QAMAT
Yaa_Siin_36@yahoo.co.id
Dengan nama ALLAH Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Segala puji bagi
ALLAH Yang Maha Suci lagi Maha Agung. Kesejahteraan semoga senantiasa
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beserta istri dan
keluarga beliau.
Pada file ringkas ini kita tidak panjang lebar membahas tentang lafadz Adzan
dan Iqamah, karena keduanya sudah disepakati oleh semua ulama manapun
tanpa ada perselisihan. Kita hanya membahas ajaran-ajaran ulama Melayu
terdahulu mengenai kewajiban-kewajiban terhadap Adzan, yang nama masa
demi masa ditinggalkan oleh kita.
Sudah kita ketahui bersama bahwa kita bangsa Melayu yang mengaku
pengikut Syafi’i sangat menyukai keutamaan pahala sunat. Karena itulah kita
mencoba menerangkan beberapa keutamaan adzan dalam file ini dengan
harapan agar kita berusaha memperoleh pahala sunat itu.
-------
Mengapa Adzan sangat utama? Jawabannya adalah karena besarnya
pahala yang diperoleh dari [1] mendengar adzan kemudian segera
mendatangi masjid, [2] menjawab kalimat adzan, [3] mendoakan
Rasulullah dan [4] shalat sunat sesudah adzan.
Pada file ini kita hanya membahas point 2 hingga 4 saja.
Kalimat Adzan
Dari Abu Mahdzurah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengajarkan adzan kepadanya sebagai berikut:
Allahu akbar
Allahu akbar
Asyhadu alla ilaaha illallah
Asyhadu alla ilaaha illallah
Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah
Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah
Hayya ‘alash shalah
Hayya ‘alash shalah
Hayya ‘alal falah
Hayya ‘alal falah
Allahu akbar
Allahu akbar
La ilaha illallah
[Muslim]
Adzan genap, Iqamah ganjil
Dari Simak bin Athiyah, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Anas,
dia berkata: “Bilal diperintah untuk menggenapkan adzan dan
mengganjilkan qamat”. [Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu
Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darami]
--------
Hadis-hadis ini tidak perlu kita jelaskan, karena kesepakatan
tentang adzan dan iqamah sudah difatwakan sama di seluruh
dunia, seperti jumlah bacaan Allahu akbar sebanyak 4 kali pada
kalimat pertama adzan. Meskipun dalam Shahih Muslim dituliskan
bahwa Rasulullah hanya menyebut 2 (dua) kali membaca Allahu
akbar. Adapun tentang lafadz “Qadqa matishshalah” dalam
iqamat berasal dari hadis Sunan Abu Dawud. Dan tidak usah kita
sebut matan hadisnya.
Kewajiban menjawab Adzan
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash bahwa ia mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kamu sekalian
mendengar nida’ (adzan) maka ucapkanlah seperti apa yang
diucapkan oleh orang yang adzan (muadzin), kemudian bacalah
shalawat atasku karena sesungguhnya orang yang membacakan
shalawat atasku satu kali maka ALLAH akan memberikan rahmat
kepadanya 10 (sepuluh) kali. Kemudian mintalah wasilah kepada
ALLAH untukku karena itu adalah suatu derajat di dalam surga
yang hanya disediakan untuk seorang hamba ALLAH, dan aku
berharap semoga aku lah yang mendapatkannya. Barangsiapa
yang memintakan wasilah kepada ALLAH untukku niscaya ia akan
mendapatkan syafa’at”. [Muslim]
Jika kamu jawab seperti itu dengan sepenuh hatimu, maka kamu
masuk syurga.” [Muslim]
Jawaban untuk kalimat Iqamah
Dari Syahr bin Hausyah, dari Abu Umamah, bahwa Bilal
mengucapkan Iqamah. Ketika sampai pada perkataan:
Wahai ALLAH Tuhan yang menguasai seruan ini dan shalat yang akan
didirikan, berikanlah kepada Muhammad suatu washilah dan
keutamaan serta dudukkanlah ia dalam tingkatan yang terpuji yang
telah ENGKAU janjikan kepadanya.
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain ALLAH Yang Maha Esa
dan tidak ada sekutu bagi-NYA, dan bahwa Muhammad adalah hamba
dan utusan-NYA. Saya rela ALLAH sebagai Tuhan, Muhammad sebagai
Rasul, dan Islam sebagai agama.
Maka diampunilah dosanya”. [Muslim]
TAMBAHAN DOA
OLEH ULAMA MELAYU
Tambahan Shalawat
Ber-ijtihad dari hadis di bawah ini, kemudian beberapa ulama Melayu
ada yang menambahkan shalawat di awal doa sesudah adzan:
Milis CR kita ini bukan untuk menolak ajaran ulama nusantara kita,
melainkan sekedar mencari kembali jejak-jejak Rasulullah yang
diikuti oleh sahabat kemudian tabi’in kemudian tabi’ut tabi’in hingga
orang-orang Arab membawanya kepada ulama-ulama
melayu/nusantara dan akhirnya sampai kepada kita hingga diikuti
pula secara turun temurun.
Jika ajaran para ulama kita itu mengikuti sunnah Rasulullah, tentu
kita wajib mengikuti mereka. Namun apabila ajaran mereka itu
ternyata berbeda dengan sunnah Rasulullah, maka kita tentu harus
hati-hati dan waspada, serta mencari kebenarannya agar kita
selamat di akhirat.
Hanya kepada ALLAH saja kita memohon ampunan dan pertolongan.
Tidak ada Tuhan selain ALLAH.
ANJURAN ADZAN
KETIKA SHALAT SENDIRIAN
Mengeraskan Adzan sendirian
Dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha’sha’ah bahwa Abu Said
Al-Khudry berkata kepadanya: “Sesungguhnya saya melihat engkau
suka pada kambing dan suka berada di tengah hutan, apabila engkau
menggembala kambingmu atau berada di tengah-tengah hutanmu
kemudian engkau adzan untuk shalat, maka keraskanlah suaramu
karena sesungguhnya yang mendengar suara orang yang adzan itu
baik itu jin, manusia maupun sesuatu makhluk yang lain pasti akan
menjadi saksi baginya nanti pada hari kiamat”.
Abu Said berkata lagi: “Demikianlah yang saya dengar dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”. [Bukhari]
---------
Hadis ini berisi anjuran untuk mengeraskan adzan meskipun shalat
fardhu dilakukan sendirian. Namun anjuran ini hanya berlaku jika kita
berada di suatu tempat yang tidak ada jamaahnya atau jauh dari
masjid. Karena jika masih ada jamaah dan masjid, maka wajib
baginya untuk berjamaah, dan tidak boleh shalat sendirian.
Adzan ketika shalat sendirian
Dari Anas bin Malik berkata: Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menyerang (dalam perang) apabila terbit fajar, sambil
beliau mendengar-dengarkan adzan. Jika terdengar adzan maka
beliau berhenti [menyerang], dan jika tidak kedengaran beliau terus
menyerang. Maka pada suatu pagi beliau mendengar orang
mengucapkan “Allahu Akbar, Allahu Akbar” lalu Rasulullah menjawab
“Alal Fitrah”. Kemudian orang itu membaca, “Asyhadu alla ilaaha
illallah”. Jawab Rasulullah “Kharajta minan naar” (engkau bebas dari
neraka). Setelah mereka tengok, ternyata yang adzan itu seorang
gembala kambing.” [Muslim]
---------
Hadis ini sedikit berbeda dengan hadis dari Abu Said Al-Khudry
sebelumnya, namun menurut Imam Nawawi hadis ini berisi anjuran
untuk membaca adzan meskipun shalat fardhu dilakukan sendirian.
Jika hadis dari Abu Said berisi nasehat untuk mengeraskan adzan,
sedangkan hadis Anas ini berisi tentang seorang sahabat sendirian
yang mengeraskan adzan dan Rasulullah tidak mencelanya
melainkan menjawab adzannya.
ANJURAN PADA ADZAN DAN
IQAMAH
------
Hubungan antara kedua hadis ini tidak lain adalah bahwa sesudah
shalat sunat (ba’diyah) kita dianjurkan untuk berdoa. Sedangkan
“ucapan sesudah adzan” bukanlah yang dimaksud oleh hadis Abu
Dawud dan Tirmizi itu.
Jika kita pernah mendengar ulama Melayu yang mengatakan
bahwa saat-saat antara adzan dan iqamah adalah saat-saat
mustajab untuk berdoa, maka itulah hadis yang mendasari ucapan
Shalat Sunat di antara Adzan dan
Iqamah
• Dari Sahal bin Saad, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Dua perkara yang tidak ditolak. [1] Doa di waktu adzan
dan [2] di waktu peperangan, dimana orang-orang saling
berdesak-desakan satu sama lain”. [Abu Dawud, isnad shahih]
------
Insya ALLAH pembahasan tentang kalimat doa-doa akan
disampaikan dalam file terpisah.
Kepala Muadzin ke kanan dan ke
kiri
Dari Abu Juhaifah, ia berkata: Aku menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam di Makkah. Saat itu beliau berada di Abhtah (nama tempat)
di dalam kemah yang terbuat dari kulit samakan milik beliau.
Kemudian Bilal keluar membawa air wudhu beliau. Ada orang yang
mendapat air itu sedikit dan ada pula yang hanya diperciki oleh
lainnya. Nabi SAW keluar dengan memakai pakaian merah,
nampaknya aku dapat melihat betis beliau yang putih. Beliau
berwudhu dan Bilal mengumandangkan adzan. Aku memperhatikan
mulutnya bergerak kesana kemari ke kanan dan ke kiri, ia
membaca: “Hayya ‘alas shalah, hayya ‘alal falah”. Sebatang tombak
pendek ditancapkan untuk Nabi. Beliau melangkah maju dan
mengerjakan shalat Zuhur [Qashar/ringkas] dua rakaat. Keledai dan
anjing lewat di depan beliau tanpa di cegah. Selanjutnya beliau
mengerjakan shalat Ashar [qashar] dua rakaat. Demikian kemudian
beliau tidak henti-hentinya mengerjakan shalat dua rakaat hingga
kembali ke Madinah. [Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu Dawud,
Ibnu Majah, Ahmad dan Ad Darami]
------
Inilah hadis yang diikuti oleh para muadzin kita tentang tata cara
adzan. Menggerakkan kepala itu hanyalah sunat. Karena pada zaman
Rasulullah belum ada microphone dan sound system (pengeras
Mengapa dalam file ini Iqamah tidak kita sebutkan apapun tentang
keutamaannya?
---
Tidak ada hadis yang special tentang Iqamah, karena iqamah hanyalah
seruan agar semua makmum berdiri dan merapatkan shaf (barisan) tanda
bahwa shalat akan segera dimulai.
---
Wallahu a’lam.
Ya ALLAH, ampunilah kekurangan kami, hanya ALLAH Yang Maha Sempurna.