang tidak sesuai dengan syariat adalah meninggalkan segala sesuatu yang dapat
menolong seorang hamba untuk taat beribadah kepada Allah.
Pengertian zuhud yang sejalan dengan syariat sebagaiman firman Allah dalam surah Qashah ayat
77 :
Artinya : dan carilah pda apa yng telah dianugerahkan Allah kepada mu  kebahagiaan) negeri
akherat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi.
Adapun tanda-tanda orang yang telah memiliki sikap zuhud adalah :

a. Senantiasa melakukan amal sholeh


b. Jika bertambah ilmunya, maka harus bertambah pula sifat zuhudnya
c. Tidak tergiur keduniawian, karena keduniawian merupakn tipu daya, godaan dan fitnah

i
d. Sentiasa berbuat untuk kepentingan akherat, karena Allah berjanji akan memberikan
kecukupan untuk kepentingan dunia dan agamanya
e.       Tidak merasa tentram dan tenang jika ketika melihat segala yang wujud di dunia ini
hatinya tidak hadir di hadapan Allah
f.       Jika dipuji oleh manusia, maka hatinya menjadi susah karena khawatir kalau-kalau amal
kebakikannya berubah menjadi riya’ dan haram.
Adapun keutamaan orang yang melekukan zuhud adalah :
1.      Pahala amal ibadah yang dilakukan oleh seorang zahid dilipatgandakan oleh Allah
2.      Seorang zahid akan memperoleh ilmu dan petunjuk langsung tanpa belajar.
Pada intinya, zuhud adalah bukan meninggalkan keduniawian secara total, melainkan
meninggalkan keduniawian yang tidak dapat membawa manfaat di akherat.

2.13 Qona’ah
menurut K.H. Ahmad Rifa’I, qonaah adalah hatinya tenang memilih ridha Allah
mengambil keduniawian sekedar hajat yang diperkirakan dapat menolong untuk taat memenuhi
kewajiban (syariat) menjauhkan maksiat. Dalam menguraikan sifat qona’ah ini K.H Ahmad
Rifa’I mengaitkan dengan kefakiran (kemiskinan).
Keutamaan orang fakir yang memiliki sifat qona’ah sebagai berikut :
a.       Orang fakir yang memiliki sifat qona’ah derajatnya lebih tinggi dihadapan Allah
dibandingkan dengan orang kaya yang tidak memiliki sifat qona’ah.
b.      Orang fakir yang memiliki sifat qona’ah, terlebih dahulu masuk surga dibanding orang
kaya yang tidak memiliki sifat qona’ah.
c.       Orang fakir yang secara lahiriah sedikit melakukan amalan ibadah akan memperoleh
pahala yang besar daripada orang kaya yang secara lahiriah banyak melakukan amal ibadah dan
banyak bersedekah , karena orang fakir itu memiliki sifat qona’ah artinya telah ridha untuk
berpaling dari kediniawian.

i
Qana’ah dalam kehidupan
Qana’ah seharusnya merupakan sifat dasar setiap muslim, karena sifat tersebut dapat menjadi
pengendali agar tidak surut dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan.
Qana’ah berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator hidup seorang muslim. Dikatakan
stabilisator, karena seorang muslim yang mempunyai sifat Qana’ah akan selalu berlapang dada,
berhati tentram, merasa kaya dan berkecukupan, bebas dari keserakahan, karena pada hakekatnya
kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati bukan pada harta yang dimilikinya. Bila kita
perhatikan banyak orang yang lahirnya nampak berkecukupan bahkan mewah, namun hatinya
penuh diliputi keserakahan dan kesengsaraan, sebaliknya banyak orang yang sepintas lalu seperti
kekurangan namun hidupnya tenang, penuh kegembiraan, bahkan masih sanggup mengeluarkan
sebagian hartanya untuk kepentingan sosial.

2.14 Tawakal
Tawakal bukan berarti hanya pasrah kepda Allah karena melakuakn ikhtiar dan
meninggalkan usaha mencari riski sekedarnya, melainkan sebatas kemampuan tidak harus
berusaha memerangi hawa nafsu lainnya yang mengajak kepada kerakusan terhadap dunia
karena hal ini (rakus terhadap dunia) menjadi pasukan hawa nafsu sendiri juga menjadi fitnah
yang sangat buruk  dan tidak hilang tawakal seseorang dan berusaha mencari obat untuk
menyembuhkan sakitnya juga wajib menolak maksiat mencari rizki untuk menolong.
Intinya tawakal berarti bukan hanya pasrah menunggu ketentuan Allah tanpa melakukan
ikhtiar serta meninggalkan usaha mencari rizki secara total. Tetapi tawakal adalah berserah diri
kepada Allah yang disertai dengan ikhtiar dan usaha mencari riski seperlunya untuk keperluan
ibadah kepada Allah serta memerangi hawa nafsu yang mengajak kepada kesesatan dan
ketamakan terhadap keduniawian, karena harta tersebut merupakan fitnah yang sangat buruk dan
dapat membawa kesengsaraan manusia. Oleh karena itu, seseorang yang tertimpa musibah sakit,
maka ia tidak berdiam diri hanya menunggu ketentuan Allah melainkan harus berusaha mencari
obat terlebih dulu, baru kemudian sepenuhnya diserahkan kepada keputusanAllah.

i
2.15 Al-Mujahadah
Mujahadah menurut bahasa berarti bersungguh-sungguh terhadap suatu perbuatan yang
dituju. Sedangkan menurut istilah berarti bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah-
perintah Allah  dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Hal ini senada dengan ungkapan Al-
Syarqowi, bahwa pangkal setiap kemaksiatan, syahwat dan kelengahan adalah menuruti hawa
nafsu. Sedangkan pankal setiap ketaatan, kesadaran dan kehati-hatian adalah tidak menurut hawa
nafsu. mujahadah  tidak terbatas hanya memerangi musuh batiniyah (hawa nafsu), akan tetapi
juga mencakup bersungguh-sungguh dalam memerangi musuh lahiriyah, yakni orang kafir yang
nyata-nyata hendak menhancurkan islam.

2.16 Syukur
Secara bahasa adalah senan hatinya, sedang menurut istilah adalah mengetahui nikmat-
nikmat yang diberikan oleh Allahyakni nikmat iman dan taat yang maha luhur memuji Allah,
Tuhan yang sebenarnya yang memberikan sandang dan pangan kemudian nikmat yang diberikan
oleh Allah itu digunakan untuk berbakti kepada-Nya sekurang-kurangnya memenuhi kewajiban
dan meninggalkan maksiat secara lahir dan batin sebatas kemampuan.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa inti syukr adalah mengetahui dan menghayati
kenikmatan yang diberikan oleh Allah Yang Maha Luhur. Oleh karena itu manusia wajib
menghayati dan mensyukuri nikmat Allah,maka akan ditambah nikmat-nikmat yang diberikan
Allah kepadanya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 yang artinya:
“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memberitahukan: sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu menginkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya siksa-Ku sangat pedih.”
Untuk mensyukuri nikmat Allah ada tiga cara:
a.       Mengucapkan pujian kepada Allah dengan ucapanAlhamdulillah.
b.      Segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada hambanya harus dipergunakan untuk
berbakti (beribadah) kepada Allah.
c.       Menunaikan perintah-perintah syara’ minimal ibadah wajib dan meninggalkan maksiat
dengan ikhlas lahir dan batin.

i
2.17 Tawadhu
Tawadhu adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerima dari siapapun datangnya
baik ketika dalam keadaan suka maupun dalam keadaan marah. Artinya, janganlah kamu
memendang dirimu berada diatas semua orang. Atau engkau menganggap semua orang
menbutuhkan dirimu.
Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabbur (sombong), sifat yang sangat dibenci Allah
dan Rasul-Nya. Rasulullah mendefinisikan sombong dengan sabdanya:
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR.
Muslim no. 91 dari hadits Abdullah bin Mas’ud z)

2.18 Taat
Beribadah secara Lillahitaalla (ikhlas) selalu taat, merupakan salah satu cara untuk
mendekatkan diri dan sangat disukai oleh Allah dan Rasul-Nya. Taat secara bahasa adalah
senantiasa tunduk dan patuh, baik terhadap Allah, Rasul maupun ulil amri. Hal ini sudah tertuang
didalam Qs An Nisa ayat 59.
“ Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul ( Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepadaAllah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “.

2.19 Husnuzan
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka”  lawan katanya adalah su’uzan yang
berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang
yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan
akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari
prasangka yang belum tentu kebenaranya. Sebaliknya orang yang pemikirannya senantiasa
dikuasai oleh sikap su’uzan selalu akan memandang segala sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada
sedikit pun kebaikan dalam pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang
menganggap orang lain lebih rendah dari pada dirinya.

i
Sikap buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal
kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas
penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama
sekali tak terbukti.
Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan ikhlas dalam
menjalani hidup.  
2.      Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta
inisiatif
3.      Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir positif dan
sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.

