Anda di halaman 1dari 4

Secara bahasa, qardh berarti memutus. Adapun pengertian secara istilah.

Adalah
menyerahkan harta pada orang yang ingin memanfaatkan dan nanti akan dikembalikan
penggantinya

disyariatkanny: berhutang boleh menurut kitab dan sunnah dan ijma’, dan itu boleh bagi
peminjam dan sunnah bagi orang yang meminjamkan
Keutamaan utang:
Pinjaman adalah suatu ibadah yang dengannya seorang hamba mendekatkan diri kepada
Allah, dan di dalamnya merupakan perbuatan baik kepada manusia dan menyayangi
mereka, memudahkan urusan mereka serta menghilangkan kesusahan mereka.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh
melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan)
orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan
baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang
Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa
menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim)

Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam juga bersabda: “Setiap menghutangi orang lain
adalah sedekah.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan, al-Baihaqi, dan dishahihkan al-
Albani)
Dan bahwa Allah menjamin pahala yang besar bagi orang-orang yang meminjamkan
seorang muslim dan meringankan penderitaannya
Allah berfirman: dalam surah Al-Baqoroh (245)
Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan
ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-
Nyalah kamu dikembalikan.
Keutamaan menangguhkan hutang yang kesulitan dan menghapusnya
"Siapa yang menangguhkan (pembayaran hutang) orang yang kesusahan atau
menghapusnya, niscaya Allah akan menaunginya pada hari Kiamat di bawah naungan
Arasy-Nya
Adab-adab meminjamkan
1. Meminjamkan dengan niat ikhlas kepada hanya kepada Allah
2. Yang pertama kali diwajibkan atas orang yang meminjamkan adalah tidak
menggunakan system riba apabila orang yang berhutang tidak mampu atau mengakhirkan
pembayran hutang karena penambahan hutang karena mengakhirkan pembayaran adalah
riba al-jahili dan sepakat atas keharamannnya
3. Peminjaman dari uang halal
4. Orang yang meminjamkan kepada peminjam harus menunggu sampai dia dapat
mengembalikan apa yang dia pinjam, karena dia tidak boleh menekannya. Allah
berfirman : (Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.)

Adab berhutang
1. Mempercepat pembayaran hutang sebelum meninggal tanpa menundanya
Hadis: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- bersabda, “Penundaan (pembayaran hutang oleh) orang yang mampu adalah
kezaliman.
Di dalam hadis mulia ini terdapat adab pergaulan yang baik. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memerintahkan kepada orang yang berhutang agar membayar dengan baik.
Beliau memberikan bimbingan kepada orang yang memberi hutang untuk melakukan
tagihan yang baik. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan bahwa orang yang
memberi hutang jika meminta haknya atau dipahami darinya bahwa dia meminta
piutangnya dengan isyarat atau gelagat, maka penangguhan haknya oleh orang kaya yang
mampu untuk membayarnya adalah kezaliman baginya, karena ia menghalangi hak orang
itu tanpa alasan. Kezaliman ini bisa hilang jika orang yang diberi hutang itu mengalihkan
orang yang memberi hutang kepada orang kaya yang mudah baginya untuk mengambil
haknya darinya. Maka hendaknya orang yang memberi hutang ini menerima pengalihan
pada saat itu. Ini mengandung solusi pembayaran dengan baik dan memudahkan
pelunasan. Hal ini juga mengandung penghilangan kezaliman yang ada kalau seandainya
hutang tersebut masih ada pada tanggungan orang yang menunda-nunda pembayarannya.
2. Bersegera melunasi hutang jika memungkinkan meskipun dengan cara mencicil
Jiwa seorang mukmin tergantung karena utangnya, sampai utang itu dilunaskannya.”
(H.R. At Tirmidzi No. 1079, katanya: hasan. Ibnu Majah No. 2413)

3. Dianjurkan bagi seorang yang berhutang seperti pinjaman atau lainnya,,,


Hadis: Sesungguhnya sebagian dari orang yang paling baik adalah orang yang paling
baik dalam membayar (utang),” (HR. Bukhari).

4. Memperbanyak doa dan meminta keselamatan dari hutang


Hadis: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih.
Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau
dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan utang dan
kesewenang-wenangan manusia.”

5. Tidak berbohong kepada orang yang memberi pinjaman


Hadis: « ‫ » ِإَّن الَّرُج َل ِإَذ ا َغ ِر َم َح َّدَث َفَك َذ َب َو َو َعَد َفَأْخ َلَف‬.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam):
ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah,
aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).

6. Mendoakan orang yang meminjamkan


Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan
sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada
Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang
dan kesewenang-wenangan manusia."

7. Menulis hutangnya
SURAH AL-BAQOROH AYAT 282
Keburukan Jika Hutang Tidak Sempat Dilunasi
Jika tidak memiliki jaminan-jaminan yang telah disebutkan di atas, sebaiknya jangan
membiasakan diri untuk berhutang. Karena orang yang meninggal sedangkan dia
memiliki tanggungan hutang, maka dia akan mendapatkan banyak keburukan. Setidaknya
penulis sebutkan tiga keburukan pada tulisan ini.
Keburukan pertama: Tidak dishalati oleh tokoh-tokoh agama dan masyarakat
Keburukan kedua: Dosa-dosanya tidak akan diampuni sampai diselesaikan
permasalahannya dengan orang yang menghutanginya
Keburukan ketiga: Ditahan untuk tidak masuk surga, meskipun dia memiliki banyak
amalan sampai diselesaikan permasalahannya dengan orang yang menghutanginya

Orang yang Berniat Tidak Mau Melunasi Hutang Akan Dihukumi Sebagai Pencuri
Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َأُّيَم ا َر ُج ٍل َيَد َّيُن َد ْيًنا َو ُهَو ُم ْج ِم ٌع َأْن َال ُيَو ِّفَيُه ِإَّياُه َلِقَى َهَّللا َس اِر ًقا‬
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu
Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah no. 2410.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)

Anda mungkin juga menyukai