Dosen Pembimbing
Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang permasalahan riba dari segi hukum dan penafsirannya
serta bunga bank dari tinjauan hukum Islam serta menganalisis dampaknya terhadap
perekonomian, baik yang dikemukan oleh para pakar hukum Islam, mufassirin dan para
ekonom muslim. Ada perbedaan pendapat di antara fuqaha dalam memandang hukum bunga
bank dan analisa para pakar terhadap dampaknya yang ditimbulkannya dalam perekonomian
umat baik secara mikro maupun makro. Pertama, pendapat jumhur ulama berpendapat bahwa
bunga bank tidak boleh (haram) sementara, kedua, sebagian ulama diantaranya Abdullah
Yusuf Ali dan Muhammad Asad berpendapat bahwa bunga yang diharamkan adalah riba
yang berlipat ganda (tidak wajar), sementara bunga yang tidak berlipat ganda boleh, termasuk
dalam kategori ini bunga bank yang dipraktekkan pada saat ini. Perbedaan pendapat ini
dilatarbelakangi adanya perbedaan penafsiran mufassirin terhadap ayat-ayat tentang riba.
Pengharaman riba (usurios) dalam Islam berdasarkan pertimbangan-pertimbangan moral dan
kemanusiaan sebab esensi pelarangan riba adalah penghapusan segala bentuk praktik
ekonomi yang menimbulkan kezaliman dan ketidakadilan. Dan dampak bunga terhadap
perekomian akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Metode penulisan
artikel ini berdasarkan kajian pustaka dengan melakukan review secara mendalam terhadap
buku-buku, tafsir dan tulisan-tulisan tentang bunga bank, riba dan yang berkaitan dengannya.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tafsiran riba dan pendapat-pendapat ulama
dalam memandang hukum bunga bank serta untuk menganalisis dampak negatif yang
ditimbulkan sistem bunga terhadap perekonomian.
I Sebaliknya sistem ekonomi
konvensional yang banyak digugah tidak
Sebenarnya riba itu apa sih?
hanya ekonom-ekonom muslim tetapi juga
Sekilas tentang pengertian riba. Riba
tokoh-tokoh non muslim sendiri. Sumber
adalah penetapan bunga atau taambahaan
penyebab timbulnya permasalahan
ketika mengembalikan pinjaman.
kemanusiaan menurut para pakar ekonomi
pemberlakuan tambahan bunga ini
terletak pada sistem ekonomi yang tidak
berdasarkan persentase yang sudah
peduli dengan prinsip persamaan
ditetapkan di awal perjanjian dan
(equality), pemerataan (equity), kurang
dibebankan kepada pihak peminjam.Dalam
mengedepankan kemanusiaan (humanity)
agama Islam, riba adalah suatu hal yang
serta nilai-nilai agama (religious values).
dalam prakteknya tidak diperbolehkan atau
Salah satu penghalang terbesar bagi
diharamkan. Biasanya praktek riba ini
tercapainya keadilan yang merata
sering terjadi pada bank-bank
(penyebab timbulnya ketidakadilan,
konvensional.
inequity) adalah sistem riba (bunga). Jadi
Esensi dasar pelarangan riba dalam mustahil keadilan dapat tercipta tanpa
Islam adalah menghindari adanya mengeleminasi bunga dari habitat
ketidakadilan dan kezaliman dalam segala perekonomian dan menegakkan sistem
praktik ekonomi. Sementara riba (bunga) perekonomian yang bebas dari segala
pada hakekatnya adalah pemaksaan suatu macam bentuk riba yang melahirkan
tambahan atas debitur yang melarat, yang model perilaku homo economicus dengan
seharusnya ditolong bukan dieksploitasi memegang prinsip homo homini lupus,
dan memaksa hasil usaha agar selalu yakni perilaku yang mengebiri dan
positif. Hal ini bertentangan dengan mengabaikan nilai-nilai moral dan agama
prinsip ajaran Islam yang sangat peduli serta mementingkan perlindungan atas
dengan kelompok-kelompok sosio- hak-hak perorangan (utilitarian
ekonomi yang lebih rendah agar kelompok individualism) sementara mengabaikan
ini tidak dieksploitasi oleh orang-orang kepentingan bersama.
kaya (pemilik dana). Sebab ajaran II
ekonomi Islam mengemban misi
Konsepsi Riba
humanisme, tatanan sosial dan menolak
adanya ketidakadilan dan kezaliman yang Riba tidak hanya dikenal dalam islam
mata rantainya berefek pada kemiskinan. tapi dalam agama lain ( Non Islam )Riba
dikenal dan juga pelarangan atas perbuatan hutang,jangan kamu meminta keuntungan
pengambilan Riba ,bahkan pelarangan padanya untuk pemilik uang”.
Riba telah ada sejak sebelum Islam datang
Agama Nasrani
menjadi agama.
