Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI AKAD NIKAH DENGAN TULISAN ATAU ISYARAT DALAM

TINJAUAN IMAM SYAFI‘I


Sobirin
PP. Miftahun
Universitas Najah Jepara
Islam Nahdlatul Ulama Jepara
shobirin_alahmad@gmail.com
E-mail : 131410000054@unisnu.ac.id,
Abstract
This study is intended to explore the provisions of Islamic law from Imam
Syafi'i's point of view regarding the practice of the marriage contract
carried out by using writing which is due to an obstacle for the groom to be
present in person at the marriage contract assembly, and / or practice the
marriage contract using sign language because the groom is not able to
speak properly. This study is conducted qualitatively based on literature
review which refers to the mu'tabar books of Imam Syafi'i. The results of this
study explain that the majority of scholars, and specifically in the book al-
Umm by Imam Syafi'i, state that the marriage contract is permitted to use
writing provided that the prospective bride is accompanied by a
Keywords representative and evidence of the authentic information of the prospective
The Marriage Contract, groom. Likewise, it is permissible for the marriage contract to use a sign
Writing, Signs, Imam provided that there is no ability to write, then it may be with clear or sharih
Shafi'i. signs.
Abstrak
Kajian ini dimaksudkan untuk mendalami ketentuan hukum Islam
dalam sudut pandang Imam Syafi‘i tentang praktik akad nikah yang
dilakukan dengan menggunakan tulisan yang dikarenakan adanya
halangan bagi pengantin pria untuk hadir secara langsung di majelis
akad nikah, dan atau praktik akad nikah dengan menggunakan
bahasa isyarat yang dikarenakan pengantin pria tidak mampu
berbicara dengan baik. Kajian ini dilakukan secara kualitatif dengan
mendasarkan pada kajian kepustakaan yang merujuk pada kitab-kitab
mu‘tabar dari Imam Syafi‘i. Hasil kajian ini menjelaskan bahwa
mayoritas ulama, dan secara khusus dalam kitab al-Umm karya Imam
Syafi’i menyatakan diperbolehkannya akad nikah menggunakan
tulisan dengan ketentuan calon pengantin wanita disertai wakil dan
bukti tentang keterangan yang ontentik dari calon pengantin pria.
Kata Kunci : Demikian pula diperbolehkan akad nikah menggunakan isyarat
Akad Nikah, Tulisan, dengan ketentuan tidak ada kesanggupan untuk menulis, maka boleh
Isyarat, Imam Syafi‘i. dengan isyarat yang sharih atau jelas.
17 Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

Pendahuluan masing-masing pasangan melakukan hajat


Allah Swt menciptakan dunia dan seluruh biologisnya secara halal dan mubah,
makhluk yang mendiami jagad raya ini pernikahan tidak membahayakan bagi umat,
dibentuk dan dibangun dalam kondisi tidak menimbulkan kerusakan, tidak
berpasang-pasangan. Ada gelap dan terang, berpengaruh dalam membentuk sebab- sebab
ada kaya dan miskin. Demikian pula manusia kebinatangan, dan tidak menjerumuskan para
diciptakan dalam berpasangan yaitu ada pria pemuda dalam kebebasan, Al-Quran telah
dan wanita. Hal itu sesuai dengan penjelasan memberikan isyarat dalam ayat 24 surat an-
Allah Swt dalam surat al-Dzariyat ayat 49: Nisa’:
“Dan segala sesuatu kami ciptaan berpasang- “Dan dihalalkan bagi kamu selain yang
pasangan supaya kamu mengingat akan demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan
kebesaran Allah”. hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina”.
Pernikahan adalah pintu gerbang yang Demikian juga hadits Rasulullah Saw yang
sakral, yang dimasuki oleh setiap insan untuk diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud:
membentuk sebuah lembaga yang bernama “Diriwayatkan dari Al qomah r.a, ia
keluarga. Menikah dan berkeluarga pada berkata aku pernah berjalan bersama
dasarnya merupakan hak asasi manusia yang Abdullah di mina, lalu dia ditemui oleh Usman
dianugerahkan oleh Allah Swt untuk r.a, Usman bertanya kepada Abdullah: “Hai
meneruskan keturunan yang baik. Oleh karena Abdullah abu Abdurrahman sesungguhnya aku
itu Allah Swt mensyari’atkan pernikahan dan memiliki kepentingan denganmu.” Maka
dijadikan dasar yang kuat bagi kehidupan keduanya pun menyingkir ketempat yang sepi
manusia karena adanya beberapa nilai yang apakah kau mau wahai Abdurrohman kami
tinggi dan beberapa tujuan utama yang baik nikahkan dengan gadis yang dapat
bagi manusia, makhluk yang dimuliakan mengingatkanmu akan apa yang biasa
Allah Swt. Untuk mencapai kehidupan yang padamu duhulu?. Ketika Abdullah meliatnya
bahagia dan menjauhi dari ketimpangan dan tidak, kata „Al qomah Abdullah menjawab jika
penyimpangan, Allah Swt telah membekali kau katakana itu, maka sesungguhnya
syari’at dan hukum-hukum Islam agar Rosullah saw pernah bersabda kepada kami,
dilaksanakan manusia dengan baik. (Aziz, membutuhkan hal itu, maka ia meisyaratkan
2009:39). kepadaku seraya berkata: Wahai alqomah,”
Dengan pernikahan juga dapat menjadi Aku menuju kepadanya dan dia
perisai diri manusia, yaitu menjaga diri berkata,:ketahuilah, sekiranya engkau
kemanusiaan dan menjauhkan dari mengatakan itu maka sesungguhnya Nabi
pelanggaran-pelanggaran yang diharamkan SAW telah bersadba kepada kami:”Wahai
dalam agama karena nikah memperbolehkan

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat 18

para pemuda, barang siapa diantara kalian kecantikannya itu mungkin akan
yang mampu biaya nikah, menikahlah! mejerumuskannya kepada kerendahan budi;
Sesungguhnya menikah itu bisa lebih Jangan pula kamu mengawininya karena
memejamkan pandangan mata dan lebih kekayaannya sebab kekayaannya mungkin
memelihara farj (alat kelamin). Barang siapa akan menariknya kepada perbuatan tidak
yang tidak mampu, henaklah ia berpuasa. pantas. Tapi kawinilah perempuan atas dasar
Sesungguhnya ia sebagai perisai baginya.” pertimbangan kekuatan agamanya. Sungguh
Hadis ini iriwayatkan oleh al Bukhari.(Hajar, budak perempuan yang beragama, meskipun
2008: 14). terpotong telinganya dan berkulit hitam,
Dalam anjuran nikah diatas disepakati para lebih utama dikawini (dari pada perempuan
ulama. Maksud biaya nikah adalah biaya merdeka yang tidak kuat agamanya)”.
konsekuensi nikah yakni mempersiapkan Perkawinan dalam hukum islam terdapat
tempat tinggal dan memberi nafkah hidup. rukun dan syarat yang merupakan hal
Makna perisai (wija’) adalah mematahkan penting demi terwujudnya suatu ikatan
(qath‘un), maksud puasa itu mematahkan perkawinan antara seorang laki laki dan
syahwat dan menyapih nafsunya orang yang seorang perempuan. Rukun perkawinan
tidak mampu menikah. Demikian itu karena merupakan faktor penentu bagi sahnya atau
puasa menyuburkan rohani dalam jiwa dan tidak sahnya suatu perkawinan. Adapun syarat
menguatkan kehendak, yakni mengendalikan perkawinan Adalah factor-factor yang harus
hawa nafsu dan hal-hal yang haram. dipenuhi oleh para subjek hukum yang
Supaya perkawinan yang akan dilakukan merupakan unsure atau bagian dari akad
mencapai tujuan untuk tuntunan naluri hidup perkawinan.(Jubaedah, 2010:107)
manusia, berhubungan antara laki-laki dan Diantara rukun akad nikah adalah ijab
perempuan dalam rangka mewujudkan dan qabul dalam berbagai transaksi lain,
kebahagiaan keluarga sesuai ajaran Allah dan yaitu pernyataan yang keluar dari salah satu
Rasul-Nya, Rasulullah Saw bersabda: pihak yang mengadakan akad atau transaksi,
“Perempuan dinikahi pada umumnya atas baik berupa kata-kata, tulisan, atau isyarat
pertimbangan empat Faktor: kekayaannya, yang mengungkapkan adanya keinginan
pangkatnya (status sosialnya), kecantikannya, terjadinya akad, baik salah satunya dari pihak
dan kekuatan Agamanya; pilihlah perempuan suami atau pihak istri. Sedangkan qabul
yang kuat agamanya, kamu pasti beruntung.” adalah pernyataan yang datang dari pihak
Hadits Rasulullah Saw riwayat Ibnu Majah kedua baik berupa kata- kata, tulisan, ataupun
dari Abdullah bin Amr lebih tegas lagi isyarat yang mengungkapkan persetujuan dan
mengajarkan, “Jangan kamu mengawini ridlanya.(Aziz, 2009:59).
perempuan karena kecantikannya sebab Berdasarkan pengertian diatas, ijab adalah

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
19 Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

bentuk ungkapan baik yang memberikan arti utama dari pada menggunakan bahasa lain.
akad atau transaksi, dengan catatan jatuh pada (Basyir, 2009: 26).
urutan pertama, sedangkan qabul adalah Jumhurul Ulama juga sepakat dalam
bentuk ungkapan yang baik untuk menjawab, penempatan ijab dan qabul itu sebagai
dengan catatan jatuh pada urutan kedua. rukun perkawinan. Menurut pendapat mazhab
Dalam hukum Islam sebagaimana yang Hanafi dan mazhab Hambali, jika wali nasab
terdapat dalam kitab-kitab fiqh, akad atau yang mewakilkannya telah mengucapkan
perkawinan itu bukan hanya sekedar sebuah ijab, kemudian mempelai laki- laki berdiam
perjanjian yang bersifat keperdataan. Hal ini beberapa saat (tidak segera menyatakan
dinyatakan sebagai sebuah perjanjian yang qabul) maka akad nikahnya dianggap sah.
sangat kuat dan kokoh, sebagaimana disebut Mazhab Maliki berpendapat bahwa qabul
dalam Al-Qur’an dengan ungkapan ikatan hanya boleh terlambat dalam waktu amat
yang kokoh, yang mana perjanjian itu bukan pendek.
hanya sekedar disaksikan oleh dua orang Sedangkan menurut mazhab Syafi‘i, jika
saksi yang ditentukan atau orang banyak yang wali telah mengucapkan ijab maka pengantin
hadir pada saat berlangsungnya akad laki harus segera menyatakan qabulnya.
perkawinan, tetapi juga disaksikan oleh Allah Hal yang paling pokok dalam perkawinan
Swt sebagaimana disebutkan dalam surat an- bagi kedua mempelai yang akan
Nisa’ ayat 21: melangsungkan ikatan perkawinan adalah
“Bagaimana kamu akan mengambilnya adanya kerelaan dan persetujuan dengan
kembali, padahal sebagian kaum telah ikatan tersebut. Hal ini bersifat abstrak dan
bergaul (bercampur) dengan yang lain psikologis sehingga sulit diukur. Oleh karena
sebagai suami-istri. Dan mereka (istri- itu, dalam mencapai persetujuan haruslah
istrimu) telah mengambil dari kamu berbentuk kata-kata, tindakan, atau isyarat
perjanjian yang kuat”. yang dapat dimengerti, selama tidak diikuti
Pada dasarnya akad nikah dapat terjadi penolakan. (Hakim, 2008: 84).
dengan menggunakan bahasa apapun yang Asalnya akad nikah harus diucapkan
dapat menunjukan keinginan serta dapat dengan lafadz yang menunjukan timbulnya
mengerti pihak-pihak bersangkutan dan dapat akad dengan ungkapan yang jelas, tidak ada
dipahami pula oleh para saksi. Di Indonesia makna kemungkinan lain yang sama kuat atau
sering dipergunakan bahasa Arab di kalangan yang lebih unggul serta kedua pihak dalam
mereka yang memahami, mempergunakan majlis akad dan keduanya harus ada
bahasa Indonesia atau bahasa daerah juga kemampuan untuk mengucapkannya. Jika
dipandang sah dan tidak dapat dikatakan qobul seorang calon suami mengirim surat
bahwa menggunakan bahasa yang satu lebih kepada wali wanita atau dengan

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat 20

mendelegasikan seseorang yang disertai dalil, menggunakan tulisan dan atau isyarat sesuai
seperti persaksian para saksi majelis qabul dengan pandangan Imam Syafi‘i.
atau yang lain bahwa surat telah dibacakan Metodologi Penelitian
sebagai bentuk ijab dihadapan mereka atau Kajian ini dilakukan secara kualitatif yang
diberitahukan isi suratnya.(Basyir, 2009: 106). dimaksudkan untuk dapat mendalami aspek-
Pada dasarnya ijab qabul dilakukan dalam aspek yang melingkupi objek kajian berupa
satu majlis, akan tetapi tidak satu majlis bila praktik akad nikah dengan tulisan dan atau
mana antara kedua pihak tidak satu maljis isyarat. Kajian ini dapat digolongkan pada
karena berjauhan daerah atau beda Negara, jenis kajian kepustakaan yang merujuk pada
untuk solusinya tentu menggunakan surat sumber data primer berupa kitab Al- Umm
dengan mendelegasikan disertai bukti-bukti karya Imam Syafi’i, dan data sekunder yang
yang ada. Dan ijab qabul dilakukan secara merujuk pada I‟anatut Thalibin karya
lisan, dalam hal secara lisan tidak mungkin Muhammad Syata Ad- Dimyaty, Fiqh Lima
dilakukan karena salah satu pihak buta huruf Mazhab karya Jawwad Mughniyah. dan buku-
misalnya, dapat dilakukan dengan isyarat bagi buku atau kitab-kitab yang lain yang
orang bisu. berhubungan dengan judul skripsi tersebut.
Di Jawa barat, tepatnya di Desa Klayan, Data-data yang dibutuhkan dalam kajian
Kecamatan Gunung Jati Cirebon, pernah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik
terjadi akad nikah antara Rawisa (41) dengan dokumentasi, untuk kemudian dilakukan
Robi’ah (41) yang sama-sama tunawicara langkah analisis data yang menggunakan
(bisu). Pernikahan mereka berlangsung analisis content analysis. yang mencakup
(10/07) dirumah mempelai wanita itu pun upaya; klasifikasi tanda-tanda yang dipakai
sempat mendapat perhatian banyak orang, dalam komunikasi, Menggunakan kriteria
terlebih keluarga dan tetangga keduanya. Rasa sebagai dasar klasifikasi.
haru bercampur lucu berbaur manakala Pengertian Pernikahan
pasangan tersebut akad nikah, karena meraka Perkawinan dalam bahasa arab disebut al-
hanya bisa menggunakan bahasa isyarat. Nikah, yang menurut bahasa bermakna
Sementara itu penghulu yang menikahkan berkumpul, menindas, dan memasukan. (Tim
keduanya, melalui PPN setempat mengatakan, penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, 2006:
meski dengan kondisi kurang sempurna 38). Pernikahan (zawaj) Menurut bahasa
keduanya sah menurut agama dan diakui diartikan adh-dhamm (berkumpul atau
secara administrasi Negara. Berdasar kepada bergabung) dan ikhtilath (bercampur). Makna
paparan tersebut diatas menjadi pertimbangan percampuran bagian dari adh-dhamm karena
penting dilakukannya kajian tentang status adh-dhamm meliputi gabungan fisik yang
hukum praktik akad nikah dengan satu dengan yang lain dan gabungan ucapan

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
21 Sobirin : Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

satu dengan yang lain; yang pertama ”Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara
gabungan dalam bersenggama dan yang kedua seorang pria dengan seorang wanita sebagai
gabungan dalam akad. suami istri dengan tujuan membentuk sebuah
Nikah menurut istilah syarak adalah suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
akad atau perikatan untuk menghalalkan kekal abadi berdasarkan ketuhanan Yang
hubungan kelamin antara laki-laki dan Maha Esa”.( Tim Redaksi Nuansa Aulia,
perempuan dalam rangka mewujudkan 2009:80).
kebahagiaan hidup keluarga, yang diliputi rasa Hakikat perkawinan yang digambarkan
ketentraman serta kasih sayang dengan cara dalam UU No I/1974 tersebut sejalan dengan
yang diridlai Allah Swt.(Basyir, 2000:14). hakekat perkawinan dalam Islam. Karena
Perkawinan suatu cara yang dipilih oleh keduanya tidak hanya memandang dari segi
Allah sebagai jalan bagi manusia untuk ikatan kontrak lahirnya saja, tapi sekaligus
beranak, berkembangbiak dan kelestarian ikatan pertautan kebatinian antara suami-istri
hidupnya, setelah masing-masing pasangan yang ditunjukan untuk membina keluarga yang
siap melakukan perannnya yang positif dalam kekal dan bahagia sesuai dengan kehendak
mewujudkan tujuan perkawinan. Sebagaimana Tuhan Yang Maha Esa.
dijelaskan dalam surat al-Hujurat ayat 13: Islam Menganjurkan pernikahan dan
“Hai manusia, Sesungguhnya kami mendorong para pemuda agar menikah,
menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan sebagaimana hadits shahih yang diriwayatkan
seorang perempuan dan menjadikan kamu dari Ibnu Mas‟ud bahwa Rasulullah SAW
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya bersbda:
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya ”Wahai para pemuda, barang siapa
orang yang paling mulia diantara kamu disisi diantara kalian yang mampu biaya nikah,
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara menikahlah! Sesungguhnya menikah itu bisa
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lebih memejamkan pandangan mata dan lebih
lagi Maha Mengenal”. memelihara farj (alat kelamin). Barang siapa
Sebagian ulama Syafi‘iyah memandang yang tidak mampu, henaklah ia berpuasa.
bahwa akad nikah adalah akad ibahah, yaitu Sesungguhnya ia sebagai perisai baginya.”
memperbolehkan suami menyutubuhi Dalam anjuran nikah diatas disepakati
(menggauli) istrinya. (Yanggo, 1994: 40). para Ulama. Maksud biaya nikah adalah
Sehubungan dengan pengertian nikah biaya konsekuensi nikah yakni
dalam hukum Islam seperti telah diuraikan, mempersiapkan tempat tinggal dan memberi
tampaknya tidak berbeda dengan pengertian nafkah hidup. Makna perisai (wija’) adalah
perkawinan dalam UU No.1/1974 tentang mematahkan (qath‘un), tidak mampu
perkawinan. BAB I pasal I berbunyi: menikah. Demikian itu karena puasa

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat 22

menyuburkan rohani dalam jiwa dan nikmat Allah?.


menguatkan kehendak, yakni mengendalikan b. Pernikahan merupakan salah satu
hawa nafsu dan hal-hal yang haram. (Hajar, sunah Nabi dan mereka dijadikan
2008:14). tauladan dalam kehidupan.
Meskipun pada dasarnya Islam c. Perkawinan membawa rizki dan
menganjurkan kawin, apabila ditinjau dari menghilangkan kesulitan-kesulitan:
keadaan yang melaksanakannya, perkawinan Dalam surat an-Nur ayat 32 disebutkan
dapat dikenai hukum wajib, sunah, haram, bahwa, “Dan kawinkanlah orang-orang
makruh, dan mubah. Pernikahan adalah salah yang sendirian di antara kamu, dan
satu sunnatullah yang umum berlaku pada orang-orang yang layak (berkawin) dari
semua makhluk tuhan, baik pada manusia, hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Hal ini hamba-hamba sahayamu yang
kita temukan dalam surat al-Dzariyat ayat 49 perempuan. Jika mereka miskin Allah
sebagai berikut: akan memampukan mereka dengan
“Dan segala sesuatu kami ciptakan karuniaNya. Dan Allah maha luas
berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat (pemberianNya) lagi maha mengetahui”.
akan kebesaran Allah”. d. Isteri merupakan simpanan yang paling
Menurut Asaf A.A., fyzee, tujuan baik.
pernikahan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: Dalam surat at-Taubah ayat 34
1. Aspek Agama ( Ibadah ) disebutkan sebagai berikut:
a. Pernikahan merupakan pertalian yang “Hai orang-orang yang beriman,
teguh antara suami-istri dan turunan, Sesungguhnya sebagian besar dari
pertalian yang dalam hidup dan orang-orang „alim Yahudi dan rahib-
kehidupan merupakan perpaduan yang rahib Nasrani benar-benar memakan
suci dan kebiasaan yang bermutu tinggi harta orang dengan jalan batil dan
dalam perkembangbiakan manusia mereka menghalang- halangi (manusia)
sebagai karunia Tuhan. Allah sudah dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
berfirman dalam surat An Nahl ayat 72: menyimpan emas dan perak dan tidak
” Allah menjadikan bagi kamu isteri- menafkahkannya pada jalan Allah, maka
isteri dari jenis kamu sendiri dan beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
menjadikan bagimu dari isteri-isteri mereka akan mendapat) siksa yang
kamu itu, anak-anak dan cucu- cucu, dan pedih.
memberimu rizki dari yang baik-baik. Ketika itu kami bersama Rasulullah
Maka mengapakah mereka beriman SAW dalam salah satu perjalanan, lalu
kepada yang bathil dan mengingkari sebagian sahabat ada yang berkata:

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
23 Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

“Telah ada ayat turun tentang emas dan antaramu rasa kasih sayang.
perak. Dan anda kata kami ada yang lain Sesungguhnya pada yang demikian itu
lebih baik, tentu akan kami simpan. Nabi benar- benar terdapat tanda-tanda bagi
saw menyebut: “Lisan yang selalu kaum berfikir”.
berdzikir, hati yang selalu bersyukur dan c. Memelihara kerukunan hidup berumah
isteri yang mukminah yang menunjang tangga dan kerukunan, sehingga
iman suaminya”. terciptanya stabilitas keluarga dan
2. Aspek Sosial masyarakat, tolong menolong
a. Memberikan perlindungan kepada menyelesaikan masalah, dan berbagi
kaum wanita yang secara umum rasa dalam senang dan duka.
fisiknya lemah karena setelah kawin, ia Rasulullah Saw bersabda sebagai
mendapat perlindungan dari suami, baik berikut:
masalah nafkah atau gangguan orang “Hai para pemuda, barang siapa
lain. diatara kamu telah sanggup memberi
Dalam surat an-Nisa ayat 34 disebutkan nafkah, maka kawinlah, karena kawin
bahwa: itu lebih merundukan mata dan lebih
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin memelihara faraj (kemaluan). Dan
bagi kaum wanita, oleh karena Allah barang siapa tidak sanggup member
telah melebihkan sebagian mereka (laki- nafkah maka hendaklah berpuasa,
laki) atas sebagian yang lain (wanita) karena puasa itu melemahkan syahwat”.
dan karena mereka (laki-laki) telah 3. Aspek Hukum
menafaqahkan sebagian dari harta Pernikahan sebagai akad, yaitu perikatan
mereka”. dan perjanjian yang luhur antara suami-istri
b. Mendatangkan sakinah (ketenteraman untuk membina rumah tangga bahagia.
batin) bagi suami, menimbulkan Dalam surat an-Nisa ayat 21 dijelaskan
mawaddah dan wahabbah (cinta kasih) sebagai berikut:
serta rahmah (kasih sayang) antara “Bagaimana kamu akan mengambilnya
suami-isteri, anak-anak dan seluruh kembali, sebagian kamu telah bergaul
anggota keluarga. Dalam surat ar-Rum (bercampur) dengan yang lain sebagai
ayat 21 disebutkan sebagai berikut: suami-istri. Dan merekan (istri-istrimu)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan- telah mengambil dari kamu perjanjian yang
Nya ialah menciptakan untukmu isteri- kuat”.
isteri dari jenismu sendiri supaya kamu Kemudian, dapat dikaji tentang syarat-
cenderung dan mersa tenteram syarat sahnya nikah ada empat hal, yaitu:
kepadanya dan dijadikan-Nya di 1. Calon kedua mempelai sudah diketahui

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat 24

dengan jelas. Tidak cukup hanya dengan mengindikasikan bahwa tidak sah suatu
mengatakan, ”saya nikahkan anak saya,” pernikahan bila tidak ada dua orang saksi
sedang memiliki banyak anak. Atau dengan yang adil.
mengatakan, ”saya nikahkan anak laki-laki Imam Turmudzi, “ini adalah amalan yang
saya,” sedangkan ia memiliki beberapa telah diamalkan para sahabat Nabi saw.
anak laki-laki. Maka, akan menjadi jelas Dan orang-orang setelah mereka dari para
jika orang tua yang bersangkutan memakai tabi‟in dan yang mengikutinya. Mereka
isyarat dengan menunjuk seseorang yang berkata, tidak sah suatu nikah tanpa ada
dimaksud atau menyebut namanya atau saksi. Dan tidak ada yang berbeda pendapat
menyebut sifat-sifat istimewanya. dalam hal ini, kecuali hanya sekelompok
2. Kedua calon mempelai telah ikhlas atau ulama pada zaman ini.”(Al-Fauzan,
ridla satu sama lain. Nikah tidak akan 2006:652).
menjadi sah jika ada unsur paksaan dari Landasan Secara Teoritis dan Yuridis
salah satu pihak, sebagaimana hadits yang tentang Akad Nikah
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Akad nikah nikah adalah perikatan
Rasulullah Saw bersabda, “janganlah kamu hubungan perkawinan antara mempelai laki-
menikahi seorang janda sebelum ia diajak laki dan perempuan yang dilakukan didepan
berunding dan janganlah kamu menikahi kedua saksi laki-laki dengan menggunakan
seoranga gadis kecuali ia ia telah memberi kata-kata ijab-kabul. Ijab dikatakan oleh
izin dan rela.” (Muttafaqun ‘Alaih). pihak perempuan, yang kebanyakan fukaha
Namun, disana ada pengecualian bagi calon dilakukan oleh walinya (wakilnya), dan qabul
mempelai yang masih kecil dan belum adalah pernyataan menerima dari pihak laki-
baligh atau ia bodoh dan idiot, maka bagi laki, serta disebutkan mas kawin (mahar)
walinya ada hak untuk menikahkannya, yang semestinya sudah ada dalam akad nikah.
meski secara paksa. Akad (Shighat) ijab dan qabul. Keduanya
3. Adanya wali bagi wanita untuk menjadi rukun akad. Bergantung pada
memenikahkannya, sebagaimana sabda keduanyalah hakekat suatu dan wujudnya
Rasulullah Saw, “Tidak sah nikahnya secara syara‟. Disini ada beberapa syarat
seorang wanita tanpa adanya wali”. pada ijab dan qabul, sebagian menetap pada
4. Adanya dua orang saksi dalam shighat akad nikah dan sebagian yang lain
pelaksanaan akad nikah, sebagaimana yang menetap pada lafal yang menentukan
disebut dalam hadits yang diriwayatkan keabsahan akad nikah. Berikut ini penjelasan
oleh Jabir r.a sebagai berikut:”tidak sah beberapa syarat akad nikah:
suatu akad tanpa adanya wali dan dua 1. Shighat akad nikah berbentuk kata kerja
orang saksi yang adil.”Hadits ini Lafal yang mengungkapkan ijab-qabul

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
25 Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

yang menunjukan penyelenggaraan akad terpaksa. Menurut pendapat kebanyakan


nikah berbentuk kata kerja (fi‘il). Pada ulama, mempelai perempuan tidak boleh
dasarnya lafal yang digunakan menikahkan dirinya sendiri, harus dilakukan
mengungkap penyelenggaraan akad oleh walinya.
dalam syarak hendaknya fi‘il madhi (kata Bahkan atas dasar pertimbangan maslahah
kerja bentuk lampau). Seperti zawwajtu mursalah dapat pula diadakan ketentuan umur
atau tazawwajtu (aku nikahkan engkau), yang melampaui umur baligh (sekitar 15
ungkapan inilah yang kemudian disebut tahun), apabila terdapat motif yang benar-
ijab. Kemudian dijawab, radhitu (aku benar dapat diharapkan akan lebih dapat
ridha) dan wafaqtu (aku setuju) dan menyampaikan tercapainya tujuan perkawinan
qabiltu (aku terima), yang kemudian seperti ketentuan UU perkawinan No. I/1974
disebut qabul. (Aziz, 2009:60). pasal 7 ayat I, bahwa calon mempelai laki-laki
2. Lafal yang maknanya jelas sekurang-kurangnya mencapai umur 19
Hendaknya lafal yang digunakan tahun dan calon mempelai perempuan
menunjukan pernikahan baik secara sekurang-kurangnya mencapai umur 16 tahun.
materi maupun subtansinya, baik dalam Objek dalam akad nikah bukan orang yang
makna yang sebenarnya (makna hakiki) terkait dalam perjanjian, tetapi apa yang
secara bahasa kiasan (majas) yang sudah menjadi persetujuan bersama, yaitu halalnya
terkenal, atau sampai ketingkat makna melakukan hubungan timbul balik antara
yang sebenarnya dalam bahasa suami istri. Hal ini berarti, dengan adanya
maupun makna kiasan yang disertai akad nikah, tidak terjadi penguasaan suami
indikator. Dengan demikian, makna lafal terhadap pribadi istri atau sebaliknya. Oleh
tersebut menjadi jelas dalam akad karena itu, diperlukan adanya syarat bahwa
pernikahan. Dari pengertian akad nikah calon mempelai perempuan tidak haram
tersebut kita ketahui adanya empat unsur dinikah oleh calon suami, atau dengan kata
(rukun) akad nikah, yaitu: lain, tidak dapat dilarang perkawinan antara
a. Mempelai laki-laki dan perempuan calon-calon suami istri.
b. Wali mempelai perempuan Pada dasarnya akad nikah dapat terjadi
c. Dua orang saksi laki-laki dengan menggunakan bahasa apapun yang
d. Ijab dan qabul. dapat menunjukan keinginan serta dapat
Seperti halnya dalam akad nikah secara dimengerti pihak-pihak bersangkutan dan
umumnya, pihak-pihak yang melakukan akad dapat dipahami pula oleh para saksi. Di
nikah (mempelai laki-laki dan perempuan) Indonesia sering dipergunakan bahasa Arab
diisyaratkan mempunyai kecakapan sempurna dikalangan mereka yang memahami.
yaitu telah baligh, berakal sehat, dan tidak Mempergunakan bahasa Indonesia dan bahasa

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat 26

Daerah juga dipandang sah dan tidak dapat dengan perkawinan.”


dikatakan bahwa menggunakan bahasa yang Pelaksanaan ijab qabul dalam akad nikah,
satu lebih utama dari pada menggunakan dalam pasal 27 KHI tentang akad nikah,
bahasa yang lain. menentukan bahwa pelaksanaan ijab dan
Pada dasarnya ijab qabul dilakukan secara qabul antara wali (dari pihak calon mempelai
lisan. Dalam hal secara lisan tidak mungkin perempuan) dengan calon mempelai laki-laki
dilakukan karena salah satu pihak buta huruf harus jelas beruntun dan tidak berselang
misalnya, dapat dilakukan dengan isyarat. waktu. Akad nikah. Pelaksanaan ucapa ijab
Antara ijab dan qabul disyaratkan terjadi nikah ang semestinya dilakukan oleh “wali
dalam satu majlis, tidak disela-selai dengan nikah” dapat diwakilkan kepada orang lain
pembicaraan lain atau perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat (pasal 28 KHI).
yang menurut adat kebiasaan dipandang Ucapan ijab yang diucapkan pada akad
mengalihkan akad yang sedang dilakukan. nikah itu dilakukan atas nama wali nikah
Ulama-ulama mazhab Syafi‘i mensyaratkan untuk menikahkan calon mempelai perempuan
harus langsung, yaitu setelah wali mempelai bersangkutan. Qabul diucapkan oleh mempelai
perempuan menyatakan ijab, mempelai laki- laki-laki secara pribadi. Akan tetapi, dalam
laki harus segera menyatakan qabulnya tanpa kondisi tertentu qabul nikah dapat diwakilikan
antara waktu. Peandapat ini yang disering kepada lelaki lain, dengan ketentuan bahwa
dipraktekan dikalangan kebanyakan kaum calon mempelai lelaki bersangkutan memberi
muslimin di Indonesia. kuasa yang tegas secara tertulis, bahwa
Salah satu prinsip perkawinan dalam Islam, penerimaan wakil atas nama akad nikah
seperti diatas, ialah adanya keabsahan (qabul) itu adalah untuk mempelai lelaki. Hal
mengajukan syarat dalam akad. Syarat yang ini ditentukan dalam pasal 29 KHI.(Jubaedah,
diajukan dalam akad itu dipandang mengikat 2010:116).
apabila tidak bertentangan dengan ketentuan- Pendapat Imam Syafi’i Tentang Akad
ketentuan ajaran Islam, tidak menghalalkan Nikah Dengan Tulisan Dan Isyarat
yang haram dan tidak mengharamkan yang Mengenai sah atau tidaknya akad nikah
halal. Hal ini disebutkan dalam surat al-Isra’ dengan tulisan, Imam Syafi‘i berpendapat
ayat 34, bahwa “dan penuhilah janji karena bahwa akad nikah dengan tulisan
janji itu pasti akan diminta a d a l a h sah dengan syarat ada yang ada orang
pertanggungjawaban.”Dan juga dalam hadis yang membacakan tulisannya adalah sebagai
Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam wakilnya, kalau tidak sebagai wakilnya maka
Bukhari, Muslim dan lain-lain dari Uqbah bin akad nikahnya rusak atau tidak sah. Dan juga
Amir mengajarkan“syarat-syarat yang lebih Imam Syafi‘i berpendapat sah akad nikah
berhak dipenuhi ialah yang berhubungan dengan isyarat karena tidak dapat menulis,

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
27 Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

apa yang telah diuraikan mengenai syarat dan


tapi kalau bisa menulis sebaiknya rukun pernikahan. Tentu dalam problematika
menggunakan isyarat dan tulisan dipadukan. kehidupan ada hal-hal yang membuat suatu
Imam Mughniyah dalam buku Fiqih lima akad pernikahan tidak sesuai dengan hal yang
Mazhab berpendapat bahwa keterangan akad ditentukan. Dengan hal ini, misalnya seorang
nikah melalui tulisan (surat dan sebagainya) calon mempelai laki-laki yang sudah
menurut pendapat Imam Syafi‘i berpendapat direcanakan bisa hadir dalam majlis akad
tidak sah, dengan catatan bila hadir dalam nikah, karena ada suatu hal tidak bisa hadir.
majelis dan sanggup untuk mengucapkan akad Begitu juga orang tunawicara yang tidak bisa
nikah, dan bila tidak hadir tapi tidak dan tidak mungkin mengucapkan ijab qabul
mewakilkan untuk membacakan tulisan dan secara Sharih atau jelas dihadapan wali nikah
sebagai wakilnya.
Tetapi sebaliknya memang tidak dapat dan kedua saksi laki-laki nikah. Tentu
menghadirinya, dan membawakan surat syari’at Islam ada jalan keluarnya untuk
kepada orang lain yang adil yang dijadikan menyikapi hal diatas, dan sudah di Ijtihadi
sebagai wakil qabulnya, maka sah nikahnya para Imam mujtahid. Dalam hal ini penulis
dengan terpenuhi syarat dan rukunnya akan menguraikan pandangan satu mazhab
pernikahan. Seperti hal yang telah ada dan secara khusus yaitu Imam Syafi’i, dan
terjadi pada diri Rasulullah Saw, yaitu saat ditambah dengan pandangan sebagian mazhab
Rasulullah Saw menikahi Ummu Habibah serta jumhur ulama.
binti Abu Sufyan, yang mana Rasulullah Saw Proses pernikahan dalam Islam mempunyai
tidak dapat datang dan mewakilkan kepada aturan-aturan yang ketat. Sebuah akad
sahabat Umar bin Umayyah Al-Dlamiriy pernikahan yang sah harus terpenuhi rukun
untuk qabul nikahnya. dan syarat-syaratnya. Rukunnya diantarany
Cara Ijab Qabul orang bisu dalam akad adalah ijab dan qabul, sedang syaratnya
nikah bisa dilakukan dengan isyarat, dengan diantaranya adalah ijin dari wali perempuan
syarat bila isyaratnya sharih (jelas), jika tidak dan kehadiran dua orang saksi. Sebagaimana
sharih, dalam arti isyaratnya menimbulkan argumentasi yang digunakan Imam Syafi’i
kinayah atau ia bisa menulis maka bila ia dalam kitabnya dengan hadits dari Ibnu
masih bisa mewakilkan ia harus mewakilkan Abbas, bahwa Rasulullah Saw bersabda,
dan jika tidak bisa mewakilkan maka ijab “Tidak sah suatu nikah kecuali dengan wali
qabulnya boleh dilakukan dengan isyarat mursid dan kedua saksi laki-laki yang
kinayah atau dengan tulisan karena darurat adil”.(Muhammad, 1983:164).
Dalam pernikahan banyak hikmah dan Ini semuanya harus dilakukan dengan jelas
tujuannya, dan tidak menutup kemungkinan dan transparan, sehingga tidak ada unsur
pernikahan semua dilaksanakan sempurna dari penipuan dan pengelabuhan. Oleh karena itu,

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat 28

calon suami atau wakilnya harus hadir di istri, dan wali nikah dan kedua saksi laki-laki,
tempat, begitu juga wali perempuan atau serta surat itu dibaca oleh orang yang
wakilnya harus hadir di tempat, dan kedua mewakili sebagai qabul pada saat akad nikah
saksi pun harus hadir di tempat untuk ini sah, karena ada argumentasi adanya wakil.
menyaksikan akad pernikahan. Kedua, akad nikah dengan isyarat, secara
Dalam permasalahan ini terdapat perbedaan umum hanya tertentu pada orang bisu yang
pendapat diantara Ulama, menurut sebagian tidak sanggup untuk mengucapkan qabul bila
Ulama akad nikahnya tetap sah karena dilakukan dengan isyarat padahal bisa atau
dianggap sebagai pengecualian dari tidak pandai menulis maka nikahnya tidak sah.
sahnya akad nikah yang dilaksanakan dengan Akan tetapi, bila pandai menulis, maka akad
shighat kinayah, sedangkan menurut sebagian nikahnya menggunakan panduan kedua-
Ulama lainnya hukumnya tidak sah karena duanya yaitu dengan tulisan dan isyarat, dan
akad nikah yang dilakukan dengan shighat bila benar-benar tidak bisa atau pandai
kinayah hukumnya tidak sah, dan menurut menulis maka cukup/sah akad nikahnya
mereka hal ini juga berlaku dalam masalah ini, dengan isyarat.
jadi akad nikah tersebut baru dihukumi sah Dasar Hukum Imam Syafi’i Tentang
apabila dilakukan dengan isyarat yang bisa Diperbolehkannya Akad Nikah Dengan
dipahami minimal oleh wali nikah yang Tulisan Dan Isyarat
mengakadkannya, entah itu ayahnya, kakeknya Dalam hal istinbat al-hukm Imam Syafi’i
atau wali. Imam Syafi’i berkata “Isyarat dan mempunyai metode yang mana beliau dengan
tulisannya sama dalam berbagai masalah- menggunakan Ushul Fiqh, yaitu dengan
masalah hukum seperti dalam hal wasiat, sumber hukum yang pertama al-Qur’an dan
nikah, talak, jual beli, qishas dan sebagainya. bila mana tidak ada ketetapannya beliau
Dalam hal permasalahan diatas perlu gunakan as-Sunnah dan bila belum maka
diuraikan secara spisifik, bahwa, pertama, menggunakan ijmak para Ulama Mujtahidin.
akad nikah dengan surat bisa sah bila mana Imam Syafi’i pun juga menggali hukum
terpenuhi syarat- syaratnya dan rukun- dengan pertimbangan konteks masalah dengan
rukunnya akad nikah, menurut Imam Syafi’i akibat hukumnya.
secara umum akad nikah dengan surat tidak Pertama, Mengenai sah atau tidaknya akad
sah, tapi melihat konteks permasalahan, calon nikah dengan tulisan, Imam Syafi’i
suami tidak dapat datang pada akad nikah, dan berpendapat sah atau boleh dengan tulisan
ada orang yang adil dan dapat dipercaya yang dengan syarat ada orang yang membacakan
menjadi wakil calon suami dengan disertai tulisannya adalah sebagai wakilnya, kalau
surat qabul dari calon suami, adanya tidak sebagai wakilnya maka akad nikahnya
kesepakatan antara pihak calon suami, calon rusak atau tidak sah. Dan juga Imam Syafi’i

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
29 Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

berpendapat sahnya akad nikah seorang bisu Tata cara akad nikah bagi orang normal
(tunawicara) dengan isyarat karena tidak dapat adalah sebagaimana biasanya yang telah kita
menulis, tapi kalau bisa menulis sebaiknya ketahui bersama, namun tata cara akad nikah
menggunakan isyarat dan tulisan dipadukan. bagi tunawicara (orang bisu) adalah cukup
Menurut Imam Mughniyah dalam buku dengan menggunakan isyarah saja sudah
Fiqih lima Mazhab berpendapat bahwa sah. Dalil yang menjelaskan hal ini adalah
keterangan akad nikah melalui tulisan (surat bahwa, “Akad nikah dihukumi sah dengan
dan sebagainya) menurut pendapat Imam menggunakan isyarah yang memahamkan
Syafi’i berpendapat tidak sah, dengan catatan bagi orang bisu, itu terdapat di dalam kitab
bila hadir dalam majelis dan sanggup untuk Tuhfah. Nikahnya orang bisu itu dihukumi sah
mengucapkanya akad nikah, dan bila tidak dengan menggunakan isyarah yang
hadir tapi tidak mewakilkan untuk memahamkan, tidak ditentukan hanya orang
membacakan tulisan/suratnya dan sebagai yang pandai memahami isyarah tersebut. Juga
wakilnya. Tetapi sebaliknya memang tidak sah nikahnya orang yang bisu itu dengan
dapat menghadirinya, dan membawakan surat tulisannya, pendapat ini tidak ada khilaf,
kepada orang lain yang adil yang dijadikan (keterangan kitab majmu’), namun ada
sebagai wakil qabulnya, maka sah nikahnya sebagian golongan yang menentang pendapat
dengan terpenuhi syarat dan rukunnya ini karena sesungguhnya isyarah di dalam
Pernikahan. Seperti hal yang telah ada dan talak itu kinayah bukan sarih, akad nikah itu
terjadi pada diri Rasulullah Saw, yaitu saat lebih berat dibandingkan talak, bagaimana
Rasulullah Saw menikahi Ummu Habibah nikah itu di hukumi sah dengan isyarah tanpa
binti Abu Sufyan, yang mana Rasulullah Saw ada khilaf. Dengan menyamakan pendapat
tidak dapat datang dan mewakilkan kepada kyai mushonnif ketika orang bisu itu tidak
sahabat Umar bin Umayyah Al-Dlamiriy punya isyarah yang memahamkan dan sulit
untuk qabul nikahnya. mewalikan (dharurat) maka isyarah orang
Kedua, cara ijab qabul orang bisu dalam bisu itu disamakan dengan
akad nikah bisa dilakukan dengan isyarat, tulisannya.”(Masyhur, 2005: 277).
dengan syarat bila isyaratnya sharih (jelas), Selanjutnya, bahwa orang bisu cukup
jika tidak sharih, dalam arti isyaratnya dengan memberikan isyarat secara jelas
menimbulkan kinayah atau ia bisa menulis (sharih) yang menunjukan maksud nikah,
maka bila ia masih bisa mewakilkan ia harus manakala dia tidak pandai menulis. Kalau dia
mewakilkan dan jika tidak bisa mewakilkan pandai menulis maka sebaiknya dipadukan
maka ijab qabulnya boleh dilakukan dengan antara akad dalam bentuk tulisan dan isyarat,
isyarat kinayah atau dengan tulisan karena hal ini menurut semua mazhab.(Jawwad, 2003:
darurat. 312).

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat 30

Pernikahan orang bisu bisa dianggap sah Pasal 27


bila dilakukan dengan tulisan atau isyarat Ijab dan kabul antara wali dan calon
yang jelas dan bisa dipahami. Jika ijab mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak
qobul itu telah terpenuhi, maka nikah itu berselang waktu.
menjadi sah menurut agama walaupun orang Pasal 28
yang mengucapkannya itu main-main dan Akad nikah dilaksanakan sendiri secara
tidak bermaksud untuk benar-benar menikah, pribadi olehwali nikah yang bersangkutan.
sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Ada tiga Wali nikah mewakilkan kepada orang lain.
hal yang ketika main-main itu harus benar- Pasal 29
benar terjadi dan ketika sungguh-sungguh (1) Yang berhak mengucapkan kabul
juga harus terjadi, yaitu talak, nikah, dan ialah calon mempelai pria secara
ruju’ ( HR.Tirmidzi) (al-Fauzan, 2000:650). pribadi.
Imam Ghazali dalam kitab syarah Irsyad (2) Dalam hal-hal tertentu ucapan kabul
wa al-Minhaj berfatwa, “Bahwa akad nikah dapat diwakilkan kepada pria
nikahnya orang bisu dianggap sah dengan lain sengan ketentuan calon mempelai
isyarah yang jelas (memahamkan para saksi pria memeberi kuasa yang tegas
dan wali atau yang mewakilinya).(Masyhur, secara tertulis bahwa penerimaan
2005:319). wakil atas akad nikah itu adalah
Tinjauan Hukum Positif Terhadap untuk mempelai pria.
Praktek Akad Nikah Dengan Tulisan dan (3) Dalam hal calon mempelai wanita
Isyarat atau wali keberatan calon mempelai
Perkawinan yang sudah ditetapkan dalam pria diwakili, maka akad nikah tidak
peraturan-peraturan dalam perundang- boleh dilangsungkan.
undangan yang telah ditetapkan dalam UU No. Dalam Undang-Undang Replubik
I/1974 tentang perkawinan dan KHI Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
(Kompilasi Hukum Islam), mengatur bahwa Perkawinan, pada pasal 2 ayat 2 disebutkan
akad nikah bisa sah bila mana sudah bahwa “tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
memenuhi syarat dan rukunnya. Dalam KHI peraturan perundang-undangan yang
BAB IV pasal 14 tentang rukun dan syarat berlaku”.(Kompilasi Hukum Islam, 2008:80).
nikah, diterangkan bahwa untuk melaksanakan Dapat kami simpulkan bahwa UU
perkawinan harus ada: 1) calon suami, 2) calon Perkawinan No I/1974 dan KHI menunjukan
isteri, 3) wali nikah, 4) dua orang saksi dan; 5) sahnya suatu akad nikah dengan surat, dengan
ijab dan qabul. catatan:
Mengenai akad nikah dijelaskan dalam 1. Syarat dan rukun perkawinan terpenuhi;
KHI dalam pasal-pasal dibawah ini: 2. Tidak adanya larangan menikah secara

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
31 Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

Agama dan Negara; nikah dengan isyarat adalah ijab qobul


3. Tidak adanya hadir dalam majlis akad yang dilakukan oleh calon suami dengan
nikah; menggunakan anggota badan (isyarat)
4. Harus mewakilkan orang lain untuk yang sharih karena tidak adanya mampu
membacakan qabul yang surat dimajlis untuk mengucapkan qobul
akad nikah sebagai mana dalam pasal 28 2. Imam Syafi’i berpendapat bahwa secara
dan 29 (1dan 2) Kompilasi Hukum Islam umum akad nikah dengan surat tidak sah,
(KHI) bagian kelima tentang akad nikah; tapi melihat konteks permasalahan, calon

(Kompilasi Hukum Islam, 2008:9). suami tidak dapat datang pada akad nikah,

5. Disetujui oleh semua pihak. dan ada orang yang adil dan dapat

Sedangkan akad nikah dengan isyarat hanya dipercaya yang menjadi wakil calon suami

dibolehkan kepada orang tunawicara yang dengan disertai surat qabul dari calon

tidak mampu menulis, yang mana hal ini suami, adanya kesepakatan antara pihak

telah terjadi proses akad nikah orang calon suami, calon istri, dan wali nikah

tunawicara dengan isyarat dan disahkan oleh dan kedua saksi laki- laki, serta surat itu

saksi serta PPN. dibaca oleh orang yang mewakili sebagai

Simpulan qabul pada saat akad nikah ini sah,

Setelah dilakukan telaah atas permasalahan karena ada argumentasi adanya wakil,

penelitian ini melalui pembahasan- dan Imam Syafi’i juga berpendapat akad

pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat nikah dengan isyarat yang secara umum

dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai hanya tertentu pada orang bisu yang tidak

berikut : sanggup untuk mengucapkan qabul maka

1. Imam Syafi’i secara menegaskan bahwa akad nikahnya sah atau boleh dengan

akad nikah dengan surat (tulisan) adalah isyarat yang sharih (jelas) tidak dengan

sighat ijab qobul yang tidak secara kinayah dan dengan catatan bila dilakukan

langsung diucapkan oleh mempelai laki- dengan kondisi tidak pandai menulis maka

laki, tapi maksud dan tujuan qobul ditulis nikahnya sah. Akan tetapi, bila pandai

lewat surat serta surat itu dikuatkan menulis, maka akad nikahnya

dengan bukti keakuratan indentitas menggunakan kedua-duanya yaitu dengan

(kejelasan) calon suami, serta dibawa dan tulisan dan isyarat karena kondisi yang

dibaca oleh orang yang adil yang dijadikan darurat.

wakil calon suami untuk mewakilkan DAFTAR PUSTAKA

qabul akad nikahnya serta dapat Al-Mundhiri. 2003. Mukhtasor shaheh

persetujuan semua pihak. Sedangkan akad Muslim, (Jakarta: Pustaka Amani).


Al-Bakri. 2005. I’anatuth tholibin Jld III

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat 32

(Beirut). (UII Press Yogyakarta)


Al-Qoththon, Manna Kholil. 1990. Mabahits Djalil, Ahmad Basiq. 2 0 1 0 . Ilmu ushul
fii ‘Ulumil Qur’an, (Ar-Riyadh: fiqih, 1 dan 2, (Jakarta, Fajar
Mansyurat al-Ashr al-Hadis) interpratama Offset)
Al-Qoththon, Manna Kholil. 1990. Mabahits Djazuli, Ahmad. 2005. Ilmu Fiqh: penggalian,
fii ‘Ulumil Qur’an, (Ar-Riyadh: perkembangan, dan penerapan
Mansyurat al-Ashr al-Hadis) Hukum Islam, Ed. Rev, Cet. 7,
Al-Fauzan, Saleh. 2006. Fiqih Seahi-hari, (Jakarta: Fajar interpratama offset)
Cet.I, (Jakarta: Gema Insani) Djubaedah, Neng. 2010. Pencatatan
Amirin, Tatang M. 1995. Menyusun Rencana perkawinan dan perkawinan tidak
Penelitian, Cet. 3, (Jakarta: PT. dicatat, cet I (Jakarta: Sinar
Raja Grafindo Persada) Grafika).
Anwar. Moh. 2005. Terjemah Fathul Mu’in, Hakim, Rahmat. 2000. Huk um Perk awinan
Cet.III, (Bandung: Sinar Baru Islam, (Bandung: CV. Pustaka
Algensindo). Setia).
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Jawad, Mughniyah Muhammad. 2003. Fiqih
Penelitian Suatu Pendekatan lima mazhab, penerjemah
Praktek, Cet. 12, (Jakarta: PT Masykur A.B, Afif Muhammad,
Rineka Cipta) Idruss Al Kaff, (Lentera: Jakarta)
Ays-Syurbasi, Ahmad. 2000. Biografi Imam Khoiri, Nur. 2012. MetodePenelitian
Syafi’i,(Bandung: CV. Pustaka Pendidikan, (Jepara: INISNU).
Setia) Masyhur, Abi Barril. 2005. I’anatuth thalibin,
Azwar, Saifuddin. 2004. Metodologi (Lebanon: Bairut)
Penelitian, Cet. I, (Yogyakarta: Masyhuri, MP, dan M. Zainuddin. 2008.
Pustaka Pelajar) Metodologi Penelitian, Cet. I,
Aziz, Abdul, dkk. 2009. Fiqh Munakahat (Bandung : PT Refika Aditama).
Khitbah, Nikah dan talak, Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian
diterjemah oleh Abdul Majid Kualitatif, Cet 32, (Bandung: PT
Khon, cet. 1, (Jakarta: Sinar Remaja Rosda Karya).
Grafika Offset) Muhammad, Abu Abdillah. 1983. Mukhtasor
Bacthiar, Wardi. 1997. Metodologi Al-Umm, Juz VII, (Beirut :Daru al-
Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: fikr)
Logos Wacana Ilmu). Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian
Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Hukum Bidang Sosial, (Yogyakarta:
Perkawinan Islam. Ed 1. Cet.9, Gajah Mada University Press).

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015
33 Sobirin, Implementasi Akad Nikah Dengan Tulisan Atau Isyarat

Rahman, Abdul. 2010. Fiqih Munakahat. Tim penyusun IAIN Syarif Hidayatullah.
(jakarta: Kencana Prenada Media 2006. Ensiklopedi Islam
Group). Indonesia. cet. (Jakarta: Kencana
Rusyd, Ibnu. 2007. Bidayatul Mujtahid Analisa prenada Media Grup)
Fikih para Ulama, Cet ke 3 Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir
(Jakarta: Pustaka Amanai). Al-Qur’an. 1971. Al-Qur’an dan
Sabiq, Sayyid. 1980. Fiqih Sunnah, Cet. I, terjemahannya.
(Bandung: Al Ma’arif)
Tim Redaksi Nuansa Aulia. 2009. Kompilasi
Hukum Islam, Cet. II, (Bandung:
Nuansa Aulia)

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2020. ISSN: 2356-015

Anda mungkin juga menyukai