Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

(UNINDRA)
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
SOAL UJIAN PENGENDALI MUTU (UPM) GENAP
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Mata Kuliah : Sejarah Sosial dan Budaya
Hari/Tanggal : Kamis 21 Juli 2022
Waktu : 1 X 24 Jam
Sifat Ujian : Take Home
Petunjuk :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar.


Tidak diperkenankan untuk copypaste jawaban temannya.
Perhatikan batas waktu pengumpulan lembar jawaban ujian.

SOAL

1. Jelaskan bagaimana wacana mengenai islamisasi dapat berjalan dan berkembang di Nusantara, serta apakah terdapat
pengaruhnya dengan tradisi intelektual yang berkembang sejak masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buhda di Nusantara.

2. Studi mengenai perubahan sosial dan proses-proses simbolik terdapat dalam karya yang dibuat oleh Clifford Geertz
(Abangan, Santri dan Priyayi) dan WF. Wertheim (Masyarakat Indonesia Dalam Transisi). Berikan argumentasi
saudara mengenai hubungan dua karya tersebut untuk memahami proses-proses sosial dan simbolik yang terjadi
dalam masyarakat Jawa.

3. Tuliskan sejarah feminisme di kota urban di Indonesia pada masa awal reformasi, tulisan sejara ini disusun dalam
jumlah 8 s/d 9 paragraph.

Selamat Mengerjakan
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp. 021-7818718
Jln. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp. 021-
87797409 Webiste: http///www.unindra.ac.id

Petunjuk:
1. Peserta Ujian mengerjakan pada template lembar jawaban yang sudah disediakan. Tidak
diperkenankan mengubah template yang sudah ada!
2. Nama file dibuat dengan format: NPM_Nama_MataKuliah_Kelas. Contoh:
20201551234_Johan Juliansyah_Perkembangan Peserta Didik_R4A
3. Kirimkan file jawaban dalam bentuk pdf tersebut ke: email dosen atau media lain yg disepakati
dosen dengan mahasiswa ybs.

LEMBAR JAWABAN UJIAN PENGENDALI MUTU


NAMA : Adenito Tri Mulyana MATA KULIAH : Sejarah Sosial dan Budaya

NPM : 201915500292 DOSEN PENGUJI : Huddy Husin, M. Pd

KELAS : X6B TANGGAL UJIAN : 21 July 2022

SEMESTER : 6 WAKTU UJIAN : 1 X 24 jam

NO.HP/WA : 088213819498

Jawab :

1. Historiografi Indonesia yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional
Indonesia Jilid III yang juga menyebutkan bahwa Islam datang dari Arab menurut Berita dari Dinasti Tang, juga membagi
saluran Islamisasi yang terjadi di Indonesia, yaitu sebagai berikut :
Pedagang
Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang mulanya mereka berdatangan di pusat-pusat perdagangan, kemudian
ada yang tinggal untuk sementara waktu atau menetap. Maka, lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi
perkampungan. Identitas keislaman mampu menjadi perekat sosial dan menciptakan solidaritas emosional dalam wilayah
jaringan muslim di pesisir Samudera Hindia yang memang tampak solid dan memegang peran signifikan, baik di dunia
perdagangan maupun politik. Sebab waktu yang bersamaan dengan misi pelayaran Cheng Ho, agama Islam telah menguasai
hampir di setiap tempat-tempat perdagangan.
Perkawinan
Perkawinan Perkawinan merupakan salah satu saluran islamisasi yang paling mudah. Hal tersebut dikarenakan
perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat kedamaian di antara individu yang terlibat yang dinamakan dengan keluarga.
Tasawuf
Tasawuf atau sufisme merupakan arus utama pemikiran Islam. Dengan memakai ajaran tasawuf atau sufisme, Islam
dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia, terutama Jawa. Hal tersebut dikarenakan bahwa sufisme dalam banyak
aspek sejalan dengan praktik-praktik dan pandangan keagamaan masyarakat Indonesia, terutama Jawa yang Hindu-Buddhis.
Pendidikan
Penyebaran agama Islam melalui pendidikan yaitu pesantren. Ada yang berpendapat bahwa pesantren merupakan
kelanjutan dari lembaga serupa yang pernah ada pada masa pra-Islam. Sebagaimana yang dikatan oleh Sutejo Brodjonegoro
bahwa sistem pendidikan pesantren aslinya bukan berasal dari Arab, tetapi dari Hindu. Menurut I.J. Brugmans berdasarkan
penelitiannya mengatakan bahwa pesantren secara tipikal dipengaruhi oleh lembaga pendidikan yang berasal dari India.
Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional.
Islam awal yang berkembang di Nusantara, karena masih kentalnya pengaruh langsung dari para penyebarnya (orang
Gujarat, dan Hadramaut serta beberapa orang Arab non Hadramaut) yang beraliran Syi’ah, maka yang berkembang adalah
Islam Syi’ah. Aliran ini cenderung pada tasawuf, hal ini dapat lebih mendekatkan diri dengan penduduk pribumi yang
beragama Hindu dan Budha. Kedua agama ini pada prinsipnya mempunyai kedekatan dalam pemahaman tentang hakekat
hidup manusia. Perenungan secara mikrokosmos dan makrokosmos sejalan dengan prinsip-prinsip tasawuf. Hal ini diperkuat
dengan pemikiran yang dianut oleh Hamzah Fansuri (wafat 1590 M) dan Nuruddin al-Raniri (wafat 1658 M), yaitu pemikiran
yang mengarah pada immanensi (Karim, 2007: 61). Sehingga pemikiran-pemikiran Islam dalam lebih menghablur pada
pemikiran masyarakat Nusantara pada waktu itu. Sumber : Affandi, B., Syurkati, S. A. (1874-1943). (1999). Pembaharu &
Pemurni Islam di Indonesia. Jakarta: GRAMEDIA.

2. Geertz menggambarkan bagaimana simbol-simbol memengaruhi dan membentuk kehidupan sosial. Hanya saja, Geertz tidak
memberikan banyak perhatian pada proses sebaliknya, yaitu bagaimana realitas sosial dan si pelaku dalam realitas itu
mempengaruhi dan membentuk simbol-simbol. Menurut saya, manusia ditentukan oleh budaya-budaya dan budaya juga
ditentukan oleh manusia. Budaya dan manusia dikonstruksi melalui proses yang sering disebut ‘praksis’, yaitu sebuah konsep
yang menekankan adanya hubungan timbal balik antara si pelaku aktif dengan kebudayaan sebagai struktur obyektif. Proses itu
juga bisa dijelaskan dengan tiga prinsip yang dikemukakan oleh Peter L. Berger & Thomas Luckmann:
a. Kebudayaan dibentuk oleh manusia;
b. Manusia dibentuk oleh kebudayaan;
c. Kebudayaan menjalani hidup sendiri.
Sumber : Clifford Geertz (Abangan, Santri dan Priyayi), PUSTAKA JAYA, Gramedia

3.
Gerakan feminisme di Indonesia lahir dipengaruhi oleh berbagai kondisi historis sejarah perjuangan bangsa, program
pembangunan nasional, globalisasi serta reformasi serta kehidupan religius masyarakat . Will Durant dalam buku nya The
Pleasure of Philosophy mengemukakan bahwa peristiwa yang akan menonjol di awal era globalisasi pada tahun 2000 adalah
terjadinya perubahan status wanita.
Pandangan feminisme di setiap era sangat tergantung kepada kondisi dan situasi zaman yang dihadapinya. Pandangan
utama yang sangat menarik terhadap feminisme di Indonesia pada saat kini adalah pandangan terhadap kondisi kerja berbagai
jenis buruh seperti buruh batik, buruh industri tekstil, petani, tenaga kerja wanita yang diekspor (TKW). Maraknya
permasalahan tenaga kerja wanita tersebut, mencuat setelah era industrialisasi merambah daerah perkotaan. Situasi bertambah
parah sejak dimulai era reformasi yang terjadi sejak Mei 1999, telah mengakibatkan multi krisis terutama krisis ekonomi yang
telah memporak porandakan harapan dan cita-cita bangsa yang aman dan sejahtera. Matinya berbagai sektor ekonomi, terutama
industri telah mengakibatkan pengangguran yang tinggi yakni 36 juta jiwa (th. 2000), muncul anak jalanan, meningkatnya
kriminalitas. Diketahui bahwa rata-rata proporsi tenaga kerja wanita di sektor industri adalah 47,5%. Kondisi tersebut, telah
memberikan pengaruh yang besar terhadap berbagai pergerakan feminisme di Indonesia. Perjuangan mereka tidak semata
berfokus kepada isue gender semata yang membela buruh.
Tahun 1879 - 1904. Sejarah feminisme ketika zaman kolonial telah dipelopori oleh RA Kartini. Ia muncul akhir abad
ke 20 ( 1879 - 1904). Ia diperlakukan tidak baik oleh orang tuanya dengan di “pingit” tidak seperti saudara laki-lakinya yang
disekolahkan di Universitas Leiden negeri Belanda. Ia merasa terhina oleh adanya perkawinan permaduan (poligami). Ia
kemudian mempelopori dibukanya sekolah untuk mendidik wanita. Setelah itu lahirlah tokoh feminisme di Jawa Barat yakni
Dewi Sartika.
Tahun 1912. Organisasi perempuan yang pertama dalah Poetri Mardika yang lahir tahun 1912. Organisasi ini memiliki
hubungan dengan dengan Organisasi Nasional pertama Boedi Oetomo (1908). Setelah Poetri Mardika berdiri, muncullah
perkumpulan perempuan lainnya bernama Putri Sejati dan Wanita Utama. Selanjutnya Gerakan Pembaharuan Islam
Muhammadiyah yang terbentuk tahun 1917 telah melahirkan organisasi wanita Aisyiah pada tahun 1920 dan kemudian diikuti
oleh organisasi perempuan kaum katolik, dan protestan. Demikian pula di Maluku, Minahasa dan Minangkabau. Gerakan
organisasi Aisyiah ini memiliki isue sentral agar perempuan mendapat pendidikan yang baik dan perbaikan kondisi poligini.
Sedangkan organisasi perempuan kaum katolik dan protestan menyuarakan anti poligami.

Tahun 1920 muncullah Organisasi Sarekat Rakyat yang menyuarakan peningkatan upah dan kondisi kerja yang baik
bagi kaum perempuan. Disusul kemudian oleh lahirnya organisai lainnya yang memperjuangkan perlunya pendidikan bagi
kaum perempuan, menentang perkawinan anak-anak, permaduan serta perdagangan perempuan dan anak-anak.
Tahun 1928-1930 marak tumbuh berbagai organisasi perempuan. Pada tahun 1928 muncullah 30 organisasi,
diantaranya Persatoean Perempuan Indonesea (PPI) yang menyuarakan reformasi pendidikan dan reformasi perkawinan. PPI
kemudian namanya diganti menjadi Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII) yang menyuarakan penghapusan
perdagangan perempuan dan anak. Organisasi Istri Sedar (1930) masih tetap menyuarakan anti poligami dan perceraian.
Organisasi perempuan berkembang pesat pada tahun 1930-an.
Demokrasi yang datang ditengah hiruk pikuknya globalisasi telah memunculkan berbagai problematika yang
kompleks. Problematika yang mendasar dan paling dirasakan masyarakat banyak adalah keterpurukan ekonomi yang
menciptakan beban berat yang membawa implikasi antara lain adalah tingginya angka pengangguran (36 juta jiwa) yang
mengakibatkan munculnya anak jalanan/vandalisme dan kriminalitas, peningkatan biaya hidup, kecemburuan ekonomi yang
mengakibatkan isu sara yang mengancurkan tatanan fisik dan moral masyarakat, krisis kepercayaan terhadap penguasa, dsb.
Dalam era reformasi, munculnya berbagai organisasi wanita yang membangkitkan kembali para reformis wanita seperti
tahun 1930-an yang tidak saja membela kaumnya sendiri, melainkan juga membela dan memikirkan nasib masyarakat marjinal,
berbagai organisasi LSM yang membela rakyat kecil antara lain Wardah Hafiz, kelompok perempuan yang menamakan Suara
Ibu Peduli yang membela hak anak, Ratna Sarumpaet yang memperjuangkan demokrasi dan hak buruh perempuan lewat
organisasi Teaternya, Nursyahbani Kacasungkana yang membela wanita dari obyek kekerasan dan kejahatan melalui supremasi
hukum, tidak ketinggalan Ibu Aisyah Amini yang telah berkiprah dalam dunia politik sejak lama, serta masih banyak lagi tokoh
wanita Islam lainnya yang berkiprah dalam organisasi wanita.
Perempuan Indonesia kini berada dalam suatu era transisi kebudayaan, ia memiliki peran ganda yang tidak ringan. Ia
harus dapat berhati-hati menentukan posisi dan perannya, hingga dalam melakukan kegiatannya hendaknya tidak menjadi
korban berbagai kepentingan individu maupun kelompok, swasta maupun birokrat. Harus selalu berada dalam koridor etis dan
moralis, berikanlah perlindungan hukum yang layak padanya. Karena perempuan Indonesia akan memberi kontribusi yang
penting terhadap kesejahteraan keluarga, bangsa, negara dan agamanya.
Sumber : Nunuk Prasetyo Murniati, Gerakan Anti kekerasan perempuan, Kanisius, Jakarta, 1998. Ibnu Mustafa, Wanita Islam
menjelang tahun 2000, Jakarta, 1993.

Anda mungkin juga menyukai