Berdeda dengan orang Yahudi,Umat
Masa Yunani Kuno
Nasrani memandang Riba haram dilakukan
Bangsa Yunani Kuno mempunyai bagi semua orang tidak terkecuali saja
peradaban tinggi peminjaman uang dengan orang tersebut san dari agama apapun,baik
memungut bungadilarang keras.Ini dari kalangan Nasrani sendiri ataupun non-
tergambar pada pernyataan Aristoteles Nasrani.menurut mereka (tokoh-tokoh
yang sangat membenci pembungaan uang. Nasrani) dalam perjanjian lam kitab
Deuntoronomy pasal 23 pasal 19
“Bunga uang tidaklah adil”.
disebutkan: “ Janganlah engaku
“Uang seperti ayam betina yang tidak membungakan uang terhadap saudaramuy
bertelur”. Meminjamkan uang dengan hak uang maupun bahan makanan atau
bunga adalah sesuatu yang rendah apapun yang dapat dibungakan”.
derajatnya”.
Implikasi Interprestasi Riba terhadap
Masa Romawi perbankan syariah .
Artinya:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan riba dengan
“Padahal Allah telah menghalalkan jual
berlipat ganda] dan bertakwalah kamu
beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-
kepada Allah supaya kamu mendapat
Baqarah: 275).
keberuntungan.
Bahkan Imam al-Bukhari pun
Tahap terakhir, Allah mengharamkan
juga meriwayatkan sebuah hadits yang
riba secara total dengan segala bentuknya.
Hal ini disampaikan melalui firman-Nya
bersumber dari Abu Hurairah Ra bahwa dan janganlah kamu jual uang kertas
Rasulullah SAW bersabda : dengan uang kertas kecuali dalam nilai
yang sama, dan jangan kamu tambah
Artinya: sebagian atas sebagiannya, dan
“Jauhilah tujuh perkara yang janganlah kamu jual barang yang nyata
membinasakan.” Para sahabat bertanya, (riil) dengan yang abstrak (ghaib).”
“Apa itu, wahai Rasulullah?” Beliau (riwayat Bukhari dan muslim). Riba Fadli
menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, atau riba tersembunyi ini dilarang karena
membunuh jiwa yang diharamkan Allah dapat membawa kepada riba nasi’ah (riba
kecuali dengan hak, memakan riba” (HR. jail) artinya riba yang nyata
Bukhari dan Muslim).
B. Riba Qardhi
Dari firman Allah dan hadits tersebut lah
Yaitu riba yang terjadi karena adanya
yang mendasari haramnya hukum riba.
proses utang piutang atau pinjam
meminjam dengan syarat keuntungan
Macam – macam Riba
(bunga) dari orang yang meminjam atau
Menurut para ulama ada 4 macam- macam yang berhutang. Misalnya, seseorang
riba,yaitu : meminjam uang sebesar sebesar Rp.
1.000.000,- (satu juta) kemudian
A. Riba Fadli diharuskan membayarnya Rp. 1.300.000,-
(satu juta Tiga ratus ribu rupiah)
Yaitu riba dengan sebab tukar menukar
Terhadap bentuk transsaksi seperti ini
benda, barang sejenis (sama) dengan tidak
dapat dikategorikan menjadi riba, seperti
sama ukuran jumlahnya. Misalnya satu
sabda Rasulullah SAW
ekor kambing ditukar dengan satu ekor
kambing yang berbeda besarnya satu gram Artinya :“Semua piutang yang menarik
system ini adalah terpenuhinya kebutuhan ada batasan apapun yang melarangnya.
masyarakat luas, hasil produksi dan Negara sama sekali tidak berhak ikut
Tetapi kelemahannya dari system ini ekonomi Sosialis, menurut mereka Negara
adalah tidak adanya persaingan yang baik berhak seluas-luasnya mengatur semua
permasalahan perekonomian yang sedang Subhanhu Wa Ta'ala, dan manusia hanya
berlangsung. diizinkan untuk mengelolanya sesuai
dengan kebutuhan. Kekayaan yang ada di
Islam menggabungkan keduanya,
suatu Negara bisa dimiliki oleh masing-
bahwa setiap orang mempunyai kebebasan
masing individu dengan cara
dalam menjalankan aktifitas perekonomian
mengelolanya seperti tanah pertanian.
degan memperhatikan batasan-batasan
Namun ada beberapa yang dimiliki oleh
yang diatur oleh syariah dan tidak
Negara seperti sungai, danau, hutan
merugikan orang lain. Dilain pihak Negara
lindung, laut, maka semua itu tidak boleh
juga punya andil untuk mengatur segala
hanya dikuasai oleh beberapa orang saja.
jenis perekonomian yang terjadi selama
Disini lah letak kemoderatan Islam dengan
campur tangan terebut tidak merugikan
sama sama mengakui kepemilikan dari
salah satu dari anggota masyarakat .
individu maupun Negara dengan batasan
Kepemilikan Kekayaan tidak adanya hal-hal yang bisa merugikan
III