Anda di halaman 1dari 27

PENDAPAT ULAMA TENTANG

TEMAN
TAPI
MESRA,
PACARAN
&
TUNANGAN

Yaa_Siin_36@yahoo.co.id
Dengan nama ALLAH yang Maha Pengasih Maha Penyayang, dan
segala puji bagi-NYA. Salam sejahtera kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta istri dan keluarga beliau.
Teman tapi mesra, pacaran dan tunangan adalah kebiasaan HARAM
yang disukai oleh banyak manusia. Ketiga perkara ini sangat terkenal
dikalangan anak muda masa kini. TTM, pacaran dan tunangan adalah
perbuatan haram yang mendekati zina. Adapun manusia masa kini
menganggapnya halal dengan berbagai dalih dan alasan, misalnya:
untuk saling mengenal kepribadian atau untuk penjajakan dan
lainnya. Itu sih menurut manusia awam. Kepada kita yang
mengetahui keharamannya, maka hendaklah kita menasihati anak,
isteri, keluarga dan saudara-saudari kita dalam Islam agar menjauhi
perkara yang merusak ini.
TTM adalah awalnya, kemudian berlanjut kepada pacaran, kemudian
berlanjut lagi kepada tunangan, jika berjalan baik dan mulus,
kemungkinan akan terjadi perkawinan, namun jika berjalan buruk
atau mungkin sudah bosan atau terjadi perselingkuhan, maka
hubungan itu pun akan putus. Maka dapatlah kita hitung berapa
besar dosa zina yang terjadi selama 3 periode itu.
Sudah sepantasnyalah jika seluruh ulama mengatakan TTM, pacaran
dan tunangan adalah HARAM.
Ketiga perbuatan itu tidak pernah ada pada zaman Nabi, tidak
INTERAKSI YANG DIHARAMKAN

Yang membuat TTM, berpacaran dan bertunangan itu termasuk


perbuatan haram adalah tidak lain karena adanya interaksi yang
terdapat padanya dengan urutan antara lain:

3. Berawal dari kebiasaan nongkrong atau mejeng di pinggir jalan


atau di mana saja
4. Kemudian terjadi pandangan pertama
5. Setelah itu berkenalan, berjabat tangan, bersalaman
6. Apabila sudah akrab dan mesra, kemudian mojok berduaan
menyepi
7. Ketika kata cinta sudah terucap, maka kemesraan pun bertambah
8. Jika hubungan berlanjut serius, akhirnya terjadi tukeran cincin
(saling tukar menukar cincin tunangan)

Belum termasuk dosa-dosa yang berhubungan dengan perilaku


bersolek (tabarruj) untuk menarik perhatian lawan jenis.
DALIL HADIS LARANGAN
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TTM, PACARAN DAN
TUNANGAN
1. LARANGAN DUDUK DI PINGGIR JALAN

Bersambung……
1. LARANGAN DUDUK DI PINGGIR JALAN
Sambungan……
• Dari Abu Sa’id Al-Khudry dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda: “Jauhilah oleh kamu sekalian duduk di jalan-
jalan”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami tidak
dapat meninggalkan tempat duduk kami (di jalan) itu dimana kami
berbincang-bincang di sana”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Apabila kamu sekalian menolak untuk tidak
duduk di sana maka penuhilah hak jalan itu”. Para sahabat
bertanya: “Apakah hak jalan itu wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu menjaga penglihatan, menyingkirkan hal-hal
yang membahayakan, menjawab salam, serta menyuruh berbuat
baik dan mencegah kemungkaran”. [Bukhari dan Muslim, Abu
Dawud dan Ahmad]
1. LARANGAN DUDUK DI PINGGIR JALAN
• Dari Abu Thalhah Zaid bin Sahl, ia berkata: Ketika kami duduk di
halaman rumah yang dekat dengan jalan di mana kami
berbincang-bincang disitu, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam datang dan mendekati kami serta bersabda: “Kenapa
kamu duduk-duduk di pinggir jalan? Jauhilah duduk di pinggir
jalan”. Kami berkata: Kami duduk di sini sama sekali tidak
mengganggu. Kami di sini bertukar pikiran dan berbincang-
bincang. Beliau bersabda: “Kalau begitu penuhilah haknya yaitu;
memejamkan mata, menjawab salam dan berbicara yang baik”.
[Muslim]
2. LARANGAN MELIHAT BUKAN MUHRIM

Bersambung……
2. LARANGAN MELIHAT BUKAN MUHRIM
Sambungan……
• Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau
bersabda: “Sesungguhnya ALLAH telah menentukan kadar nasib
setiap manusia untuk berzina yang pasti akan dikerjakan olehnya
dan tidak dapat dihindari. Zina kedua mata adalah memandang,
zina lisan (lidah) adalah mengucapkan, sedangkan jiwa berharap
dan berkeinginan, serta kemaluanlah (alat kelamin) yang akan
membenarkan atau mendustakan hal itu. [Bukhari, Muslim, Abu
Dawud dan Ahmad]

• Hadis ini menerangkan bahwa mata yg memandang kepada


seseorang yg bukan muhrim dimana pandangan itu diiringi nafsu
syahwat atau tidak sesuai tuntunan agama, maka pandangan itu
termasuk zina
2. LARANGAN MELIHAT BUKAN MUHRIM
• Dari Jarir, ia berkata: Saya menanyakan tentang melihat sesuatu
yang diharamkan yang datang dengan tiba-tiba kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda:
“Pejamkanlah matamu”. [Muslim]

Artinya manakala kita melihat perkara yang diharamkan oleh


ALLAH subhanahu wa ta’ala, maka hendaklah kita memejamkan
mata.

• Dari Ummi Salamah, ia berkata: Ketika saya bersama Maimunah


berada di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian
Ibnu Ummi Maktum masuk. Kejadian itu sesudah turunnya ayat
yang memerintahkan kami untuk berhijab. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berhijablah kamu
daripadanya”. Kami berkata: Wahai Rasulullah, bukankah ia
seorang yang buta tidak melihat dan tidak mengetahui kami? Nabi
SAW bersabda: “Apakah kamu juga buta? Tidak kah kamu melihat
orang itu?” [Abu Dawud dan Tirmizi, hadis dengan isnad hasan
shahih]
3. LARANGAN BERSALAMAN, BERSENTUHAN
BUKAN MUHRIM

• Dari Ma'qil bin Yasar Radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan,


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Andaikan ditusukkan ke kepala salah seorang diantara kalian
dengan jarum besi, yang demikian itu lebih baik daripada dia
harus menyentuh wanita yang tidak diperbolehkan baginya".
[Thabrani dalam Kitab Al-Kabir, Bab XX No. 211 dengan isnad
hasan]

• Dari ‘Aisyah ia berkata: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam


membai’at para perempuan dengan perkataan. Tidak pernah
tangan Rasulullah SAW memegang tangan para perempuan,
kecuali tangan perempuan yang telah menjadi miliknya (artinya
perempuan yang telah dinikahinya = istri Nabi). [Bukhari]
4. LARANGAN BERKHALWAT

Bersambung……
4. LARANGAN BERKHALWAT
Sambungan……
• Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aku pernah mendengar Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berpidato: “Janganlah sekali-kali
seorang lelaki berkhalwat (berduaan) dengan seorang wanita
kecuali wanita itu bersama mahramnya. Dan janganlah seorang
wanita bepergian kecuali bersama mahramnya”. Tiba-tiba seorang
lelaki bangkit berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah,
sesungguhnya isteriku pergi untuk menunaikan ibadah haji,
sedangkan aku terkena kewajiban mengikuti peperangan ini dan
itu. Beliau bersabda: “Berangkatlah untuk berhaji bersama
isterimu”. [Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad]
4. LARANGAN BERKHALWAT
• Dari Uqbah bin Amir, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Jauhilah olehmu mendekati orang-orang
perempuan”. Kemudian ada seorang sahabat Anshar bertanya:
Bagaimana kalau mendekati kerabat isteri? Beliau SAW
menjawab: “Mendekati kerabat isteri adalah berarti mati”.
[Bukhari dan Muslim]

