Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN KE-1 dari 4

Main Concept:
Ustaz Mohd Salleh Hj. Mastor
Imam Masjid Tun Abdul Aziz, Seksyen 14, Petaling Jaya

Hadis by:
Cinta-Rasul-
Owner@yahoogroups.com
MENJELANG SAKARATUL MAUT

Segala puji hanyalah milik ALLAH, Rabb yang Maha Suci lagi Maha Agung, Maha
Pengasih, Maha Penyayang, penguasa alam semesta. Salam dan selawat
senantiasa kepada kekasih-NYA yaitu Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wa
sallam beserta istri dan keluarga beliau.

Penyelenggaraan Jenazah adalah fardu kifayah atas semua muslim. Dan


seharusnya kita setiap muslim mengetahui tata cara penyelenggaran Kifayah ini
sebagaimana kita mengetahui tata cara shalat.
File asli hanya 1 dan berbahasa Malaysia, namun masih mengikuti metode Kaum
Tua. Untuk melengkapi artikel itu kita tambahkan hadis-hadis yang berhubungan,
agar kita dapat mengetahui sumber rujukan. Oleh karena banyaknya materi dan
kita bermaksud menyederhanakan agar mudah difahami, sehingga bahasan ini
kita bagi menjadi 4 bagian; yaitu [1] Menjelang sakaratul maut (beberapa
kewajiban terhadap orang yang hampir mati), [2] Penyelenggaraan Jenazah
(memandikan dan mengafankan), [3] Shalat Jenazah dan Shalat Gaib, [4] Hal-hal
yang berhubungan dengan Jenazah dan Kuburan.
Apabila ada beberapa perbuatan yang berbeda dengan kebiasaan di kampung dan
di daerah masing-masing, mungkin itu hanyalah perbedaan untuk kesempurnaan
pengurusan jenazah.
MENJENGUK ORANG SAKIT
MENJELANG SAKARATUL MAUT

Menjenguk Orang Sakit


Menjenguk sanak saudara atau orang lain yang sedang sakit hukumnya
sunat, namun oleh sebagian ulama berpendapat mengatakannya wajib
karena termasuk hak muslim atas saudaranya.
Apabila kita menginginkan keutamaan mendapat pahala dari ALLAH, maka
hendaklah kita mengunjungi saudara kita yang sakit.
Adapun faedah dari menjenguk orang sakit antara lain untuk menghiburnya,
mendoakan agar cepat sembuh, memberi nasehat agar bersabar dan
bertawakal kepada ALLAH, berbaik sangka kepada ALLAH, memohon
ampunan kepada ALLAH, serta yang terutama untuk kita sendiri yaitu untuk
mengingat kematian. Apabila ia sudah sakit sangat parah, maka dianjurkan
ketika menjenguk untuk mengajarkan talqin, dinasehati untuk membayar
utang (jika ada) dan berwasiat.

Dari Sa’id bin Musayyab bahwa Abu Hurairah berkata: Saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ”Hak seorang muslim atas
muslim lainnya ada lima; [1] menjawab salam, [2] menjenguk orang
sakit, [3] mengantarkan jenazah, [4] memenuhi undangan, dan [5]
mendoakan orang yang bersin”.
[HR. Bukhari dan Muslim]
MENJELANG SAKARATUL MAUT

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit


Dari Al Barra bin Azib, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyuruh kami untuk menjenguk orang sakit, mengiringkan jenazah,
menjawab doa orang yang bersin, menepati sumpah, menolong orang yang
dizalimi, memenuhi undangan dan menyebarkan salam”.
[HR. Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Musa, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Jenguklah orang yang sakit, berilah makanan kepada orang yang lapar, dan
lepaskanlah orang yang tertawan (karena perang)”.
[HR. Bukhari]

Dari Ali, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda: “Setiap muslim yang menjenguk sesama muslim pada waktu pagi
maka ia akan dimintakan rahmat oleh 70.000 malaikat hingga waktu sore.
Dan apabila ia menjenguk pada waktu sore, maka ia akan dimintakan
rahmat oleh 70.000 malaikat hingga waktu pagi, serta ia mendapat jaminan
buah-buahan yang siap dimakan di dalam surga”.
[HR. Turmuzi, hadis hasan]
MENJELANG SAKARATUL MAUT

Penghormatan Terakhir
Dari Uqbah bin Amir, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Janganlah kalian memaksa orang yang sakit untuk makan,
karena sesungguhnya ALLAH yang akan memberi makan dan minum
kepadanya”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


menjenguk seseorang yang sedang sakit, kemudian beliau bertanya:
“Apakah engkau menghendaki (menyukai) sesuatu, apakah engkau
menyukai kue?”
Orang itu menjawab: “Ya”.
Maka beliau SAW pun berusaha untuk mendapatkannya (untuk orang itu).
[HR. Ibnu Majah dan Ibnu Sunni, hadis dhaif]
MENJELANG SAKARATUL MAUT
MENJELANG SAKARATUL MAUT