2.20 Tobat
Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut berasal dari kata
“taaba-yatubu-taubatun” yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab Allah
disebut “taaibun” (isim fail dari taba). Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali
dari sesuatu menuju sesuatu: kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali
dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala
yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya,kembali dari saling bertentangan menuju saling
menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya yang kembali taat setelah
melanggar larangan-Nya. Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
…."(Q.S. At-Tahrim/66:8)
Jadi, Taubat yaitu menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan akan mengulangi
kembali. Dalam kehidupan ini manusia pasti berbuat dosa. Tak satupun manusia yang tidak
berbuat dosa, walau dosa kecil. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:“Setiap anak
Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang yang bedosa ialah yang mau bertaubat. (H.R.
Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang kuat)”.

i
Hukum bertaubat
Bertaubat termasuk perkara yang diwajibkan dalam agama. Dengan bertaubat manusia
akan berhenti dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Ia senantiasa
memberi kesempatan kepada hambaNya yangmau memohon ampun atas segala dosa yang telah
dia perbuat.Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. An-Nuur Ayat 31 yang artinya:
َ‫َوتُوبُوا إِلَى هَّللا ِ َج ِمي ًعا أَيُّ َها ا ْل ُمؤْ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون‬
“ bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung”.

i
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sifat terpuji adalah sifat yang secara naluri telah dimiliki manusia, sifat ini dapat
membantu manusia dalam setiap masalah yang mereka hadapi, karena dengan sifat inilah
manusia dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Rabbul Khalik yaitu Allah Subhanahu
Wataala.Namun pada masa ini, zaman yang katanya telah maju dengan teknologi dan
komunikasinya, banyak orang yang telah melalaikan sifat terpuji yang sesungguhnya telah ada
dalam dirinya lalu menggantikanya dengan sifat tamak dan rakus yang takan puas dengan
kenikmatan Allah yang telah berlimpah, Naudzubilahimindzalik

3.2 Saran
Perilaku terpuji merupakan perilaku yang disukai Allah SWT, untuk dapat menjalankan
perilaku terpuji kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas menjalaninya
semata-mata karena Allah SWT. Siapa mereka yang mengingikan hidup bahagia dunia-akhirat
harus bisa berperilaku terpuji.

i
DAFTAR PUSTAKA

Www.google.com
Wikipedia.com
Khoiri Alwan, Tulus Mustofa, & Moh. Damami. 2005. Akhlak / Tasawuf. Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga.
http://www.crayonpedia.org/mw/Perilaku_terpuji_%28tawadlu,_taat,_qana
%E2%80%99ah,_dan_sabar%29_7.1

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji


syukur kepada Allah SWT sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
judul SifatTerpuji.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek pendidikan agama islam
terutama untuk perilaku terpuji. Dengan mempelajari isi dari makalah ini diharapkan generasi
muda bangsa mampu menjadi islam yang sesungguhnya, saleh, beriman kepada Allah SWT dan
bermanfaat bagi masyarakat.
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan semua pihak
yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun makalah
ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan makalah
ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami
memohon saran serta komentar yang dapat kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan
pedoman dimasa yang akan datang.

Darangdan, 13 September 2018


                                                                                        

                                                                                   Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
BAB II       PEMBAHASAN…………………………………………………. 3
2.1 Memetakan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia………....... 3
BAB III     PENUTUP……………………………………………………….. 12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 12
3.2 Saran.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA…………………..……………………………………. 13

i
MAKALAH
“ PERILAKU SIFAT – SIFAT TERPUJI “

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran PAI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1
1. Taufiq Syamsul B
2. Audry Puspa M
3. Wilda Fauziah
4. Lisda Lismayanti
5. Linda Novianti
6. Muhamad Saefuloh N
7. Siti Nurhalimah
8. Idha Parida
9. Ahmad Faturahman
10. Dandi Sutisna
11. Abdul Gofur
12. Galiatul Farhan

Kelas : XII IPS 2

SMA NEGERI 1 PLERED


2018 / 2019

i
MAKALAH
“ PERILAKU SIFAT – SIFAT TERPUJI “

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran PAI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Divya
2. Sindi
3. Kartika
4. Wawan
5. Wandi
6. M. Hanan
7. M. Hildan
8. Burhan
9. Egi

Kelas : XI IPS 4

SMA NEGERI 1 PLERED


2018 / 2019

i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Metode Penulisan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Kasih Sayang
2.2. Ikhlas
2.3. Adil
2.4. Jujur
2.5. Ridha
2.6. Sabar
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai