Anda di halaman 1dari 17

POLIGAMI

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas MASAILUL FIQH Dosen Pengampu : Sulhani Hermawan, M.Ag

Disusun oleh: Wahidin Lukman Sahlan 113112050

FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SURAKARTA

2012
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Poligami atau menikahi lebih dari seorang istri bukan merupakan masalah baru, ia telah ada dalam kehidupan manusia sejak dulu kala di antara berbagai kelompok masyarakat di berbagai kawasan dunia. Orang-orang Arab telah berpoligami bahkan jauh sebelum kedatangan Islam, demikian pula masyarakat lain di sebagian besar kawasan dunia selama masa itu. Bila orang menelaah kitab suci agama yahudi, nasrani, maka dia akan mendapatkan bahwa poligami telah merupakan jalan hidup yang diterima. Semua Nabi yang disebutkan dalam Talmud, Perjanjian lama, dan Al-Quran, beristri lebih dari seorang kecuali Yesus/Nabi Isa as. Yang kala dia berusaha lebih panjang mungkin juga akan melakukannya, menerima cara yang sama seperti nenek moyangnya. Bahkan di arah sebelumnya Islam, telah dipraktek poligami yang tanpa batas.1 Namun untuk saati ini, poligami masih merupakan suatu tindakan yang saat ini masih menjadi pro kontra di masyarakat. Hal ini dikarenakan perbedaan pendapat/pandangan masyarakat. Masih banyak yang menganggap poligami adalah suatu perbuatan negatif. Hal ini terjadi karena poligami dianggap menyakiti kaum wanita dan hanya menguntungkan bagi kaum pria saja. Padahal tujuan hidup berkeluarga adalah untuk mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. Namun dengan adanya poligami yang dilakukan sang suami, dianggap dapat mengilangkan kebahaigiaan tersebut. Hal ini tentunya merugikan bagi kaum istri dan anakanaknya karena mereka beranggapan tidak akan mendapatkan perlakuan yang adil dari sang suami.

1 Faqih, Khoyin Abu.2007.Poligami Solusi atau Masalah.Jakarta: Al-Itishom Cahaya Umat.Hal :

Pandangan masyarakat terhadap poligami beragam, ada yang setuju namun juga ada yang tidak setuju atau menentang terlebih lagi bagi kaum hawa yang merasa dirugikan, karena harus berbagi dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi dengan perekonomian keluarga yang tidak memungkinkan poligami tetapi sang suami nekad berpoligami. Poligami bukan hanya gencar menjadi pembicaraan dikalangan muslim saja, orang non muslim juga tak habis-habisnya mempermasalahkan praktek poligami, bahkan mereka sampai melontarkan tuduhan pada Nabi kita bahwa beliau adalah orang hiperseksual. Tapi kalau merunut pada sejarah dan Al-kitab yang mereka miliki ternyata para pendahulu-pendahulu mereka bahkan para nabi-nabi mereka sudah terbiasa melakukan praktek poligami. Dan poligami dalam islam adanya bukan tanpa tujuan dan alasan yang rasional, seperti yang kita ketahui bahwa semua yang telah menjadi aturan dan hukum dalam islam itu sudah ada alasan dan hikmah yang terkadang kita kurang menyadari dan memahami. B. Rumusan Masalah Dengan beberapa latar belakang diatas, jika kita membahas masalah ini secara keseluruhan tentu akan sangat luas sekali. Maka disini penulis akan mengemukanan beberapa pokok pemasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. 1. 2. 3. 4. Apa itu poligami? Mulai kapan praktek poligami ada? Bagaimanakan Poligami dalam pandangan Islam? Apa alasan islam dalam memperbolehkan poligami dan apa syarat-

syaratnya?

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Poligami Kata poligami berasal dari bahasa yunani, poly atau polus yang berarti kawin atau perkawinan. Jada secara bahasa, poligami berarti suatu perkawinan yang banyak atau suatu perkawinan yang lebih satu orang baik pria maupun wanita. Dalam antropologi sosial, Poligami merupakan praktek pernikahan kepada lebih dari satu istri atau suami. Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu : Poligini ( Seorang pria memiliki beberapa orang istri); Poliandri ( Seorang wanita memiliki beberapa orang suami ) dan Group Marriage atau Group Family ( yaitu gabungan dari poligini dengan poliandri, misalnya dalam satu rumah ada lima laki-laki dan lima wanita, kemudian bercampur secara bergantian ). ketiga bentuk poligami itu ditemukan dalam sejarah manusia, namun poligini merupakan bentuk paling umum. Poligami ( dalam makna Poligini ) bukan semata-mata produk syariat Islam. Jauh sebelum Islam datang, peradaban manusia di berbagai belahan dunia sudah mengenal poligami.2 Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita. B. Sejarah Poligami 1. Poligami pra masa Nabi Muhammad Nabi-nabi yang diakui oleh umat Yahudi dan Kristiani, dan termaktub di dalam kitab suci mereka walau telah ditahrif/diubah-ubah juga melakukan 2 Ramulyo, Idris.1996, Hukum Perkawinan Islam.Jakarta: Bumi Aksara. Hal 4

poligami. Nabi Ibrahim (Abraham) alaihi Salam, memiliki beberapa orang isteri, diantaranya adalah : Sarah (Sara) yang melahirkan Ishaq (Isaac) kakek buyut bangsa Israil- dan Hajar (Hagar) yang melahirkan Ismail (Ishmael) kakek buyut bangsa Arab- alaihimus Salam. Nabi Yaqub (Jacob) alaihi Salam dikisahkan juga memiliki dua orang isteri kakak adik puteri dari saudara ibunya, yang bernama Lia (Liya) dan Rahil (Rachel) [catatan : mengumpulkan dua orang saudara (adik kakak) dalam satu pernikahan dahulu diperbolehkan lalu dilarang pada zaman Rasulullah oleh al-Quran]. Demikian pula dengan Nabi Dawud (David) dan puteranya Nabi Sulaiman (Solomon) alaihima Salam yang memiliki banyak isteri dan budak wanita. Poligami bukan merupakan praktek yang dikenalkan oleh Islam pertama kali. Namun poligami merupakan praktek yang telah berlangsung semenjak zaman dahulu, setua dengan tuanya usia peradaban manusia. Islam bukanlah yang pertama kali memperkenalkan poligami. Secara historis ditetapkan bahwa poligami telah dikenal semenjak masa lalu, sebuah fenomena yang usianya setua manusia itu sendiri dimana poligami telah menjadi sebuah praktek yang lazim semenjak masa Paranoiak. Ramses II, Raja Firaun yang terkenal (berkuasa 1292-1225 SM) memiliki 8 orang isteri dan memiliki banyak selir dan budak wanita yang memberikannya 150 putra dan putri. Dinding biara pemujaan merupakan bukti sejarah terkuat, dimana tercantum nama-nama isteri, selir dan anakanak dari tiap wanita tersebut. Ratu cantik Neferteri merupakan isteri termasyhur Ramses II, yang terkenal berikutnya adalah Ratu Asiyanefer atau Isisnefer yang melahirkan puteranya, Raja Merenbatah, yang naik tahta setelah ayah dan kakaknya mangkat. Poligami juga sudah lazim dilakukan oleh masyarakat negeri Slavia yang sekarang menjadi Rusia, Serbia, Cechnia dan Slovakia, juga lazim dilakukan oleh penduduk negeri Lituania, Estonia, Macedonia, Rumania dan Bulgaria. Jerman dan Sakson, yang merupakan dua ras utama mayoritas populasi di Jerman, Austria, Switzerland, Belgia, Belanda, Denmar, Swedia, 5

Nirwagia dan Inggris, juga merupakan negeri yang melakukan praktek poligami secara meluas. Masyarakat paganis (watsaniy) di Afrika, India, Cina, Jepang dan asia tenggara juga banyak melakukan poligami. 2. Poligami masa Nabi Muhammad Ketika Islam datang dibawa oleh Rasulullah al-Amin, untuk menyampaikan Rahmat bagi alam semesta, maka Islam tidak melarang poligami dengan begitu saja dan tidak pula membiarkan poligami secara bebas. Islam datang dan membatasi poligami maksimal hanya 4 isteri saja. Zaman pra Islam telah mengenal poligami, bahkan poligami bukanlah suatu hal yang asing dimana ada seorang lelaki beristri puluhan bahkan ratusan wanita. Datangnya Islam, membawa Rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil Alamin). Selain membatasi poligami, Islam juga menjelaskan persyaratanpersyaratan dan kriteria dianjurkannya berpoligami yang sebelumnya tidak ada. Masalah ini akan dibicarakan setelahnya insya Allah. Adapun catatan sejarah yang tertuang dalam hadits yang menerangkan tentang beristri lebih dari satu adalah sebagai berikut, Rasulullah bersabda:

) ( : : . .3 .

: 7598 -

Aku masuk Islam dan aku memiliki 8 orang isteri, lalu aku sampaikan hal ini kepada Nabi dan beliau pun bersabda : pilihlah empat diantara mereka.

C. Poligami Menurut Pandangan Islam Poligami merupakan salah satu isu yang disorot tajam kalangan feminis, tak terkecuali feminis islam. Islam pada dasarnya memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu (poligini). Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat :3).


Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hakhak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. . (QS.AnNisa ayat ke-3)

[265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. [266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

Ketentuan tentang poligami di atas diperbolehkan dengan bersyarat, yaitu dibatasi jumlahnya dan harus mampu berlaku adil. Namun ayat ini secara lebih khusus merujuk pada keadilan yang harus dilakukan terhadap anak-anak yatim. Ayat ini diturunkan segera setelah Perang Uhud ketika masyrakat Muslim dibebankan dengan banyak anak yatim, janda serta tawanan perang. Maka perlakuan itu diatur dengan prinsi-prinsip kemanusian dan keadilan besar. Meskipun peristiwanya terjadi pada masa lalu, tetapi prinsi-prinsipnya tetap berlaku terus. Kawinlah anak yatim bila engkau yakin bahwa dengan cara itu engaku dapat melindungi kepentingan dan hartanya secara adil. Namun apabila engkau merasa tidak dapat berbuat adil kepada anak-anak perempuan yatim, maka carilah perempuan lain. Yatim disini maksudnya adalah anak perempuan yatin yang berada dibawah asuhan walinya yang mempunyai harta kekayaan bercampur dengan harta kekayaannya, dan harta serta kecantikannya membuat pengasuh anak yatim itu senang kepadanya, lalu ia ingin menjadikannya sebagai istrinya, tetapi ia tidak mau member mas kawin yang adil, yaitu memberi mas kawin yang sama dengan yang diberikan kepada perempuan lain. Karena itu, pengasuh anak yatim yang seperti itu dilarang menikahi mereka, kecuali kalau mau berlaku adil kepada merekan dan memberikan mas kawin yang lebih tinggi dari biasanya. Dan kalau tidak dapat berbuat demikian, maka mereka diperintahkan untuk menikahi perempuan lain yang disenangi.4 Poligami merupakan sistem yang manusiawi, karena dapat meringankan beban masyarakat yaitu dengan melindungi wanita yang tidak bersuami dan menempatkannya ke shaf para isteri yang terpelihara dan terjaga. 4 Abidin, Slamet.1999.Fiqh Munakahat 1.Bandung: CV Pustaka Setia. Hal : 132 8

1. Syarat Diperbolehkannya Poligami Selain dibatasi jumlahnya syarat yang dituntut Islam dari seotrang muslim yang akan melakukan poligami adalah keyakinan dirinya bahwa ia bisa berlaku adil di antara dua istri atau istri-istrinya dalam hal makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian , dan nafkah. Barang siapa kurang yakin akan kemampuannya memenuhi hak-hak tersebut dengan seadil-adilnya, haramlah baginya menikah dengan lebih dari satu perempuan. Rasulullah bersabda:

: . : : : .
5

Barang siapa mempunyai dua istri, sementara ia lebih condong kepada salah satu diantara keduanya, maka pada hari kiamat nanti akan datang dengan menyeret salah satu belahan tubuhnya yang terjatuh atau miring. Keadilah yang diwajibkan oleh Allah dalam Surat an-Nisa ayat:3, tidaklah bertentangan dengan firman Allah SWT:


5 : 0882


Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteriisteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.An-Nisa ayat ke-129) Kedua ayat tersebut seolah bertentangan, sewaktu menjelaskan ayat ini, syeikh Muhammad bin Sirin berkata bahwa ketidak mampuan yang disebutkan dalam al-Quran inilah bertalian denga cinta kasih dan hubungan kelamin. Sedangkan Syikh Abu Bakar bin Al-Arabi berpendapat, Tak seorangpun yang dapat mengendalikan rasa hatinya, karena dia sepenuhnya berada dalam kekuasaan Ilahi. Demikian pula dalam kehidupan berkeluarga, seorang mungkin merasa lebih senang kepada istri dibandingkan kepada yang lainnya. Dikarenakan hal ini tidak disengaja oleh si suami, maka ia bukan kesalahannya dan karena tak akan dimintai pertanggung jawaban. Menurut beberapa ulama, setelah meninjau ayat-ayat tentang poligami, mereka telah menetapkan bahwa menurut asalnya, Islam sebenamya ialah monogami. Terdapat ayat yang mengandung urutan serta peringatan agar tidak disalah gunakan poligami itu di tempat-tempat yang tidak wajar. Ini semua bertujuan supaya tidak terjadinya kezaliman. Tetapi, poligami diperbolehkan dengan syarat ia dilakukan pada masa-masa terdesak untuk mengatasi perkara yang tidak dapat diatasi dengan jalan lain. Atau dengan kata lain bahwa poligami itu diperbolehkan oleh Islam dan tidak dilarang kecuali jikalau dikhuatirkan bahwa kebaikannya akan dikalahkan oleh keburukannya. Jadi, sebagaimana talaq, begitu jugalah halnya dengan poligami yang diperbolehkan kerana hendak mencari jalan keluar dari kesulitan. Islam

10

memperbolehkan umatnya berpoligami berdasarkan nas-nas syariat serta realiti keadaan masyarakat. Ini berarti ia tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenangnya demi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Islam, demi untuk menjaga ketinggian budi pekerti dan nilai kaum Muslimin. Oleh karena itu, para ulama dan fuqaha muslim telah menetapkan persyaratan berikut bila seseorang ingin menikahi lebih dari seorang istri. 1. Dia harus memiliki kemampuan dan kekayaan cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan denga bertambahnya istri yang dinikahinya itu. 2. Dia harus memperlakukan semua istrinya itu dengan adil. Setiap istri diperlakukan secara sama dalam memenuhi hak perkawinan mereka serta hak-hak lainnya. Bila seorang lelaki merasa bahwa dia tak akan mampu memperlakukaknya mereka dengan adil, atau dia tidak memiliki harta untuk membiayai mereka, maka dia harus menahan dirinya sendiri dengan menihai hanya seorang istri. Meskipun demikian, tidak adanya ayat AlQuran dan sunah Rasulullah yang menggambarkan dilarangnya poligami. Beristri lebih dari satu seorang membuatnya sangat penting bagi si suami agar berlaku seadil mungkin, sebagai yang dimungkinkan orang terhadap setiap istrinya itu. Tujuan utama perkawinan dalam Islam adalah untuk menciptakan suatu keluarga yang sejatera dimana suami dan istri atau istri-istrinya, serta anak-anaknya hidup dalam kedamaian, kasih sayang keharmonisan sebagaimana yangdimaksud dalam perintah Al-Quran (Q.S 30:21). 11

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir. (Ar Ruum: 21) Keadaan berikut merupakan pemecahan terbaik bagi mereka yang ingin mengambil poligami sebagai jalan kebaikan: 1. Bila istri menderita suatu penyakit yang berbahaya seperti lumpuh, ayan, atau penyakit menular. Dalam keadan ini maka akan lebih baik bila ada istri yang lain untuk memenuhi dan melayani berbagai keperluan si suami dan akan-anaknya. Kehadirannya pun akan turut membantu istri yang sakit itu. 2. Bila si istri terbukti mandul dan stelah melalui pemeriksaan medis, para ahli berpendapat bahwa dia tak dapat hamil. Maka sebaiknya suami menikah istri kedua sehingga dia mungkin akan memperoleh keturunan, karena anak merupakan permata kehidupan. 3. Bila istri sakit ingatan. Dalam hal ini tentu suami dan anak-anak sangat menderita. 4. Bila istri telah lanjut usia dan sedemikian lemahnya sehingga tak mampu memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri, memelihara rumah tangga dan kekayaan suaminya. 5. Bila suami mendapatkan bahwa istrinya memeliki sifat yang buruk dan tak dapat diperbaiki. Maka secepatnya dia menikahi istri yang lain. 6. Bila dia minggat dari rumah suaminya dan membangkang. 7. Pada masa perang di mana kaum lelaki terbunuh meninggalkan wanita yang sangat banyak jumlahnya, maka poligami dapat berfungsi sebagai jalan pemecahan yang terbaik. 8. Selain hal-hal tersebut di atas, bila lelaki itu merasa bahwa dia tak dapat bekerja tanpa adanya istri kedua untuk memenuhi hajat syahwatnya yang sangat kuat serta dia memiliki harta yang cukup untuk 12

membiayanya, maka sebaiknya dia mengambil istri yang lain. Ada beberapa daerah tertentu di dunia ini di mana kaum lelakinya secara fisik sangat kuat dan tak dapat dipuaskan hanya denga seorang istri. Dalam hal demikian, maka poligami inilah jawabannya. Islam melarang poligami tak terbatas yang dipraktekkan oleh orangorang jahilliyah Arab maupun bukan Arab. Sudah merupakan kebiasaan para pemimpin dan kepala suku untuk memelihara harem/gundik yang banyak. Bahkan beberapa pengusaha Muslim telah menjadi korban dan melakukan poligami yang tak terbatas pada masa-masa kemudian dari sejarah Islam. Apapun yang mereka lakukan, yang jelas poligami semacam itu tidak diperkenankan dalam Islam. Kalau memeang perlu, seorang Muslim dapat menikahi sampai empat, haram hukmnya bagi setiap orang selain nabi saw menikahi lebih dari istri empat. 2. Hikmah Diperbolehkannya Poligami Islam adalah kata akhir Allah yang dengannya ia menutup risalahrisalah sebelumnya. Karena itulah, ia juga membawa syariat yang universal dan abadi, untuk seluruh penjuru dunia untuk semua zaman dan untuk semua umat manusia. Ia tidak membuat syariat untuk orang kota dengan melalaikan orang desa, tidak untuk masayarakat daerah beriklim dingin dengan melupakan masyarakat beriklim tropis dan tidak pula suatu abad dengan melupakan abad dan generasi lain. Ia telah mengukur kebutuhan individu, kebutuhan masyarakat, sekaligus kadar kepentingan semua pihak. Ada diantara mereka yang memiliki semangat besar untuk memiliki keturunan, akan tetapi diberi rezeki dengan istri yang tidak beranak karena mandul, berpenyakit, atau sebab lainnya. Ada satu diantara tiga pilihan bagi perempuan yang jumlahnya berlebih dibanding dengan jumlah laki-laki: 13

1. Menghabiskan seluruh masa hidupnya dengan menelan kenyataan pahit tidak mendapatkan jodoh. 2. Melepaskan kendali, menjadi pemuas nafsu bagi laki-laki hidung belang yang diharamkan. 3. Atau menikah dengan seorang laki-laki beristri yang mampu memberi nafkah dan berlaku baik. Tidak diragukan lagi, cara terakhir adalah alternatif yang adil, dan merupakan solusi terbaik terhadap permasalahan yang akan dihadapinya. Dan itulah keputusan hukum islam.


Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (Al Maidah: 50) Itulah poligami, yang tdak diterima banyak orang khususnya orangorang barat yang tidak tahu agama Islam. Mereka mencibir dan memperolok-olok kaum muslimin dengan syariat yang membolehkan poligami ini. Mereka menentang poligami dengan menyebarkan fahamfaham feminisme yang salah, faham-faham yang merusak pemahaman wanita muslimah tentang aturan-aturan yang sudah ditetapkan Allah SWT. Namun pada waktu yang bersamaan, mereka mengizinkan kaum lelakinya berhubungan dengan perempuan-perempuan nakal dan temanteman hidup tanpa batas atau pun perhitungan, tidak berdasarkan pada undang-udang atau pun norma yang patut bagi perempuan.

14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Ketika Islam datang dibawa oleh Rasulullah al-Amin, untuk menyampaikan Rahmat bagi alam semesta, maka Islam tidak melarang poligami dengan begitu saja dan tidak pula membiarkan poligami secara bebas. Islam datang dan membatasi poligami maksimal hanya 4 isteri saja. Zaman pra Islam telah mengenal poligami, bahkan poligami bukanlah suatu hal yang asing dimana ada seorang lelaki beristiri puluhan bahkan ratusan wanita. Datangnya Islam, membawa Rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil Alamin). Selain membatasi poligami, Islam juga menjelaskan persyaratanpersyaratan dan kriteria dianjurkannya berpoligami yang sebelumnya tidak ada. Poligami diperbolehkan dengan syarat ia dilakukan pada masa-masa terdesak untuk mengatasi perkara yang tidak dapat diatasi dengan jalan lain. Atau dengan kata lain bahwa poligami itu diperbolehkan oleh Islam dan tidak dilarang kecuali jikalau dikhuatirkan bahwa kebaikannya akan dikalahkan oleh keburukannya. Jadi, sebagaimana talaq, begitu jugalah halnya dengan poligami yang diperbolehkan kerana hendak mencari jalan keluar dari kesulitan. Islam memperbolehkan umatnya berpoligami berdasarkan nas-nas syariat serta realiti keadaan masyarakat. Ini berarti ia tidak boleh dilakukan dengan sewenangwenangnya demi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Islam, demi untuk menjaga ketinggian budi pekerti dan nilai kaum Muslimin. Selain dibatasi jumlahnya syarat yang dituntut Islam dari seotrang muslim yang akan melakukan poligami adalah keyakinan dirinya bahwa ia bisa berlaku 15

adil di antara dua istri atau istri-istrinya dalam hal makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian , dan nafkah. Barang siapa kurang yakin akan kemampuannya memenuhi hak-hak tersebut dengan seadil-adilnya, haramlah baginya menikah dengan lebih dari satu perempuan.

B. Saran Melihat Fenomena yang ada tentang adanya pelaksanaan poligami akhirakhir ini, dan berpijak dari tulisan yang penulis kaji ini, penulis berharap semoga bias memberikan sedikit sumbangan pemikiran tentang khasanah pemikiran Islam dewasa ini pada umumnya, dan tentang poligami pada khususnya. Sehingga kita tidak menjadi salah pemahaman tentang poligami dan tidak melihat poligami sebelah mata saja. Kebanyakan orang sampai saat ini masih tabu dengan adanya praktek poligami. Tidak banyak dari mereka yang dikucilkan dari masyarakat karena berpoligami, padahal poligami adalah syariat Islam yang ada kriteria adan persyaratan yang harus dipenuhi. Tidaklah seharusnya kita malah memandang sebelah mata bagi mereka yang merasa mampu untuk menjalankan syariat agama Islam tersebut. Adapun tanggun jawab diakhirat nanti tidaklah saling menanggung antara satu dengan yang lain, setiap orang akan menerima ganajaran atas perbuatannya sendiri. Maka tidaklah usah kita menghujat mereka yang merasa mampu berpoligami ditengah kemaksiatan yang sudah merebak sedemikian luasnya.

16

DAFTAR PUSTAKA

Ramulyo, Idris.1996, Hukum Perkawinan Islam.Jakarta: Bumi Aksara. Faqih, Khoyin Abu.2007.Poligami Solusi atau Masalah.Jakarta: Al-Itishom Cahaya Umat. Abidin, Slamet.1999.Fiqh Munakahat 1.Bandung: CV Pustaka Setia. Budi Utomo, Setiawan.2003.Fiqih Aktual.Jakarta; Gema Insani Press. Posted by Funnys.Poligami.Diakses dari: http://makalah85.blogspot.com/2008/11/poligami.html. Kamis 20/04/2012, Pukul 0:51.

17

Anda mungkin juga menyukai