Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331069148

KEBEBASAN SISWA DALAM BUDAYA DEMOKRATIS DI SEKOLAH (STUDI


MULTI KASUS DI SMA YOGYAKARTA)

Article in Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi · July 2015


DOI: 10.21831/jppfa.v3i1.7809

CITATIONS READS

5 4,017

3 authors, including:

Zamroni Zamroni
Universitas Negeri Yogyakarta
44 PUBLICATIONS 210 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

i AM WRITING A BOOK ON HOW TO DEVELOP THEORITICAL FRAME FOR SOCIAL RESEACH. View project

All content following this page was uploaded by Zamroni Zamroni on 15 October 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, No 1, Juni 2015 (11-18)
Tersedia Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa

KEBEBASAN SISWA DALAM BUDAYA DEMOKRATIS DI SEKOLAH


(STUDI MULTI KASUS DI SMA YOGYAKARTA)
Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Suyata
STAKPN Ambon, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta
Bunda_noa@yahoo.com, zamroniharjowirono@yahoo.com,
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk: (1) mendekripsikan alasan sekolah memberi kebebasan kepada
siswa; (2) mendeskripsikan alasan bahwa kebebasan siswa dapat dilaksanakan, jika budaya sekolah
adalah budaya demokratis; dan (3) mendekripsikan praktik kebebasan siswa dalam budaya demokratis
di sekolah. Metode penelitian: kualitatif naturalistik dengan strategi studi kasus, dan menggunakan
jenis studi kasus multiple case study. Tempat penelitian, SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA
Negeri 1 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan, (1) Sekolah memberikan kebebasan kepada siswa
karena, siswa memiliki keunggulan dan kapasitas. Siswa seharusnya dibiarkan menjadi apa yang
mereka pikirkan, rasakan, hadirkan dan lakukan sehingga siswa menjadi mandiri, terinsiprasi dalam
mengeksplorasikan kreativitas dan imajinasi. (2) Alasan praktik kebebasan siswa dapat dilakukan
dalam budaya demokratis di sekolah karena, budaya demokratis dapat berperan sebagai tenaga
penggerak dalam ruang lifelong pembelajaran demokrasi sehingga interaksi, relasi dan perilaku
kebebasan siswa tetap teratur secara demokratis, dan (3) Praktik kebebasan siswa yaitu, kebebasan
akademik dengan kontrol sosial dan menerapkan kegiatan belajar mandiri. Dalam belajar mandiri,
siswa belajar tanpa intervensi guru, siswa secara kritis dan kreatif belajar dengan mengamati,
menganalisis, dan sharing. Siswa melakukan interaksi sosial berupa toleransi, saling menghormati dan
menerima ide dan kritik, serta kerjasama menciptakan relasi sharing dengan siswa lain membedakan
prestasi akademik.
Kata kunci: kebebasan, budaya demokratis di sekolah

STUDENTS FREEDOM IN DEMOCRATIC CULTURE IN SCHOOLS


(MULTI CASE STUDY IN HIGH SCHOOL YOGYAKARTA )
Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Suyata
STAKPN Ambon, State University of Yogyakarta, State University of Yogyakarta
Bunda_noa@yahoo.com, zamroniharjowirono@yahoo.com,
Abstract
This study has a background that the school has not created a space of freedom movement for
students to persistent, diligent, disciplined, creative, critical and responsible. Schools are still afraid to admit
that students are human beings who are essentially free. Interaction of teachers and students are still stiff
and not give priority to freedom as a human right students. Based on the background, the study aims to: (1)
decrypt the school grounds to give freedom to the students. (2) describe the reason that the freedom of
students can be implemented, if the school culture is a democratic culture, and (3) decrypt the practice of
freedom of students in a democratic culture at school. Research methods: qualitative naturalistic case study
strategy, and use this type of case studies of multiple case study. Where research, De Britto College High
School SMAN 1 Yogyakarta and Yogyakarta. The results showed, (1) School gives freedom to the students
because, students have the advantage and capacity. Students should be allowed to be what they think, feel,
present and did so students become independent, explored inspired the creativity and imagination. (2) The
reason for the practice of freedom of students to do in a democratic culture at school because, democratic
culture can act as a driving force within the democratic space so that lifelong learning interactions,
relationships and behavior of the freedom of students stay organized democratically, and (3) The practice of
freedom of students, namely, academic freedom with social control and implement self-learning activities. In
the independent study, students learn without the intervention of teachers, students critically and creatively
learn by observing, analyzing, and sharing. Students of social interaction in the form of tolerance, mutual
respect and receive ideas and criticism, as well as cooperation create sharing relationships with other
students distinguish academic achievement.
Keywords: freedom, democratic culture at school

