Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PROSES DIALOGIS ANTARA FILSAFAT RIBA, BUNGA

DAN BAGI HASIL


Dosen pengampu: Muh. Rabbul Jalil, S.E,M.E

Oleh:

Dewi Sulistyawati ( 2102605131 )

Zuriani ( 2102605174 )

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI (IAIH)

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

0
ABSTRAK

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga
juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan)
dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman.)
Dalam sistem ekonomi konvensional, bunga merupakan harga uang (price ofcapital).Dalam
mekanisme ini bunga akan memiliki perilaku seperti harga sebagaimana pada pasar barang. Pada
masa sekarang, masyarakat dihadapkan pada masalah bank, yang dalam prakteknya
memberlakukan sistem bunga pada siapa saja yang terlibat transaksi di dalamnya.

Riba yang secara etimologi berarti “tambahan” (ziyadah), ternyata bukan hanya gejala
islam, melainkan gejala universal. Agama Yahudi, Kristen dan paham filsafat Yunani
kesemuanya berpandangan bahwa riba adalah pekerjaan berdosa yang harus ditinggalkan. Akan
tetapi pemahaman terhadap riba tidak bisa berhenti pada arti etimologi. Karena
tambahan(ziyadah) dalam pengertian secara umum tidaklah dengan sendirinya berarti riba.
Seperti halnya pertambahan yang berasal dari perdagangan dan industri tidaklah dilarang. Tetapi
yang dimaksud adalah tambahan yang berasal dari usaha haram yang merugikan salah satu pihak
dalam suatu transaksi. Dalam al- Quran dan al-Hadits sendiri hanya menyebutkan kata-kata riba,
bukan berarti riba itu sama dengan bunga.

Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang
melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal tersebut, maka
hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak akan dibagi sesuai porsi
masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil usaha dalam perbankan
syariah ditetapkan dengan menggunakan nisabah. Nisbah yaitu presntase yang disetujui oleh
kedua pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.Menetapkan tingkat
keuntungan dan nisbah bagi hasil pembiayaan pada bank syariah, agar bank syariah dapat
memperoleh return yang maksimal. Dengan demikian bank syariah dapat memberikan bagi hasil
yang maksimal kepada dana pihak ketiga karena semakin tinggi keuntungan yang diperoleh
bank, semakin tinggi pula bagi hasil yang diberikan bank kepada dana pihak ketiga, dan begitu
sebaliknya.

1
PEMBAHASAN

 Proses Dialogis Antara Filsafat Riba,Bunga,dan bagi hasil


a) Riba

Riba merupakan praktik jual beli yang dilarang dalam agama Islam, bahkan Yahudi dan
Kristen. juga sepakat keharamannya, sebab praktik riba merugikan banyak orang: orang miskin
semakin miskin dan orang kaya semakin kaya.

Jika selama ini informasi mengenai pandangan ulama muslim tentang hukum riba sudah
sering kita dengarkan, betapa menariknya jika kita menilik pandangan para filsuf Yunani, seperti
Plato, Aristoteles, Cato dan Cicero mengenai praktik riba.

Sebelum menelaah pandangan Plato dan Aristoteles mengenai riba, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu bahwasannnya praktik riba telah ada sejak masa Romawi, sekitar abad V sebelum
masehi.

Pada masa itu terdapat undang-undang yang membenarkan penduduknya untuk


mengambil bunga sesuai dengan tingkat yang ditentukan oleh hukum. Tingkatan bunga tersebut
berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Meski pengambilan bunga diperbolehkan, namun tidak
dibenarkan dengan cara double countable atau bunga-berbunga.

Hukum mengenai kebolehan tersebut di sisi pemerintahan terjadi perubahan di beberapa


masa. Sebut saja pada masa pemerintahan Genucia (342 SM), praktik pengambilan bunga ini
dilarang, namun pada masa Unciaria (88 SM) praktik ini dibolehkan kembali sebagaimana
mulanya.

Perkembangan Romawi tak lepas dari pemikiran besar para filsuf seperti Plato (427-347
SM), Aristoteles (384-322 SM), Cato (234-149 SM) dan Cicero (106-43 SM). Pemikiran
keduanya memiliki pengaruh besar bagi rakyat Romawi.

Plato mengecam keras praktik riba. Ia memiliki dua alasan mengapa riba sangat dilarang.
Pertama, riba (bunga) menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dalam masyarakat.
Kedua, riba merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi golongan msikin.

2
Adapun Aristoteles berpendapat dengan keberatan mengenai uang. Ia mengemukakan
bahwa uang memiliki fungsi sebagai alat tukar, dan bukan alat sebagai menghasilkan tambahan
melalui bunga. Mengenai bunga, Aristoteles menganggapnya sebagai uang yang berasal dari
uang yang keberadaanya dari sesuatu yang belum tentu pasti terjadi.

Cicero, seorang filsuf dan orator ulung, sekaligus negarawan dan penulis handal pada
masanya menasihati anaknya agar menjauhi dua pekerjaan, yakni memungut cukai dan
mengambil bunga.

Adapun Cato, filsuf beraliran Stoic sekaligus seorang negarawan pada masa Romawi
memberikan dua ilustrasi untuk yang dapat membedakan perniagaan dan pemberian pinjaman.
Perniagaan adalah suatu pekerjaan yang mempunyai resiko, sedang memberikan pinjaman
dengan bunga adalah sesuatu yang tidak pantas.

Dalam tradisi mereka ada perbandingan antara seorang pencuri dan pemakan bunga.
Pencuri akan didenda dua kali lipat, sedang pemakan bunga akan didenda empat kali lipat.

Demikian pendapat para para filsuf Yunani kala itu. Dari semua pendapat mereka, kita dapat
menyimpulkan bahwa tindak ketidakadilan dari masa ke masa yang lainnya harus dihapuskan,
meski tidak dapat diberantas secara keseluruhan, namun dengan proses dan usaha serta
perjuangan yang keras, praktik yang merugikan masyarakat dapat dihapuskan, sehingga masing-
masing individu mendapatkan kesejahteraanya.1

b) Bunga dan Bagi Hasil

Sejak tahun 1992 menganut dual banking system bunga (interest ) dan system bagi hasil (loss
and profit sharing ). System bunga dipergunakan oleh bank konvensional dan system bagi hasil
dipergunakan oleh bank syariah, ketentuan sistem bunga bagi hasil konvensional diatur dalam
pasal 13 huruf c UU No.14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan, kententuan memberikan
pengertian bahwa operasional perbankan yang ada pada waktu itu menganut sistem bunga,
karena konsep bunga melekat (built in) pada pengertian kredit, malahan tingkat suku bunga
perbankan ditetapkan oleh pemerintah secara seragam dengan harapan agar tidak terjadi
penentuan bunga sewenang-wenang dan demi menjaga kestabilan keuangan Negara, oleh karena

1
https://islami.co/pandangan-para-filsuf-tentang-riba/

3
itu, pendirian bank syariah yang tidak menganut sistem bunga tetapi bagi hasil tidak
kemungkinan, seribu tahun sejarah Kristen di eropa, prakik busury dalam pengertian bunga bank
dilarang.

Pada abad ke-13 didunia barat kemunculan transaksi sebagai upaya mengatasi pelarangan
unsur, salah satu transaksi itu adalah interest yang ditetapkan oleh seorang yang berkerja di
roma, interest dibebankan atas pinjaman uang jika peminjam terlambat melakukan pelunasan,
selanjutnya raja henry VIII mengizinkan interest di awal transaksi paling besar 10%, bahkan para
theology Kristen melegalkan bunga bank dengan argumen, bahwa dengan meminjamkan uang
maka pemberi pinjaman akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, dan
dengan demikian, ia boleh memungut bunga pinjaman dari peminjaman.

Menurut classical theory bunga adalah balas jasa atau kompensasi yang dibayarkan oleh
peminjam ( borrower) kepada pemberi pinjaman ( lender). Tokoh teori ini adalah smith and
Ricardo, menurut Nassau senior, tokoh absetinence theory, bunga adalah harga yang dibayarkan
sebagai imbalan atas tindakan atau menahan diri. Tindakan ini didefinisikan sebagai seorang
yang absen dari kegiatan produktif atau kegiatan yang direncanakan akan mendapatkan
keuntungan.kelemahan teori ini diinformasikan oleh Muhammad syafi’i Antonio adalah bahwa
kreditor hanya meminjamkan uang yang tidak ia pergunakan sendiri, ia hanya akan
meminjamkan uang lebih dari yang ia perlukan, sementara Muhammad menyatakan bahwa
seorang bisa saja tidak (abstine) mengkomsumsi dan melakukan kegiatan yang produktif, tetapi
juga tidak meminjamkan tabungannya dan ia lebih memilih menabung dalam bentuk likuid, di
samping itu, pengorbanan menahan nafsu untuk tidak melakukan kegiatan produktifnya akan
berbeda sesuai dengan pedapatan penabung, bahkan katanya, bank tanpa melakukan kegiatan
menhan nafsu dapat menghasilkan bunga dari uang,. Dari sisihukum islam, tindakan tahan nafsu
tidak dapat dijadikan alasan atau illat al-hukum,karena ia tidak termasuk salah satu dari tiga
syarat illat.

Pembebanan bunga pinjaman, menurut pragmatis adalah suatu kebutuhan untuk


pembangunan Negara muslim. Disamping itu, bunga merupakan daya tarikuntuk mengalakan
tabungan dan pengerahan modal untuk investasi yang produktif. Penghapusan bunga bisa
menghambat pembanguanan Negara-negara muslim, lebih jauh aliran ini berpendapat,

4
pehapusan bunga dari system keuangan bertentang semangat bertujuan hukum islam aliran
pragmatis tampak sesuai dengan beberapateori kehalalan bunga, yaitu:

1) Teori abstinence, bunga penghargaan atas penundaan konsumsi sehingga uang bisa di
pinjamkan kepada orang lain.
2) Teori persewaan uang, yaitu uang adalah harga sewa atas modal yang dipergunakan.
3) Teori opportunity coast , yaitu bunga adalah biaya dari tenggang waktu yangdiberikan
kepada kreditur kepda peminjam sehingga dapat menggunakan uanguntuk memenuhi
kebutuhannnya.

PENUTUP
2
Adrian Sutedi, 2009, Perbankan Syariah, Jakarta: Ghalia Indonesia,

5
A. Kesimpulan

Pada abad ke-13 dunia barat bermunculan transaksi sebagai upaya mengatasi pelanggaran
usury. Salah satu transaksi itu ialah interest yang ditetapkan oleh terlambat melakukan
pelunasan, selanjutnya raja henry VIII mengizinkan interest di awal transaksi paling besar 10%,
bahkan para theology Kristen melegalkan bunga bank dengan argumen, bahwa dengan
meminjamkan uang maka pemberi pinjaman akan hilang kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan, dan dengan demikian, ia boleh memungut bunga pinjaman dari peminjam.

B. Saran

Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan dan
sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai
mana manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

6
https://id.scribd.com/document/431448432/Perbankan-Syariah-Dan-Peraturannya

https://jurnal.jain-iain-bone.ac.id/index.php/aliqtishad

Anda mungkin juga menyukai