OLEH KELOMPOK 8:
FAKULTAS SYARI’AH
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat allah swt karena dengan rahmat dan
karunianya kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”SEWA-MENYEWA
(IJARAH)”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda rasulullah saw dan
seluruh para nabi dan rasul serta keluarga dan sahabat mereka. Atas bimbingan dan teladan
merekalah kita mengenal keindahan berada dalam islam serta keluarga, sahabat, dan seluruh
umat pengikutnya yang senantiasa taat dan patuh pada ajarannya sampai akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“HADIS EKONOMI ”. Disamping itu makalah ini diharapkan dapat menjadikan sarana
pembelajaran serta menambah wawasan dan pengetatahuan. Dan penyusun menyadari akan
segala kekurangan dan ketidaksempurnaan baik dari segi penulisan maupun dari cara
penyajiannya.
Oleh karena itu penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran demi
perbaikan dimasa yang akan datang, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami dan para pembaca dan umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A.LATAR BELAKANG....................................................................................
B.RUMUSAN MASALAH................................................................................
C.TUJUAN.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
C. visi, Misi, Tujuan dan Usaha Baitul Mal wat Tamwil (BMT).......................
A.KESIMPULAN...........................................................................................................
B.SARAN.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu lembaga yang dapat dipergunakan untuk mendistribusikan sebagian harta
seseorang dan untuk kepentingan sosial atau kemaslahatan umat serta dapat diproduktifkan
adalah lembaga keuangan syari’ah yaitu Bait al-Mal Wa al-Tamwil (BMT).
B. Rumusan Masalah
3. Apa visi, Misi, Tujuan dan Usaha Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
C. Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui sejarah awal terbentuknya Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
3. Untuk mengetahui visi, Misi, Tujuan dan Usaha Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
6. Untuk mengetahui struktur Organisasi Baitul Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
PEMBAHASAN
Baitul Maal wa Tamwil terdiri dari dua istilah yaitu baitul maal dan baitul tamwil.
Baitul maal lebih mengarah pada usahauasaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non
profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai pengumpulan dan
penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
BMT sebagai bagian dari lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan
berlandaskan syariah.
Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas,
yakni menetaskan usaha kecil. Dalam praktenya, PINBUK menetaskan BMT, dan pada
gilirannya BMT menetaskan usaha kecil. Keberadaan BMT merupakan representasi dari
kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu
mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat.1
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang
berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam
kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan
langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup, ilmu pengetahuan ataupun
materi, maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam
segala aspek kehidupan masyarakat.
Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan
bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha
masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga
keuangan mikro,seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan
operasionalisasi di daerah.
Di lain pihak, beberapa masyarakat harus menghadapi rentenir atau lintah darat.
Maraknya rentenir di tengah-tengah masyarakat mengakibatkan masyarakat semakin
terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak menentu. Besarnya pengaruh rentenir terhadap
perekonomian masyarakat tidak lain karena tidak adanya unsur-unsur yang cukup akomodatif
dalam menyelesaikan masalah yang masyarakat hadapi. Oleh karena itu, BMT diharapkan
mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini.2
2) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan
fungsi sebagai lembaga keuangan mikro,misalnya dengan jalan pendampingan,pembinaan,
penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT
langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh
karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas
yang harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan
kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.
2
Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
BMT mempunyai beberapa komitmen yang harus dijaga supaya konsisten terhadap
perannya, komitmen tersebut adalah:
1. Menjaga nilai-nilai syariah dalam operasi BMT, Dalam operasinya BMT bertanggung
jawab bukan saja terhadap nilai keislaman secara kelembagaan, tetapi juga nilai-nilai
keislaman di masyarakat dimana BMT itu berada. Maka setidaknya BMT memiliki
majelis taklim atau kelompok pengajian (usrob).
2. Memperhatikan permasalah-permasalahan yang berhubungan dengan pembinaan dan
pendanaan usaha kecil. BMT tidak menutup mata terhadap masalah nasabahnya, tidak
saja dalam aspek ekonomi, tetapi aspek kemasyarakatan nasabah yang lainnya. Maka
BMT setidaknya ada biro konsultasi bagi masyarakat bukan hanya berkaitan dengan
masalah pendanaan atau pembiayaan tetapi juga masalah kehidupan sehari-hari
mereka.
3. Meningkatkan profesionalitas BMT dari waktu ke waktu. Tuntutan ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan untuk menciptakan BMT yang mampu membantu
kesulitan ekonomi masyarakat, Maka setiap BMT dituntut mampu meningkatkan
SDM dengan melalui pendidikan dan pelatihan.
4. Ikut terlibat dalam memelihara kesinambungan usaha masyarakat. Keterlibatan BMT
di dalam kegiatan ekonomi masyarakat akan membantu konsistensi masyarakat dalam
memegang komitmen sebagai seorang nasabah. Maka BMT yang bertugas sebagai
pengelola, zakat, infaq dan shadaqaoh juga harus membantu nasabah yang kesulitan
dalam masalah pembayaran kredit.3
C. Visi, Misi, Tujuan dan Usaha Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Baitul Mal wat Tamwil (BMT) memiliki visi, misi, tujuan dan usaha di antaranya:
a. Visi BMT
Visi BMT adalah mewujudkan kualitas masyarakat disekitar BMT yang selamat,
damai, dan sejahtera dengan mengembangkan lembaga dan usaha BMT dan pokusma
4
(Kelompok Usaha Muamalah) yang maju, berkembang, terpercaya aman, nyaman,
transparan, dan berkehati-hatian. 5
b. Misi BMT
3
Bab 6 Baitul Maal Wattamwil
4
Ibid Hal 3
5
Fitri Nurhartati dan Ika Saniyati Rahmaniyah, Koperasi ...., hlm. 49-50.
Misi BMT adalah mengembangkan pokusma dan BMT yang maju berkembang,
terpercaya, aman nyaman, transparan, dan berkehati-hatian sehingga terwujud kualitas
masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai, dan sejahtera.
c. Tujuan BMT
Tujuan BMT adalah untuk mewujudkan kehidupan keluarga dan masyarakat di sekitar
BMT yang selamat, damai dan sejahtera.
d. Usaha BMT
Usaha BMT, untuk mencapai visi dan melaksanakan misi dan tujuan BMT maka
BMT melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
3) Jika BMT telah berkembang cukup mapan, memprakarsai pengembangan badan usaha
sektor riil (Busril) dari PokusmaPokusma sebagai badan usaha pendamping menggerakkan
ekonomi riil rakyat kecil di wilayah BMT tersebut yang manajemennya terpisah sama sekali
dari BMT.
4) Mengembangkan jaringan kerja dan jaringan bisnis BMT dan sektor riil (Busril) mitranya
sehingga menjadi barisan semut yang tangguh sehingga mampu mendongkrak kekuatan
ekonomi bangsa Indonesia.
Dalam operasionalnya, BMT dapat menjalankan berbagai jenis kegiatan usaha, baik
yang berhubungan dengan keuangan maupun nonkeuangan. Adapun jenis-jenis usaha BMT
yang berhubungan dengan keuangan dapat berupa:
a.Modal awal berupa simpanan pokok khusus dan simpanan wajib. Simpanan pokok, dan
simpanan wajib sebagai modal dasar BMT, selanjutnya BMT memobilisasi dana dengan
mengembangkannya dalam aneka simpanan sukarela (semacam tabungan umum) dengan
6
berasaskan akad mudharabah dari anggota berbentuk: Simpanan biasa; Simpanan
pendidikan; Simpanan haji; Simpanan umrah; Simpanan qurban; Simpanan idul fitri;
Simpanan walimah; Simpanan akikah; Simpanan perumahan (pembangunan dan perbaikan);
6
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 463-464.
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal (BMT). (Yogyakarta: UII Perss, 2004), hlm. 171
Simpanan kunjungan wisata; dan Simpanan mudharabah berjangka (semacam deposito 1, 3,
6, 12 bulan.
Dengan akad wadi’ah (titipan tidak berbagi hasil), di antaranya: Simpanan yad al-
amanah; titipan dana zakat, infak, dan sedekah untuk disampaikan kepada yang berhak.
Simpanan yad addamanah; giro yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh penyimpan.
b. Kegiatan pembiayaan/ kredit usaha kecil bawah (mikro) dan kecil, antara lain dapat
berbentuk: Pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan total dengan menggunakan
mekanisme bagi hasil. Pembiayaan musyarakah, yaitu kerjasama antara BMT dengan anggota
yang modalnya berasal dari kedua belah pihak dan keduanya bersepakat dalam keuntungan
dan resiko. BMT akan menyerahkan modal kedalam proyek/ usaha yang diajukan setelah
mengetahui partisipasi anggota. Pembiayaan murabahah, yaitu pemilikan suatu barang
tertentu yang dibayar pada saat jatuh tempo. Pembiayaan bay’ bi saman ajil, yaitu pemilikan
suatu barang tertentu dengan mekanisme pembayaran cicilan. Pembiayaan qard al-hasan,
yaitu pinjaman tanpa adanya tambahan pengembalian kecuali sebatas biaya administrasi.
Selain kegiatan yang berhubungan dengan keuangan di atas, BMT dapat juga
mengembangkan usaha di bidang sektor riil, seperti kios telepon, kios benda pos,
memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan produktivitas hasil para anggota,
mendorong tumbuhnya industri rumah tangga atau pengolahan hasil, mempersiapkan jaringan
perdagangan atau pemasaran masukan dan hasil produksi, serta usaha lain yang layak
menguntungkan dan tidak mengganggu program jangka pendek, dengan syarat dikelola
dengan sistem manajemen yang terpisah dan profesional. Usaha sektor riil BMT tidak boleh
menyaingi usaha anggota tetapi justru akan mendukung dan memperlancar pengorganisasian
secara bersama-sama keberhasilan usaha anggota dan kelompok anggota berdasarkan jenis
usaha yang sama.
Sebagian besar BMT atau lembaga keuangan mikro di Indonesia memilih untuk
berbadan hukum koperasi. Hanya beberapa saja yang memilih pengawasan dan pembinaan di
bawah OJK. Keberadaan BMT diharapkan mampu mendorong sektor usaha mikro dan kecil.
Hal tersebut dianggap penting karena BMT menjadi bagian penggerak perekonomian
Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang menjadi pengusaha sektor UMKM terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kredit yang disalurkan pun demikian.
Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki bentuk struktur organisasi yang
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh:
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT.
-Al-Mudharabah
-Al-Musyarakah
-Al-Muzara’ah
-Al-Musaqah
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksaannya BMT
mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama
BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya
tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia
dana.
-Bai’ al-Murabahah
-Bai’ as-Salam
-Bai’ al-Istishna
3. Sistem non-profit
Sistem yang disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang
bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja.
-Al-Qordhul Hasan
4. Akad bersyarikat
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan masing-masing
pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian
keuntungan/kerugian yang disepakati.
-Al-Musyarakah
-AL-Mudharabah
5. Produk pembiayaan
8
Bab 6 Baitul Maal Wattamwil
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi masyarakat, maka BMT
terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus memenuhi syarat:
BMT dapat didirikan dengan modal awal sebesar Rp20.000.000, atau lebih. Namun
demikian, jika terdapat kesulitan dalam mengumpulkan modal awal, dapat dimulai dengan
modal Rp10.000.000, bahkan Rp5.000.000. Modal awal ini dapat berasal dari satu atau
beberapa tokoh masyarakat setempat, yayasan, kas masjid atau BAZIS setempat. Namun
sejak awal anggota pendiri BMT harus terdiri antara 20 sampai 44 orang. Jumlah batasan 20
sampai 44 anggota pendiri, ini diperlukan agar BMT menjadi milik masyarakat setempat.
BMT dapat didirikan dalam bentuk kelompok Swadaya Masyarakat atau koperasi.
Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam pendirian BMT adalah sebagai
berikut:
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Baitul Maal wa Tamwil terdiri dari dua istilah yaitu baitul maal dan baitul tamwil.
Baitul maal lebih mengarah pada usahauasaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non
profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai pengumpulan dan
penyaluran dana komersial.
Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan
bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha
masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga
keuangan mikro,seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan
operasionalisasi di daerah.
BMT dapat menjalankan berbagai jenis kegiatan usaha, baik yang berhubungan
dengan keuangan maupun nonkeuangan. Adapun jenis-jenis usaha BMT yang berhubungan
dengan keuangan dapat berupa:
1. Modal awal
2. Kegiatan pembiayaan/ kredit usaha kecil bawah (mikro) dan kecil
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Muslim Tanjung, Arina Novizas, Eksistensi Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Dalam
Perekonomian Islam, Jakarta Selatan, 1 Januari 2018
Nur Halisa, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Makassar, 2021
https://accounting.binus.ac.id/2021/12/17/mengenal-baitul-maal-wat-tamwil-lembaga keuangan-
sosial-syariah/
https://repository.uin-suska.ac.id/8922/4/BAB%20III
http://etheses.iainkediri.ac.id/263/3/BAB%20III