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi


p-ISSN: 2356-1807
12 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

PENDAHULUAN lebih fundamental daripada kebebasan dalam


bertindak. Kebebasan intelegensi identik de-
Kebebasan pada umumnya atau ngan kontrol diri karena dalam kontrol diri
seringkali disalahtafsirkan dengan tindakan intelegensi bekerja sebagai proses pemben-
yang cenderung kebablasan. Kebebasan di- tukan tujuan sebelum bertindak dan mengatur
artikan sebagai kondisi yang benar-benar mengeksekusi tujuan yang dibuat dalam tin-
bebas, tanpa batas, aturan dan rambu. Padahal dakan (Dewey, 1939, p. 67). Tindakan bebas
selalu ada batas dalam kebebasan dalam suatu pun menjadi terbatas karena dikontrol diri
situasional. Kebebasan terbatas secara situ- sendiri.
asional dalam agama, hukum, etika, budaya Di sekolah kebebasan menjadi kebu-
dan moral. tuhan untuk memberi kontribusi, sehingga
Rousseau menegaskan, kebebasan da- kebebasan yang dibutuhkan adalah kebebasan
pat membuat manusia merdeka, tidak ter- akademik (academic fredoom). Kebebasan
belenggu. Tetapi kebebasan tidak boleh men- akademik mengembangkan prinsip demokrasi
jadikan manusia anarkis. Orang yang merdeka dan membantu mengembangkan kecerdasan
(bebas) adalah orang yang patuh pada hukum guru dan siswa (Dewey, 1988, p. 38).
dan peraturan tetapi tidak menjadikan dirinya Pengembangan kecerdasan guru dan
budak (Rousseau, 1997, p. xvii). Artinya siswa bertumpu pada kekayaan ilmu yang
kebebasan yang sebenarnya adalah kebebasan diperoleh melalui sharing pendapat, kritik,
yang memiliki batas. interaksi dan kerja sama. Sikap yang mendu-
Dalam pelaksanaan kebebasan, setiap kung adalah saling menghormati dan memper-
orang harus tunduk semata-mata pada pem- hatikan satu sama lain; berpikir kreatif untuk
batasan yang ditentukan oleh undang-undang. menemukan solusi terhadap problem dan be-
Tujuannya agar menjamin pengakuan dan kerja sama merencanakan dan mengerjakan
penghargaan terhadap hak serta kebebasan solusi.
orang lain, memenuhi syarat-syarat yang adil Secara implisit dapat dijelaskan bah-
bagi moralitas, ketertiban serta kesejahteraan wa demokrasi di sekolah, dapat mendorong
umum dalam suatu masyarakat yang demo- dan memberikan kesempatan kepada siswa
kratis. aktif berpartisipasi. Siswa terlibat dalam peng-
Namun, kebebasan juga dapat diang- ambilan keputusan, siswa menjadi cerdas da-
gap ancaman atau dianggap negatif bila akibat lam berpikir dan bertindak secara independen.
kebebasan maka kepentingan individu atau Namun, sampai saat ini sekolah
kelompok tidak terpenuhi. Seperti, kebebasan masih belum meyakini bahwa, baik kebebasan
bertoleransi, memilih, atau menggunakan sua- dalam pengertian umum maupun kebebasan
ra. Bentuk kebebasan tersebut dapat dianggap akademik dapat menjadi fondasi untuk me-
negatif karena yang diutamakan adalah kepen- ningkatkan prestasi akademik siswa. Akibat-
tingan bersama bukan kepentingan pribadi nya siswa tidak menemukan jati dirinya
atau kelompok. Ada ancaman karena kebe- sebagai manusia yang kreatif, kaya inisiatif,
basan berfungsi untuk memenuhi keutamaan dan kritis. Siswa harus tetap bergantung pada
dan kesejajaran manusia (Garvey, 2010, p. peraturan, intervensi dan keputusan sepihak
152). dari guru. Siswa tidak berpikir bebas, objektif,
Kebebasan pada prinsipnya mengen- kreatif, dan dinamis.
dalikan manusia untuk bertindak dengan Sekolah sebetulnya tanpa sadar telah
memberikan rasa nyaman bagi diri sendiri dan melakukan kejahatan kepada demokrasi ka-
orang lain, serta menyertakan rasa pertang- rena meniadakan kebebasan berpikir dan
gungjawaban. Kebebasan pun menjadi ter- berekspresi dari manusia. Meniadakan kebe-
batas karena manusia tidak hidup sendirian basan berpikir dan berekspresi berarti meng-
melainkan hidup bersama-sama dengan hilangkan esensi jati diri dari manusia. Dalam
mahluk hidup lainnya. filsafat pendidikan eksistensialisme, esensi
Selanjutnya kebebasan dalam demo- jati diri adalah pengembangan kreativitas dan
krasi menurut Dewey, bukan hanya sekedar ekspresi pribadi manusia (Gutek, 1977, p.
kebebasan dalam tindakan. Namun, kebebasan 199).
intelegensi (freedom of intelligence). Komit- Bagi Dewey, lingkungan sekolah se-
men demokrasi untuk kebebasan intelegensi harusnya mengkoordinasikan pemahaman

