Asalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Pertama- tama kami inginmengucapkan terimakasih kepada Allah Yang Maha Esa,
karena atasberkah dan rahmat-Nya kami dapat membuat makalah ini dengan matakuliahdan
juga tidaklupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada rekan-rekan, baikdari keluarga
maupun dari teman-teman yang selama ini membantu kami.
Dalam makalah ini kami selakupenulis ingin memaparkan atau menjelaskan tentang
“BAITUL MAAL WAT TAMWIL MARWAH” yang sekiranyadapatm emberi sedikitilmu
pengetahuan tentang Pemikiran ekonomi islam yang sesuai syariah islam.
HERMAN FAHRIZAL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakangMasalah
1.2. PerumusanMasalah
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………….........12
DaftarPustaka……………………………………………………………...13
1. Segi Delapan : menyiratkan asma Allah dibalik setiap kegiatan BMT serta menjadikan
Allah sebagai tujuan utama
3. Warna merah : memberikan rasa cinta untuk mencintai umat, memberi energi, kuasa,dan
kekuatan untuk berbuat untuk ummat.
BMT MARWAH
Keputusan Menteri Koperasi dan UKM no 91 tahun 2004 tentang petunjuk pelaksanaan
kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah
VISI:
Menjadi LKMS yang kokoh, peduli dan terpercaya menuju kesejahteraan bersama dunia dan
akhirat.
MISI:
SUSUNAN PENGURUS
BMT MARWAH
DEWAN PENGAWAS
Ketua:Yusrialis, SE. M.Si
Anggota : Drs. H. M. Amin
Anggota :Syarbani
DEWAN PENGAWAS
DewanPengurus
BMT marwah didirikan pada 05 November 2006 dengan nama awal yakni BMT
Syariah Tambang yang didirikan di desa Tambang sebagai langkah awal untuk mewujudkan
ekonomi syariah yang madani.
Setelah berjalan lancar selama 6 tahun, tepatnya pada tahun 2012 BMT Syariah
Tambang membuka cabang di desa Bina Baru kecamatan Kampar kiri tengah dan secara
resmi mengganti nama menjadi BMT Bina Umat Mandiri. Penggantian Nama tersebut
didasari ruang lingkup oprasional BMT yang semakin luas juga sebagai semangat baru untuk
terus membina umat menjadi lebih mandiri.
Namun pada tahun 2012 setelah BMT Bina Umat Mandiri aktif menjadi anggota
perhimpunan BMT Indonesia terdapat 3 (tiga) BMT yang memiliki kesamaan nama di
Indonesia, sehingga melalui musyawarah Rapat Anggota Tahunan (RAT) maka nama BMT
kembali dirubah dengan nama BMT Marwah.
Ada dua bagian dari BMT yang keduanya memiliki fungsi dan pengertian yang berbeda.
Pertama, baitul maal merupakan lembaga penerima zakat, infak, sadaqoh dan sekaligus
menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Kedua Baitut Tamwil yang
merupakan lembaga keuangan yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat
terutama masyarakat dengan usaha skala kecil.
Pengertian BMT
Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan baitut
tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana
yang non profit, seperti zakat, infak dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha
pengumpulan dan dan penyaluran dana komersial (Prof. H A. Djazuli:2002).
Propinsi Lampung BMT mulai ada dengan dirintisnya Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil (PINBUK), maka pada Tahun 1996 Lahirlah BMT Swadaya dengan berdiri 30 BMT.
Sedang pada tahun 1998 dengan bantuan Pemerintah propinsi ketika itu membantu berdirinya
17 BMT, berkembang kembali pada tahun 1999 dengan melahirkan 60 BMT serta diberi
modal lima ratus ribu per BMT. Di tahun yang sama muncul 75 BMT dengan pemberian
modal sebesar satu koma lima juta rupiah tiap BMT. Pada Tahun selanjutnya Pemerintah juga
memberi bantuan modal terhadap 60 BMT yang baru berdiri dengan kisaran modal yang
sama. Pada tahun 2002 lahir lagi 60 BMT di Propinsi Lampung dengan pemberian modal
awal dua juta rupiah tiap BMT. Dengan berjalannya waktu lahirlah BMT-BMT baru dan
berkembang dengan baik seperti BMT As Syifa di Metro, BMT Mentari di Kota Gajah, BMT
Pringsewu, BMT Bagas di Lampung Timur, dan BMT Fajar di Metro.
