Anda di halaman 1dari 8

HUTANG PIUTANG DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Oleh: A. Haris, S.H.I., M.H.

‫َو َبَر َك اُتُه ٱِهَّٰلل َو َر ْح َم ُة َع َلْيُك ْم ٱلَّس اَل ُم‬

Hadirin kaum muslimin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Tidak henti-hentinya kita bersyukur kepada Allah swt, seraya memohon ampun dan
perlindungan kepada-Nya.
Allah swt karuniakan islam sebagai iman kita, kemudian Allah swt teguhkan hati kita
atasnya, yang dengannya kita diberi kenikmatan hidup, berupa kecukupan harta, kesehatan
dan kelapangan sehingga hari ini kita menyahut seruan muadzin, menyegerakan diri
mendatangi masjid-masjid terdekat untuk mendengarkan khutbah selanjutnya
melaksanakan shalat jum’at secara berjamaah.

Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabiyullah Rasulullah Muhammad saw, atas
risalah kenabian yang dibawa oleh-Nya, kita mengetahui bagaimana seharusnya hidup :

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-
main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al
Mukminun:115).

Jamaah jum’at dimuliakan Alla swt.

Selanjutnya saya berwasiat kepada khadirin…

1 of 3
Jama’ah jum’at yang berbahagia

Dalam kehidupan, ada hak sesama yang harus ditunaikan, ada hak alam semesta yang harus
dijaga dan ada hak dan amanah Allah swt yang tidak boleh dikhianati karena hak-hak itu
akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak saat mulut kita terkunci dan seluruh
anggota tubuh kita bersaksi dengan sendirinya di hadapan Allah swt.

Artinya: “… Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan


diminta” (Q.S. Al Isra Ayat 36)

Hadirin kaum muslimin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Tepatnya pada tanggal 9 Zulhijjah tahun 10 H, ketika Nabi Muhammad SAW berada di
Madinah untuk melaksanakan haji Wada' (haji terakhir yang dilakukuan oleh Nabi
Muhammad SAW).
Turun ayat ke-3 dari Surat Al-Maidah. Potongan ayatnya kami bacakan :

Terjemahnya : “…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai
agamamu…”

Ayat ini adalah sebagai wahyu terakhir.


Quraish Shihab dan Hamka menuturkan bahwa, yang dimaksud sempurna adalah, masing-
masing penjelasan dan tuntunan dalam Islam telah purna seluruh wahyu disampaikan; dan
sempurna sudah seluruh syariat Islam yang diturunkan; dan tidak akan membutuhkan
tambahan apapun untuk selamanya.
Oleh karenanya, islam itu, “salih li kulli zaman wa makan” (ajarannya akan tetap sesuai
dengan perkembangan situasi dan kondisi zaman; tetap relevan dengan tuntutan “zaman”
dan “waktu”.
Baik itu dalam hal akidah dan ibadah, hubungan vertical antara manusia dengan Tuhan-Nya,
maupun dalam hal muamalah, hubungan horizontal antara sesama manusia serta hubungan
manusia dengan alam semesta.

Islam mengatur sendi-sendi kehidupan umat manusia, sebagaimana islam juga mengatur
mengenai “HUTANG PIUTANG”.

Kemudian, dalam konteks bernegara, umat islam diwajibkan/dituntut untuk taat kepada
pemerintah yang sah sebagaimana Firman Allah swt., dalam Surat An-Nisa: 59, Potongannya
kami bacakan

2 of 3
Terjemahnya: “…Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasulullah
(Muhammad) dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu…”

Taat dimaksud adalah taat terhadap seluruh ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah
demi terciptanya ketertiban dan keteraturan hidup bermasyarakat.
Termasuk ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai hutang-
piutang.

Nah, kedepan kita akan perbincangkan, bagaimana Hutang-Piutang menurut pandangan


islam dan Peraturan Perundang-Undangan.

Kondisi kehidupan masyarakat pada 10 atau 20 atau 30 tahun yang lalu, tentu, sangat jauh
berbeda dengan kondisi kehidupan saat ini.

Salsa, mungkn tidak merasakan, jalan kaki dari rumah pergi sekolah, begitupun pulangnya
saat siang terik, menyegat di kepala dan kulit. Tetapi beda dengan sy atau Tante Ninninya
dan teman2 sezaman itu yang sejak SD hingga SMA bahkan kuliah harus bangun pagi2 untuk
jalan kaki ke sekolah kemudian pulang sekolah tanpa mempedulikan panas dan lain2.

Kemudian, sy merantau ke Makassar, dan untuk memberi kabar ke kampung adalah lewat
pos atau telegram yang kalau hari ini kita memberi kabar, mk satu minggu kemudian baru
diterima.

Syukur klu bs sesekali numpang telpon di rumah tetangga, hingga muncul HP bisa sms dan
telpon langsung.

Apa yang saya mau sampaikan dari cerita di atas, bahwa peradaban manusia, berpengaruh
besar terhadap kebutuhan manusia akan sesuatu.
Contoh : Kita masih ingat dan hafal mati, mana kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Kalau dulu, kebutuhan primer terbatas ketercukupan atau ketersediaan makan, minum,
lauk, pauk, sementara selainnya adalah masuk sebagai kebutuhan sekunder, seperti alat
transportasi, handphone, mainan dan lain2.

Nah, seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia, yang tadinya sesuatu
yang menjadi kebutuhan sekunder berubah menjadi kebutuhan primer, yang mau tidak mau
dituntut kita harus mengadakan itu semua.
Di sisi lain, kita punya keterbatasan untuk mengadakan semua itu, krn contoh misalnya,
seorang PNS yang gajinya anggap saja antara 5-10 juta perbulan. Dari gaji itu, peruntukan
beli makan dan minum, bayar listrik, air, pulsa, biaya sekolah anak sehingga mungkin saja
tidak ada sisanya.
Nah, Bagaimana dengan tadi untuk mengadakan alat transportasi, handphone dan lain-lain?
Maka ditempuhlan jalan dengan cara berhutang.
1. Apakah bisa behutang dalam islam?
Karena pada dasarnya, akad melakukan transaksi utang piutang adalah akad tabarru atau
akad yang dilakukan untuk tujuan tolong menolong. Lebih lanjut, manfaat utang piutang
3 of 3
pun cukup banyak. Kesulitan yang sedang dialami dapat terselesaikan bagi peminjam, serta
yang memberi pinjaman dapat memperkuat tali persaudaraan.
Di sini ada 2 istilah yang kita gunakan, yakni Hutang dan Piutang.
Hukum asal hutang adalah BOLEH, Allah swt berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 282 :

Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…”
(Pencatatan demi menjaga harta orang lain dan menghindari pertikaian.)
Untuk piutang, malah hukumnya sunnah bahkan sunnah muakat krn ada petinah dan
diganjar pahala yang sangat besar.

“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan

Terjemahnya: “…tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah


kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah:2)

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan melipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 245).
2. Apakah hukum hutang piutang dalam islam?
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Hukum asal dari hutang piutang adalah mubah
(boleh), namun hukum tersebut bisa berubah sesuai situasi dan kondisi, yaitu:
1. Hukum orang yang berhutang adalah mubah (boleh) sedangkan orang yang
memberikan hutang hukumnya sunnah sebab ia termasuk orang yang menolong
2. Hukum orang yang berhutang menjadi wajib dan hukum orang yang menghutangi
juga wajib, jika peminjam itu benar-benar dalam keadaan terdesak, misalnya hutang
beras bagi orang yang kelaparan, hutang uang untuk biaya pengobatan dan lain Hal
ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.:Artinya: “Tidak ada seorang muslim yang
memberi pinjaman kepada seorang muslim dua kali kecuali seolah-olah dia telah
bersedekah kepadanya satu kali”. (HR. Ibnu Majah)
3. Hukum memberi hutang bisa menjadi haram, jika terkait dengan hal-hal yang
melanggar aturan syariat. Misalnya memberi hutang untuk membeli minuman keras,
berjudi.

3. Apakah terdapat Adab Utang Piutang dalam islam?


Selain syarat melakukan utang piutang, kita harus ketahui juga adab utang piutang yaitu :
1. Kegiatan utang piutang dicatat dalam perjanjian tertulis
2. Ada pihak yang dapat dipercaya untuk menjadi saksi
3. Pemberi utang tidak mendapat uang selain jumlah yang telah ia pinjamkan
4. Peminjam berniat melunasi utang dan membayar dengan cara yang halal
5. Ajukan utang pada orang saleh yang berpenghasilan halal
6. Mengajukan utang piutang hanya dalam kondisi darurat dan mendesak

4 of 3
7. Hindari utang piutang yang diikuti dengan jual beli
8. Berikan kabar kepada pemberi pinjaman bila harus terlambat dalam melunasi utang
9. Gunakan uang atau harta berharga yang dipinjam dengan baik dan benar.
10. Pemberi pinjaman dapat menangguhkan utang bila peminjam sedang kesulitan
melunasi utangnya.
Nah, hal penting lain yang harus kita ketahui, bahwa pemberi pinjaman (piutang) ada
pereorangan, ada kelompok atau badan bahkan sudah ada berbentuk perseroan.
Siapa pemberi pinjaman, menentukan besar kecilnya jasa atau kelebihan yang biasa kita
sebut bunga.
Kali ini saya tidak akan menyetuh berkaitan dengan riba, nanti kita bahas pada sesi
tersendiri.
Saya akan mendasarkan pembahasan kita atas kesepakatan para pihak yang berhutang
dengan pemberi hutang.
4. Bagaimana hutang piutang menurut Peraturan Perundang-Undangan?
Pasal 1754
Pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak
yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan
syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari
macam dan keadaan yang sama pula.
Pasal 1313 KUH Pedata
Perjanjian adalah “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Pasal 1320 KUH Perdata, ada empat syarat (kumulatif) yang diperlukan agar suatu
perjanjian dapat dikatakan sah secara hukum, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.
Pasal 1338 ayat (1)
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang
membuatnya”
5. Bagaiman upaya hukum yang dilakukan jika yang berhutang tidak mau bayar
hutang?
Dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri.
Ada 2, wanprestasi atau cidera janji :
1. Wanprestasi
Pasal 1243 KUHPerdata, yang lengkapnya berbunyi:
“Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai
diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat
diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”
Sederhananya seseorang dapat dinyatakan wanprestasi jika:
1. Ada perjanjian (baik tertulis maupun tidak tertulis) oleh para pihak;
2. Ada pihak melanggar atau tidak melaksakan isi perjanjian yang sudah disepakati;
3. Sudah dinyatakan lalai tapi tetap juga tidak mau melaksanakan isi perjanjian.
2. Perbuatan Melawan Hukum
Pasal 1365 KUH Perdata, perbuatan melawan hukum adalah:

5 of 3
Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut.
unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang harus dipenuhi, antara lain:[1]
a. Harus ada perbuatan (positif maupun negatif);
b. Perbuatan itu harus melawan hukum;
c. Ada kerugian;
d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian;
e. Ada kesalahan.
Contoh salah satu pihak membatalkan kontrak perjanjian
Dalam konteks hukum perdata perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang
melanggar Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), bahwa dijelaskan pihak
yang dirugikan oleh pihak lain berhak menuntut ganti rugi.
6. Dapatkan yang berhutang dilaporkan ke Polisi karena tidak membayar hutang?
Mengenai apakah boleh seseorang melaporkan orang lain ke pihak yang berwajib
(kepolisian) karena tidak membayar utang, pada dasarnya tidak ada ketentuan yang
melarang hal tersebut. Membuat laporan atau pengaduan ke polisi adalah hak semua orang
dan belum tentu perkara tersebut dapat naik ke proses peradilan.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, telah mengatur tidak seorangpun atas putusan pengadilan boleh dipidana
penjara atau kurungan berdasarkan atas alasan ketidakmampuan untuk memenuhi suatu
kewajiban dalam perjanjian utang piutang.
Ini berarti, walaupun ada laporan tersebut, pengadilan tidak boleh memidanakan seseorang
karena ketidakmampuannya membayar utang.
Di sinilah peran dan integritas penegak hukum, yaitu kepolisian, kejaksaan, hakim dan
advokat sangat diharapkan untuk tidak merusak sistem peradilan yang ada atau dengan
memidanakan suatu perbuatan hukum perdata.
Pertama-tama perlu saya jelaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan hukum perdata
yang diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”)
terjemahan Prof. Subekti, yang didefinisikan sebagai berikut:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.”
Mengenai apakah boleh seseorang melaporkan orang lain ke pihak yang berwajib
(kepolisian) karena tidak membayar utang, pada dasarnya tidak ada ketentuan yang
melarang hal tersebut. Membuat laporan atau pengaduan ke polisi adalah hak semua orang
dan belum tentu perkara tersebut dapat naik ke proses peradilan.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, telah mengatur tidak seorangpun atas putusan pengadilan boleh dipidana
penjara atau kurungan berdasarkan atas alasan ketidakmampuan untuk memenuhi suatu
kewajiban dalam perjanjian utang piutang.
Ini berarti, walaupun ada laporan tersebut, pengadilan tidak boleh memidanakan seseorang
karena ketidakmampuannya membayar utang.
Di sinilah peran dan integritas penegak hukum, yaitu kepolisian, kejaksaan, hakim dan
advokat sangat diharapkan untuk tidak merusak sistem peradilan yang ada atau dengan
memidanakan suatu perbuatan hukum perdata.

6 of 3
Pertama-tama perlu saya jelaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan hukum perdata
yang diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”)
terjemahan Prof. Subekti, yang didefinisikan sebagai berikut:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.”
Perlu diketahui, dalam menjalankan tugasnya, Kepolisian harus tunduk pada aturan disiplin
anggota kepolisian sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (“Peraturan
Disiplin Kepolisian”). Dalam Pasal 5 Peraturan Disiplin Kepolisian disebutkan bahwa dalam
rangka memelihara kehidupan bernegara dan bermasyarakat, anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia dilarang:
a. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat negara,
pemerintah, atau Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. melakukan kegiatan politik praktis;
c. mengikuti aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa;
d. bekerjasama dengan orang lain di dalam atau di luar lingkungan kerja dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung
atau tidak langsung merugikan kepentingan negara;
e. bertindak selaku perantara bagi pengusaha atau golongan untuk mendapatkan
pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi Kepolisian Negara Republik Indonesia demi
kepentingan pribadi;
f. memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang
lingkup kekuasaannya;
g. bertindak sebagai pelindung di tempat perjudian, prostitusi, dan tempat hiburan;
h. menjadi penagih piutang atau menjadi pelindung orang yang punya utang;
i. menjadi perantara/makelar perkara;
j. menelantarkan keluarga.
Terhadap masyarakat yang dirugikan atas tindakan anggota Kepolisian tersebut dapat
mengambil upaya hukum, termasuk melaporkannya kepada Divisi Profesi dan Pengamanan
(DIV PROPAM) POLRI. Lebih lanjut, Anda dapat membaca artikel Maddenleo T. Siagian, S.H.
yang berjudul Bolehkah Memakai Jasa Polisi untuk Penagihan Utang?

Tipe-tipe yang berhutang :


1. Ada uang dan lancar membayar;
2. Ada keinginan yg kuat untuk membayar tapi tidak mempunyai uang;
3. Ada uang tapi tidak ingin membayar.

Terakhir pesan saya kepada Yang Berhutang :

1. Tidak Masuk Surga Orang yang meninggal dunia namun masih punya tanggungan utang
maka tidak masuk surga. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa disaat ruhnya berpisah dengan jasadnya ia terbebas dari tiga hal maka ia akan
masuk surga, yaitu; sombong, mencuri ghanimah sebelum dibagi dan hutang."(HR. Ibnu
Majah) [No. 2412 Maktabatu Al Maarif Riyadh] Shahih.

7 of 3
2. Jiwanya Tergantung Utangnya Dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
"Jiwa seorang mukmin itu bergantung dengan hutangnya hingga
3. Pahalanya Diambil untuk Bayar Utang Bagi orang yang sudah meninggal namun belum
melunasi utangnya maka pahalanya selama hidup akan diambil untuk membayar utang
tersebut.
Dari Ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
meninggal sementara ia mempunyai tanggungan hutang satu dinar atau satu dirham, maka
akan diganti dari pahala kebaikannya pada hari yang dinar dan dirham tidak berguna lagi."
( HR. Ibnu Majah ) [ No. 2414 Maktabatu Al Maarif Riyadh] Shahih.
4. Seperti Pencuri
Dari Syuaib bin Amru berkata, telah menceritakan kepada kami Shuhaib Al Khair dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: "Siapa saja berhutang dan ia
berencana untuk tidak membayarnya kepada pemiliknya, maka ia akan menjumpai Allah
dengan status sebagai pencuri." (HR. Ibnu Majah) [ No. 2410 Maktabatu Al Maarif Riyadh]
Hasan.

5.Diampuni Dosanya Kecuali Utang


Dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Seorang yang mati syahid akan diampuni segala dosa-dosanya kecuali utang." (HR. Muslim)
[No. 1886 Syarh Shahih Muslim] Shahih.
Pesan kepada Pemberi hutang :
Dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda: “Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang
mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa
memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya
kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan
menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama
hamba tersebtu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

8 of 3

Anda mungkin juga menyukai