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015


Kebebasan Siswa dalam Budaya Demokratis di ... 13
Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Suyata

kebebasan dan posisi kebebasan siswa me- Harber melalui penelitiannya mem-
lalui, membantu siswa melihat kehidupan se- berikan penjelasan bahwa, agar demokrasi
cara keseluruhan, dan membuka ruang kebe- dapat dipraktikkan di sekolah maka peng-
basan yang memungkinkan munculnya eks- alaman dan keterampilan demokratis harus
presi dan aspirasi siswa. diajarkan dan diterapkan kepada siswa. Siswa
Interaksi guru dan siswa dapat dise- harus dibiasakan berpartisipasi, kurikulum
derhanakan melalui hubungan yang anti inte- dan metode belajar mengajar memasukan nilai
lektual (Dewey, 1997, p. 22). Hubungan anti dan praktik demokrasi. Metode pembelajaran
intelektual artinya guru memberdayakan ke- perlu bervariasi seperti diskusi, inquiri, pro-
kuatan/kapasitas siswa dalam proses belajar yek, sehingga tercipta relasi untuk berpart-
mengajar sehingga membentuk siswa menjadi isipasi dan bekerja sama (Harber, 1993, p. 6).
lebih manusiawi. Sejalan dengan penelitian di atas,
Menurut progresivisme agar siswa Thronbreg juga menjelaskan bahwa agar
lebih manusiawi maka proses belajar meng- sekolah menjadi sekolah demokratis maka
ajar bersifat kerjasama melalui penyelidikan siswa dibiasakan mengambil sikap mende-
masalah atau menganalisis isi pengetahuan. ngarkan, berunding, mencari argumen, dan
Karena melalui kerjasama siswa belajar mengevaluasi. Dalam relasi dan interaksi
menerima orang lain dengan latar belakang terjadi percakapan yang bersifat demokratis
yang berbeda seperti, budaya, ras, atau pola yang ditandai dengan siswa mengekspresikan
pikir (Gutek, 1974, p. 140). diri melalui komunikasi, memberi alasan
Dalam kerjasama pun muncul ke- untuk mengklaim kebenaran pendapat dan
bebasan tetapi dibatasi dengan kontrol sosial. siap memberikan tanggapan atau kritik, serta
Kontrol sosial adalah kontrol yang sesungguh- membiarkan orang lain membuat penilaian
nya terjadi melalui pengaruh situasi di mana (Thronberg, 2010, p. 923).
guru dan siswa terlibat berinteraksi. Kontrol Budaya demokratis di sekolah mem-
sosial terjadi karena ada proses sosial yang butuhkan relasi dan interaksi demokratis se-
membentuk pengalaman edukatif antar- hingga siswa mengalami pengalaman demo-
individu dalam masyarakat (Dewey, 1997, p. kratis secara kontinyu. Siswa melakukan kerja
51,52). sama, bertoleransi, berlaku tidak membedakan
Agar sekolah dapat leluasa mencipta- serta saling berbagi pendapat, saran dan kritik.
kan kebebasan akademik dengan kontrol Kerja sama merupakan nilai penting
sosial, maka budaya demokratis di sekolah yang ditanamkan karena kerja sama berkaitan
berperan penting mengakumulasi dan menu- erat dengan kodrat manusia sebagai makhluk
larkan dengan singkat pengalaman kebebasan sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan me-
akademik dengan kontrol sosial antar warga merlukan orang lain (Widyaningsih, Zamroni,
sekolah. Zuchdi, 2014, p.188).
Akumulasi dan penularan dilakukan Secara jelas dapat dipahami bahwa
dari waktu ke waktu dan secara terus-menerus melalui budaya demokratis maka kebebasan
melalui penanaman asumsi, pembentukan akademik dan kontrol sosial dapat berkem-
keyakinan, sikap dan praktik kebebasan aka- bang dengan optimal di sekolah. Sosialisasi
demik dengan kontrol sosial. Melalui kultur kebebasan akademik dan kontrol sosial mela-
demokratis maka, kebebasan akademik de- lui kultur demokratis menjadikan siswa lebih
ngan kontrol sosial dapat bertumbuh, berkem- mandiri dan bertanggung jawab dalam ber-
bang dan bergerak secara nyata di sekolah. tindak.
Budaya demokratis di sekolah adalah Unsur asumsi dan keyakinan berakar
asumsi, keyakinan dan sikap demokratis war- kuat bahwa siswa menjadi cerdas dan mandiri
ga sekolah yang bertahan secara kontinyu dan karena ada dorongan dalam diri untuk ber-
dari waktu ke waktu, dan tersosialisasi dian- tindak bebas dengan kontrol sosial, bukan
tara warga sekolah (Heckman, 1993, p. 265). karena dorongan dari luar; warga sekolah ber-
Budaya Demokratis sekolah disinyalir memi- interaksi dengan sikap keselarasan, kebersa-
liki kekuatan yang dapat diserap warga seko- maan, keadilan, dan tanggung jawab; guru dan
lah. Walaupun tidak nampak tetapi meresap siswa saling memberdayakan, siswa bertindak
kuat bahkan menjadi komitmen dan pem- dengan kekuatan sendiri dan percaya diri
benaran tindakan demokratis warga sekolah. untuk menyatakan kritik, saran, dan pendapat;
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 1,Juni 2015
14 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

guru menerima saran dan kritik siswa. Siswa jawab dalam menentukan, membenarkan atau
berkembang dengan kapasitas independen menyalahkan pilihan dan tindakan. Budaya
dalam bertindak, berpikir dan bertanggung demokratis di sekolah merujuk pada, asumsi,
jawab. keyakinan, nilai, dan praktik demokratis war-
SMA Kolese De Britto Yogyakarta ga sekolah sekolah. Peran budaya demokratis
dan SMA Negeri 1 Yogyakarta adalah seko- yaitu, menggerakkan interaksi bebas dengan
lah-sekolah di Yogyakarta yang mengem- kontrol sosial. Lingkungan sekolah demo-
bangkan budaya demokratis di sekolah kratis berbentuk lingkungan sosial yang mem-
dengan menerapkan pendidikan bebas. beri kontribusi pengalaman melalui relasi,
Pendidikan bebas yang dimaksud bu- interaksi dan komunikasi secara demokratis.
kanlah suatu pendidikan ke arah anarki.
Bukan pula suatu sistem pendidikan bebas
METODE PENELITIAN
yang merestui segala penyelewengen dari
nilai-nilai yang dicita-citakan. Namun suatu Jenis penelitian yang digunakan
kehidupan bebas yang berlandaskan pengaku- adalah kualitatif naturalistik dengan strategi
an bahwa karunia manusia yang paling asasi studi kasus, dan menggunakan jenis multiple-
dan luhur yaitu kebebasan. Oleh karena itu case study. Penelitian dilakukan di SMA
dalam proses belajar mengajar yang perlu di- Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Ne-
prioritaskan adalah memperkaya ilmu penge- geri 1 Yogyakarta. Waktu penelitian, Januari
tahuan dan membentuk kepribadian siswa sampai dengan Juli 2014. Alasan pemilihan
dengan karakter dan moral yang baik. kedua sekolah sebagai tempat penelitian yaitu,
Lingkungan kedua sekolah membia- kedua sekolah memiliki budaya demokratis.
sakan kondisi belajar yang tidak mengekang, Budaya demokratis teramati pada perilaku
mengatur dan memandu siswa. Kebebasan warga sekolah yang saling menghormati,
diintegrasikan dengan tanggung jawab sebagai saling menghargai perbedaan. Proses belajar
suatu kesadaran agar siswa bertanggung mengajar memiliki ciri pendekatan berpusat
jawab atas pilihan dan tindakannya. Asumsi pada siswa, guru merangsang siswa berpikir
dasar warga sekolah dalam berakar kuat pada kritis dan kreatif; guru menggunakan metode
kebebasan, kemandirian, tanggung jawab dan mengajar yang bervariasi dan kondisi PBM
norma kesopanan. fleksibel, siswa mandiri menemukan solusi
Warga sekolah berinteraksi demo- dalam pemecahan masalah, saling bertanya,
kratis melalui perilaku saling menghormati memberi kritik dan saran, serta mengontrol
dan menghargai, saling bekerja sama ditengah diri saat melakukan kerjasama dengan guru
perbedaan agama, suku bangsa, etnis, bahasa, atau antar siswa.
dan tidak saling menyingung perasaan antar Pengambilan subjek didasarkan pada
warga sekolah. asumsi bahwa subjek sebagai pemeran yang
Jika memperhatikan budaya demo- memiliki asumsi, keyakinan, nilai dan praktik
kratis kedua sekolah ini maka masalah yang kebebasanakademik dengan kontrol sosial
perlu diteliti adalah, (1) apa alasan sekolah yang cukup menonjol di sekolah. Subyek guru
memberi kebebasan kepada siswa. (2) apa yang dipilih terwakili sebagai salah satu guru
alasannya bahwa kebebasan siswa dapat di- yang akrab secara demokratis dengan siswa.
laksanakan melalui budaya demokratis di Di mana siswa diberi kepercayaan untuk
sekolah, dan (3) bagaimana praktik kebebasan menentukan. membenarkan atau menyalahkan
siswa dalam budaya demokratis di sekolah. tindakan yang dilakukan dan melakukan ko-
Tujuan penelitian yaitu: (1) mendes- munikasi yang terbuka dengan siswa. Siswa
kripsikan alasan- alasan sekolah memberi yang dipilih adalah siswa yang memiliki ciri
kebebasan siswa. (2) mendeskripsikan alasan- aktif dan kurang aktif, juga siswa yang ber-
alasan bahwa kebebasan siswa dapat dilaksa- prestasi akademik tinggi, sedang, rendah.
nakan melalui budaya demokratis di sekolah, Peneliti menghubungi pihak-pihak
dan (3) mendeskripsikan praktik kebebasan yang menjadi sumber data untuk mendis-
siswa dalam budaya demokratis di sekolah. kusikan dan menetapkan jadwal pertemuan
Kebebasan akademik siswa didefini- dan cara-cara pemerolehan data yang diperlu-
sikan sebagai kepercayaan terhadap kapasitas kan. Kemudian menyusun pedoman observasi
siswa untuk mandiri, kritis, dan bertanggung partisipasi (participant observation), pedoman

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015


Kebebasan Siswa dalam Budaya Demokratis di ... 15
Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Suyata

wawancara mendalam (Indepth Interview), pulkan dan memberi kode terhadap satu atau
dan dokumentasi, prosedur kedua, Peneliti dua kalimat, sebagai kategori inti yang dapat
merumuskan daftar pertanyaan terbuka untuk mencakup semua fenomena/data, menyimpul-
meminta jawaban/pendapat dari subjek yang kan dan memberi kode terhadap satu atau dua
diteliti. Sekuensi pertanyaan terbuka tidaklah kalimat sebagai kategori inti yang dapat
sama pada tiap partisipan bergantung pada mencakup semua fenomena/data.
proses wawancara dan jawaban tiap individu,
peneliti pada tahap ketiga melakukan kontrak HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
waktu dengan partisipan, sehingga mereka
dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu Budaya demokratis di SMA Kolese
tanpa terganggu oleh wawancara, dan pada De Britto Yogyakarta dan SMA Negeri 1
tahap keempat peneliti menentukan dokumen- Yogyakarta berperan menggerakkan kebiasa-
tasi berupa, sumber tertulis atau dari dokumen an interaksi dan relasi bebas berupa, siswa
yang ada pada responden atau tempat. mengambil keputusan dan bertindak sesuai
Observasi partisipasi dilakukan sela- hati nuraninya yang benar, mengormati guru
ma penelitian dimulai dari observasi menye- dengan memberi salam dan mencium tangan
luruh, subyek teramati yaitu guru dan siswa guru, tidak terbelenggu oleh gengsi, materi,
selama berlangsungnya proses belajar meng- atau kecenderungan untuk ikut-ikutan bertin-
ajar). Peneliti hanya sedikit ambil bagian dak bebas.
dalam kegiatan objek yang diamati. Dalam hal Guru SMA Kolese De Britto men-
ini peneliti tidak sepenuhnya terlibat, hanya jelaskan bahwa, rambut pendek, seragam
sekilas saja (surfice participation) jika kondisi serba lengkap, dan upacara tidak menjamin
ini sesuai keinginan subjek. Kehadiran pene- seorang siswa akan terbentuk karakter dan
liti dalam observasi partisipatif kemungkinan kepribadiannya. Peraturan dan paksaan tidak
dapat diketahui atau tidak diketahui terhadap lagi digunakan dalam jalur pendidikan. Sis-
relasi guru dengan siswa yang berlangsung wa bebas mengeksplorasi kreatifitas mereka
dalam PBM, tindakan-tindakan siswa secara dengan tetap menyadari hak serta kewajiban
mandiri dalam upaya menguasai kompetensi, siswa (Hasil wawancara dengan guru PS; 27-
menafaatkan lingkungan dan media belajar 3-2014).
yang tersedia di sekolah. Guru SMA Negeri 1 Yogyakarta
Setelah peneliti menerima data mela- berpendapat siswa dalam kebebasan, dibiasa-
lui observasi partisipatif, wawancara menda- 0kan memilih untuk bertindak menghargai
lam, maka peneliti melakukan pengkodean dan menghormati sesama manusia. Semboyan
secara terbuka. Dari hasil pengkodean tersebut 6S, salam, sapa, senyum, sopan, santun, dan
peneliti kemudian melakukan pengkodean sederhana merupakan wujud dari keyakinan
terporos dengan cara peneliti mengidentifikasi warga sekolah untuk saling menghormati dan
fenomena sentral guru dan siswa dalam proses menghargai.
belajar mengajar dalam konteks budaya Temuan penelitian di atas memper-
demokratis, menjajaki kondisi proses belajar lihatkan bahwa kebebasan dalam kultur
mengajar yang berciri kebebasan, menspe- demokratis kedua sekolah dilatarbelakangi
sifikasi relasi, interaksi dan sikap bebas guru dengan asumsi dan keyakinan bahwa siswa
dan siswa, mengidentifikasi bentuk kebebasan adalah mahkluk yang bebas, dapat berdiri
yang dapat dilakukan dalam budaya demo- sendiri dan mampu bertindak tanpa paksaan
kratis di sekolah, dan menggambarkan konse- pihak lain. Siswa mampu membuat pilihan
kuensi dari tindakan kebebasan dari budaya dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat
demokratis di sekolah. Kemudian pada tahapa bagi orang lain. Kontrol sosial terwujud
pengumpulan data peneliti melakukan peng- melalui sikap saling menghormati dan
kodean terpilih, dimana peneliti melihat se- menghargai antar warga sekolah.
cara selektif kasus-kasus yang mengilustrasi- Guru berpendapat bahwa kebebasan
kan tema-tema hasil pengkodean sebelumnya manusia pada satu sisi merupakan suatu
dan membuat perbandingan. Langkah yang kemampuan untuk memberikan arti dan arah
dilakukan, mereproduksi kembali alur cerita, kepada hidup dan karya, kemampuan untuk
mengidentifikasi data dengan menulis kalimat menerima atau menolak terus menerus dita-
penedek yang merupakan inti cerita, menyim- warkan kepada manusia. Dalam menentukan

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi


Volume 3, Nomor 1,Juni 2015
16 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

pilihan manusia ditentukan oleh faktor-faktor film. Siswa saling memberi berpendapat dan
diluar kemampuannya sendiri, seperti halnya saling mengkritik.
pembauran kondisi sosialnya. Dan pada sisi Di SMA Negeri 1 Yogyakarta dengan
lain manusia secara otonom ikut menentukan bidang studi yang sama siswa diberi
tindakannya. Oleh karena itu SMA Kolese De kesempatan belajar menyelesaikan masalah
Britto Yogyakarta mengembangkan kultur melalui studi kasus di alam. Tanpa intervensi
demokratis dengan ciri kebebasan mandiri dan guru siswa membuka lap top menggunakan
bertanggung jawab atas pilihan dan tindakan fasilitas internet mencari informasi tentang
yang dilakukan. (Hasil wawancara dengan masalah yang harus dipecahkan, saling tolong
guru LH; 3-5-2014). menolong meminjam lap top bagi siswa yang
Pendapat searah dikemukakan oleh membutuhkan, siswa ke perpustakaan mencari
guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta bahwa ma- informasi melalui buku, majalah dan jurnal,
nusia diberikan kebebasan menentukan pilih- ketika menemui kesulitan siswa mencari
an yang bertanggung jawab, karena ada kon- siswa yang lain untuk saling memberi saran
sensus moral dalam bentuk aturan bersama atau ide dan masing-masing siswa menarik
yang harus ditaati dan mengikat. SMA Negeri kesimpulannya sendiri. Siswa terlihat me-
1 Yogyakarta menerapkan kebebasan dengan ngendalikan diri untuk meminjam fasilitas
norma kesopanan. Bertindak bebas tetapi di- temannya, tidak bertindak bebas atau memak-
batasi norma kesopanan. Siswa secara rasional sa, ketika hendak menggunakan fasilitas di
dapat melakukan pengontrol tindakan yang perpustakaan tetapi fasilitasnya masih dipakai
tidak berakibat buruk bagi orang lain (Hasil siswa lain, siswa bersikap sabar dengan
wawancara dengan guru DW; 15-3-2014) membaca buku atau jurnal lainnya.
Dalam proses belajar mengajar di Menurut siswa, dalam belajar mandiri
SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA siswa lebih bebas bekerja sama dengan siapa
Negeri 1 Yogyakarta, kedua sekolah melak- saja, mencari jawaban atau solusi dengan
sanakan kebiasaan siswa belajar tanpa peng- motivasi jawabannya harus benar; berusaha
awasan guru. mencari informasi yang benar dan tepat, tidak
Guru di kedua sekolah meyakini bergantung kepada orang lain tetapi menerima
bahwa kebebasan adalah proses perkembang- pendapat orang lain untuk mempertimbangkan
an dan karenanya harus ada ruang dan ke- kebenaran informasi yang sudah diperoleh.
sempatan bagi kebebasan berkembang. Kebe- Tidak bergantung juga kepada pendapat guru,
basan berkembang apabila siswa diberi ke- tetapi dengan menemukan informasi yang
sempatan belajar mengembangkan kesang- tepat siswa dapat memberi pertimbangan
gupan siswa tanpa intervensi guru. bahwa jawaban atau solusi yang dikerjakan
Guru membiasakan siswa secara adalah benar (Hasil wawancara dengan siswa
bebas menjatuhkan sendiri pilihan pada pola PH; 13-3-2014).
pikir, pendapat, ide, ekspresi, kritik dan solusi Berdasarkan observasi, juga pendapat
siswa untuk menyelesaikan masalah atau tu- siswa dan guru maka dapat ditegaskan bahwa
gas tanpa kehadiran guru memantau aktivitas kebebasan akademik di kedua sekolah ber-
belajar siswa. orientasi pada kebebasan berpikir untuk men-
Dalam proses pembelajaran bidang cari dan menemukan informasi atau pengeta-
studi biologi di kelas XI dipelajari tentang huan, dan mandiri menentukan sumber atau
struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil media yang membantu menemukan jawaban
kehidupan. Pelaksanaan proses belajar meng- atau solusi.
ajar guru menjelaskan materi secara singkat Siswa dalam suasana kebebasan men-
berupa apersepsi, menjelaskan tujuan yang jadi manusia yang bebas namun sabar. Siswa
dicapai dan memberikan waktu selama lima mampu mengambil keputusan dan bertindak
belas (15) menit untuk siswa menonton film. sesuai dengan hati nuraninya yang benar,
Film berjudul How to Build The Human Body. bertindak bebas tetapi membatasi diri dengan
Guru meninggalkan kelas dan membiarkan kontrol sosial yang tepat.
siswa belajar melalui tayangan film. Kebebasan siswa dalam belajar man-
Ketika guru meninggalkan kelas ma- diri mendorong siswa berpikir dan berpen-
ka, siswa mengatur diri sendiri mencari teman dapat bersumber dari diri siswa sendiri, bukan
dua sampai tiga orang untuk melihat tayangan dari luar. Setiap siswa mampu dan berani

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015


Kebebasan Siswa dalam Budaya Demokratis di ... 17
Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Suyata

memberikan argumen untuk posisi yang ber- dan memberi gagasan. Interkasi guru dan
beda atau kritik, membuat refleksi dan per- siswa melalui kerjasama, sharing dan mene-
timbangan dari pengetahuan yang yang diper- rima saling menerima pendapat, telah dipela-
oleh untuk menyelesaikan masalah. jari siswa sebagai interaksi yang tidak
Proses belajar mandiri membiasakan mengancam dan tidak merugikan siswa.
siswa aktif mendiagnosa setiap informasi/ Rangkaian interaksi belajar mandiri
pengetahuan dengan masalah yang akan di- di atas membawa perasaan percaya diri siswa
pecahkan; ssiwa menentukan upaya belajar untuk mengembangkan kreativitas dan eks-
sendiri agar memperoleh data atau informasi presi siswa. Artinya dalam belajar mandiri
yang tepat dan benar, mengidentifikasi sum- siswa menentukan sendiri esensi jati dirinya
bersumber belajar yang membantu menemu- dan secara independen siswa berpartisipasi
kan informasi, dan mengevaluasi hasil kerja memberi argumen untuk merefleksikan peng-
sendiri melalui sharing informasi dengan alaman temuannya sendiri. Secara rutin isya-
siswa lain untuk mengambil kesimpulan yang rat kebebasan akademik dengan kontrol sosial
tepat. melalui belajar mandiri memberi keadaan jiwa
Secara demokratis belajar mandiri atau pikiran siswa dengan kesan yang baik.
membuka ruang interaksi dan kerja sama di
antara siswa sehingga memberi kemungkin-
SIMPULAN DAN SARAN
kan adanya peluang menemukan gagasan.
Antar siswa terjadi upaya saling melengkapi Simpulan
pendapat dan gagasan sehingga alur pemikir-
an siswa dapat berkembang. SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Kultur demokratis di SMA Kolese De dan SMA negeri 1 Yogyakarta mempraktik-
Britto Yogyakarta dan di SMA negeri 1 Yog- kan kebebasan akademik dengan kontrol
yakarta pada prinsipnya memberi kebebasan sosial karena meyakini bahwa, siswa memiliki
yang mandiri, bertanggung jawab dengan kapasitas yang kritis dan etis untuk bertang-
norma kesopanan. Siswa mandiri, bebas me- gung jawab terhadap pilihan dan tindakan
nentukan tindakan dan pilihan tetapi harus yang dilakukan.
bertanggung jawab terhadap pilihan dan tin- Kultur demokratis di sekolah dapat
dakan. Siswa bebas bekerjasama tetapi norma menggerakkan dan merespon secara tepat
kesopanan membatasi atau menjadi kontrol kebebasan akademik dengan kontrol sosial
sosia dalam interaksi dan kerjasama. melalui asumsi, keyakinan, sikap dan praktik
Kultur demokratis mendorong siswa demokratis warga sekolah. Kultur demokratis
dapat mengalami dan mempelajari secara memiliki kapasitas untuk menilai dan me-
terus-menerus esensi realitas kebebasan aka- lekatkan interaksi, komunikasi, dan perilaku
demik dengan kontrol sosial. Akibatnya siswa kebebasan warga sekolah dengan kontrol
pun menyadari bahwa sikap bebas dapat sosial yang tepat.
membantu siswa menyelesaikan masalah atau Praktik kebebasan akademik dengan
tugas dalam kegiatan belajar secara optimal. kontrol sosial dalam kultur demokratis di se-
Siswa juga menyadari dapat bertindak bebas kolah adalah belajar mandiri. Belajar mandiri
tetapi harus mengontrol diri agar tindakan merujuk pada belajar tanpa ada intevensi dan
yang dilakukan demi kebaikan dan kenyaman- pengawasan guru. Siswa menyusun dan
an bersama. menentukan gagasan, metode dan sumber
Kebebasan siswa pun menjadi mele- belajar sesuai kebutuhan siswa sendiri.
kat dengan kebebasan yang menyertakan
tanggung jawab. Secara manusiawi, siswa Saran
harus dapat memberikan pertanggungjawaban Budaya sekolah sebaiknya mengem-
pada dirinya sendiri dan pada manusia lain bangkan kultur demokratis agar pemograman
(yang sama dasar kemanusiaannya) tentang pola pikir dan totalitas perilaku warga sekolah
apa yang dilakukannya. dapat menularkan secara singkat kebebasan
Kebebasan akademik melalui proses akademik dengan kontrol sosial.
belajar mandiri membiasakan siswa tidak Proses belajar mengajar sebaiknya
perlu takut berinisiatif untuk mengemukakan mempolakan dan mempraktik belajar mandiri.
pendapat, mengkritik atau memberi argumen Dalam belajar mandiri siswa aktif, mencari
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Volume 3, Nomor 1,Juni 2015
18 – Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

dan menentukan cara belajar yang tepat bagi Gutek, L.L. (1974). Philosophical alternatives
siswa, mengembangkan pengetahuan dan ke- in education. Columbus, Ohio:
terampilan yang dipelajarinya, mengembang- Charles E. Merril Publishing Com-
kan rasa percaya diri dan menciptakan inter- pany
aksi sosial yang positif.
Harber, C. (1993). Democratic management
and school effectiveness in Africa:
DAFTAR PUSTAKA Learning from Tanzania. Compare,
Dewantara, K.H., (1977). Pendidikan. Yogya- 23, 1-8.
karta: Majelis Luhur Persatuan Taman Heckman, P.E., (1993). School restructuring
Siswa. in practice reckoning with the culture
Dewey, J. (1997). Experience and education. school. International Journal of Edu-
USA: Published by agreement with cations Reform, 3, 263-271.
Southern Illinois University Press. Thornberg, R. (2010). School democratic
________ (1988). The soical signifigance of meetings: Pupil control discourse in
freedom academic. Education Digest. disguise. Teaching and Teacher
1, 37-38. Education, 26, 924–932.

________ (1938). Experience and education. Widyaningsih, T. S., Zamroni, Zuchdi, D.,
Toronto: Collier-MacMillan Canada (2014). Internalisasi dan aktualisasi
Ltd. nilai-nilai karakter pada siswa SMP
dalam perspektif fenomenologis
________ (1939). Freedom and culture New (Studi kasus di SMP 2 Bantul). Jurnal
York: Putnam. Pengembangan Pendidikan. Fondasi
Garvey, James, 2010. 20 Karya Filsafat Ter- dan Aplikasi. 2, 181-195.
besar. Diterjemahkan oleh CB. Rousseau, J.J (1997). The social contract and
Mulyatno Pr. Yogyakarta: Kanisius. other later political writings. Cam-
bridge: Cambridge University Press.

Volume 3, Nomor 1, Juni 2015

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai