P E N Y E B A B
Tadlis
Melanggar prinsip
An Taraddin Minkum
Ihtikar
Melanggar prinsip
La Tazhlimuna wa la tuzhlamun
Bai Najasy
Gharar Riba
Fadl Nasiah
Tidak Sah
B.
Haram Zatnya (haram li-dzatihi) Karena obyek (brg/jasa) yg ditransaksikannya haram Misalnya minuman keras, bangkai, daging babi, darah. Walaupun akad jual-belinya sah namun transaksinya haram Haram selain Zatnya (haram li ghairihi) I. Melanggar prinsip An Taraddin Minkum (sama-sama rela), antara lain transaksi tadlis (menipu), dimana salah satu pihak (A) tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain (B), tadlis dapat terjadi dalam 4 hal yaitu : Kuantitas Kualitas Harga (ghaban) Waktu penyerahan
Haram selain Zatnya - lanjutan II. Melanggar prinsip La Tazhlimuna wa la tuzhalamun (jangan menzalimi dan jangan dizalimi), praktek transaksi ini antara lain : 1. Rekayasa supply dalam pasar (ikhtikar-nimbun), antara lain dengan mengupayakan terjadinya kelangkaan, menjual dengan harga tinggi dan mengambil keuntungan lebih tinggi saat terjadinya kelangkaan. 2. Rekayasa demand dalam pasar (bai najasy), antara lain dengan menciptakan permintaan palsu sehingga terjadi sentimen pasar. 3. Taghrir (Gharar) yaitu situasi dimana terjadi ketidaklengkapan informasi karena adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi. Ketidakpastian akad dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan...(berlanjut)
Haram selain Zatnya - lanjutan Gharar (no.3) II. Melanggar prinsip La Tazhlimuna wa la tuzhalamun (jangan menzalimi dan jangan dizalimi), praktek transaksi ini antara lain : 1. Taghrir (Gharar) dalam kuantitas Kasus Ijon, penjual & pembeli sama-sama tidak tahu berapa jumlah buah yg dijual. 2. Gharar dalam kualitas Peternak menjual anak sapi yang masih dalam kandungan induknya. 3. Gharar dalam harga bank memberi pembiayaan murabahah rumah 1 tahun dengan margin 20%, atau 2 tahun dengan margin 40% dan nasabah sepakat. Gharar terjadi karena harga yg disepakati tidak jelas apakah 20% atau 40%. 4. Gharar dalam waktu penyerahan menjual barang yg hilang. Penjual dan pembeli sama-sama tidak tahu kapankah barang yg hilang itu dapat ditemukan kembali.
Haram selain Zatnya lanjutan 4. Maysir (Perjudian) Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (Q.S. Al-Maidah [5]: 90) Suatu permainan/pertandingan dimana salah satu pihak harus menanggung beban pihak yg lain akibat permainan tsb. Misal, dalam sepak bola jika dana partisipasi yg dimintakan dari para peserta dialokasikan utk pembelian thropy atau bonus para juara maka itu termasuk judi. Untuk menghindari judi, maka untuk pembelian thropy atau bonus para juara jangan dari partisipasi para pemain, melainkan dari sponsorship yg tidak ikut bertanding.
Haram selain Zatnya lanjutan 5. Risywah (Suap-Menyuap) Yaitu memberi sesuatu kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Ulama ahli fiqih juga menegaskan bahwa hadiah-hadiah yang diberikan kepada para pejabat adalah bentuk suap, uang haram dan penyalahgunaan wewenang. Allah melaknat orang yang memberi suap, penerima suap, sekaligus perantara suap yang menjadi penghubung antara keduanya (HR. Ahmad)
Haram selain Zatnya lanjutan 6. Riba Secara bahasa, rib artinya az-ziydah yaitu tambahan (Ibn Manzhur, Kamus Lisn al-Arab, 14/304) Secara tradisi/adat/urf, riba adalah pertambahan yang ditetapkan sebagai kompensasi/imbalan penangguhan pembayaran utang. Definisi secara istilah, riba adalah pengambilan tambahan, baik dari transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. (M. Syafii Antonio, 2009:37)
Haram selain Zatnya - lanjutan 6. Riba Riba adalah penambahan atas harta pokok karena unsur waktu. (Imam an-Nawawi), dalam dunia perbankan, hal itu dikenal dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman. Riba adalah seseorang memiliki utang maka dikatakan kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih, jikalau tidak mampu melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjam) atas penambahan waktu yang diberikan. (Imam Ahmad bin Hanbal). Riba adalah amalan (tindakan) meminjamkan uang dengan pengenaan bunga. (Prof. Dr. Sudin Haron) Kesimpulan rib adalah pertambahan akibat pertukaran jenis harta tertentu, baik karena kelebihan dalam pertukaran dua harta sejenis (al-fadhl) di tempat pertukaran (majlis tabdul) atau karena adanya penundaan waktu pembayaran/penyerahan harta (nasah).
Tingkat Bunga
Barang 33,3% Uang 20%
Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apapun yang dapat dibungakan. Dari orang asing boleh engkau memungut bunga, tetapi dari saudaramu janganlah engkau memungut bunga
Kitab Eksodus (Keluaran) pasal 22 ayat 25 :
Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umatku, orang yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia; janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.
Jenis-Jenis Riba
Riba Fadl (Riba buyu) Riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mitslan bi mitslin), sama kuantitas (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin)/tunai Riba yang diambil dari kelebihan pertukaran barang yang sejenis. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, terdapat 6 jenis barang yang apabila pada saat pertukaran terdapat kelebihan maka dikatakan riba, yaitu emas, perak, gandum, tepung, kurma dan garam Di luar barang tersebut menurut hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Muslim, diperbolehkan beda jumlah & beda kualitasnya asalkan pertukarannya dilakukan pada waktu yang sama/tunai Dalam perbankan konvensional, riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli valas yang tidak dilakukan secara tunai/spot (Adiwarman A. Karim, 2004:37)
BAGI HASIL
1. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil
disepakati pada waktu akrasio/nad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. 2. Besarnya rasio/nisbah bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama. 4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama.
jumlah dana/modal yang dipinjamkan. 3. Bunga dapat mengambang/variabel, dan besarnya naik turun sesuai dengan naik turunnya bunga patokan atau kondisi ekonomi. 4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan peminjam untung atau rugi. 5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda. 6. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama.
5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan. 6. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Transaksi yg tdk termasuk haram secara zatnya maupun haram selain zatnya, belum tentu serta merta halal, masih ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu Tidak Sah/Tidak Lengkap Aqadnya, Jika : I. Rukun dan Syaratnya Tidak terpenuhi, rukun adalah sesuatu yg wajib ada dlm suatu trx. Rukun dlm muamalah ekonomi ada tiga, Pelaku (penjual-pembeli) Objek (barang/jasa, co Mobil) Ijab-kabul (Kesepakatan bersama antara kedua belah pihak yg bertransaksi) Dalam ijab-qabul/kesepakatan,aqad bisa dibatalkan jika terjadi : Kesalahan obyek (barangnya tidak sesuai/cacat). Paksaan (ikrah) Penipuan (tadlis) Bila ketiga rukun terpenuhi (pelaku, objek, ijab-qabul), maka transaksi yg dilakukan sah, namun jika 1 rukun saja tidak terpenuhi maka transaksi menjadi batal.
Selain rukun, faktor yg harus ada supaya akad menjadi sah/lengkap adalah Syarat, yaitu sesuatu yg keberadaannya melengkapi rukun. Contoh syarat pelaku transaksi muamalah adalah orang cakap hukum/baligh. Bila syarat tidak terpenuhi tapi rukun terpenuhi maka transaksi itu sah tapi fasid/rusak. Keberadaan syarat tidak boleh : Menghalalkan yang haram Mengharamkan yang halal Mengugurkan rukun Bertentangan dengan rukun Mencegah berlakunya rukun
Tidak Sah/Lengkap akadnya II. Taalluq Terjadi apabila ada dua akad yang saling berkaitan Misalnya A menjual mobil seharga Rp 120 juta kepada B dengan syarat B harus kembali menjual barang tersebut kepada A dengan harga Rp 100 juta Penerapan syarat mencegah dipenuhinya rukun dan dalam terminologi fiqih kasus ini disebut bai al inah III. Two in One Suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus sehingga timbul gharar (ketidakpastian) tentang akad mana yang berlaku Dalam terminologi fiqih disebut Shafqatain fi al-shafqah Terjadi bila obyek, pelaku dan jangka waktu sama Contoh transaksi adalah lease and purchase (A. Karim,2004:49)
Tidak Sah/Lengkap akadnya III. Two in One Contoh transaksi adalah leasing (Sewa-beli) Dalilnya
Hadits dari al-Bazzar dan Ahmad, dari Ibnu Masud yang menyatakan: Rasululllah Saw telah melarang dua kesepakatan (aqad) dalam satu transaksi Hadits yang senada dikemukan oleh at-Thabrani dalam kitabnya, al-Awsath, dengan redaksi sebagai berikut: Tidaklah dihalalkan dua kesepakatan (aqad) dalam satu kesepakatan (aqad)