Kriteria calon suami yang baik menurut Islam penting diketahui dan
dipertimbangkan kaum perempuan yang sedang mencari pasangan hidup dan
pemimpin keluarga.
Memilih calon suami memang terlihat pekerjaan yang mudah jika hanya
mempertimbangkan hasrat seksual. Namun, bila dipikirkan mendalam memilih
pasangan hidup atau jodoh dalam hal ini suami maupun istri bukan pekerjaan
mudah.
Mengenai jodoh, Rasulullah SAW memeringatkan umatnya untuk berhati-hati
dan tidak sembarangan memilih pasangan hidup. Diriwayatkan dari Imam
Ahmad bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Maka Hendaklah memilih istri yang beragama (Islam) dan berbudi pekerti
(yang baik) agar kedua tanganmu (dirimu) selamat. (HR Al Bazzar dan Ibnu
Hibban).
Secara tekstual, peringatan Rasulullah SAW dalam hadits tersebut memang
ditujukan bagi lelaki yang sedang mencari calon istri. Namun, hadits tersebut
bisa diartikan lebih luas dan bisa dijadikan pijakan bagi perempuan yang sedang
mencari calon suami.
KH Muhammad Sholikihn dalam bukunya Ritual dan Tradisi Islam Jawa
menjelaskan, di kalangan masyarakat Jawa sangat selektif dalam menentukan
jodoh atau pasangan hidup. Hal ini dimaksudkan agar pasangan nantinya dapat
hidup bahagia lahir dan batin, serta harmonis.
Untuk mewujudkan hal itu, maka masyarakat Muslim Jawa menentukan
pasangan berdasarkan beberapa kriteria yakni bibit, bebet, dan bobot atau 3 B.
Bibit di sini maksudnya kriteria penentuan bakal pasangan dengan
memperhitungkan keturunan atau nasab. Bobot kriteria berdasarkan
ekonomi, dan Bebet penentuan kriteria pasangan calon berdasarkan status
sosial.
Dalam ajaran Islam, perkawinan tidak hanya mencari kepentingan-kepentingan
yang bersifat fisik semata, tetapi terlebih dulu memperhatikan kriteria calon
suami maupun calon istri.
Kriteria Calon Suami yang Baik Menurut Islam Kriteria calon suami pertama
dalam Islam memang dilihat dari agamanya. Lantaran dengan agamanya, calon
suami ini dapat membimbing akal dan jiwanya, berlaku sabar dan menyadari
tanggung jawab dan haknya untuk menjaga diri. Setelah itu, baru memerhatikan
hal-hal yang bersifat fisik dan dunia (kegantengan, keturunan dan harta).
Berikut 6 kriteria calon suami yang baik menurut Islam lengkap dengan hadits
dan artinya
1. Amanah
Kriteria calon suami yang baik menurut Islam pertama yakni amanah.
َم ا اْسَتَفاَد اْلُم ْؤ ِم ُن َبْع َد َتْقَو ى ِهَّللا َخْيًرا َلُه ِم ْن َز ْو َجٍة َص اِلَح ٍة ِإْن َأَم َر َها َأَطاَع ْتُه َو ِإْن َنَظَر
ِإَلْيَها َس َّر ْتُه َو ِإْن َأْقَس َم َع َلْيَها َأَبَّر ْتُه َو ِإْن َغاَب َع ْنَها َنَص َح ْتُه ِفي َنْفِسَها َو َم اِله
2. Baik Akhlaknya
Kriteria calon suami yang baik menurut Islam berikutnya adalah baik
akhlaknya. Sebelum menikah, pihak keluarga perempuan perlu menelisik
agama dan akhlak calon suami agar tercipta keluarga yang sakinah,
mawaddah, warahmah. Rasulullah SAW bersabda:
إذا أتاكم من ترضون خلقه و: عن أبي هريرة قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم
رواه الحاكم وقال هذا. دينه فانكحوه إال تفعلوا تكن فتنة في األرض وفساد عريض
حديث صحيح اإلسناد و لم يخرجاه
4. Baik Agamanya
Kriteria calon suami yang baik menurut Islam lainnya yang paling utama
adalah baik agamanya. Rasulullah SAW mengajurkan untuk memilih
calon pasangan yang baik agamanya.
فاظفر بذات الدين تربت يداك، لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها:تنكح المرأة ألربع
Artinya: “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya,
karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka
hendaklah kamu pilih karena agamanya (keislamannya), sebab kalau
tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
َم ْن َأَر اَد َأْن َيْلَقى َهَّللا َطاِهًرا ُم َطَّهًرا َفْلَيَتَز َّو ْج اْلَحَر اِئَر
“Barang siapa yang mau menghendaki Allah dalam keadaan suci dan
disucikan, maka hendaklah dia mengawini perempuan (laki-laki)
merdeka." (HR. Imam ibn Majah)
6. Menjaga Syahwat
Kriteria calon suami yang baik menurut Islam berikutnya yakni bisa
menjaga syahwat. Dalam hadits Nabi disebutkan: "Barang siapa yang
mengawini perempuan/laki-laki dengan maksud hendak menjaga
pandangan mata dari maksiat dan zina atau menyambung hubungan
keluarga, Allah akan memberkahinya dan istrinya. (HR Thabrani).