Anda di halaman 1dari 18

U TA N G P I U TA N G D A N

S E WA M E N Y E WA
KELOMPOK 2

A N G G O TA :
APRIL SANDY
A S H I FA K AY L A
AY M A N R A S H I D
B I N TA N G S U G A R A
DA F FA M U H A M M A D
SITI HAKIKIAH N.A
PENGERTIAN UTANG PIUTANG

• Utang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan akan
dikembalikan pada waktu kemudian. Misalnya , utang Rp 100.000,00 di kemudian hari harus
melunasinya Rp 100.000,00.

• Dalam Islam hutang dikenal dengan istilah Al-Qardh, yaitu berarti memotong atau dalam pengertian


lain memberikan harta dengan kasih sayang, untuk digunakan dengan benar dan suatu saat nanti,
harta tersebut akan dikembalikan lagi kepada si pemberi harta tersebut.

• Berhutang bukanlah suatu perbuatan dosa sebagaimana telah disebutkan. Bahkan bagi pemberi
hutang, Allah mengganjarnya dengan kebaikan/pahala yang berlipat, karena berarti telah membantu
menolong saudaranya yang sedang ditimpa kesulitan. Tetapi, perlu secara khusus diperhatikan bagi
orang yang diberi hutang, bahwa kebiasaan berhutang akan bisa mengantarkannya kepada
perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aala. Pada hadits di atas
disebutkan dua dosa akibat dari kebiasaan berhutang, yaitu: berdusta dan menyelisihi janji. 
DALIL TENTANG UTANG-
PIUTANG

َ ‫اع َف ُه َل ُه أَضْ َعا ًفا َك ِث‬


• ُ‫ير ًة ۚ َوهَّللا ُ َي ْق ِبض‬ َ ‫َمنْ َذا الَّ ِذي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا َفي‬
ِ ‫ُض‬
َ ‫ُط َوإِ َل ْي ِه ُترْ َجع‬
‫ُون‬ ُ ‫َو َي ْبس‬
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah),
maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-
lah kamu dikembalikan.” ( Q.S al Baqarah 245 )
RUKUN UTANG PIUTANG

Rukun utang – piutang ada tiga, yaitu :

1. Yang berpiutang dan yang berutang

2. Ada harta atau barang

3. Lafadz kesepakatan. Misal :

“ Saya utangkan ini kepadamu. “ Yang berutang menjawab, “ Ya ,


saya utang dulu, beberapa hari lagi ( sebutkan dengan jelas ) atau
jika sudah punya akan saya lunasi. “
SYARAT HUTANG
PIUTANG
• Benda atau harta yang dijadikan hutang bersifat jelas dan murni
serta merupakan sesuatu yang halal.
• Orang yang memberikan pinjaman atau hutang tidak akan
mengungkit-ngungkit permasalahan hutang piutangnya serta tidak
akan menyakiti seseorang yang diberi pinjaman atau yang
berhutang.
• Si peminjam atau pihak yang berhutang berniat untuk mendapatkan
ridho Allah dengan menggunakan hutangnya secara baik dan benar.
• Tidak memberikan riba atau tidak memberi keuntungan atau
kelebihan atas barang atau harta yang dihutangkan kepada pihak
yang memberikan hutang.
ADAB UTANG
PIUTANG
•Di adakan perjanjian hitam di atas putih atau tertulis serta adanya saksi yang bisa dipercaya.
•Seseorang yang memberikan hutang atau pinjaman tidak menerima keuntungan atas apa yang telah
dihutangkannya.
•Seseorang yang berhutang berniat melunasi hutangnya dan harus membayar hutangnya dengan cara
yang benar yaitu membayar dengan harta atau benda yang sama halalnya dengan apa yang
dipinjamnya.
•Berhutanglah pada seseorang yang mempunyai penghasilan yang halal dan orang tersebut merupakan
orang yang shaleh.
•Lakukanlah hutang piutang bila dalam kondisi darurat saja atau dalam keadaan yang terdesak.
•Jika ada keterlambatan dalam melunasi hutang maka beritahukanlah pihak yang memberikan
pinjaman.
•Gunakan harta pinjaman dengan baik dan benar.
•Pihak yang memberikan pinjaman boleh menangguhkan hutang apabila pihak yang berhutang
memiliki kesulitan dalam melunsi hutangnya.
Apabila orang yang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas
kemauannya sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan tersebut halal
bagi yang berpiutang, dan merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang.

Rasulullah saw. bersabda :

“ Sesungguhnya sebaik – baik kamu, ialah yang sebaik- baiknya ketika


membayar utang. ”

( Sepakat ahli hadis ) Abu Hurairah ra. berkata,

“ Rasulullah saw telah berutang hewan, kemudian beliau bayar dengan hewan
yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu, dan Rasulullah saw
bersabda, “ Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang dapat
membayar utangnya dengan yang lebih baik. “ ( HR. Ahmad dan Tirmidzi )
Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari
orang yang melunasi utang dan telah disepakati bersama sebelumnya,
hukumnya tidak boleh. Tambahan pelunasan tersebut tidak halal sebab
termasuk riba. Rasulullah saw. berkata :

“ Tiap – tiap piutang yang mengambil manfaat maka ia semacam dari


beberapa macam riba . “

( HR. Baihaqi )
BAHAYA KEBIASAAN UTANG
PIUTANG
• Stress
Seseorang yang berhutang sudah pasti akan mengalami stress dan akan merasakan ketidak
nyamanan dalam kesehariannya. Ketika seseorang memutuskan untuk berhutang sudah pasti dia
akan memikirkan hutangnya, bagaimana cara melunasinya 
• Dapat merusak akhlak
sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam yang artinya:
“ Sesungguhnya seseorang apabila berhutang, maka dia sering berkata lantas berdusta, dan
berjanji lantas memungkiri.” (HR Al-Bukhari)
Jika seseorang sudah memiliki kebiasaan berhutang dan sudah terlilit hutang maka iblis akan
mudah sekali mempengaruhi dirinya 
• Mendapat hukuman seperti pencuri
dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam:
“ Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah
(pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR Ibnu Majah)
• Jika meninggal jenazahnya tidak akan dishlatkan
Dikisahkan pada saat zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam, saat itu ada
seseorang yang meninggal dengan meninggalkan hutang yang belum terbayarkan serta
tidak menyisakan sedikitpun hartanya untuk melunasi hutangnya.
Dengan kasus yang demikian maka Beliau tidak menshalatkan jenazah orang tersebut
hingga datang salah satu sahabat yang mau melunasi hutang jenazah yang bersangkutan
• Tidak akan diampuni dosanya meskipun dalam keadaan syahid
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi Wasalam yang artinya:
“ Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni (oleh Allah), kecuali
hutangnya.” (HR Muslim)
• Bisa menunda untuk masuk surga
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda:
“ Barang siapa yang rohnya berpisah dari jasadnya (baca: meninggal dunia) dalam
keadaan terbebas dari tiga hal, niscaya ia akan masuk surga, yaitu: bebas dari
sombong, bebas dari khianat, dan bebas dari tanggungan hutang.” (HR Tsauban)
PENGERTIAN SEWA MENYEWA

• Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya


imbalan yang harus diterima oleh seseorang atas jasa yang
diberikannya. Jasa disini berupa penyediaan tenaga, pikiran ,
tempat tinggal, atau hewan.
• Hukum sewa menyewa itu mubah (boleh) syariat islam memperbolehkan
sewa-menyewa. Bentuk mu’amalah sewa-menyewa itu dibutuhkan dalam
kehidupan manusia,
DALIL SEWA-MENYEWA

َ َ‫ضعُوا أَ ْواَل َد ُك ْم فَاَل ُجن‬


‫اح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما آتَ ْيتُ ْم‬ ِ ْ‫َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَر‬
‫صي ٌر‬ ِ َ‫ون ب‬َ ُ‫ُوف ۗ َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َمل‬
ِ ‫بِ ْال َم ْعر‬
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut
( Q.S Al-Baqarah 233)
RUSAKNYA SEWA
MENYEWA
Jika,
• meninggalnya salah satu dari orang yang menyewa dan menyewakan, tidak berakibat
batalnya akad sewa-menyewa. Akad sewa menyewa dianggap batal, apabila barang
sewaannya rusak dan tidak bisa diambil manfaatnya lagi. Hal ini jika barang yang
disewa rusak pada saat akad itu terjadi.
• Menyewa barang-barang dalam tanggungan seseorang. Seperti menyewa mobil yang
dinaiki untuk pergi dari jakarta ke bandung. Maka rusaknya mobil yang dinaiki itu
tidak membatalkan akad sewa-menyewa., sebab sewa menyewa yang demikian pada
hakikatnya bukan menyewa bentuk mobil. Tetapi mengambil manfaat dari mobil
tersebut untuk membawa orang ke tempat yang sudah ditentukan.
• Apabila barang sewaannya sewaktu digunakan tiba-tiba rusak, maka penyewa tidak
harus menggantinya. Terkecuali karena kelalaian si penyewa.
SYARAT DAN RUKUN SEWA
MENYEWA

1. Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah ballig


dan berakal sehat.

2. Sewa menyewa dilangsungkan atas kemauan masing –


masing , bukan karena dipaksa.

3. Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang


menyewakan , atau walinya.

4. Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat- sifatnya.


5. Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui
secara jelas oleh kedua belah pihak. Misalnya , ada orang yang
akan menyewa sebuah rumah. Si penyewa harus menerangkan
secara jelas kepada pihak yang menyewakan, apakah rumah
tersebut mau ditempati atau dijadikan gudang. Dengan demikian ,
si pemilik rumah akan mempertimbangkan boleh atau tidak
disewa.

6. Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan


dengan jelas.

7. Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus ditentukan dengan


jelas serta disepakati bersama.
KESEPAKATAN DALAM SEWA
MENYEWA

Diantara keduanya harus terjalin kesepakatan, dimana yang ingin menyewa

1. Jenis pekerjaan dan jam kerjanya .

2. Berapa lama masa kerja.

3. Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya :

harian, mingguan,bulanan ataukah borongan.

4. Tunjangan – tunjangan seperti transpor, kesehatan , dan yang lainnya,


jika ada.
THANK YOU
IPIKIH IDI YING MII
DITINYIKIN ?

Anda mungkin juga menyukai