Anda di halaman 1dari 3

Kajian Pustaka:

Dalam sebuah penelitian perlu memiliki beberapa acuan untuk bisa membandingkan
penelitian yang akan diteliti dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu terdapat beberapa
relevansis dengan penelitian sebelunya yaitu:
Pertama, dari jurnal dengan judul “Interaksi Sosial Pada Kalangan Mahasisiwi
Bercadar Di Lingkungan Kampus” oleh: Pandu Hyangsewu, Wina Nurhayati Praja, dan dkk
Universitas Pendidikan Indonesia. Pada penelitian ini berfokus kepada alasan yang
melatarbelakangi mahasiswi tersebut mengunakan cadar, dan anggapan bercadar dalam
agama adalah merubah diri untuk menjadi Muslimah yang lebi baik. Dan interaksi
mahasisiwi yang bercadar dengan eman yang lainya mengalami kesulitan dalam hal
mengenali temanya sendiri. Sedangkan pada penelitian yang akan diteliti oleh penulis
terdapat perbedaan yaitu lebih berfokus kepada bagaimana tantangan atas lingkungan sosial
disekitr kampus dalam menjalin kegiatan sebagai mestinya terhadap mahasisiwi yang
bercadar.1
Kedua, dari skripsi dengan judul “Studi Fenomenologi Penyesuaian Diri Mahasiswi
bercadar di Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan”
oleh Fitri Wahyuni. Pada penelitian ini berisi bagaimana mahasiswi yang memilih untuk
bercadar dapat menerima perbedaan pakaian dengan mahasisiwa pada umumnya yang tidak
menggunakan cadar. Selain itu terdapat juga hambatan bagi mereka yang memilih untuk
bercadar yaitu berupa bagaimana menyesuaikan diri di lingkungan kampus UIN Syekh Ali
Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan. Adapun persamaan dalam penelitian yang penulis
lakukan yaitu terdapat hambatan yang dialami oleh mahasiswi yang bercadar di lingkungan
kampus, Adapun perbedaan dari penelitian ini yaitu terletak di objek kajian yaitu peneliti
melakukannya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.2
Ketiga, Skripsi dengan judul “Konstruksi Sosial Mahasiswi Bercadar Di IAIN
Palopo” oleh Azwar Suaib. Pada penelitian ini mengemukakan tentang apa factor yang
menyebabkan mahasiswa di IAIN palopo menggunakan cadar, dan cadar yang dikenakan
merupakan bentuk dari perlindungan diri sebagai control sosial dan sebagai bentuk dri
ketaatan. Perbedaan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu terletak kepada bagaimana
pandangan mahasiswi yang mengenakan cadar terhadap aktivitas akademi yang dijalani di
lingkungan kampus dengan mahasiswi lainya yang tidak menggunakan cadar.3
Keempat, jurnal selanjutnya yaitu dengan judul “Diskriminasi Perempuan Bercadar
Dalam Perspektif Hegemoni” Oleh Nuryu Wahidan Universitas Muhammsiyah Malang. Pada
jurnal penelitian ini dapat diketahui bahwa Perempuan bercadar dilabel sebagai radikal dan
juga teroris. Dan paham hegemoni menekankan bahwa hegemoni akan berlangsung apabila
cara hidup, cara berfikir dan pandangan masyarakat bahwa memerintah dipengaruhi oleh
kaum elit dan media massa.4 Perbedaan dari penelitian yang peneliti lakukan yaitu terletak
1
“Interaksi Sosial Pada Kalangan Mahasiswi Bercadar Di Lingkungan Kampus | Jurnal Ilmiah Mimbar
Demokrasi,” 10 November 2022, https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jmb/article/view/20734.
2
“1730200015.pdf,” diakses 27 Maret 2024, https://etd.uinsyahada.ac.id/8830/1/1730200015.pdf.
3
Dr Hj Nuryani, Muh Ashabul Kahfi, dan S Sos, “PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN,
ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO 2022,” t.t.
4
Nuryu Wahidah dan Ezzah Nuranisah, “DISKRIMINASI PEREMPUAN BERCADAR DALAM PERSPEKTIF
HEGEMONI,” Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya 3, no. 1 (1 Maret 2020): 39–49,
https://doi.org/10.31538/almada.v3i1.530.
kepada bagaimana lingkungan sekitar terutama di kampus dalam memperlakukan wanita
bercadar dalam menjalani kegiatan akademiknya di dalam kampus tersebut. Artinya banyak
hambatan yang di lalui oleh mahasisiwi bercadar dalam menjalani aktivitas akademiknya di
kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kelima, dari jurnal dengan judul “Realitas Sosial Perempuan Bercadar: Penolakan dan
Penerimaan di Masyarakat Sumbersari Kabupaten Jember” oleh Galuh Putri Rahayu, Tri
Widiyaningsih, Alina Ratna Anjali. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat motivasi
dari dalam diri informan dalam memakai cadar sebagai bentuk ketaatan terhadap agama serta
juga untu melindungi dan menghindarkan diri dari hal-hal buruk. Dan penelitian ini
menunjukkan beberapa kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan interaksi dengan masyarakat
Ketika mereka memakai cadar. Mereka juga menerima stigma-stigma negative dari masyarkt,
sehingga hal ini merupakan suatu tantangan yang cukup besar bagi para Perempuan bercadar
khususnya di wilayah kabupaten Jember.5 Adapun persamaan dari penelitian yang peneliti
lakukan yaitu terletak pada bagaimana pendapat orang disekitar kampus terhadap pemakaian
cadar sehingga memuculkan beberapa perlakuan yang tidak senonoh kepada mahasiswi yang
memakai cadar. Hal ini memberikan tantangan yang harus dihadapi oleh mahasiwi di
lingkungan kampusnya.
Keenam, jurnal oleh Athifa Nabila Risti, dkk dengan judul “Pengalaman Komunikasi
Mahasiswi Bercadar dalam Menghadapi Stigma Masyarakat”. Jurnal tersebut menjelaskan
bahwa terdapat lima bentuk penyesuaian yang dilakukan oleh mahasisiwi dalam mengatasi
stigma dalam masyarakat antara lain; pertama, memeberikan pengertian secara khusus
terhadap keluarga dan teman, atau orang yang dianggap dekat supaya paham dan mengerti.
Kedua, membiarakan stigma, sebab orang yang memberikan stiga terhadap mahasiswi yang
menggunakan cadar merupakan orang yang tidak dikenal serta menghindari adanya masalah.
Ketiga, melepaskan cadar di tempat-tempat tertentu seperti di kelas yang dosennya memiliki
laranan terhadap penggunaan cadar karena dianggap tidak sopan dan di rumah sakit.
Keempat, mengganti cadar dengan masker, hal tersebut dilakukan karena adanya stereotip
yang kuat dari masyarakat. Kelima, membuktikan melalui sikap yang berakhlak. 6
Ketujuh, jurnal oleh Vanya Rahisa dengan judul “Pola Komunikasi Mahasiswi
Bercadar dalam Berinteraksi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra
Utara”. Adapun dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat pola komunikasi,
hambatan, dan self-disclosere yang dialami oleh mahasiswi bercadar. Hal tersebut dapat
terjadi karena dipengaruhi oleh setiap karakter individu, seperti pada watak, pengetahuan atau
pengalaman yang dimiliki, latar belakang keluarganya, serta terdapat cadar sebagai alat yang
menutup, sehingga antara kominkator yaitu mahasiswa bercadar dengan komunikan
tergolong membentuk kominkasi nonverbal. 7

5
Galuh Putri Rahayu, Ida Tri Widiyaningsih, dan Alina Ratna Anjali, “Realitas Sosial Perempuan Bercadar :
Penolakan Dan Penerimaan Di Masyarakat Sumbersari Kabupaten Jember,” Jurnal Insan Pendidikan Dan Sosial
Humaniora 1, no. 2 (10 Mei 2023): 72–86, https://doi.org/10.59581/jipsoshum-widyakarya.v1i2.218.
6
Athifa Nabila Risti, Purwanti Hadisiwi, dan Puji Prihandini, “Pengalaman komunikasi mahasiswi bercadar
dalam menghadapi stigma masyarakat,” Jurnal Manajemen Komunikasi 6, no. 2 (2022): 221.
7
Vanya Rahisa, “Pola Komunikasi Mahasiswi Bercadar dalam Berinteraksi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara” (Thesis, Universitas Sumatera Utara, 2018),
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5330.
Kedelapan, skripsi oleh Fitri Wahyuni dengan judul “Studi Fenomenologi
Penyesuaian Diri Mahasiswi Becadar di Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad
Addary Padangsidimpuan”. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa dalam proses penyesuaian
lingkungan mahasiswi bercadar mampu dalam menyesuaikan diri dengan baik, seperti pada
dosen, dan teman sesama jenis maupun lawan jenisnya. Terdapat dua hambatan yaitu internal
dan eksternal oleh mahasiswi bercadar. Hambatan internal atau personal yang dialami adalah
terdapat pertentangan dari pihak keluarga yang tidak setuju terhadap penggunaan cadar.
Selanjutnya, hambatan eksternal terdapat organisasi yang tidak memperbolehkan anggotanya
untuk menggunakan cadar. 8 Hal tersebut, menjadi hambatan mahasisiwi untuk dapat
bergabung dan mengembangkan diri karena adanya peraturan yang dibentuk pihak organisasi.
Kesembilan, jurnal dengan judul “Pengalaman Perempuan Bercadar” oleh Fifi Kurnia
dan Muhammad Syafiq. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa perempuan bercadar
mengalami tekanan sosial dengan menerima berbagai stigma masyarakat dan bahkan respon
yang negatif yang dapat berdampak pada psikologis dan sosial, sehingga subjek yang
dimaksud bertahan dengan menggunakan strategi untuk merespon adanya stigma masyarakat.
Strategi yang dialkukan memerlukan adanya dukungan sosial seperti dari keluarga dan dari
sesama pengguna cadar lainnya untuk dapat merespon dengan sikap baik dan tidak
menimbulkan problem atau permasalahan bagi masyarakat. 9
Kesepuluh, jurnal dengan judul “Komunikasi Interpersonal Mahasiswi Muslim
Bercadar Dalam Bersosialisasi Di Lingkup Kampus Studi Pada Mahasiswi Bercadar Di
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang” oleh Suci Maya Tirta. Hasil penelitian tersebut
menjelasakan bahwa mahasiswi bercadar memiliki hambatan dalam melakukan komunikasi
karena adanya psersepsi yang berbeda-beda antara lingkungan kampus, yang membuat
komunikasi mahasiswi tidak berjalan sesuai dengan kehendaknya. Adapaun persepsi
masyarakat terkait dengan beberapa peristiwa yang muncul di masyarakat membuat
mahasiswi bercadar merasa dicurigai dan menghambat dalam melakukan aktivitasnya. 10 Hal
tersebut, terjasi karena masih jarang dan tergolong dalam minoritas mahasiswi menggunakan
cadar, sehingga masyarakat menganggap hal yang tidak bias, bahkan mebuat pemikitran yang
negatif terghadap mahasiswa yang menggunakan cadar.

8
Fitri Wahyuni, “Studi fenomonologi penyesuaian diri mahasiswi bercadar di Universitas Islam Negeri Syekh Ali
Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan,” 2023.
9
Fifi Karunia dan Muhammad Syafiq, “Pengalaman perempuan bercadar,” Character: Jurnal Penelitian
Psikologi 6, no. 2 (2019): 1–13.
10
Suci Maya Tirta, “KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWI MUSLIM BERCADAR DALAM BERSOSIALISASI DI
LINGKUP KAMPUS STUDI PADA MAHASISWI BERCADAR DI UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG,” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 7, no. 3 (3 April 2019), https://doi.org/10.33366/jisip.v7i3.1589.

Anda mungkin juga menyukai