Anda di halaman 1dari 3

Makalah Bedah Buku

Dynamics of Islamic Student Movements:


Iklim Intelektual Islam di Kalangan Aktifis Kampus Senin, 18 Mai 2009, Ruang Seminar Fisipol UGM

Claudia Nef Saluz (Editor)1


Indonesia merupakan salah satu titik pusat dunia yang paling bernas bagi pemikiran-pemikiran Islam kontemporer. Buku ini berusaha untuk menangkap dinamika beragam gerakan Islam yang ada dalam lingkup kampus Universitas Gadjah Mada yang ternama. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana kaum Muslim muda mengasimilasi ide-ide dan pendekatan-pendekatan kritis dan kreatif yang berasal dari sumber-sumber insiprasi yang beragam dan luas. Sungguh mengagumkan bagaimana ide-ide yang berbeda disandingkan dan secara kritis diadopsi melalui diskusi-diskusi keseharian para mahasiswa ini. Buku ini berisi sembilan tulisan gerakan mahasiswa terpilih yang aktif di seputaran kampus UGM. Organisasi yang ikut menyumbang tulisan adalah : HMI MPO, HMI (Dipo), PMII, IMM, Jamaah Shalahuddin, HTI, KAMMI, FOSDA dan JARIK. Saya memilih sembilan organisasi dan lembaga ini dengan dua alasan, pertama, organisasi-organisasi tersebut mewakili kecenderungan utama pemikiran Muslim Indonesia, dan kedua, organisasi-organisasi ini memiliki pengaruh terhadap wacana Islam di kampus dalam tataran yang luas. Bab-bab dalam buku ini disusun berdasarkan kesembilan organisasi tersebut dimulai dari organisasi yang paling tua ke yang paling muda. Harus diakui, sarjana mana pun yang melakukan studi kawasan (area studies) bakal menemui persoalan dalam membuat pilihan. Beberapa aktivis mahasiswa pasti mempertanyakan pengikutsertaan dan penyisihan beberapa organisasi mahasiswa Islam. Saya terbuka terhadap ketidaksepahaman atas pilihan-pilihan saya, karena salah satu tujuan saya meneliti dan menulis buku ini adalah untuk membangkitkan pembicaraan-pembicaraan lebih lanjut mengenai perkembangan aktivisme mahasiswa Islam di Indonesia. Kata pengantar ditulis oleh Abdul Gaffar Karim yang mengenal kampus UGM cukup lama dan memiliki kemampuan analitis yang baik. Pak Gaffar memberi perspektif historis mengenai situasi dan kondisi lingkungan intelektual di kampus dan keadaan terkini dari organisasi Islam. Buku ini berusaha
1

Claudia Nef Saluz adalah kandidat PhD pada jurusan Antropologi Sosial, Universitas Zurich, Swiss. Saat ini

dia tengah melakukan penelitian di Indonesia mengenai gerakan Islam di kampus UGM. Sebelumnya, dia telah akrab dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa pada tahun 2005-2006 ketika mengikuti program pertukaran mahasiswa di UGM. Pada tahun 2006 dia menulis tesis masternya mengenai Islamic Pop Culture in Indonesia. Dia terbuka menerima kritik dan saran. Silakan kontak di: claudiasaluz@hotmail.com.

merangkum kecenderungan-kecenderungan utama dalam aktivisme gerakan Muslim Indonesia dan menunjukkan arah dan perkembangan mutakhir. Dengan membaca keseluruhan tulisan, para pembaca akan menemukan banyak perbedaan dalam cara para aktivis organisasi yang berbeda mengamalkan agama Islam dalam keseharian, akan tetapi ada juga beberapa kemiripan. Semua aktivis mendukung sebuah pemahaman Islam yang tidak melulu mengenai ibadah shalat, puasa, haji, dan bentuk ibadah lain. Islam seharusnya mengilhami keseharian umat. Sebagai aktivis mahasiswa Muslim mereka memiliki ambisi untuk melakukan perubahan situasi sekarang ini dan memberi solusi pada berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia. Akan tetapi, ada opini yang berbeda mengenai bagaimana Islam harus diamalkan dan bagaimana Islam harus mengilhami tindakan-tindakan umat. Semua organisasi memandang diri mereka sebagai agen potensial perubahan dan dalam cita-cita dan ide-ide mereka mengenai bagaimana mengubah dunia Islam merupakan salah satu, kalau bukan sumber utama inspirasi yang diharapkan memberi kemaslahatan bagi masyarakat. Sangat menarik bagi saya melihat metode-metode dan pendekatanpendekatan yang berbeda dipakai organisasi yang beragam ini dalam menyediakan solusi-solusi Islami alternatif terhadap status quo. Buku ini diharapkan bisa membantu para pembaca untuk memahami penafsiran dan pengejawantahan berganda yang dibicarakan dan bersaing di seputar kampus Universitas Gadjah Mada. Beragam variasi organisasi mahasiswa Muslim semoga bisa dilihat sebagai sebuah perubahan dalam masyarakat Islam dan membangkitkan diskusi-diskusi dan kontroversi-kontroversi yang mengarah pada dialog, kritik diri dan pembaruan dan bukan pada perpecahan dalam masyarakat Islam. Sepanjang diskusi dan dialog berlangsung, keberagaman yang kita temukan di UGM bisa dilihat sebagai suatu sumber inspirasi yang besar. Hal ini akan menjaga antusiasme dan idealisme kaum muda tetap hidup dengan tuntutan yang lebih besar disandangkan di pundak para aktivis yang mencari pemahaman mengenai posisi mereka dalam perbincangan yang mengglobal. Tantangan yang muncul adalah bagaimana menegosiasikan kesamaan dan perbedaan, dalam sebuah dunia yang makin terhubung dengan pilihan-pilihan yang banyak dan terbuka bagi kalangan muda yang berpendidikan. Semua organisasi yang tampil di buku ini telah memberikan bukti bahwa Indonesia merupakan contoh yang bernas dan dinamis. Semoga para aktivis mahasiswa Muslim dengan potensinya yang besar sebagai agen perubahan mendapat keuntungan dari dinamika ini dan terus berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Dari keraguan metodologis ke bedah buku hari ini Ide yang melatar belakangi buku yang kita bedah bersama hari ini punya kaitan dengan penelitian saya mengenai gerakan mahasiswa Islam di UGM dalam rangka studi S3 saya pada jurusan Antropologdi di Universitas Zurich. Ide untuk mengedit buku ini lahir karena keraguan dan ketidakpuasan saya dengan metode-metode konvensional antropologi seperti pengamatan terlibat (participant observation) dan diskusi-diskusi atau wawancara dan studi literatur. Pertanyaan yang menghantui saya adalah bagaimana mungkin meneliti dinamika-dinamika yang kompleks yang berlangsung dalam organisasi-

organisasi mahasiswa? Bagaimana cara membongkar relasi subject object dan bagaimana cara untuk membangun kerja sama yang lebih seimbang di mana aktivis tidak menjadi object of study tapi dihargai sebagai mahasiswa dari sebuah universitas terbaik di Indonesia dan sebagai aktivis yang memiliki pesan untuk disebarluaskan? Karena keraguan metodologis tersebut saya berinisiatif mengedit buku ini dan memberi ruang kepada aktivis untuk bicara mengenai organisasi mereka sendiri. Pertanyaan lain yang juga mengusik saya adalah kaitan dengan power. Siapa yang memberi otoritas saya untuk berbicara atas nama aktivis? Saya juga menyadari keprihatinan di antara para aktivis sendiri, meski diungkapkan secara tidak langsung, mengenai apakah saya akan menggambarkan mereka dengan benar. Di samping pertanyaan-pertanyaan mengenai otoritas, saya juga merasa bahwa latar belakang personal saya yang bukan Muslim dan bukan orang Indonesia pastilah mempengaruhi jawaban para aktivis atas pertanyaan saya. Berangkat dari keraguan inilah muncul ide untuk mengedit buku guna memberi platform untuk menulis pada aktivis. Dari ide untuk mengedit buku sampai ke bedah buku hari ini sesungguhnya merupakan proses yang panjang. Jika pada akhirnya buku ini terbit, semata-mata karena keterlibatan langsung 14 aktivis mahasiswa yang berkontribusi dan bersedia terlibat dalam proyek buku ini. Selain aktivis Abdul Gaffar Karim yang menulis kata pengantar dan sejak awal mendukung gagasan saya serta terus menyemangati saya. Akhirnya, teman teman dari Penerbit RESIST tidak hanya memberi kepercayaan dan dukungan terhadap ide saya sejak awal, tapi mereka bekerja sangat efektif dan tanpa birokrasi yang berbelit-belit melakukan proses layout dan cetak. Saya memilih bekerja sama dengan penerbit RESIST karena saya menginginkan penerbit yang bisa diterima oleh semua gerakan, yang tidak terafiliasi atau dekat dengan salah satu gerakan saja. Selain kriteria itu, RESIST adalah penerbit yang dilihat sesuai dengan idealisme aktivis dan ide-ide mereka untuk mengubah masyarakat. Selama bekerja sama dengan aktivis dalam penyuntingan buku ini saya merasakannya sebagai pengalaman yang menyenangkan. Proses penulisan yang dilakukan oleh para kontributor buku ini mengikuti empat tahap: Pertama, saya menjelaskan ide yang melatari buku ini kepada pada aktivis. Kedua, mereka diminta menulis proposal sepanjang dua halaman. Proposal yang terima ternyata sangat beragam, dan pada masing-masing proposal saya menuliskan komentar saya dan mendiskusikannya bersama para kontributor. Ketiga, para kontributor menulis naskah awal dan sekali lagi saya tulis komentar dan pertanyaan lebih lanjut yang didiskusikan secara bersama-sama. Keempat, para kontributor baru menulis naskah versi yang sekarang bisa dibaca dalam buku yang kita bedah hari ini. Tentu saja, kerja sama ini amatlah berharga bagi saya, walaupun kadangkala ada beberapa masalah yang membuat saya ragu apakah buku itu kelak bisa terbit. Cara itu memang memberi saya kesempatan untuk berkenalan dengan beberapa orang sekaligus sejumlah organisasi secara lebih baik serta belajar mengenai gerakan mahasiswa Islam yang saat ini aktif mewarnai iklim intelektual Islam di UGM.

Anda mungkin juga menyukai