1.0. Pengenalan
Kematian adalah takdir yang tidak bisa diingkari, ianya akan datang tanpa
ada yang bisa menghalang. ALLAH berfirman dalam Qur’an surah Al
Ankabut:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah


kepada Kami kamu dikembalikan.
[29. Al Ankabuut: 57]

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Banyak-banyaklah kamu mengingat hal yang memutuskan kesenangan,
yaitu mati.”
[HR.Tirmizi, disahihkan oleh Ibnu Hibban]
MENJELANG SAKARATUL MAUT

2.0. Tanggung jawab


Menguruskan jenazah adalah wajib (Fardu Kifayah) bukan sahaja kepada
pegawai masjid seperti imam & bilal, tetapi ke atas semua individu muslim
yang mukallaf (mengerti tentang Islam).

Oleh itu adalah perlu untuk semua muslim yang mukallaf untuk
mempelajari dan mengetahui cara-cara menguruskan jenazah.

2.1. Mendekati Kematian


2.1.1. Tanda awal
- tapak kakinya lurus
- hidungnya tunduk (jatuh)
- sendi pergelangan tangannya renggang
- dan pelipisnya lekuk.

2.1.2. Amalan orang yang sakit (tenat)


- segera bertaubat
- berwasiat
- bersangka baik terhadap keampunan Allah (swt)
- berharap kepada rahmat Allah (swt)
- minta lindung dari azab kubur
MENJELANG SAKARATUL MAUT

2.1. Mendekati Kematian


2.1.3. Apabila sudah sampai tanda akhir atau nazak (sakaratul maut), tugas
kita yaitu:

 sunnah yang diajarkan Rasul kepada orang yang nazak:


• diajarkan membaca kalimah “La ilaaha illallah” [Muslim]
• dibacakan surah “Yaa Sin” [Abu Dawud & Nasai]
• dihadapkan mukanya ke arah kiblat (dimiringkan), dimiringkan
ke kanan atau ke kiri (jika sukar untuk berpaling ke kanan)
atau terlentang dengan kaki ke kiblat dan kepala ditinggikan
(diatas bantal). [Al Hakim & Baihaqi]

 sunat juga dibacakan surah “Ar-Ra’du”

 perlakuan sebagai perhormatan terakhir: [Turmuzi dan Ibnu Majah]


1. wajib diberi minum sekiranya dia dahaga
2. sunat diberi minum sekiranya tidak dahaga
3. harus dititikkan air ke dalam mulutnya ketika nazak
4. di basahkan muka dan dadanya
MENJELANG SAKARATUL MAUT

SUNNAH KEPADA ORANG YANG NAZAK:

1. MENGAJARKAN KALIMAT TAUHID

Dari Abu Said Al-Khudry, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda: “Ajarkanlah olehmu kepada orang-orang yang sakit parah
(mendekati mati) untuk membaca kalimat:

LA ILAAHA ILLALLAH
(tidak ada Tuhan selain ALLAH)”.
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]

Dari Mu’adz, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Barangsiapa yang [mendekati mati] akhir perkataannya adalah LA ILAAHA
ILLALLAH, maka ia masuk surga”.
[HR. Abu Dawud dan Al-Hakim, hadis shahih]
MENJELANG SAKARATUL MAUT

SUNNAH KEPADA ORANG YANG NAZAK:

2. MEMBACAKAN SURAH YAASIIN

Dari Ma’qal bin Yasar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Bacakanlah olehmu surah YaaSiin kepada orang yang sakit parah (hampir
mati)”.
[HR. Abu Dawud dan Nasa’i]

Maksud daripada membacakan YaaSiin ini adalah sebagai nasehat kepada


orang yang hampir mati agar mengingati ALLAH dan perihal sesudah
kematian. Isi dari surah YaaSiin bercerita tentang kematian dan kehidupan
sesudah kematian. Pembacaan YaaSiin umumnya bersamaan dengan ketika
orang-orang mengajarkan kalimat tauhid kepada orang yang hampir mati.
Hanya saja kita adalah orang Indonesia, bukan orang Arab. Jadi orang yang
nazak itu (atau orang yang sehat sekalipun) belum tentu mengerti apa yang
dikandung dalam YaaSiin. [disini awal muncul beda pendapat]

Adapun oleh orang-orang kampung, bacaan YaaSiin dianggap mampu untuk


mengusir syetan dan jin yang berkumpul di sekitar orang yang sakaratul
maut. Syetan dan jin berusaha menyesatkan lidah orang yang sakarat,
manakala ia diajarkan oleh orang-orang kalimat tauhid LA ILAAHA ILLALLAH.
Sehingga mereka berpendapat bahwa insya ALLAH surah YaaSiin dapat
MENJELANG SAKARATUL MAUT

SUNNAH KEPADA ORANG YANG NAZAK:

3. MENGHADAPKAN WAJAH KE KIBLAT

Dari Abu Qatadah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sampai di
Madinah, beliau menanyakan seseorang yang bernama Al-Barra bin Ma’rur.
Orang-orang menjawab: “Ia sudah meninggal dunia dan mewasiatkan
sepertiga (1/3) hartanya kepada Tuan dan mewasiatkan pula agar ia
dihadapkan ke kiblat apabila ia sakit parah”. Rasulullah SAW bersabda:
“Betul pendapatnya”.
[HR. Al-Hakim dan Baihaqi, hadis hasan]

Ianya hanyalah pekerjaan sunat, dan pada kenyataannya di masyarakat


sangat jarang ada yang dibaringkan dalam keadaan miring ke arah kiblat,
kecuali dibaringkan dengan kaki menjulur ke arah kiblat.
MENJELANG SAKARATUL MAUT

2.1. Kematian
2.1.4. Apabila sudah keluar rohnya, maka tugas kita adalah:

 sunat dipejamkan kedua matanya sambil membaca zikir “inna


lillah” dan sembarang doa untuk kebaikan si mayit [Ahmad &
Ibnu Majah]
 diselimutkan dengan kain [Bukhari & Muslim]
 ditukar pakaiannya dengan yang bersih
 sunat diikatkan dagunya ke kepala (jika mulutnya terbuka) dan
diikatkan kedua tangannya di atas dada seperti bersedekap
shalat.
 melembutkan sendi-sendi tangan, kaki & peha*
* di ulang beberapa kali dengan lembut
* boleh juga diurut dengan sedikit minyak
6. diletak di atas tempat yang agak tinggi
(ranjang/katil/dipan/keranda)
7. diletakkan di atas perutnya besi (benda berat kira-kira 4
tahil/150gm), supaya tidak kembung.
MENJELANG SAKARATUL MAUT

1. MEMEJAMKAN MATA MAYIT


Dari Ummu Salamah, ia berkata: Rasulullah SAW masuk ke rumah Abu
Salamah [yang meninggal dunia] yang waktu itu masih terbuka
matanya, kemudian beliau memejamkannya, kemudian bersabda:
“Sesungguhnya pada saat nyawa itu dicabut, maka diikuti oleh mata”.
Mendengar sabda Rasulullah itu para keluarga (Abu Salamah) menangis dengan
kerasnya. Kemudian beliau SAW bersabda: “Janganlah kamu sekalian berdoa
untuk dirimu sendiri kecuali dengan yang baik-baik karena sesungguhnya
malaikat itu akan meng-amin-kan apa yang kamu ucapkan”.
Kemudian beliau berdoa: “Wahai ALLAH ampunilah dosa Abu Salamah,
tinggikanlah derajatnya dalam golongan orang yang mendapat petunjuk, berilah
keturunan yang baik di kemudian hari. Ampunilah dosa kami dan dosanya (Abu
Salamah), wahai Tuhan semesta alam. Lapangkanlah kuburnya dan terangilah ia
di dalam kuburnya”.
[HR. Muslim]

Dari Syaddad bin Aus, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Apabila
kamu menghadapi orang mati, hendaklah kamu tutupkan matanya
karena sesungguhnya mata itu mengikutkan roh (kemana ia pergi).
Hendaklah kamu mengucapkan yang baik-baik (mendoakannya) karena
sesungguhnya ia (perkataan itu) dipercayai menurut apa yang diucapkan oleh
ahlinya”.
[HR. Ahmad dan Ibnu Majah, hadis hasan]
MENJELANG SAKARATUL MAUT

SUNNAH MENGUCAPKAN “INNA LILLAH…”


Dari Ummu Salamah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang pada saat ditimpa musibah ia
mengucapkan:

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJI’UUN.


ALLAAHUMMA’ JURNII FII MUSHIIBATII, WA AKHLIFLII KHAIRAN MINHAA
(Sesungguhnya kami adalah milik ALLAH dan sesungguhnya kami pasti akan kembali
kepada-NYA.
Wahai ALLAH berilah aku pahala dalam musibah ini, dan berilah aku penggantian yang lebih
baik daripada musibah yang menimpaku ini)

Niscaya ALLAH ta’ala memberi pahala kepadanya dalam musibah itu, dan ALLAH
akan memberi kepadanya pengganti yang lebih baik daripada musibah itu.
Ummu salamah berkata: “Ketika Abu Salamah wafat, saya mengucapkan doa
yang diajarkan Rasulullah SAW, kemudian ALLAH memberikan ganti kepada saya
dengan orang yang lebih daripada Abu Salamah, yaitu Rasulullah shallallahu
MENJELANG SAKARATUL MAUT

KEUTAMAAN KALIMAT “INNA LILLAH”


Dari Abu Musa, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Apabila anak seseorang itu meninggal dunia, maka ALLAH ta’ala bertanya
kepada malaikat-NYA: “Apakah kamu sudah mencabut nyawa anak hamba-KU?”
Malaikat menjawab: “Ya, sudah”.
ALLAH berfirman: “Apakah kamu sudah mencabut buah hatinya?”
Malaikat menjawab: “Ya, sudah”.
ALLAH berfirman: “Maka apakah yang diucapkan oleh hamba-KU itu?”
Malaikat menjawab: “Ia memuji kepada-MU dan mengucapkan INNA LILLAAHI WA
INNA ILAIHI RAAJI’UUN”.

(Sesungguhnya kami adalah milik ALLAH dan sesungguhnya kami pasti akan
kembali kepada-NYA)

Kemudian ALLAH ta’ala berfirman: “Buatkanlah untuk hamba-KU itu sebuah


rumah di surga, dan berilah nama rumah itu dengan nama : BAITUL HAMDI
(rumah pujian)”.
[HR. Turmuzi, hadis hasan]
MENJELANG SAKARATUL MAUT

2. MENYELIMUTKAN MAYAT DENGAN KAIN

Menutup seluruh badan adalah perbuatan sunat yang dimaksudkan sebagai


penghormatan terakhir kepadanya. Juga untuk menghindari binatang seperti
lalat.
Tidak ada batasan dengan kain apa mayat itu harus ditutup.

Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata: “Jenazah Rasulullah shallallahu 'alaihi


wa sallam ditutupi dengan sehelai kain tenunan dari Yaman”.
[HR. Muslim]
MENJELANG SAKARATUL MAUT

2.1. Kematian & kewajipan yg hidup


Menyempurnakan mayat orang Islam yg bukan mati shahid itu adalah
fardhu kifayah.

• Dimandikan
• Dikafankan
• Disembahyangkan
• Dikebumikan
• Jika mayat itu meninggalkan hutang, maka wajib bagi famili (keluarga)
si mayit untuk membayarkannya, baik itu utang uang/emas/perak
maupun utang kepada ALLAH (utang puasa, dll). [mutafaq ‘alaihi]

Sekalipun mayat itu orang yang membunuh diri, wajib melaksanakan


atasnya fardu kifayah. Apabila telah yakin mati seorang Islam itu,
hendaklah disempurnakan semua perkara itu dengan seberapa segera.

………..bersambung…………….
MENJELANG SAKARATUL MAUT

Terima kasih
Ustaz Mohd Salleh Hj. Mastor
AJK Surau Al-Hikmah, SBZ3

&

Cinta-Rasul-Owner@yahoogroups.com

Bersambung ke…
Bagian ke-2: Penyelenggaraan Jenazah
Bagian ke-3: Shalat Jenazah dan Shalat Gaib
Bagian ke-4: Jenazah & kuburan
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya ALLAH azza wa jalla berfirman: “Wahai anak Adam, AKU sakit
kenapa kamu tidak mau menjenguk-KU?”
Manusia akan menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana saya akan menjenguk-MU
sedangkan ENGKAU adalah Tuhan semesta alam?”
ALLAH berfirman: “Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-KU si fulan sedang
sakit, tetapi kamu tidak mau menjenguknya. Apakah kamu tidak tahu, seandainya
kamu menjenguknya niscaya kamu mendapatkan AKU berada di tempat si fulan?
Wahai anak Adam, AKU minta makan kepadamu tetapi kamu tidak mau memberi
makan kepada-KU.”
Manusia akan menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana saya memberi makan
kepada-MU sedangkan ENGKAU adalah Tuhan semesta alam?”
ALLAH berfirman: “Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-KU si fulan meminta
makanan kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya makan. Apakah kamu tidak
tahu, seandainya kamu memberi makan kepadanya niscaya kamu mendapatkan
pahala itu tertulis di sisi-KU?
Wahai anak Adam, AKU minta minum kepadamu tetapi kamu tidak mau memberi
minum kepada-KU.”
Manusia akan menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana saya memberi minum
kepada-MU sedangkan ENGKAU adalah Tuhan semesta alam?”
ALLAH berfirman: “Hamba-KU si fulan meminta minum kepadamu, tetapi kamu
tidak memberikannya. Sesungguhnya seandainya kamu memberi minum
kepadanya niscaya kamu mendapatkan pahala itu tertulis di sisi-KU”.

[Hadis Qudsy riwayat Muslim]

Anda mungkin juga menyukai