Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah suatu amalan sunnah yang disyariatkan oleh Al-

Qur’an dan sunnah Rasul SAW. Dengan kokoh, sejalan dengan watak seksual

dan sesuai dengan saluran yang halal dan bersih untuk memperoleh keturunan

yang dapat memelihara kehormatan diri, kegembiraan hati dan ketenangan

batin.

Hubungan suami istri adalah suci karena diatur dengan pertunangan

(khitbah) dan akad nikah atau ijab Kabul.

Firman Allah SWT :

‫َو َخ لَ َق ِم نْ َه ا‬ ٍ‫اح َد ة‬
ِ‫س و‬
َ ٍ ‫م ْن نَ ْف‬
ِ ‫َّاس اتَّقُ وا َربَّكُ مُ ا لَّذِ ي َخ لَ َق كُ ْم‬ ُ ‫ََي أَيُّ َه ا ال ن‬
ِ‫تَس اء لُو َن بِو‬
َ َ ‫اَّللَ ا لَّذِ ي‬
َّ ‫َواتَّقُ وا‬ ۚ ‫س اءا‬ ِ ِ ‫ث ِم نْ ه م ا رِج ا‬
َ ‫اًل َك ث رياا َون‬ َ َُ َّ َ‫َز ْو َج َه ا َوب‬
(1) ‫اَّللَ َك ا َن عَ لَيْ كُ ْم َرقِيبا ا‬
َّ ‫َو ْاْل َْر َح امَ ۚ إِ َّن‬

Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang


telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. QS. An-Nisa : 1

Berdasarkan ayat diatas menerangkan bahwa, Allah menciptakan

manusia berpasang-pasangan. Agar tidak terjadi penyimpangan atau zina

1
yang akan membuat malu. Sehingga manusia dapat menyadari bahwa dibalik

penciptaan itu ada tanda-tanda kebesaran Tuhan.

Salah satu tujuan adanya pasangan adalah untuk melestarikan

keturunan. Pelestarian keturunan terjadi jika adanya reproduksi yang akan

terjadi diantaranya melalui proses perkawinan. Oleh karena itu, perkawinan

mempunyai peran yang sangat penting dalam pelestarian keturunan. Namun

demikian perkawinan jika memiliki fungsi lain yaitu penyaluran hasrat

seksual dikalangan manusia. Sebagaimana dipahami, perkawinan dapat

menghindarkan terjadinya penyimpangan seksual atau kejahatan seksual. 1

Allah SWT berfirman:

ِ ْ ‫وِم ْن ُك ِل َشي ٍء َخلَ ْقَنا َزْو َج‬


‫ْي لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرو َن‬ ْ ّ َ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Az-Zariyat: 49)2

Seperti kita ketahui bahwa Islam merupakan agama yang sangat

memperhatikan hubungan manusia baik secara vertikal maupun horizontal,

dimana secara vertikal diatur hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan

secara horizontal diatur bagaimana manusia agar mampu berinteraksi sesama

makhluk. Salah satunya bentuk dari hubungan horizontal antara lain saling

menghargai, saling menghormati serta saling menyayangi.

Dalam perkembangannya, pernikahan merupakan jalan bagi wanita

dan laki-laki memperoleh keturunan sehingga dapat mewujudkan sebuah

1
Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam, (Grafindo Media Pratama: Bandung, 2007) Cet; 1 h. 50.
2
Syamsuddin Nur, et al., Perkawinan Yang Didambakan, (An Nur Press: Jakarta, 2007), h. 1.

2
keluarga rumah tangga, hal tersebut merupakan bentuk ibadah dalam agama

Islam dan merupakan sesuatu yang sacral oleh karena itu diharapkan hanya

terjadi seumur hidup.

Sebagaimana dijelaskan dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 7 ayat (1)

bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19

(Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam

belas) tahun. Sehingga batas minimal usia nikah dalam kompilasi hukum

Islam adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan.3

UU perkawinan No. 1 Tahun 1974, perkawinan dibawah umur

(pernikahan dini) masih menjadi fenomena yang hidup dalam masyarakat

Indonesia, baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-

sembunyi. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan UU tersebut belum berjalan

dengan baik. Di sisi lain, keberadaan kitab-kitab fiqh klasik ( Kitab Kuning)

masih tetap menjadi rujukan dan pedoman kuat bagi masyarakat Indonesia.

Oleh karenan itu, boleh jadi sebagian masyarakat Islam Indonesia

memandang UU Perkawinan sebagai tidak mewakili hukum Islam. 4

Dalam fiqh Islam tidak ada batasan umur pernikahan. Tapi secara

umum menyatakan bahwa harus mencapai baligh, baik benar-benar baligh

atau karena seorang anak telah mencapai umur 15 tahun. Tapi undang-undang

hukum keluarga menyatakan bahwa kewenangan hukum sempurna dalam

pernikahan dini adalah 18 tahun untuk laki-laki dan 17 tahun untuk

perempuan.

3
Hamid Attamimi, Ilmu Perundang-undangan, (Kanisius : Yogyakarta,2007), h. 207.
4
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, ( Lkis : Yogyakarta, 2001) cet; 1 h. 98.

3
Undang-undang ini memperbolehkan seorang pemuda yang telah

mencapai umur 15 tahun atau pemudi yang telah mencapai umur 13 tahun

apabila ingin menikah, maka mengajukan permohonan pada hakim untuk

mendapatkan izin pernikahan mereka. Apabila hakim melihat bahwa jasmani

keduanya memang sudah condong dan pantas menikah, sementara ayah atau

kakek laki-laki sudah menyetujui, maka keduanya boleh menikah. Jika tidak,

kedua anak itu tidak boleh menikah. 5

Dalam perkembangan zaman yang begitu cepat kondisi sosial tidak

lagi dihalangi oleh beberapa tindakan. Sehingga kaum muda mudi bisa

berinteraksi secara bebas tanpa ada penghalang. Pengaruh media sosial

menambahkan kedekatan bagi kaum muda mudi tersebut sehinga

menghancurkan dinding jarak yang tak terbantahkan. Kondisi inilah yang

membuat kaum muda mudi merasa bahwa kedekatan ini membuat mereka

merasa senang, bahagia bahkan terkadang melampaui kewajaran dalam

bergaul. Dengan kondisi inilah banyak pasangan yang menikah belum pada

waktunya.

Pada hakikatnya perkawinan di bawah umur adalah salah satu dari

bentuk yang umum dari perkawinan tanpa persesuaian kehendak, dalam

perkawinan seperti ini persetujuan tidak diberikan secara bebas dan penuh

ketika salah satu pihak tidak cukup dewasa untuk membuat keputusan yang

mateng. Walaupun Iinstrumen hak asasi manusia PBB tidak menetapkan usia

5
Muatahfa As-Shiba’I, Wanita Dalam Pergumulan Syariat dan Hukum Konvensional, (Insani
Cemerlang: Jakarta Timur,1997 ), h. 63.

4
minimum untuk kawin, ada kecenderungan menafsirkan standard-standar

tersebut sebagai larangan perkawinan dibawah usia 18 tahun. 6

Hukum Islam sendiri memiliki beberapa prinsip yakni perlindungan

pada agama, harta, jiwa, keturunan dan akal. Menikah muda menurut Islam

sendiri tidak melarang adanya sebuah pernikahan asalkan sudah baligh dan

sudah sanggup memberikan nafkah jasmani serta rohani. Istilah pernikahan

dini sendiri merupakan istilah kontemporer yang dikaitkan dengan awal

waktu tertentu.

Menurut Imam Muhammad Syirazi dan juga Asadullah Dastani

Benisi, budaya pernikahan dini dibenarkan dalam Islam dan ini sudah

menjadi norma muslim sejak mulai awal Islam. Pernikahan dini menjadi

kebutuhan vital khususnya akan memberikan kemudahan dan tidak

dibutuhkan studi terlalu mendalam untuk melakukannya. 7

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan pada usia muda. Di

era modern seperti ini pernikahan dini masih banyak terjadi diberbagai

daerah. Misalnya, fenomena yang terjadi di Wilayah Yala Thailand Selatan.

Yala merupakan salah satu dari empat provinsi Thailand yang mayoritas

penduduknya beragama Islam; lebih kurang 68,9% adalah muslim. 66,1%

jumlah pendudukannya 415,537 dan luas Wilayah Yala 4.521,1 km.

Penduduk Yala adalah bangsa Melayu.

6
Eriga Harper, Perlindungan Hak-hak Warga Sipil dalam Situasi Bencana, (Grasindo:Jakarta,2009),
h. 126.
7
read:https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/pernikahan-dini-dalam-islam
07:38, 09-05-2019.

5
Pada mulanya, Yala, bersama dengan Narathiwat adalah sebagian dari

kesultanan Melayu Pattani yang berada di bawah pengaruh kerajaan Siam

Sukhothai dan Ayutthaya. Setelah Ayutthaya jatuh pada tahun 1767 Pattani

menjadi merdeka tetapi kembali kepada Siam sewaktu pemerintahan Raja

Rama I. Pada 1909, Siam menaklukkan Pattani akibat perjanjian mereka

dengan Kekaisaran Britania. Narathiwat dan Yala diatur secara terpisah. Di

Yala terdapat sebuah gerakan separatis Pattani yang kembali aktif pada 2004

setelah lama berdiam diri. 8

Provinsi Yala, merupakan provinsi yang berbatasan dengan Perak dan

Perlis, Malaysia. Kondisi geografisnya terdiri dari pegunungan, hutan, dan air

terjun. Mata pencaharian penduduk provinsi Yala adalah petani padi dan

perkebunan karet serta produk-produk herbal.

kedudukannya secara umum merupakan daerah kekuasaan pada

prakteknya masih banyak kita jumpai pernikahan pada usia muda atau di

bawah umur. Penyebab terjadinya pernikahan di usia muda ini dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor. Rendahnya tingkat pendidikan mereka sangat

mempengaruhi pola pikir mereka dalam memahami dan mengerti tentang

hakekat dan tujuan pernikahan. Faktor ekonomi maupun lingkungan tempat

mereka tinggal juga bisa menjadi penyebab terjadinya pernikahan di usia

muda.

Adanya pernikahan dini yang terjadi di Yala Thailand menjadi

perhatian penting dikarenakan melihat diusia tersebut masing-masing

8
https://id.wikipedia.org/wiki/Provinsi_Yala 18:12, 17-07-2019.

6
pasangan belum terbentuk kesiapan yang matang. Dampak terkecil dari

tindakan ini mulai dari kesiapan dalam mendidik, mampu menjaga hubungan

hingga kesiapan dalam berumah tangga yang lebih baik. Permasalahan yang

timbul juga beragam hal ini yang nantinya peneliti akan mencari penyelesaian

yang baik yang dilakukan oleh tokoh agama, masyarakat maupun orang tua

dalam menyelesaikan permasalahan bagi pasangan yang sudah memiliki

ikatan pernikahan.

Dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti berkeinginan

meneliti kasus pernikahan dini di majelis agama Islam yala Thailand yang

penulis beri judul “Peran Majlis Agama Islam Yala, Thailand Selatan

Terhadap Pernikahan Dini”.

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, masalah

tersebut dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Apa yang penyebabkan pernikahan dini terjadi di Wilayah Yala,

Thailand Selatan.

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi para remaja melakukan

pernikahan dini.

3. Upaya apa saja yang dilakukan di Majlis Agama Islam

Yala,Thailand Selatan.

4. Seperti apa proses pernikahan dini di Majlis Agama Islam Yala,

Thailand Selatan.

7
5. Siapa saja yang berperan dalam melakukan upaya pencegahan

dalam pernikahan dini.

6. Apa peran orang tua dalam pernikahan dini.

7. Apa dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini di Wilayah

Yala, Thailand Selatan.

8. Seperti apa budaya yang mempengaruhi masyarakat.

C. Perumusan Masalah.

Berdasarkan masalah diatas maka dalam penelitian ini peneliti

membuat rumusan masalah menjadi tiga pokok pemasalahan yang akan

dibahas yaitu:

1. Apa penyebab terjadinya pernikahan dini di Wilayah Yala

Thailand, Selatan ?

2. Bagaimana proses pernikahan dini di Majlis Agama Islam Yala

Thailand Selatan ?

3. Bagaimana dampak pernikahan dini wilayah Yala Thailand

Selatan ?

D. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah berikut :

1. Untuk mengetahui sebab ternjadinya pernikahan dini di Wilayah

Yala, Thailand Selatan.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pernikahan dini di Majlis

Agama Islam Yala, Thailand Selatan.

8
3. Untuk menjelaskan dampak seorang yang melakukan pernikahan

dini di Wilayah Yala, Thailand Selatan.

E. Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis: memberikan sumbangan pemikiran dalam

pengambangan ilmu pengetahuan di bidang hukum islam

mengenai pernikahan dini.

2. Manfaat praktis.

a. Dapat memberikan masukan bagi masyarakat tentang

pernikahan dini agar membantu masyarakat dalam

memahami lebih dalam dengan pernikahan dini.

b. Dapat menjadi bahan referensi atau rujukan bagi penelitian

selanjutnya mengenai pernikahandini.

F. Sistematika Penulisan

Untuk menyusun penelitian ini penulis akan membahas dan

menguraikan masalah-masalah mengenai perkawinan dini ini kedalam 5 bab

sebagai berikut

BAB I :Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Sistematika Penelitian.

BAB II :Kajian teori, Pengertian, Syarat dan Rukun, Dasar-dasar

hukum Al-Qur’an dan Al-Hadits, Tujuan dan Hikmah

Perkawinan, Pengertian Pernikahan dini, Sebab-sebab

9
terjadinya pernikahan dini, Penyesuaian dalam pernikahan

pada remaja yang menikah dini.

BAB III :Metode Penelitian, Waktu dan Lokasi Penelitian, Deskripsi

Posisi Penelitian, Informasi Penelitian, Teknik pengumpulan

data, Kisi-kisi Instrumen Penelitian, Tehnik Analisis Data,

Validasi Data (Validitas dan relibilitas data).

BAB IV :Hasil Penelitian, Gambaran Umum Wilayah Yala dan Majlis

Agama Islam Yala Thailand Selatan, Penyebab terjadinya

pernikahan dini dan dampaknya di Yala Thailand, Proses

Pernikahan Dini di Majlis Agama Islam Yala,Thailand

Selatan.

BAB V :Penutupan, Kesimpulan, Saran-saran.

10
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Perkawian

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita

sebagai sebuah ikatan suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. 9

Ikatan antara pria dan wanita sebagai suami istri berdasarkan hukum dan (

Undang-undang), Hukum agama atau adat istiadat yang berlaku. Diciptakan

pria dan wanita, antara keduanya saling tertarik dan kemudian kawin, proses

ini mempunyai dua aspek, afeksional agar manusia merasa tenang dan

tentram berdasarkan kasih sayang (Security feeling).10

Menurut fiqh perkawinan adalah salah satu asas pokok hidup yang

paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan

itu bukan hanya untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan,

tetapi juga perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lainnya.

Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1974 pengertian perkawinan

adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.

9
Undang-undang Perkawinan, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 berserta
Penjelasannya (Pustaka Widyatama: Yogyakarta,2004) Cet; 1,h. 8.
10
Zainuddin, et al., Kepastian Hukum Perkawinan Siri dan Permasalahannya,(Deepublish:
Yogyakarta, 2017) Cet; 1, h. 13.

11
Menurut kompilasi Hukum Islam pasal 2 perkawinan adalah suatu

pernikahan yang merupakan akad yang sangat baik untuk mentaati perintah

Allah dan pelaksanaannya adalah merupakan ibadah. 11

1. Pengertian menurut Bahasa

َّ َ ‫ ا‬dan
Ada pun pengertian dari bahasa Arab digunakan kata ُ‫لز َّواج‬

‫اح‬ ِ
ُ ‫النّ َك‬ Kata ‫اج‬
ُ ‫ اَ َّلزَّو‬dapat kita jumpai dalam surat Al-ahzab, ayat 37:

‫ْي َحَر ٌج ِ ِْف أ َْزَو ِاج أ َْد ِعيَائِ ِه ْم إََا‬ ِِ ِ ِ


َ ْ ‫ضى َزيْ ٌدمْن َه َاوطَار َازَّو ْجنَا َك َهال َكي ًَليَ ُك ْو َن َعلَى الْ ُمؤمن‬
َ َ‫فَلَ َّماق‬...
)73( ....‫ن وطَرا‬ ِ َ‫ق‬
‫ض ْوام ُنه َّ َ ا‬
َ
Artinya:…Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap

istrinya (menceraikannya), kami nikahkan kamu dengan dia supaya tidak

ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikah) istri-istri anak-anak

angkatitu telah menyelesaian keperluannya dari istrinya.[ QS. Al-Ahzab

; 37 ]

Kata ‫اح‬ ِ
ُ ‫ النّ َك‬berasal dari akar kata : ‫نَ َك َح – يَْن ِك ُح – نِ َكاح ا‬ yang secara

etimologi berarti : ‫َّم َوا ْْلَ ْم ُع‬


ُّ ‫ اَلض‬yaitu gabungan dan kumpulan, sebagaimana

ungkapan dalam bahasa Arab yang berbunyi:

ٍ ‫ض َها َعلَى بَ ْع‬


.‫ض‬ ِ ‫نَ َكح‬
‫ف بَ ْع ا‬
َّ َ‫ت ْاْلَ ْش َج ُارإ ََا الْت‬ َ

11
Sudarto, Ilmu Fiqih, (Deepublish : Yogyakarta, 2018), Cet;1., h. 137-138.

12
Artinya : Pohon-pohon itu dikatakan menikah jika sebagian

batangnya melilit pada sebagian yang lain.

Kata pernikahan dalam bahasa Indonesia identic dengan kata

perkawinan, yang secara bahasa (etimologi), adalah 1). Membentuk keluarga

dengan lawan jenis ; bersuami atau beristri; 2). Melakuakan hubungan

kelamin. 12 Dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata “kawin”

yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.

Para ualam terpecah menjadi tiga pendapat:

Pendapat pertama: mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahawa makna dari

nikah itu adalah hubungan seksual (‫)الوطء‬, sedangkan akad adalah makna

kiasan.

Pendapat yang kedua: mazhab Al-Malikiyah dan Asy-Syafi’iyah

berpendapat sebaliknya, makna asli nikah itu adalah akadُ )‫ ُ(العقد‬sedangkan

klo dimaknai sebagai hubungan seksual, itu merupakan makna kiasan saja.

Pendapat yang ketiga: ada juga sebagian ulama yang mengatakan bahawa

nikah itu memang punya makna asli kedua-duanya, hubungan seksual dan

akad itu sendiri. 13

12
Ali Manshur, Hukum dan Etika Pernikahan dalam Islam, (UB Press: Malang, 2017) cet. Ke.1, h.41.
13
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia 8:Pernikahan, (Gramedia: Jakarta,2019), h. 4.

13
Pada hakekatya Pernikahan adalah salah satu bentuk ibadah yang

kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri.

Pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan

kekal selamanya. Pernikahan memerlukan kematangan dan persiapan fisik

dan mental karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat

menentukan jalan hidup seseorang.14

2. Pengertian menurut Istilah

Secara istilah nikah juga bisa diartikan sebagai Ijab Qobul (akad

nikah) yang mewajibkan adanya hubungan antara dua orang berlainan jenis

yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan pernikahan,

yang sesuai dengan peraturan yang diwajibkan dalam Islam. Sedangkan

secara istilah fikih, para ulama dari masing-masing mazhab empat yang

muktamad memberikan definisi yang berbeda diantara mereka

a. Mazhab Al- Hanafiyah

Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan bahawa definisi nikah adalah

ِ ‫يد ِحل ِمن امرأَةٍ ََل َيَْنَع ِمن نِ َك‬


‫اح َها َمانِ ٌع‬ ِ ‫ع ْق ٌدي ِفد ِمْلك الْمْت ع ِة ِِبْلُنْثى قَصدا‬
ْ ْ ْ َْ َ ُ ‫أي يُف‬
ْ ‫َ ُ ُ َ ُ َ َ ْا‬
‫شر ِع ِّي‬
ْ
Artinya: Akad yang berarti mendapatkan hak milik untuk melakukan

hubungan seksual dengan seorang wanita yang tidak ada halangan

untuk dinikahi secara syari.

14
https://ridhamujahidahulumuddin.wordpress.com/2014/12/14/tugas-bahasa-indonesia-makalah-
pernikahan-usia-muda/ 14: 58 01/07/19

14
b. Mazhab Al-Malikiyah

Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan nikah dengan redaksi;

‫صيغَ ٍة‬
ِ ِ‫وسيَّ ٍة وأم ٍة كِتَابِيَّ ٍة ب‬
ِ ‫وَم‬ ٍ‫عقد ِِلل َتتُّ ٍع أبُنثى غ ِري َمر‬
‫م‬
ََ َُ َ َْ ْ َ َ ََ ٌ ْ َ
Artinya: Subuah akad menghalalkan hubungan seksual

dengan wanita yang bukan muhrim,bukan majusi,bukan budak

ahi kitab dengan syighah.

c. Mazhab Asy-Syafi’iya

Adapun mazhab Asy-Syafi;iyah punya definisi yang berbeda tentag

nikah dengan definisi-definisi sebelumnya.

ِ ‫ض َّم ُن إِ َِب َحةا َو ْط ٍء بَِل ْف ِظ إِن َك‬


‫اح أَو تَ ْزِويْ ٍج أ َْو تَ ْر ََجَتِ ِو‬ َ َ‫َع ْق ٌد يَت‬
Artinya: Akad yang mencakup pembolehan melakukan

hubungan seksual dengan lafaz nikah, tazwij atau lafaz yang

maknanya sepadan.15

d. Mazhab Al-Hanabilah

Definisi yang disebutkan dalam mazhab Al-Hanabilah agak sedikit mirip

dengan definisi mazhab Asy-Syafi’iyah;

ُ‫ويج أَوتَ ْر ََجَتُو‬


ٍ ‫اح أَو تَ ْز‬ ُ ‫َي َع ْق ٌد يُ ْعتَ بَ ُر فِ ِيو لَْف‬
ٍ ‫ظ نِ َك‬ ْ ‫َع ْق ٌد التَ ْزِويْ ِج أ‬

15
Ahmad Sarwat, loc.cit. h. 258-259.

15
Artinya: Akad perkawinan atau akad yang diakui di dalamnya

lafaz nikah, tazwij dan lafaz yang punya makna sepadan.

Kata perkawinan menurut Istilah hukum islam sama dengan kata

“nikah” dan kata “zawaj”. Dan menurut istilah nikah, adalah suatu akad atau

pertanyataan kesepakatan antara sepasang pria dan wanita dengan syarat dan

rukun tertentu untuk hidup bersama dalam membangun rumah tangga.

Sehingga keduanya dinyatakan sah atau halal hidup berdua dalam satu rumah

tangga, termasuk dalam berhubungan intim, secara sosial kemasyarakatan

maupun hukum yang berlaku.

Menurut Syara’ nikah adalah serah terima antara laki-laki dan

perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan

untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta

masyarakat yang sejahtera. Ahli fiqih mengemukakan zawaja atau nikah yaitu

akad yang secara menyeluruh di dalamnya terkandung kata nikah atau

tazwij. 16

B. Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun perkawinan, untuk melaksanakan perkawinan harus ada

beberapa komponen yaitu:

a. Mempelai laki-laki/calon suami;

b. Mempelai wanita/calon istri;

c. Wali nikah;
16
https://www.onoini.com/pengertian-pernikahan-hukum-rukun-dan-syarat-nikah/, 20:58, 23-06-19

16
d. Dua orang saksi;

e. Ijab Kabul.

Syarat perkawinan ialah syarat yang berkaitan dengan rukun-rukun

perkawinan, yaitu syarat-syarat bagi kelima rukun perkawinan tersebut diatas.

1. Syarat calon suami:

a. Bukan muhram dari calon istri;

b. Tidak terpaksa/atas kemauan sendiri;

c. Orang yang tertentu/jelas orangnya;

d. Tidak sedang menjakankan ihram haji.

Dalam pasal 6 UU 1 tahun 74 ditentukan juga bahwa calon suami

minimum berumur 19 tahun.

2. Syarat calon istri:

a. Tidak ada halangan hukum yakni:

- Tidak bersuami;

- Bukan mahram;

- Tidak sedang dalam idah;

b. Mereka atas kemauan sendiri, dalam pasal 16 KHI disebutkan

bentuk persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa pernyataan

tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga

beberapa diem dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas.

Bila perkawinan tidak di setujui oleh salah seorang calon mempelai,

maka perkawinan itu tidak dapat dilangsungkan (Pasal 17 (2) KHI).

17
c. Jelas orangnya.

d. Tidak sedang berihram haji.

e. Pasal 6i/74 + 15 KHI.

3. Syarat wali

a. Laki-laki;

b. Bagligh;

c. Waras akalnya;

d. Tidak dipaksa;

e. Adil;

f. Tidak sedang ihrom.

4. Syarat saksi-saksi

a. Laki-laki;

b. Baligh;

c. Waras akalnya;

d. Dapat mendengar dan melihat;

e. Bebas, tidak dipaksa;

f. Tidak sedang mengerjakan ihrom;

g. Memahami… yang dipergunakan untuk ijab kabul.

5. Syarat-syarat ijab Kabul

a. Dilakukan dengan bahasa yang dimengerti kedua belah pihak

(pelaku akad dan penerima akad dan sakasi);

b. Singkat hendaknya menggunakan ucapan yang menunjukan waktu

lampau atau salah seorang menggunakan kalimat yang menunjukan

18
waktu lampau sedang lainnya dengan kalimat lainnya menunjukan

waktu yang akan datang.17

C. Dasar-dasar perkawinan

1. Al-Quran

‫ضلِ ِو‬ َّ ‫ْي ِم ْن ِعبَ ِاد ُك ْم َوإَِمائِ ُك ْم إِ ْن يَ ُكونُوا فُ َقَراءَ يُ ْغنِ ِه ُم‬
ْ َ‫اَّللُ ِم ْن ف‬ ِِ َّ ‫وأَنْ ِكحوا اْلَيمى ِمْن ُكم و‬
َ ‫الصاِل‬ َْ ََ ُ َ
ِ َّ ِ ِ َ‫اَّلل ِمن ف‬ ِ َّ ِ ِ ِ ِ َّ ‫و‬
‫ين‬
َ ‫ضلو َوالذ‬ ْ ْ َُّ ‫احا َح ََّّت يُ ْغنِيَ ُه ُم‬ ِ ِ
‫ين ًل ََي ُدو َن ن َك ا‬ َ ‫) َولْيَ ْستَ ْعفف الذ‬٢٣( ‫يم‬ ٌ ‫اَّللُ َواس ٌع َعل‬ َ
َِّ ‫ي ب ت غو َن الْ ِكتاب ِِمَّا ملَ َكت أ ََْيانُ ُكم فَ َكاتِبوىم إِ ْن علِمتم فِي ِهم خي را وآتُوىم ِمن م ِال‬
‫اَّلل الَّ ِذي‬ َ ْ ْ ُ َ ‫َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ ْ ْ َْ ا‬ ُ َ َْ
‫اِلَيَاةِ الدُّنْيَا َوَم ْن يُ ْك ِرُّى َّن‬
ْ ‫ض‬ ِ ُّ ‫آَت ُكم وًل تُ ْك ِرىوا فَت ياتِ ُكم علَى الْبِغ ِاء إِ ْن أَرد َن ََت‬
َ ‫صناا لتَ ْب تَ غُوا َعَر‬ َ َْ َ َ ْ ََ ُ َْ َ
ِ ‫اَّلل ِمن ب ع ِد إِ ْكر ِاى ِه َّن َغ ُف‬ ِ
٢٢( ‫يم‬ ٌ ‫ور َرح‬
ٌ َ ْ َ ْ ََّ ‫فَإ َّن‬
Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,
dan orang –orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu
yang wanita. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka
dengan kurunia-Nya. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui. Orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah
menjaga kesucian (diri)nya. Sehingga, Allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang
menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan
mereka, jika kamu mengetahuin ada kebaikan kepada mereka. Dan,
berikan kepada mereka sebagian dari harta Allah yang di karunia-Nya
kepadamu. Janganlah kamu paksa budak-budak wanita mu untuk
melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian,
karena kamu hendak mencari keutungan duniawi. Barang siapa yang
memaksa mereka, maka sesunguhnya Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu).”
(An-Nuur: 32-33).18

Allah swt berfirman dalam surat An-Nisa Ayat 3 sebagai berikut:

ِ
‫ع فَِإ ْن‬ َ ‫اب لَ ُك ْم ِّم َن النِّ َساء مثْ ََن وثََُل‬
َ ‫ث َوُرَِب‬
ِ ِ
َ َ‫َوإ ْن خ ْفتُم أًََّل تُ ْقسطُوا ِِف الْيَ تَ َامى فَانْك ُحوا َماط‬
ِ ِ
]3:7[ ‫َدَن أًََّل تَ ُعولُوا‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫كأ‬ َ ‫ت أ ََْيانُ ُك ْم ََل‬ ْ ‫خ ْفتُ ْم أًََّل تَ ْعدلُوا فَ َواح َدةا أو َما َملَ َك‬
17
Shomad, Hukum Islam, (Kencana: Jakarta, 2012) Cet; 3, h.263-265.
18
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhlalil Qur‟an Jilid 8, (Gema Insani Prees : Jakarta, 2004) Cet; 1, h. 237.

19
Aritinya: “Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak

yatim, maka kawinlah perempuan-perempuan lain yang kamu

senanggi, dua, tiga atau empat dan jika kamu takut tidak akan

berlaku adil, cukup satu orang.”(An-Nisa:3).19

2. Al-Hadits

Sabda Rasulullah saw.

‫اع ِمْن ُك ُم‬ َِّ َ‫ول ا‬


ِ ‫َّلل ملسو هيلع هللا ىلص (َي م ْع َشر اَلشَّب‬ ٍ ‫عن عب ِد اَ ََّّللِ ب ِن مسع‬
َ َ‫اب! َم ِن استَط‬ َ َ َ َ ُ ‫ود هنع هللا يضر قَ َال لَنَا َر ُس‬ُْ َ ْ َْ ْ َ
ِ َّ ْ‫ ومن ََل يستطع فَعلَي ِو ِِبل‬,‫ وأَحصن لْلفرِج‬,‫ض لِلبص ِر‬
ُ‫ص ْوم ؛ فَِإنَّو لَو‬ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ُّ ‫ فَإنَّوُ أَ َغ‬,‫الْبَاءَ َة فَ ْليَ تَ َزَّو ُج‬
‫ِو َجاءٌ ) ُمت ََّف ٌق َعلَْي ِو‬
Artinya: “Abdullah Ibnu Mas‟ud Radliyallaahu „Anhu berkata:

“Wahai generasi muda!barang siapa diantara kamu telah mampu

berkeluarga hendaklah ia kawin, karena ia dapat menundukkan

pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu

hendaklah berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.”

Sabda Rasulullah saw.

:‫ َويَ ُق ْو ُل‬,‫ َويَْن َهى َع ِن التَّبَ ت ُِّل نَ ْهياا َش ِديْ ادا‬,ِ‫ َكا َن َر ُس ْو ُل اَ ََّّللِ ملسو هيلع هللا ىلص ََي ُم ُر ِِبالْبَاءَة‬:)‫َو َعْنوُ قَ َال‬
‫بن ِحبَّا َن‬ ِ‫ وص َّححو ا‬,‫َْحد‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِِّ‫ود إ‬
ُ ُ َ َ َ ُ َ ْ ‫ّن ُم َكاثٌر ب ُك ُم اَْلَنْبيَاءَ يَ ْوَم اَلْقيَ َامة ) َرَواهُ أ‬ ْ َ ُ‫تَ َزَّو ُجوا اَلْ َو ُد ْو ُد الْ َول‬
Artinya: Anas Ibnu Malik Radliyallaahu „anhu berkata: Rasulullah

saw memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami

membujang. Beliau bersabda: “Nikahlah perempuan yang subur dan

19
Sudarto, Ilmu Fikih, (Deepublish: Yoqyakarta, 2018) Cet. 1, h. 1.

20
penyayang, sebab dengan jumlah mu yang banyak aku akan

berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat.” (Riwayat

Ahmad.Hadits shahih menurut Ibnu Hibban).20

D. Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam

Perkawinan adalah suatu perbuatan yang disuruh oleh Allah dan juga

disuruh oleh Nabi. Banyak suruhan-suruhan Allah dalam Al-quran untuk

melaksanakan perkawinan. Di antaranya firman-Nya dalam surat al-Nur ayat

32:

َّ ‫ْي ِم ْن ِعبَ ِاد ُك ْم َوإَِمائِ ُك ْم ۚ إِ ْن يَ ُكونُوا فُ َقَراءَ يُ ْغنِ ِه ُم‬


‫اَّللُ ِم ْن‬ ِِ َّ ‫وأَنْ ِكحوا ْاْلََيمى ِمْن ُكم و‬
َ ‫الصاِل‬ َ ْ ٰ ََ ُ َ
‫يم‬ِ ِ َّ ‫فَضلِ ِو ۗ و‬
ٌ ‫اَّللُ َواس ٌع َعل‬ َ ْ
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu,

dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba

sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.

Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-

Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Begitu banyak pula suruhan Nabi kepada umatnya untuk melakukan

perkawinan. Di antaranya seperti dalam hadits Nabi dari Anas bin Malik

menurut riwayatAhmad dan disahkan oleh Ibnu Hibban sabda Nabi yang

bunyinya:

20
Agus Hermanto, Larangan Perkawinan, (Lintang Redaksi Lampung: Lampung Timur, 2016), h. 3-
4.

21
‫وم الْ ِقيَ َام ِة‬ ِ
َ َ‫ّن ُم َكاشٌر بِ ُك ُم اْْلَنْبِيَاءَ ي‬ِِ
ّْ ‫تَ َزَّو ُجوا الْ َو ُد ْوَد الْ َولُْوَد فَإ‬
Artinya: Kawinilah perempuan-perempuan yang dicintai yang subur,

karena sesungguhnya aku akan berbangga karena banyak kaum di

hari kiamat.

Dari begitu banyaknya suruhan Allah dan Nabi untuk melaksakan

perkawinan itu maka perkawinan itu adalah perbuatan yang lebih disenangi

Allah dan Nabi untuk dilakukan. Atas dasar ini hukum perkawinan

itumenurut asalnya adalah sunnat menurut menurut pandangan jumhur

ulama. 21

Berikut ini penjelasan tentang hukum perkawinan.

1. Hukum perkawinan yang menjadi sunah

Nikah disunnahkan bagi orang-orang yang sudah mampu tetapi ia

masih sanggup mengendalikan dirinya dari perbuatan haram, dalam hal

seperti ini maka nikah lebih baik daripada membujang karena membujang

tidak diajarkan oleh islam.

2. Melakukan perkawinan yang menjadi hukum wajib

Nikah diwajibkan bagi orang yang telah mampu yang akan menambah

takwa. Nikah juga wajib bagi orang yang telah mampu, yang akan menjaga

21
Amir Syarifuddin, Gadis-gadis Besar fiqh, (Kencana :Jakarta, 2010) Cet;3, h.78-79.

22
jiwa dan menyelamatkan dari perbuatan haram. Kewajiban ini tidak akan

dapat terlaksana kecuali dengan nikah.22

3. Hukum perkawinan yang menjadi haram

Perkawinan menjadi haram hukumnya apabila dilakukan oleh

seseorang yang bertujuan tidak baik dalam perkawinannya, misalnya untuk

menyakiti hati seseorang. Perkawinan dengan motivasi yang demikian

dilarang oleh ajaran islam dan sangat bertentangan dengan tujuan mulia dari

perkawinan itu sendri.

4. Hukum menjadi makruh

Perkawinan menjadi makruh hukumnya apabila dilakukan oleh orang-

orang yang belum mampu melangsungkan perkawinan kepada mereka

diaajurkan untuk berpuas

5. Melakukan perkawinan yang hukumnya mubah

Pada prinsipnya setiap manusia yang telah memiliki persyaratan untuk

menikah, dibolehkan untuk menikah seseorang yang menjadi pilihannya. Hal

ini didasarkan atas firman Allah Swt, dalam Alquran surah An-Nisa’ ayat 3

berikut ini.

ِ ‫لث وربع فَاِ ْن ِخ ْفتم اًََّل تَع ِدلُوا فَو‬


...‫اح َدةا‬ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْ ُْ َ َُ َ َ ُ‫اب لَ ُك ْم ّم َن النّ َسآء َمثَْن َوث‬
َ َ‫فَانْك ُح ْوا َماط‬

22
Tihami, et al., Fikih Munakahat, (Raja Gafindo Persada : Jakarta,2010) Cet; 2, h. 11.

23
Aritinya: Makanikahi perempuan (lain) yang kamu senangi:

dua tiga atau empat. Tapi jiaka kamu khawatir tidak akan

mampu berlaku adil, maka nikahilah seorang saja.23

E. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

Perkawinan secara sah itu tentu mempunyai tujuan-tujuan yang amat

mulia. Sungguh hanya orang yang berfikir saja yang dapat mengangkap arti

dari sebuah perkawinan. Sebenarnya perkawinan itu lebih mendampak

positif, dibangdingkan dengan orang-orang yang hidup sendirian, atau

membiarkan dirinya tetap membujang, atau sekedar hidup bersama tanpa

ikatan perkawinan24

Tujuan perkawinan adalah sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Al-

Quran Surah ar-Rum [30] ayat 21 sebagai berikut.

ِ ِ ْ ‫وِمن ايتِ ِو ا ْن خَلق لَ ُكم ِمن انْف ِس ُكماَزواجا لِّتس ُكن وااِلَي ها وجعل ب ي ن ُكم َّموَّد اةو‬
َ ‫رْحَةا ا َّن ِ ِْف َل‬
‫ك‬ َ َ َ َْ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ‫َ ْ ََ َ َ َ ْ ْ َ ُ ْ ْ َ ا‬
‫نن‬ َّ ٍ ِ ٍ
َ ‫ًلَيت ل َقوم يَتتَ َفك ُرْو‬
Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia

menciptakan pasangan-pasangan untuk mu dari jenis mu sendiri, agar

kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dia menjadikan

diantara mu rasa kasih dari sayang. Sungguh, pada yang demikian itu

23
Ilmy Bachrul, Pendidikan Agama Islam: Buku Pelajaran PAI untuk SMK Kelas XII, (Grafindo
Media Pretama: Bandung, 2007) Cet; 1, h. 51-51.
24
Syamsuddin Nur Mutia Mumainah, Perkawinan yang Didambakan, (Pustaka
Ramadhan.:Depok,2007), h. 24.

24
bener-bener terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang

berfikir.

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan adalah

terciptanya ketenteraman, cinta dan kasih sayang di antara suami dan istri.

Termasuk kedalam perkawinan yang diharamkan ialah perkawinan yang

dilakukan dengan maksud menganianya dan mengambil alih harta orang. Hal

ini disebabkan niat perkawinan tersebut bukan karena Allah Swt, tetapi

hanyan karena harta atau materi. 25

Berikut ini tujuan sebuah hukum pernikahan islam yaitu berikut :-

Tujuan pertama adalah untuk melindungi moral manusia.Islam

melarang perzinaan dan hubungan diluar pernikahan. Maksudnya adalah

memaksa kedua jenis manusia lelaki dan wanita untuk mendisiplinkan

keinginan nafsu alami mereka dalam suatu jalan yang dapat melindungi

mereka dari ketidak sopan.

Tujuan kedua dari pernikahan adalah bahawa hubungan diantara dua

jenis kelamin seharusnya didasarkan atas cinta mencintai, kasih saying, dan

kebaikan hati satu sama lain sehingga mereka merasa nikmat, senang, aman

dan gembira. Pencapaian ini semua adalah sangat diutamakan untuk sampai

kepada kesucian, sehingga masyarakat menjadi aman, senang dan bahagia. 26

Hikmah Perkawinan

25
Ilmy Bachrul, loc.cit h. 52-53.
26
Maulana Muhammad Ibrahim, Bimbingan Nikah Membina Rumah Tangga menurut Al-quran dan
Sunnah, (Bandung: 2008), h.31-32.

25
Allah swt berfiman dalam Al-Qur’an Ar-ruum: 21.

‫اجا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم َم َوَّدةا َوَر ْْحَةا ۚ إِ َّن ِِف‬ ِ ِ ِِ ‫وِمن‬
‫آَيتو أَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم م ْن أَنْ ُفس ُك ْم أ َْزَو ا‬ َ ْ َ
‫ت لَِق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن‬
ٍ ‫ك ََلَي‬ِٰ
َ َ ‫ََل‬
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

bener-bener terdapat tanda-tandan bagi kaum yang berfikir.” (Ar-ruum:

21)27

Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena berpengaruh baik

bagi pelakunya sendiri, masyarakat, dan seluruh umat manusia. Adapun

hikmah pernikahan adalah:

1. Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesui untuk menyakurkan

dan memuaskan naluri seks dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi

tenang, mata terpelihara dari yang melihat yang haram dan perasaan

tenang menikamati barang yang berharga.

2. Nikah, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia,

memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta memelihara

nasib yang oleh Islam sangat diperhatikan sekali.

3. Naluri kebapakan dan keibuan akan tunbuh saling melengkapi dalam

suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-peraaan

27
Sudarto, Ilmu Fikih, (Deepublishh :Yoqyakarta,2018) Cet ;1, h. 143.

26
ramah, cinta, dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang

menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

4. Menyadari tanggun jawab beristri dan menanggung anak-anak

menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat

dan pembawaan seseorang . Ia akan cetakan bekerja, karena dorongan

tanggung jawab dan memikul kewajibannya sehingga ia akan banyak

bekerja dan mengcari penghasilan yang dapat memperbesar jumlah

kekayaan dan memperbanyak produksi. Juga dapat mendorong usaha

mengeksploitasi kekayaan alam yang dikaruniakan Allah bagi

kepentingan hidup manusia.

Permbagian tugas, di mana yang satu mengurusi rumah tangga,

sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas tanggung

jawab antara suami istri dalam menangani tugas-tugasnya.

5. Perkawinan, dapat membuah, diantaranya: tali kekeluargaan,

memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan memperkuat

hubungan masyarakat, yang memang oleh Islam direstui, ditopang, dan

ditunjung. Karena masyarakat yang saling menunjang lagi saling

menyayangi merupakan masyarakat yang kuat lagi bahagia. 28

F. Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan dini (di bawah umur) merupakan praktek pernikahan yang

dilakukan oleh pasangan yang salah satu atau keduanya berusia masih muda

dalam pandangan kekinian. Praktek pernikahan ini dipandang perlu

28
Tihami, al et., loc.cit. h.19-20.

27
memperoleh perhatian dan pengaturan yang jelas. Maka, selain usia minimum

pernikahan ditetapkan, beberapa Negara mengatur cara untuk mengantisipasi

masih mungkinnya pernikahan seperti itu bisa dilaksanakan, antara lain,

aturan yang memberikan keringanan (dispensasi). 29

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan sebelum mempelai

berusia 18 tahun. Selain memunculkan risiko kesehatan bagi perempuan,

pernikahan dini juga berpotensi memicu munculnya kekerasan seksual dan

pelanggaran hak asasi manusia.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1974 pasal 6

mengatur batas minimal usia untuk menikah di mana pernikahan hanya

diizinkan jika pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah

mencapai usia 16 tahun. Akan tetapi dari sisi medis dan psikologis, usia

tersebut masih terbilang dini untuk menghadapi masalah pada pernikahan. 30

G. Usia perkawinan

Usia pernikahan adalah usia minimum dimana orang diizinkan oleh

hukum untuk menikah, baik sebagai hak atau kewajiban dari pihak orang tua

atau bentuk perhatian lainnya. Usia dan kelayakan pernikahan lainnya

beragam antar yurisdiksi, namun usia pernikahan seringkali disematkan pada

usia 18 tahun. Sampai saat ini, usia pernikahan untuk wanita lebih rendah

dalam beberapa yurisdiksi ketimbang untuk pria, namun di beberapa tempat

sekarang ditingkatkan menyamai pria.


29
Asep Saepudin Jahar, Hukum Keluarga, Pidanadan Bisnis,(Kencana: Jakarta, 2013) Cet; 1, h. 43.
30
https://www.alodokter.com/ini-alasan-pernikahan-dini-tidak-disarankan, 29-07-2019, 13:20.

28
Kebanyakan yurisdiksi membolehkan pernikahan di usia yang lebih

muda dengan persetujuan orang tua atau yudisial, dan beberapa juga

membolehkan orang yang lebih muda untuk menikah jika wanitanya hamil.

Usia pernikahan tak sama dengan usia mayoritas atau usia konsen, meskipun

di beberapa tempat disamakan. Di beberapa negara berkembang, pernikahan

oleh orang (biasanya wanita) di bawah usia 18 tahun dianggap sebagai

pernikahan anak.31

Menurut undang undang Thailand tentang Usia menikah

มาตรา 1448 การสมรสทาได้เมื่อชายและหญิงอายุ 17 ปี บริ บูรณ์ แต่กรณี มีเหตุอนั ควรศาลอาจอนุญาตให้สมรส

ก่อนนั้นได้32

Terjemahan: bagian 1448 pernikahan dapat dilakukan hanya jika

pria dan wanita berusia tujuh belas tahun, tetapi dalam kasus alasan

yang masuk akal pengadilan dapat mengizinkan pernikahan terlebih

dahulu.

Menurut psikologi usia terbaik untuk menikah adalah antara 19

sampai dengan 25 tahun, lalu bagaimana memberikan petunjuk? Menjawab

pertanyaan ini teringatlah saya pada Ibnu Mas’ud r.a sahabat nabi ini

menceriatkan sebuah hadits,

31
https://id.wikipedia.org/wiki/Usia_pernikahan 09/08/19, 11:57
32
https://www.stou.ac.th/forum/page/Answer.aspx?idindex=164195&idindex=164195, 13/09/19,
16:46.

29
ُّ ‫استَطَ َع ِمْن ُك ُم الْبَاءَ َة فَ ْليَ تَ َزَّو ْج فَِإنَّوُ أَ َغ‬
‫ض‬ ِ ‫ َيم ْع َشر الش‬: ‫اَّلل ملسو هيلع هللا ىلص ي ُقو ُل‬
ْ ‫َّباب َم ِن‬ َ ََ ْ َ ّ ‫ت َر ُس ْوَل‬
َِ
ُ ‫(َس ْع‬
‫لص ِوم فَِإنَّوُ لَوُ ِو َجاءٌ) (رواه اخلمسة‬ َّ ‫ص ُن لِْل َف ْرِج َوَم ْن ََلْ يَستَ ِط ْع فَ َعلَْي ِو ِِب‬ ْ ‫ص ِرَو‬
َ ‫أح‬
ِ
َ َ‫لْلب‬
Artinya: Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Wahai
para pemuda, barang siapa diantara kalian telah mencapaikan baah,
kawinlah, karena sesungguhnya, pernikaha itu lebih mampu menahan
pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan, barang siapa belum
mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena sesungguhnya
puasa itu akan meredakan gejolak hasrat seksual (HR. Imam yang lima)
Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menggunakan kata Syabab yang

sering kita maknakan sebagai pemuda. Akan tetapi, siapakan yang

dimaksudkan dengan syabab? Syabab adalah seorang yang telah mencapai

masa „aqil-baligh dan usianya belum mencapai 30 tahun. Masa „aqil-baigh

seharusnya telah dialami oleh tiap-tiap orang pada rentang usia sekitar 14

sampai 17 tahun. Salah satu tanda yang biasa dipakai sebagai patokan apakah

kita sudah „aqil-baligh atau belum adalah datangnya mimpi basah (ihtilam),

akan tetapi pada masa kita sekarang datangnya ihtilam sering tidak sejalan

dengan telah cukup matangnya pikirn kita sehingga kita telah memiliki

kedewasaan berpikir („aqil-baligh). Generasi yang lahir pada zaman kita

banyak yang telah memiliki kedewasaan berpikir. 33

H. Sebab-sebab Terjadinya Pernikahan Dini

Sebab-sebab terjadinya pernikahan dini;-

a. Pendidikan yang rendah Pendidikan yang rendah adalah salah satu

penyebab banyaknya terjadi pernikahan dini. Umunya mereka

kurang menyadari bahwa yang timbul akibat pernikahan dini.

33
Muhammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, (Gema Insani: Depok, 2006) Cet; 1, h. 46-
47.

30
Banyak remaja putus sekolah atau hanya tamat sekolah dasar,

kemudian menikah karena tidak punya kegiatan.

b. Peraturan budaya

Peraturan budaya bisa jadi merupakan salah satu faktor pemicu

terjadinya pernikahan dini. Usia layak menikah menurut aturan

budaya sering kali dikaitkan dengan datangnya haid pertama bagi

wanita. Dengan demikian, banyak remaja yang sebenarnya belum

layak menikah, terpaksa menikah karena desakan budaya.

c. Kecelakaan

Tidak sedikit pernikahan dini disebabkan ”kecelakaan”. Yang tidak

disengaja akibat pergaulan yang tidak terkontrol. Dampaknya

mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan dengan menikah

secara dini. Untuk menutupi aib keluarga, tidak ada jalan lain kecuali

menikahkan mereka secara dini. Pernikahan model ini biasanya tidak

akan bertahan lama karena landasannya tidak kuat.

d. Keluarga cerai

Banyak anak-anak korban perceraian terpaksa menikah secara dini

karena berbagai alasan, misalnya, tekanan ekonomi, untuk

meringankan beban orang tua tunggal, membantu kelurga,

mendapatkan pekerjaan, meningkatkan tarap hidup, dan sebagainya.

e. Daya tarik fisik

Faktor lain yang sering mendorong yang sering terjadinya

pernikahan dini adalah daya tarik fisik. Banyak remaja yang

31
terjerumus kedalam pernikahan karena daya tarik fisik. Karena daya

tarik fisik sangat terbatas, pernikahan biasanya tidak berusia

panjang. 34

I. Penyesuaian dalam Pernikahan Pada Remaja yang Menikah Dini

Menikah umumnya dilaksanakan ketika seseorang sudah memasuki

usia dewasa awal karena seseorang sudah mampu menghadapi tantangan

pernikaha (Hoffman, Paris dan Hall, 1994; Papalia, Olds, dan Feldman,

2009). Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah praktik menikah diusia

remaja masih banyak terjadi dan ini disebabkan oleh sejumlah hal, seperti

faktor budaya, ekonomi, dan menghindari kehamilan diluar pernikahan

(Jones dan Gubhaju, 2008; fadlyana dan Larasaty, 2009; UNICEF, 2001).

Pernikahan yang terjadi pada remaja memungkinkan mereka mengalami

banyak dampak dan dampak ini lebih banyak dialami oleh remaja perempuan

(UNICEF, 2005). Pasangan yang baru menikah akan melakukan penyesuaian

pernikahan agar mereka terbiasa dengan kahidupan pernikaha serta agar

pernikana tersebut dapat bertahan seumur hidup (Duvall, 1977).

Remaja perempuan yang menjalani pernikahan dini akan mengalami

perubahan dalam hidupnya, seperti berkurangnya waktu untuk berkumpul

dengan teman sebaya. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan untuk mengurus

keluarga sehingga ia tidak dapat menghabiskan seluruh waktunya dengan

teman-temannya. Perubahan pola hidup dianggap sebagai bentuk tanggung

jawab akan peran yang baru, yaitu sebagai istri dan ibu rumah tangga

34
Surbakti, Sudah Siapkah Menikah, (Elex Media Komptindo: Jakarta, 2008), h. 315-316.

32
sehingga remaja perempuan harus beradaptasi dengan gaya hidup yang baru.

Remaja perempuan yang menikah dini juga harus menata kembali

penggunaan uang mereka karena adanya kesadaran bahwa kebutuhan

keluarga lebih penting untuk dipenuhi.

Remaja perempauan yang berasal dari ekonomi menengah keatas

biasaya masih mendapatkan bantuan financial dari orang tuanya namun

demikian hal tersebut tidak serta merta membuat mereka dapat berfoya-foya.

Edukasi kepada orang tua mengenai dampak pernikahan dini menjadi hal

yang cukup penting untuk melakukan. Pengetahuan tentang pernikahan dini

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk merestui pernikahan anak

remajanya. 35

35
Widhi Adhiatma at el., Suara Psikologi, (Universitas Khatolik Indonesia Atma Jaya: Jakarta, 2019).
Cet 1., h. 14-15.

33
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah metode yang digunakan untuk pengumpulan

data dalam penelitian. Jenis metode penelitian meliputi survei, wawancara,

studi kasus, observasi, eksperimen, dan lain-lain. Dapat dikatakan bahwa

metode penelitian digunakan untuk mengumpulkan informasi, sehingga

peneliti dapat menemukan jawaban atas permasalahan penelitiannya. 36

Penelitian ini digunakan dalam menyusun skripsi ini menggunakan

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian

yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. 37 Sebab dalam penelitian ini

penulis bermaksud untuk memberikan gambaran yang detail menggunakan

Peran Majlis Agama Islam Yala,Thailand selatan terhadap pernikahan dini di

lingkungan kerja Majlis Agama Islam Yala, Thailand selatan.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif-kualitat, yaitu penelitian

non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan

hipotesis. Penelitian kuanlitatif merupakan penelitian yang menekankan pada

36
Aminah, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Politik, (Prenada Media Grup, Jakarta,
2019), cet ;1, h. 65.
37
Fitrah, et al., Metodologi penelitian, (CV Jejak:Sukabumi,2017), cet ; 1, h. 44.

34
pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan

kondisi realitas atau natural setting holistis, kompleks, dan rinci. 38

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu

suatu bentuk penelitian untuk menceritakan fenomena pernikahan melalui

proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan demikian jelas

penelitian ini bermaksud untuk mengkaji bagaimana Peran Majlis Agama

Islam Yala Thailand terhadap pernikahan dini yang terjadi dilingkungannya.

Dalam penelitian ini, peneliti berkomunikasi secara langsung, dengan peneliti

tetap mengamati bagaimana proses dilakukan. Fakta dari data yang berhasil

dikumpulkan itulah akan dianalisis kembali sesuai dengan teori-teori yang

terkait, sesuai dengan tujuan penelitian yaitu Peran Majlis Agama Islam Yala

,Thailand Selatan terhadap pernikahan dini yang terjadi di lingkungannya.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus (Lapangan)

yang merupakan jenis penelitian kualitatif yang mendalam tentang individu,

kelompok, institusi, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Dan tujuannya

study kasus adalah berusaha menemukan makna, meyelidikan proses, serta

memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam serta utuh dari

individu, kelompok atau situasi tertentu. Data study kasus diperoleh dengan

wawancara, observasi, dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait

dengan topik yang diteliti. 39

38
Albi Anggito, et al., Metodelogi Penelitian Kualitatif, (CV Jejak: Jakarta Barat, 2018) Cet ;1, h.9.
39
Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian kualitatif: Skripsi dan Tesis, (Suaka Media,
Yokyakarta: 2015) cet 1, .h 12.

35
Secara lebih jelas penulis tegaskan disini bahwa penelitian kasus yang

dimaksud disini adalah sebatas pada wilayah Yala atau perkara tentang Peran

Majlis Agama Islam Yala, Thaialnd Selatan terhadap Pernikahan Dini.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Yala, Thailand Selatan yang

merupakan salah satu wilayah yang berada di Selatan Thailand Pemilih lokasi

ini berdasarkan pada beberapa alasan :

1. Banyaknya kasus pernikahan yang terjadi di wilayah Yala, Thailand

Selatan sehingga penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian yang

berkaitan dengan sebab dan implikasi perkawinan ini.

2. Dari penelitian diharapkan nantinya perkawinan dini, khususnya bagi

Majlis Agama Islam Yala, Thailand, dan umumnya bagi masyarakat luas.

3. Wilayah Yala ini adalah wilayah yang mudah dijangkau dengan sarana

transpotasi, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Tabel. 1

Jadwal Penelitian

36
No Kegiatan Agustus September Oktober
1 Pry survey
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal penelitian

4 Izin penelitian

5 Pelaksanaan penelitian
A. Observasi
B. Pengumpulan dan
Pengelolaan data

6 Analisis data
7 Sidang skripsi

C. Deskripsi Posisi Penelitian.

Posisi penelitian selama melaksanakan penelitian tentang Peran Majlis

Agama Islam Yala, Thailand Selatan Terhadap Pernikahan Dini. Penelitian

tersebut akan melaksanakan langsung lapangan di lokasi wilayah Yala,

Thailand Selatan.

Selama penelitian melakukan penelitian langsung wawancara sama

Ahli jawatan Majlis Agama Islam Yala Thailand, Tok Imam, pelaku

menikahan dini dan masyarakat Sekitar.

D. Teknik pengumpulan data.

37
Data di peroleh dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data

yang di gunakan adalah seperti berikut ;-

1. Observasi yaitu cara yang sangat efektif untuk mengetahui apa yang

dilakukan dalam konteks tertentu, pola rutinitas dan pola interaksi dari

kehidupan mereka sehari-hari. Metode penelitian observasional dapat

memberikan pemahaman tentang apa yang terjadi dalam hubungan antara

penyedia layanan dan pengguna, atau dalam keluarga, komite, unit

lingkungan atau tempat tinggal, sebuah organisasi besar atau sebuah

komunitas. 40 Maka penulis akan mengamati secara langsung ke wilayah

Yala

2. Wawancara adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

wawancara (interview) adalah seatu kejadian atau suatu proses interaksi

antara pewawancara (interviewer) Dan sumber informasi atau orang yang

diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung. 41 Teknik yang

paling esensial adalah dengan wawancara pihak-pihak yang terkait,

seperti masyarakat, pelaku pernikahan dini, ulama-ulama yang terhormat

di Yala dan juga dengan ahli jawatan Majlis Agama Islam Yala,Thailand.

3. Dokumentasi adalah infrormasi yang berasal dari catatan penting baik

dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi

40
Albi Anggito, et al., loc. Cit, h. 110.
41
Muri Yusuf, Metodologi Metode Penelitian, (Kencana: Jakarta, 2017), Cet; 4, h. 372.

38
penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk

memperkuat hasil penelitian42

Pengumpulan data yang melalui dokumentasi ini akan diambil dari

berbagai macam pihak baik dari buku dan dokumen pernikahan yang ada

di kelurahan maupun yang ada di Majlis Agama Islam Yala dan lain-lain.

Dokumentasi di sini diharapkan untuk bisa melengkapi data-data yang

tidak dapat ditemukan dalam teknik yang lain, seperti observasi dan

wawancara tersebut.

E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian.

Intrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik.

Alat yang digunakan oleh peneliti sebagai alat pengumpulan data adalah

Rekaman telephone dan observasi.

Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif yang

menuntul peneliti memahami secara langsung dan mandala terhadap

fenimena yang ada di masyarakat. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri. Seorang peneliti haruslah

memiliki kemampuan terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk

obyek penelitian. Instrument pengumpula data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa wawancara, Observasi dan dokumentasi;-

42
Albi Anggito,et al, loc. Cit, h. 255.

39
1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu dari beberapa teknik dalam

mengumpulkan informasi atau data. Pada awalnya teknik wawancara sangat

jarang digunakan, tetapi pada abad ke-20 menjadi puncak pencapaian karya

jurnalistik yang hebat dihasilkan melalui wawancara.43

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,

yaitu wawancara yang sebelumnya telah disusun daftar pertanyaan. Dengan

demikian, peneliti telah menyiapkan kendali wawancara untuk menyusun

instrument penelitian berupa wawancara. Teknik wawancara ini digunakan

untuk menggali informasi tentang Peran Majlis Agama Islam Yala Thailand

terhadap Pernikahan Dini.

Adapun kisi-kisi wawancara adalah sebagai berikut:

Tabel. 2

Kisi-kisi wawancara untuk pelaku pernikahan dini

NO Identitas Informan Tambahan

1 Nama

2 Tempat

3 Usia nikah

4 Usia sekarang

43
Fandi Rosi Sarwo Edi, Teori Wawancara Psikodiagnostik, (PT Leutika
Nouvalitera:Yogyakarta,2016) Cet, 1, h. 1.

40
5 Tel

Sosial Budaya Pernikahan Dini

1 Usia saat menikah Brp usia Anda ketika menikah?

2 Pendidikan Apa tingkat pendidikan yang Anda tamatkan?

3 Dukungan keluarga Bagaimana peran dan dukungan terhadap

tindakan Anda menikah dini?

4 Kepercayaan Apakah Anda memiliki keyakinan ada

manfaat yang Anda dapat dari pernikahan

dini?

5 Pergaulan bebas Bagaimana ganbaran pergaulan bebas di

kalangan remaja khususnya pelaku nikah dini

di wilayah ini?

6 Dampak pernikahan dini Apa dampak yang Anda rasakan akibat

menikah dini?

2. Observasi/pengamatan

Setelah melakukan wawancara mendalam yang merupakan metode

utama dalam pengumpulan data, peneliti melakukan observasi secara

sederhana Observasi/ pengamatan dapat diartikan sebagai proses melihat

situasi penelitian, dalam penelitian ini adalah situasi komunikasi antara anak

dan orang tuanya, dengan pengamatan itu juga kita bisa mengetahui,

41
memahami sekaligus menjelaskan mengapa fenomena/permasalahan/realitas

itu terjadi seperti itu.44

Observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah observasi

langsung. Peneliti mengamati aktivitas komunikasi yang dilakukan,

penggunaan bahasanya baik bahasa verbal maupun nonverbal, intonasinya

dan lain-lain.

3. Dokumentasi

Menurut Satori & komariah (2012: 148) menyatakan bahwa definisi

dari dokumen adalah catatan kejadian yang sudahlampau yang dinyatakan

dalam bentuk lisan tulisan dan karya bentuk. Suatu dokumen yang mudah

diakses mampu digunakan untuk meninjau penelitian yang terdahulu.

Sehingga penelitian itu sangat baik. Penelitian itu mampu mempengaruhi

studi baru yang akan dilaksanakan, sehingga dokumen adalah data-data yang

mudah diakses demi kelangsungan penelitian. 45

Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti meliputi alat-alat

elektronik berupa handphone, laptop dan lain-lain. Agar dapat memudahkan

dan memperjelas semua aspek yang dilakukan saat observasi.

F. Teknik Analisis Data.

1. Reduksi Data

44
Aminah at el., Pengantar Metodelogi Penelitian Kualitatif Ilmu Politik, (Prenadamedia Group:
Jakarta Timur, 2019) Cet-1, h. 6.
45
Albi Anggito,et al, loc. Cit, h.145.

42
Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya.

2. Penyajian Data

Penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

3. Verifikasi atau Penyimpulan Data

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Validasi Data.

Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat

berharga dalam sebuah penelitian, dari data yang terkumpul akan dilakukan

analisis yang selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan

kesimpulan. Melihat begitu besarnya posisi data, data yang salah akan

menghasilkan penarikan sebaliknya, data yang sah akan menghasilakn

43
kesimpulan hasil penelitian yang bener. Keabsahan data itu dikenal sebagai

validitas data.

44

Anda mungkin juga menyukai