Anda di halaman 1dari 6

BUNGA BANK

A. Pengertian Bunga Bank


Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau tambahan untuk penggunaan modal.
Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang berkaitan
dengan itu dan biasa dinamakan suku bunga modal. Sedangkan bank (perbankan) adalah suatu
lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah simpan-pinjam, memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang, dengan tujuan memenuhi kredit dengan
modal sendiri atau orang lain. Kegiatan perbankan adalah bergerak dalam bidang keuangan dan
kredit, serta mencakup dua fungsi penting, yaitu menciptakan uang dan sebagai perantara
pemberi kredit.1
Jadi dapat disimpulkan bahwa bunga bank merupakan imbalan berupa dana yang
diberikan bank kepada nasabah maupun nasabah kepada bank. Imbalan berupa dana ini dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari pokok tabungan/pinjaman dan jangka waktu
simpanan/pinjaman yang kamu ambil sebagai produk layanan dari bank. Bunga bank dapat
dikatakan sebagai harga yang harus dibayarkan oleh bank kepada nasabah maupun nasabah
kepada bank. Bunga bank ini merupakan keuntungan yang bisa kamu dapatkan sebagai nasabah
bank atas simpanan uangmu, timbal baliknya adalah kamu memberikan keuntungan kepada bank
ketika kamu menggunakan produk pinjaman mereka.
B. Persamaan dan Perbedaan Bunga Bank dengan Riba
Jika dilihat dari definisi bunga dan riba diatas pada pembahasan kerangka teori, terlihat
jelas bahwa “interest” dan “usury” yang kita kenal saat ini pada hakikatnya adalah sama. Maka
persamaan antara bunga bank dengan riba keduanya sama-sama bermakna tambahan uang
(harga), umumnya dalam persentase (suku bunga sekian persen). 2 Juga dari pengertian riba dan
bunga bank, tentunya keduanya ada perbedaan. Kalau riba sistemnya menggandakan uang tetapi
cenderung untuk keperluan pribadi dan tidak sah menurut hukum, seperti rintenir (memperkaya
diri sendiri). Sedangkan bunga bank sistemnya untuk membantu masyarakat (tolong-menolong)
kemudian kuntungan tersebut dibagi hasil (bagi hasil kerjasama/musyarakah) oleh anggotanya
(nasabah) dan sah menurut hukum (legal), seperti bunga BNI, BRI, BCA dsb.3
1
Hasan, M Ali, Masail Fiqhiyah; Zakat Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2003),
hlm. 321.
2
Anita Rahmawaty, Riba dan Bunga dalam Hukum Kontrak Syariah (Jurnal Dosen STAIN Kudus).
3
M. Nur Hasyim, Apa perbedaan dan persamaan riba dengan bunga bank?
(MakalahYPPYaqunuKarangsambung,https://www.academia.edu/29579832/Apa_perbedaan_dan_persamaan_riba_

1
C. Hukum Bunga Bank
Polemik (pro kontra) ini sudah bergulir dikalangan ulama, baik ulama tektual maupun
ulama kontektual. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari persoalan dasar hukum Islam pada bidang
mu’amalah yang pengaturannya oleh nash syariah hanya secara umum (global), tidak dijelaskan
secara rinci (detail), berbeda dengan persoalan ibadah dan aqidah yang sangat tafsil. Berkaitan
dengan hukum bunga bank, yang menjadi persoalan intinya adalah perbedaan para ualama dalam
menentukan ‘illat hukum tentang riba. Ada yang memakai illat “ziyadah” (tambahan) dan ulama
yang lain menggunakan illat “Dzulm” (kemudlaratan) .4 Penentuan illat hukum bunga bank ini,
menjadikan dua kelompok ulama yang mencermati status bunga bank, yaitu kelompok Neo-
Revivalisme dan modernis. Neo-Revivalisme adalah suatu gerakan pemikiran yang
merelevansikan ajaran Islam dalam segala kehidupan, sebagai bukti bahwa Islam itu lebih tinggi
dan universal dari ajaran Barat. Neo-Revivalisme cenderung tekstual dalam memandang
persoalan riba (bunga bank) dari sudut harfiahnya saja, tanpa mencermati yang di praktikkan
pada periode pra-Islam.5
Pemikiran Neo-Revivalisme lahir dari semangat kebangkitan Islam pada akhir abad 19,
sebagai penolakan terhadap paham sekulerisme yang melanda dunia Islam. Stetmen mereka
menilai kebudayaan Barat yang cenderung materialistis menjadi penyebab ambruknya moral
agama, maka seyogyanya umat Islam menolak peradaban barat tersebut. Paham ini meyakini
Islam adalah agama yang kaya dengan peradaban emezing. Neo-Revivalisme memfokuskan
gerakan pada umat Islam agar menjadikan ajaran Islam sebagai way of life dan menolak
kontektualisme nash al-Qur’an dan hadis.6 Tokoh Neo-Revivalisme, seperti Maududi dan Sayyid
Qutb, keduanya menganggap bunga bank sebagai riba dan haram, keduanya lebih menekankan
pada aspek legal-formal larangan riba yang menjelma sebagai bunga bank. 7 Keduanya didukung
oleh pakar ekonomi Islam Chapra juga menegaskan “riba has the same meaning and import as
interest”. Alasan yang mendasari kelompok ini adalah: 8 1). Pernyataan yang ditetapkan dalam al-
Qur’an harus diambil makna harfiahnya, tanpa memperhatikan apa yang di praktik kan pada
masa praIslam; 2). Al-Qur’an telah menyatakan bahwa hanya uang pokok yang diambil, maka
dengan_bunga_bank.doc,Rabu, 11 Mei 2016,diakses21Januari2018), h. 1
4
Muslihun Muslim, Fiqih Ekonomi (Mataram: LKIM, 2015), h. 145.
5
Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest, A Study of Prohibition of Riba and its Contemporary Interpretation
(Leiden: E.J. Brill, 2006), h. 49
6
Ibid., h. 8.
7
Anita Rahmawaty, op.cit., h. 7
8
M. Umer Chapra, Towards a Just Monetary System (London: Islamic Foundation, 2005), h. 57

2
tidak ada pilihan lain kecuali menafsirkan riba sesuai dengan pernyataan itu. 9 Pemahaman Neo-
Revivalis tentang riba sebagai bunga didasarkan interpretasi literal al-Quran “wa in tubtum fa
lakum ru’usu amwalikum”. Istilah “ru’usu amwalikum” diartikan sebagai pokok pinjaman. Maka
setiap tambahan yang melebihi di atas pokok pinjaman disebut riba.10
Sedangkan kelompok modernis menekankan pentingnya ijtihad sebagai bentuk
penyegaran dalam pemikiran Islam dengan merelevankan nilai-nilai al-Qur’an dan sunah serta
memformulasikan sesuai dengan kebutuhan hukum pada ummat dizaman modern. 11 Tokoh
modernis seperti Fazlur Rahman, Muhammad Asad, Said anNajjar, dan Abd al-Mun’im an-
Namir lebih menekankan pada aspek moral dalam memahami pelarangan riba dan mengabaikan
legal formal tentang riba. Pemahaman rasional terhadap larangan riba terletak pada ketidakadilan
sebagai alasan diharamkan riba sesuai dengan Statement al-Qur’an “La tadzlimun wa la
tudzlamun”, maka dari itu riba dibedakan dengan bunga bank. Kelompok ini juga mendasarkan
pendapatnya para ulama klasik, seperti ar-Razi, Ibn al-Qayyim, 12 dan Ibn Taimiyah bahwa
larangan riba berkaitan dengan aspek moral mengacu pada Praktik riba pada masa pra-Islam. 13
Sebagai sample tentang perbedaan bunga bank dengan riba dari pemikiran Yusuf
Qardhawi (kelompok Neo-Revivalisme)14 dan Fazlur Rahman (kelompok Modernis).
Perbedaannya hanyalah dalam mengartikan bunga bank, metodologi dalam menentukan materi
kerjanya, yang satu halal dan yang satu haram, Yusuf Qardhawi mengharamkan bunga bank baik
berlipat ganda maupun tidak, sedangkan Fazlur Rahman mengharamkan bunga bank yang
berlipat ganda dan menghalalkan bunga bank yang tidak berlipat ganda. 15 Persamaan kedua
tokoh tersebut dalam menentukan hukum adalah metode istinbath yang digunakan sama-sama
bersumber dari al-Quran dan Hadits, namun Yusuf Qardhawi menggunakan qias, yaitu
diqiaskanya bunga bank dengan riba, karena sama-sama bertambah dalam transaksi utang
piutang, sedangkan Fazlur Rahman menggunakan pendekatan maqashid syariah (tujuan moral

9
Muslihun Muslim, op.cit., h. 147
10
Abdullah Saeed, op.cit., h. 119
11
Ibid., h. 7.
12
M. Khoirul Hadi alAsy’ari, Riba Dan Bunga Bank Dalam Pandangan Ibnu Qayyim (Jurnal Syari’ah Vol. II, No.
II, Oktober 2014), h. abstrak
13
Ibid., h. 41
14
Sya’baniyah Rumsida, Bunga Bank Perspektif Fazlurrahman Dan Wahbah Az-Zuhaili, (Artikel Publikasi Program
Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016), h. abstrak
15
Ibnu Fajar el-Hakim, Perbandingan Konsep Bunga Bank Menurut Yusuf Qardhawi dan Fazlur Rahman (Skripsi
Fakultas Syari'ah Universitas Islam Bandung (UNISBA), 2014/1435 H), h. abstrak dan kesimpulan

3
dari alQur’an).16 Kedua tokoh tersebut sebenarnya memiliki kesamaan dalam pemikirannya, baik
Yusuf Qardhawi maupun Fazlur Rahman berkenaan dengan hukum bunga bank, yaitu bahwa
bunga bank termasuk perkara ijtihadiyah dalam arti yang tidak terdapat dalam sumber hukum
Islam, al-Quran dan hadits sebagai hujjah al-syari’iyah serta keberadaan syariat Islam untuk
kemashlahatan hidup manusia baik hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Perbedaannya
hanyalah dalam mengartikan riba, dan metodologi dalam menentukan materi kerjanya, yang
satunya haram dan lainnya halal.17

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Bunga bank merupakan imbalan berupa dana yang diberikan bank kepada nasabah
maupun nasabah kepada bank. Imbalan berupa dana ini dihitung berdasarkan persentase tertentu

16
Ibid., h. kesimpulan
17
Ibid. Bunga Bank halal jika tidak berlipat ganda, ini pendapat Fazlur Rahman.

4
dari pokok tabungan/pinjaman dan jangka waktu simpanan/pinjaman yang kamu ambil sebagai
produk layanan dari bank.
Bunga bank dan riba keduanya sama-sama bermakna tambahan (mengambil kelebihan).
Perbedaanya kalau riba sistemnya menggandakan uang tetapi cenderung untuk keperluan pribadi
dan tidak sah menurut hukum, seperti rintenir (memperkaya diri sendiri). Sedangkan bunga bank
sistemnya untuk membantu masyarakat (tolong-menolong) kemudian kuntungan tersebut dibagi
hasil (bagi hasil kerjasama / musyarakah) oleh anggotanya (nasabah) dan sah menurut hukum
(legal).
Hukum bunga bank dari dua aliran pemikiran, yaitu tektual dan kontektual, maka bunga
bank haram, disamakan dengan riba, ini menurut paham tektual (Neo-Revivalisme) sedangkan
Modernis (kontektual) menyatakan bahwa bunga bank halal, kecuali bunganya berlipat-lipat
ganda. Kedua pendapat ini memiliki pendekatan yang berbeda terhadap makna bunga bank
dengan riba.
B. Saran
Harapan kami kepada pembaca agar mengamalkan setiap ilmu yang diperoleh agar ilmu
tersebut tidak sia-sia.Dan harapan kepada pembaca khusus bagi dosen/ pembimbing agar kiranya
memperbaiki setiap kesalahan atau kesimpulan baik disengaja maupun tidak disengaja dalam
uraian isi makalah tentang Hukum Bunga Bank.

DAFTAR PUSTAKA

Johannes Ibrahim. Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah.
(Bandung: Refika Aditama, 2014).
Harun Badriyah. Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
2010) Husein Umar. Metode Riset Komunikasi Organisasi: Sebuah Pendekatan

5
Kuantitatif Dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Hasil Riset Komunikasi Organisasi.
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012).
Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). (Jakrta: Pradnya
Paramita, 2011).
Abdul Salam. Bunga Bank Dalam Perspektif Islam (Studi Pendapat Nahdlatul Ulama Dan
Muhammadiyah. (JESI Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia, Volume III, No.1 Juni
2013/1434 H).
Anita Rahmawaty. Riba dan Bunga dalam Hukum Kontrak Syariah (Jurnal Dosen STAIN
Kudus).
M. Nur Hasyim. Apa perbedaan dan persamaan riba dengan bunga bank? (Makalah YPP
YaqunuKarangsambung,https://www.academia.edu/29579832/Apa_perbedaan_dan_persa
maan_riba_dengan_bunga_bank.doc, Rabu, 11 Mei 2016,diakses21Januari2018).
Muslihun Muslim, Fiqih Ekonomi (Mataram: LKIM, 2015).
Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest, A Study of Prohibition of Riba and its
Contemporary Interpretation (Leiden: E.J. Brill, 2006).
M. Umer Chapra, Towards a Just Monetary System (London: Islamic Foundation, 2005).
Khoirul Hadi al-Asy’ari, Riba Dan Bunga Bank Dalam Pandangan Ibnu Qayyim (Jurnal
Syari’ah Vol. II, No. II, Oktober 2014).
Sya’baniyah Rumsida, Bunga Bank Perspektif Fazlurrahman Dan Wahbah Az-Zuhaili, (Artikel
Publikasi Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2016).
Ibnu Fajar el-Hakim, Perbandingan Konsep Bunga Bank Menurut Yusuf Qardhawi dan Fazlur
Rahman (Skripsi Fakultas Syari'ah Universitas Islam Bandung (UNISBA), 2014/1435 H).

Anda mungkin juga menyukai