Sedangkan di Kota Metro sendiri sejarah berdirinya BMT di mulai dengan berdirinya
BMT Al Ihsan pada bulan Oktober 1994, Lalu berdiri BMT Bina Rahmat oleh Bapak
Yulianto pada tahun 1995. Di tahun yang sama berdiri BMT Fajar. Lalu pada Desember 1998
berdiri BMT diantaranya adalah BMT At Taufik, BMT Al Hikmah, BMT Al Mukhsin yang
mendapat modal melalui dana bergilir. Pada tahun 2000 berdiri BMT diantaranya Al
Muttaqin, BMT Westra.
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan efisien, maka setiap tipe dan lapisan
masyarakat harus terwadahi, namun perbankan belum bisa menyentuh semua lapisan
masyarakat, sehingga masih terdapat kelompok masyarakat yang tidak terfasilitasi yakni:
1. Masyarakat yang secara legal dan administrative tidak memenuhi kriteria perbankan.
Prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh bank menyebabkan sebagian masyarakat tidak
mampu terlayani. Mereka yang bermodal kecil dan penghindar resiko tersebut, jumlahnya
cukup signifikan dalam Negara-negara muslim seperti Indonesia, yang sebenarnya secara
agregat memegang dana yang cukup besar.
3. Masyarakat yang memiliki modal besar dan keberanian dalam mengambil resiko usaha.
Biasanya kelompok ini akan memilih pasar modal atau investasi langsung sebagai media
investasinya.
1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat
ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih)
dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).
2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang
mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan.
3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan
kepada para pegawainya.
Dana BMT atau Financeable Fund adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu
BMT dalam kegiatan operasionalnya. Dana BMT ini terdiri dari :
Yaitu dana yang berasal dari pemilik berupa modal dan hasil usaha BMT.
Yaitu dana yang berasal dari instrumen pasar uang dan instrumen pasar modal.
Yaitu dana yang berasal dari penghimpunan dana BMT berupa giro (nasabah), tabungan,
deposito berjangka, sertifikat deposito berjangka, kewajiban segera lainnya.
5. Untuk menarik masyarakat yang kelebihan dana agar menabungkan uangnya di BMT
bersangkutan
Pada sistem operasional BMT syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT
tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi
hasil. Produk penghimpunan dana lembaga keuangan syariah adalah (Himpunan Fatwa DSN-
MUI, 2003):
1. Giro Wadiah
Giro Wadiah adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja. Dana nasabah
dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak
mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh BMT. Besarnya bonus tidak
ditetapkan di muka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT. Sungguhpun
demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif (Fatwa DSN-
MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000).
Dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan.
Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah
bertindak sebagai shahibul mal dan lembaga keuangan syariah bertindak sebagai mudharib
(Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000).
3. Deposito Mudharabah
BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan syariah dan
mengembangkannya. BMT bebas mengeola dana (Mudharabah Mutaqah). BMT berfungsi
sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul maal. Ada juga dana nasabah yang
dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan penggunn dana untuk jenis dan
tempat tertentu. Jenis ini disebut Mudharabah Muqayyadah.
J. Produk Pembiayaan
1. Equity Financing
Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 50).
Dari pengertian di atas, dapat dilihat ciri-ciri dari perjanjian/akad musyarakah, yaitu
kontribusi dana berasal dari dua pihak (BMT dan nasabah) dan bagi hasil berdasarkan
kontribusi modal. Dalam musyarakah, kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam
sebuah aset nyata. Dalam hal pengelolaan usaha, pihak BMT diikutsertakan atau dilibatkan
dalam proses manajemen.
Aplikasi BMT untuk akad musyarakah adalah (M. Syafi’i Antonio, 1999:197):
1. Pembiayaan Proyek. Nasabah dan BMT sama-sama menyediakan dana untuk membiayai
proyek. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati bersama.
Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 40). Di dalam mudharabah hubungan kontrak
bukan antara pemberi modal, melainkan antara penyedia dana (shahibul maal) dengan
enterpreneur (mudharib)( Zainul Arifin, 1999 ).
Dari kedua pengertian diatas dapat dilihat bahwa BMT menanggung seluruh modal
sedangkan nasabah hanya memiliki modal keahlian (tetapi tidak mempunyai dana).
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan sedangkan kerugian seluruhnya ditanggung
oleh pemilik modal (BMT) selam bukan akibat kelalaian si pengelola.
2. Debt Financing
Debt Financing dilakukan dengan teknik jual-beli. Pengertian bai’ meliputi berbagai kontrak
pertukaran barang dan jasa dalam jumlah tetentu atas barang dan jasa bersangkutan (Zainul
arifin, 1999 ).
Penyerahan jumlah barang atau jasa dapat dilakukan dengan segera (cash) atau dengan
tangguh (deferred).
a) Murabahah
BMT membeli barang kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga jual
senilai harga beli plus keuntungannya. BMT harus member tahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Nasabah membayar harga barang yang
telah disepakati dalam jangka waktu tertentu (Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000).
Dalam hal ini BMT bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.
Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
b) Bai’ as-salam
Bai’ as-salam jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih
dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Pembayaran hrus dilakukan pada saat kontrak
disepakati. Waktu penyerahan barang ditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan kualitas
dan jumlah yang telah disepakati pula (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 30).
c) Bai’ al-istishna’
Bai’ al-istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani)(Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 36).
Transaksi Bai’ al-istishna biasanya dipakai untuk pembiayaan konstruksi dan barang-
barang manufaktur jangka pendek. Kontrak Bai’ al-istishna walaupun kelihatan sama dengan
bai’ as-salam tetapi berbeda.
e) Al Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 58).
Dalam transaksi ijarah , BMT menyewakan suatu aset yang sebelumnya telah dibeli
oleh BMT kepada nasabahnya untuk jangka waktu tertentu dengan jumlah sewa yang telah
disetujui di muka.
Aplikasi dalam BMT untuk sistem ini adalah Leasing, baik dalam bentuk operating
lease maupun financial finance.
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk meperoleh hasil dari pemberian Pembiayaan tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh BMT sebagai balas jasa dan biaya
administrasi Pembiayaan yang dibeBMTan kepada nasabah.
Yaitu untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi
maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh pihak BMT, maka
semakin baik, mengingat semakin banyak Pembiayaan berarti adanya peningkatan
pembangunan di berbagai sektor. Disamping tujuan di atas, suatu fasilitas Pembiayaan
memiliki fungsi sebagai berikut :
Dengan adanya Pembiayaan dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika
hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.
Dalam hal ini uang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke
wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh
Pembiayaan maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
Pembiayaan yang diberikan oleh BMT akan dapat digunakan oleh debitur untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang berguna atau bermanfaat.
Pembiayaan dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah
ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lain
bertambah atau Pembiayaan dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
Semakin banyak Pembiayaan yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama
dalam hal meningkatkan pendapatan.
K. Produk Jasa
a) Wakalah
Wakalah berarti pelimpahan kekuasan dari satu pihak ke pihak lain dalam hal-hal
yang boleh diwakilkan (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 66). Prinsip perwakilan
diterapkan dalam BMT syariah dimana BMT bertindak sebagai wakil dan nasabah sebagai
pemberi wakil (muwakil).(M. Syafi’i Antonio, 1999:252).
b) Kafalah
Dalam pengertian lain, kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Prinsip penjaminan yang diterapkan oleh BMT syariah di mana BMT bertindak
sebagai penjamin sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin. Seperti halnya dalam
wakalah, untuk jasa al kafalah BMT syariah pun mendapat bayaran dari nasabahnya.
c) Hawalah
Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya(M. Syafi’i Antonio, 1999:201).
Prinsip ini diterapkan oleh BMT syariah di mana BMT bertindak sebagai penerima
pengalihan piutang dan nasabah bertindak sebagai pengalih piutang. Untuk jasa ini BMT
syariah mendapatkan upah pengalihan dari nasabah.
Aplikasi dalam BMT untuk jasa ini adalah factoring atau anjak piutang, post-date
check, bill discounting.
d) Rahn
Dalam jasa ini pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
semacam jaminan hutang atau gadai.
e) Qardh
Qardh adalah pinjamam yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan. Nasabah
wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama
(Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 111).
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya
yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut
akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamkannya itu
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik
dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.
3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha sangat kecil atau membantu sektor sosial. Guna
pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu qardhu hasan.
f) Sharf
Sharf adalah transaksi pertukaran antara emas dan perak atau pertukaran valuta asing,
dimana mata uang asing dipertukarkan dengan mata uang domestik atau dengan mata uang
asing lainnya.
Pengajuan permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah wajib
melampirkan :
Berita acara rapat pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah, disertai dengan daftar
hadir, dan bukti fotocopy KTP seluruh anggota.
Surat bukti penyetoran modal pada awal pendirian Koperasi jasa Keuangan Syariah primer
sekurang-kurangnya Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah), dan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah Sekunder sekurang-kurangnya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Setoran sebagaimana dmaksud pada huruf b dilakukan dalam bentuk deposito pada bank
syariah yang disetorkan atas nama Menteri cq Ketua Koperasi yang bersangkutan yang dapat
dicairkan sebagai modal awal Koperasi Jasa Keuangan Syariah atas dasar persetujuan
pencairan oleh Menteri atau pejabat, yang dilaksanakan bersamaan dengan pengesahan dan
atau perubahan anggaran dasar koperasi;
Rencana kerja sekukrang-kurangnya 1 (satu) tahun, yang menjelaskan antara lain :
Rencana penghimpunan dana dan pengalokasian pembiayaannya beserta jenis akad yang
melandasinya;
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang memuat peraturan dan prosedur transaksi
sumber dana dan pembiayaan lengkap dengan teknis penerapan akad Syariah dan perhitungan
bagi hasil/marjin masing-masing prosuk simpanan maupun pembiayaan, dan telah dimintakan
fatwa atau rekomendasi dari Dewan Syariah yang bersangkutan;
Rencana penghimpunana modal sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal
penyertaan, hibah maupun cadangan;
Rencana modal pebiayaan yang diterima, yang dilengkapi dengan penjelasan status akad dan
manfaat serta keuntungan untuk pemilik dana dan koperasi;
Rencana pendapatan dan beban, harus dijelaskan sesuai dengan Pola Syariah dan tidak
bertentangan dengan fatwa dari Dewan Syariah yang bersangkutan;
Rencana dibidang organisasi yang meliputi rencana struktur organisasi, uraian tugas,
tanggung jawab dan wewenang, jumlah karyawan, serta rencana pembentukan dewan
syariah, bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang telah
mampu mengangkat ahli atau dewan syariah.
Pengesahan atas permohonan pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah diatur sesuai
dengan lokasi dan jangkauan keanggotaan koperasi yang bersangkutan, dengan ketentuan :
Permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah Primer dan
Sekunder yang anggotanya berdomisili di dua atau lebih propinsi, diajukan kepada Menteri
c.q Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, setelah terlebih
dahulu mendapatkan rekomendasi Pejabat pada tingkat kabupaten/kota tempat domisili
koperasi yang bersangkutan dan selanjutnya Menteri mengeluarkan surat keputusan
pengesahan akta pendiriannya;
permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah, baik Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Primer maupun Sekunder yang anggotanya berdomisili di beberapa
kabupaten dan atau kota dalam satu propinsi, diajukan kepada instansi yang membidangi
koperasi tingkat propinsi yang membawahi bidang koperasi, dengan terlebih dahulu
mendapatkan rekomendasi dari Pejabat yang membawahi bidang koperasi pada kabupaten
dan atau kota tempat domisili koperasi yang bersangkutan. Selanjutnya Pejabat tingkat
propinsi mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta pendiriannya;
permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah Primer dan
Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam satu wilayah kabupaten dan atau kota diajukan
kepada Instansi yang membawahi bidang koperasi pada kabupaten dan atau kota setempat
dan selanjutnya Pejabat setempat mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta
pendiriannya;
jawaban terhadap permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah
dikeluarkan paling lambat dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya
permohonan pengesahan secara lengkap oleh Pejabat;
bagi instansi yang memberikan pengesahan akta pendirian diharuskan membuat catatan dan
atau data registrasi koperasi di wilayah masing-masing;
pejabat mencatat pengesahan sebagaimana dimaksud pada huruf a,b,dan c ke dalam Buku
Daftar Umum Koperasi;
tembusan surat keputusan pengesahan akta pendirian yang dikeluarkan oleh instansi tingkat
Kabupaten/Kota dan tingkat Propinsi/DI yang membawahi koperasi, dikirimkan kepada
Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk diumumkan
dalam Berita Negara RI;
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat
yang tak terhitung. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasul akhirMu,
Muhammad SAW, serta kepada keluarga beliau, sahabat, dan orang yang berjalan dalam
ajaran beliau.
Resensi buku ini saya buat untuk menunaikan tugas mata kuliah kewarganegaraan.
Dan alasan saya memilih buku ini ( Tata cara pendirian BMT, red ) karena saya begitu
tertarik terhadap BMT sebagai fungsinya yang unik, yaitu sebagai tempat menyimpan harta
dan menyalurkannya untuk usaha mikro. Fungsi unik ini sebenarnya juga mirip dengan
fungsi dari bank konvensional yang telah terlebih dahulu berkembang di Indonesia. Namun
terdapat perbedaan yang mencolok dari kedua lembaga keungan tersebut. Bank konvensional
adalah tempat untuk menabung dan menyalurkan harta yang didapat dari masyarakat kepada
pengusaha – pengusaha yang relative besar ( nilai peminjaman lebih dari Rp. 5.000.000,- ),
dan juga menetapkan dengan bunga sebagai ‘imbalan’ untuk peminjaman tersebut tanpa
mempedulikan pengusaha tersebut mendapatkan laba atau rugi dari usahanya.
Sedangkan BMT, menghimpun harta dari anggotanya dan menyalurkan kepada para
anggot atau kepada pengusaha – pengusaha yang relative lebih kecil ( nilai peminjaman Rp.
100.000 – Rp. 5.000.000,- ) dan mendapatkan penghasilan dari pengusaha atau peminjam
dengan cara bagi hasil yang sesuai dengan ketentuan syariat islam.
Dengan pengertian diatas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa BMT
adalah solusi yang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan keuangan yang dialami oleh
kebanyakan pengusaha – pengusaha kecil di Indonesia. Adanya BMT adalah angin segar
yang datang kepada para pengusaha mikro untuk mendapatkan modal dengan mudah dan
lunak. Selain itu, adanya BMT bisa digunakan sebagai benteng yang kokoh untuk
perekonomian Indonesia. Mengingat hampir 98% dari perusahaan di Indonesia adalah
perusahaan menengah atau mikro.
Tentu dengan adanya buku ini bukan lantas membuat mudah perjuangan untuk
membumikan Ekonomi Islam. Jika kita hubungkan BMT dengan Ekonomi Islam, maka
sebenarnya BMT adalah produk dari system Ekonomi Islam itu sendiri. Dari fakta ini,
membuktikan bahwa system ekonomi Islam mempunyai banyak solusi untuk perbaikan
ekonomi dalam suatu Negara.
Jadi keismpulannya, BMT adalah solusi yang sangat tepat untuk menghadapi masalah
pendanaan yang sering dihadapi oleh Pengusaha UMKM di Indonesia. Dan dengan diatasinya
pendanaan yang dialami oleh UMKM maka ekonomi Indonesia akan tahan terhadap ancaman
krisis ekonomi dunia. Mengingat. 98% dari perusahaan yang ada di Indonesia adalah
UMKM.
Tujuan
Mengajak Sekolah, Madrasah dan Masjid untuk menjalin kemitraan sebagai MPIT BMT
Marwah
Menghidupkan minat berinfaq dan menabung yang saat ini belum banyak digarap
potensinya
Dasar Pembentukan
Sekolah, Madrasah dan Masjid selain menjalankan kegiatan seperti biasanya, dapat
menjalankan kegiatan kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq, sodaqoh, dan
wakaf. Sebagai bentuk pembelajaran bagi siswa dan masyarakat umum.
Sinergisitas
Kepercayaan
Kemitraan MPIT dengan BMT Marwah dibangun dari fondasi kepercayaan sehingga
hubungan kemitraan dapat berjalan dengan baik dan langgeng. Oleh karena itu, kemitraan
MPIT akan dikawal dengan profesionalisme sehingga dapat dibangun mekanisme kerjasama.
Transparansi
Optimalisasi pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh BMT Marwah kepada mustahiq maupun muzakki ke
depannya akan lebih optimal dengan adanya kerjasama BMT dengan sekolah, masyarakat
dan masjid
Persyaratan Pembentukan
• memiliki Visi yang sama yakni mengoptimalkan manfaat Zakat, Infaq, Shodaqoh dan
tabungan guna optimalisasi ekonomi dan pendidikan masyarakat.
• Menyiapkan tenaga pengelola MPIT yang di SK kan oleh Masjid, Sekolah dan
Madrasah.
Penetapan Pembentukan
Setelah persyaratan tersebut di atas dilengkapi, maka selanjutnya akan dilakukan beberapa
proses penetapan MPIT oleh BMT Marwah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila MPIT sesuai dengan kriteria maka BMT Marwah
akan memberikan surat pengukuhan pembentukan MPIT.
Mengesahkan MPIT
Mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh BMT Marwah dalam rangka peningkatan
kemampuan MPIT
Menerima hak amil atas dana zakat yang dihimpun yang dipergunakan untuk gaji
petugas MPIT, cetak tools marketing, dan biaya operasional
Memberikan sertifikasi kemitraan bagi MPIT yang telah memenuhi ketentuan BMT
Marwah
Dalam kemitraan antara BMT Marwah dengan Sekolah, Madrasah dan masjid sebagai MPIT,
maka diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Mewujudkan pengelolaan ZIS oleh BMT yang baik, benar, dan berkembang sesuai
dengan ketentuan syariat islam
4. Meningkatkan kepercayaan anggota dan calon anggota dalam pengelolaan zakat oleh
BMT
Kesimpulan
Bagi Sekolah:
Bagi Masyarakat :
2. Meningkatkan citra BMT sebagai Lembaga Dakwah dan Lembaga Keuangan Islam
Bagi Masjid :
Bagi Pemerintah: