Nama : Nandang Ary Pangesti Jilbab dan Dinamika Pemahaman Masyarakat Indonesia
NIM : 17/411872/EK/21522 Tentangnya Setelah Masa Orde Baru
Departemen : Manajemen Artikel oleh Nancy J. Smith-Hefner dengan judul ‘Javanese Women and the Veil in Post-Soeharto Indonesia’ merupakan artikel yang membahas mengenai kompleksitas maksud penggunaan jilbab bagi perempuan muslim muda di Jawa. Data diperoleh dengan didukung riset di D.I Yogyakarta. Penulis mempelajari objeknya yang berasal dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sunan Kalijaga. Indonesia merupakan negara dengan populasi masyarakat muslim terbesar di dunia. Hampir setengah dari penduduk muslim tinggal di pulau Jawa. Mayoritas dari pemeluk agama islam di pulau Jawa pada masa itu aktivitas spiritualnya telah tercampur dengan tradisi masyarakat Jawa. Tidak banyak masyarakat yang memakai jilbab pada masa itu dan pakaian seperti kemeja berlengan pendek dan rok pendek merupakan pakaian yang umumnya dipakai sebagai seragam dinas dan seragam sekolah. Ketika penulis pertama kali tinggal di Yogyakarta, sekitar tahun 1970, hanya terdapat sekitar tiga persen mahasiswi perempuan muslim yang memakai jilbab di Universitas Gadjah Mada. Kemudian, persentase mahasiswi muslim pengguna jilbab meningkat sebanyak lebih dari 60 persen pada tahun 2000-an. Peningkatan ini amat menarik untuk ditelusuri penyebabnya, informan mengungkapkan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh faktor seperti peningakatan taraf pendidikan, perubahan kelas dan mobilitas sosial, perubahan pada keluarga, dan lain-lain. Penulis menerangkan pula mengenai perubahan peranan gender pada wanita yang tinggal di Jawa pada beberapa generasi sebagai pembuka dari penjelasan artikel. Penulis mengenalkan mengenai generasi ibu dari objek penelitian penulis yang memiliki peranan yang amat berbeda dengan peranan wanita pada masa kini. Menurut riset dari penulis, maksud dari penggunaan jilbab oleh wanita pada tanah Jawa dapat beragam dan cenderung kompleks, namun, anggapan masa lalu mengenai jilbab yang menggambarkan anti-modernisme pada dewasa ini ditepis. Menurut objek penelitian penulis, jilbab mereka gunakan sebagai keterlibatan dari dunia modern. Kemudian, objek penelitian juga beranggapan bahwa penggunaan Jilbab ditujukan untuk menunjukkan tingkat spiritualisme atau yang biasa disebut sifat salihah dan bentuk partisipasi publik. Artikel menjelaskan bahwa, dahulu pada zaman Orde Baru, aktivitas pada organisasi islam sangat dibatasi, pemerintah seolah takut bahwa golongan radikal islami akan menggulingkan pemerintah, oleh karena itu, wanita berjilbab sering kali dicurigai oleh pemerintah. Hingga akhirnya, pada peristiwa tahun 1998 aktivis wanita dengan jilbab menjadi garis terdepan dalam demo massa. Bagi wanita aktivis, jilbab bukan hanya menjadi simbol tradisionalisme islam, bagi mereka, jilbab dapat menjadi simbol untuk tuntutan perubahan dan aktivitas politik publik. Dengan tuntutan orde baru yang membatasi gerakan islami, orang tua takut apabila jilbab dapat memengaruhi kesempatan kerja, pemerolehan ketertarikan atas lawan jenis dari anak mereka sehingga pada masa itu, tidak semua orang tua menyukai apabila anaknya memakai jilbab. Seiring dengan berjalannya waktu, setelah bangkitnya demokrasi di Indonesia pasca reformasi, masyarakat menjadi tergugah mengenai penggunaan jilbab. Masyarakat sadar bahwa penggunaan jilbab tidak akan mengurangi hak yang mereka miliki, mereka pun sadar bahwa jilbab digunakan untuk memenuhi tanggungjawab untuk menjalankan perintah dari Tuhan. Pemahaman objek penelitian artikel ini menunjukkan bahwa agama sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka karena mereka memikirkan konsekuensi atas tindakan mereka di dunia yang akan di balas pada akhirat nanti. Artikel memaparkan bahwa seseorang dengan latar belakang religius akan bersikap berbeda dengan seseorang dengan latar belakang yang cenderung sekuler, perempuan dengan latar belakang religius akan beranggapan bahwa jilbab digunakan untuk kenyamanan mereka bukan sebagai simbol perubahan atas pembatasan di masa lalu. Metode yang dipakai dalam artikel ini cenderung pada pendekatan yang kualitatif karena penjelasan yang dilakukan dilakukan melalui kata deskriptif. Jika lebih dirinci lagi, artikel tersebut memiliki metode fenomenologi yang mana artikel ini menjelaskan mengenai konsep yang didasari kesadaran oleh penulisnya, yaitu mengenai fenomena dinamika maksud penggunaan jilbab oleh masyarakat Indonesia. Pemerolehan data dilakukan dengan interview serta observasi mendalam terhadap objek penelitian. Terdapat hal yang menarik terjadi pada penggunaan jilbab dewasa ini pada dunia kerja di Indonesia. Pada 4 Desember 2018 kemarin, Kementerian dalam negeri (Kemendagri) mewajibkan pegawai negeri sipil untuk memasukkan jilbab ke dalam kerah mereka melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 325/10770/SJ Tahun 2018 tentang Penggunaan Pakaian Dinas dan Kerapihan Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan. Hal ini mendapat kritik dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mereka menganggap bahwa hal tersebut bertentangan dengan perintah agama dan juga beberapa pihak mempertanyakan korelasi antara penggunaan jilbab dengan kinerja pegawai. Namun, Kemendagri menampik bahwa penggunaan jilbab yang dimasukkan pada kerah akan mendorong kerapian pegawai. Setelah mendapat masukan dari beragam pihak, peraturan tersebut dicabut pada 14 Desember 2018. Artikel sangat menggugah pembacanya untuk menyadari mengenai sejarah perkembangan politik dan pengaruhnya pada kehidupan sosial masyarakat. Artikel sangat menarik apalagi ditambah dengan informasi lengkap dan foto-foto berkaitan dengan interview dan observasi yang penulis lakukan. Namun, saya merasa bahwa artikel agak membingungkan karena disusun bukan berdasarkan kronologi peristiwa sehingga banyaknya kejadian terkesan loncat- loncat. Secara keseluruhan, artikel ini memberi wawasan yang sangat luas bagi pembacanya. Referensi Artikel: Wicaksono, Adhi. (2018) Kemendagri Terbitkan Aturan Penggunaan Jilbab untuk PNS . cnnindonesia.com tersedia pada: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181214120742-20-353646/kemendagri-terbitkan-aturan- penggunaan-jilbab-untuk-pns. [online] (diakses pada: 23 April 2019)