Yang dimaksud kerabat isteri antara lain: kakak ipar, adik ipar, ibu
mertua, dan sepupu isteri, kemenakan dan lainnya.
5. LARANGAN CINCIN EMAS BAGI LAKI-LAKI
Bukan rahasia lagi dalam masyarakat kita bahwa setiap kali terjadi
pertunangan, maka pihak laki-laki dan pihak perempuan akan saling
bertukar cincin. Dan umumnya cincin itu adalah sepasang, artinya ia
memiliki bentuk yang sama untuk laki dan perempuan itu. Namun
keburukan yang dilakukan oleh manusia adalah mereka
menghalalkan cincin emas bagi laki-laki, padahal sudah nyata
pengharamannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka sudah tidak diragukan lagi bahwa cincin tunangan ini akan
membawa pasangan ini kedalam dua dosa yaitu dosa menyerupai
perbuatan orang kafir (tasyabbuh) dan dosa karena cincin emas itu.
Belum lagi termasuk dosa yang mungkin terjadi sebelum mereka
bertunangan seperti pernah bersentuhan atau yang lainnya.
Orang-orang Islam yang awam beranggapan bahwa dengan
pertunangan atau pertalian, maka calon suami isteri ini boleh
berjalan bersama atau urusan lainnya yang berhubungan dengan
persiapan mereka menikah, misalnya; membolehkan mereka
berduaan mengurus surat nikah ke KUA. Padahal sudah sangat jelas
larangan berduaan dengan bukan muhrim. Tunangan bukan berarti
sudah nikah dan halal. Tunangan masih dalam status haram.
5. LARANGAN CINCIN EMAS BAGI LAKI-LAKI

Bersambung……
5. LARANGAN CINCIN EMAS BAGI LAKI-LAKI
Sambungan……
• Dari Barra bin Azib, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan kami untuk melaksanakan tujuh perkara
dan melarang kami dari tujuh perkara. Beliau memerintahkan
kami menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, mendoakan
orang bersin, melaksanakan sumpah dengan benar, menolong
orang yang dizhalimi, memenuhi undangan dan menyebarkan
salam. Beliau melarang kami memakai cincin emas, minum
dengan wadah yang terbuat dari perak, hamparan (selimut/kasur)
sutera, pakaian buatan Qas (berbahan sutera) serta mengenakan
pakaian sutera baik yang tebal maupun tipis. [Bukhari, Muslim,
Tirmizi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad]
TATA CARA MEMILIH
PASANGAN DALAM ISLAM
Tentu saja agama ini memiliki cara yang halal bagi seorang laki-laki
jika ia ingin menikahi seorang wanita. Diantara syarat-syarat
menurut ulama kontemporer (masa kini) yaitu:

3. Ia harus memiliki niat yang lurus yaitu keinginan untuk menikah.


Jika niat kita tulus karena ALLAH ta’ala semata-mata ingin
menikah, diperbolehkan melihat (mengamati) wanita yang mana
yang disukai.

5. Laki-laki itu boleh meminta bantuan kepada orang lain (muhrim


wanita) untuk menyelidiki sifat-sifat wanita yang ingin dinikahinya.
Tindakan ini hanyalah optional, karena wanita yang shalehah
tentu akan memiliki segala kebaikan sifat dan perilaku.

• Jika ia sudah menentukan siapa yang disukainya, maka sebaiknya


ia segera melamar wanita idamannya itu.

• Jika lamaran diterima, maka bersegeralah melangsungkan


pernikahan untuk menghindari fitnah. Karena yang termasuk
rukun nikah adalah mahar (maskawin), bukan pertalian
(tunangan).

Penjelasan selanjutnya tentang serba-serbi nikah, insya ALLAH


HADIS ke-1
MELIHAT WANITA YANG INGIN DINIKAHI

Bersambung……
MELIHAT WANITA YANG INGIN DINIKAHI
Sambungan……
• Dari Sahal bin Saad, ia berkata: Ketika kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam diceritakan tentang seorang wanita
Arab, beliau menyuruh Abu Usaid untuk memanggilnya. Wanita
itupun dipanggil. Wanita itu datang dan singgah di kediaman Bani
Saidah. Rasulullah SAW keluar dan datang untuk menemuinya.
Ternyata wanita itu menundukkan kepalanya. Ketika Rasulullah
SAW mengajaknya berbicara, ia berkata: Aku berlindung kepada
ALLAH dari dirimu. Rasulullah SAW bersabda: “Baiklah, aku benar-
benar telah melindungi kamu dari diriku”. Sesudah itu orang-
orang bertanya kepadanya: Tahukah engkau siapa tadi yang
berbicara denganmu? Wanita itu menjawab: Tidak tahu! Orang-
orang memberitahu: Itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau datang untuk melamarmu. Wanita itu berkata: Aku
benar-benar sial (karena menolak beliau). Kata Sahal: Pada hari
itu Rasulullah SAW datang dan bersama para sahabat beliau
duduk di rumah Bani Saidah kemudian beliau bersabda: “Berilah
kami minum”. Dia (Sahal) berkata: Lalu aku mengeluarkan
mangkuk ini untuk mereka dan memberi minum mereka dengan
mangkuk tersebut. [Bukhari, Muslim dan Ahmad]
HADIS ke-2
MELIHAT WANITA YANG INGIN DINIKAHI

Bersambung……
MELIHAT WANITA YANG INGIN DINIKAHI
Sambungan……
• Dari Sahal bin Saad, ia berkata: Seorang wanita datang kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: Wahai
Rasulullah, aku datang untuk menyerahkan diriku kepadamu. Lalu
Rasulullah SAW memandang perempuan itu dan menaikkan
pandangan serta menurunkannya kemudian beliau mengangguk-
anggukkan kepala. Melihat Rasulullah SAW tidak memutuskan
apa-apa terhadapnya, perempuan itu kemudian duduk. Sesaat
kemudian seorang sahabat berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah,
jika engkau tidak berkenan padanya, maka kawinkanlah aku
dengannya. Rasulullah SAW bertanya: “Apakah kamu memiliki
sesuatu?” Sahabat itu menjawab: Demi ALLAH, tidak ada, wahai
Rasulullah. Beliau berkata: “Pulanglah kepada keluargamu dan
lihatlah apakah kamu mendapatkan sesuatu?” Maka pulanglah
sahabat itu, lalu ia kembali dan berkata: Demi ALLAH aku tidak
mendapatkan sesuatu! Rasulullah SAW bersabda: “Carilah lagi
walaupun hanya sebuah cincin besi!” Lalu sahabat itu kembali
pulang dan lagi berkata: Demi ALLAH, tidak ada apapun wahai
Rasulullah, walaupun cincin dari besi, kecuali kain sarung milikku
ini. Sahal berkata: Dia (lelaki itu) tidak mempunyai kain yang
menutupi badan bagian atas. Berarti wanita tadi hanya akan
mendapatkan setengah dari kain sarungnya.
MELIHAT WANITA YANG INGIN DINIKAHI
Sambungan……
• Rasulullah SAW bertanya: “Apa yang dapat kamu perbuat dengan
kain sarung milikmu ini? Jika kamu memakainya, maka wanita itu
tidak akan memakai apa-apa. Demikian pula jika wanita itu
memakainya, maka kamu tidak akan memakai apa-apa”. Lelaki itu
kemudian duduk agak lama dan berdiri lagi sehingga terlihat oleh
Rasulullah ia akan pergi. Rasulullah memerintahkan untuk
memanggilnya, lalu ketika ia datang beliau bertanya: “Apakah
kamu dapat membaca Al-Qur’an?” Sahabat itu menjawab: Saya
bisa membaca surat ini dan surat ini sambil menyebutkannya
satu-persatu. Rasulullah SAW bertanya lagi: “Apakah kamu
menghafalnya?” sahabat itu menjawab: Ya. Lalu Rasulullah SAW
bersabda: “Pergilah, wanita itu telah menjadi istrimu dengan
mahar mengajarkan surat Al-Qur’an yang kamu hafal”. [Bukhari,
Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik dan
Ad-Darami]
HADIS KE-3
MELIHAT WANITA YANG INGIN DINIKAHI
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Pada suatu waktu, ketika aku sedang
berada dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang
kepada beliau seorang laki-laki meminta nasihat, lalu dia berkata:
Aku akan mengawini seorang wanita Anshar. Bagaimana pendapat
baginda? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya
kepadanya: “Sudahkah engkau lihat wanita itu?” Jawabnya: Belum.
Kemudian sabda beliau SAW: “Lihatlah dia dahulu, karena dalam
mata orang Anshar ada sesuatu. [Muslim]

Beberapa hadis diatas menjelaskan bahwa kita boleh melihat


(mengamati) kepada wanita yang ingin dinikahi. Tentu saja
dimaksudkan agar supaya kita tidak diibaratkan membeli kucing
dalam karung. Karena nikah adalah untuk bersama selamanya.
Adapun juga hadis ini seakan-akan menjelaskan bahwa wanita-
wanita yang dilihat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak menggunakan niqab (cadar), karena seandainya mereka
bercadar tentu tidak perlu untuk dilihat dengan detail.
• Wallahu a’lam

• Ya ALLAH, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku,


sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi aku.

Anda mungkin juga menyukai