Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

REORIENTASI PERGERAKAN MAHASISWA PAPUA

(TELAAH EKSISTENSI DAN PERAN MAHASISWA KOTA JAYAPURA)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Intermediated Training

( LK II) HMI Cabang Jayapura

Disusun Oleh :

MACHADIR SYAIFUL

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


(Islamic Association Of University Student)
CABANG JAYAPURA
KOMISARIAT UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
2016

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Teriring salam dan doa, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian
alam yang senantiasa melimpahkan Rahmat Hidayah-Nya kepada kita semua dalam
menjalankan amanah sebagai manusia dibumi cendrawasih tercinta ini. Tak lupa
shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita sang Revolusioner
sejati, baginda Rasulullah Muhhamad SAW, yang telah berjuang penuh cinta dan
keikhlasan sehingga kita semua dapat merasakan nikmatnya Islam sampai saat ini.

Meilhat kondisi mahasiswa saat ini, khusunya kota jayapura, tidak ada
orientasi yang jelas pada pergerakannya. Mahasiswa mengalami fragmentasi dan
semakin terkotak-kotak. Perbedaan nilai perjuangan menjadi salah satu faktornya.
Selain itu teknologi yang semakin canggih saat ini membuat mahasiswa tergerus
dalam ombak pragmatis dan hedonis. Mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa.
Sebagai penerus bangsa mahasiswa lah yang memegang kendali dan punya andil
besar terhadap perubahan suatu bangsa. Kekuatan mahasiswa adalah kekuatan
besar yang bisa merobohkan atau menguatkan suatu kekuasaaan, dan dia menjadi
representasi dari sebagian besar masyarakat dari segi kecerdasan intelektual yang
dimilikinya. Namun realitas yang terjadi tidak sebgaimana mana mestinya.
Sehingga penulis membuat suatu makalah berjudul “REORIENTASI
PERGERAKAN MAHASISWA PAPUA dengan sub judul TELAAH
EKSISTENSI DAN PERAN MAHASISWA KOTA JAYAPURA” yang juga
merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Latihan Kader II Tingkat Regional
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jayapura.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh rekan-rekan hijau


hitam, abang dan caca yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai
dengan maksimal. Ucapan terima kasih khususnya kepada Abang Nawir yang
selalu mengarahkan dalam penyusunan makalah ini dan Caca Yunita Mulder yang

2
selalu memberikan dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun
memang masih banyak kekeurangan di dalamnya.

Penyusun menyadari masih banyak ditemukan kekeliruan didalam tulisan


ini, baik dari penyusunan kalimat, penganalisaan ataupun kesimpulannya. Oleh
karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik maupun saran dari berbagai pihak
guna penyempurnaan tulisan ini kedepannya.

Akhir kata penyusun berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Billahittaufiq Wal hidayah


Wassalamualaikum Wr. Wb

Jayapura , 6 Januari 2017

Machadir Syaiful

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………

KATA PENGANTAR………………………

DAFTAR ISI....................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................

1.1 Latar Belakang…………


1.2 Tujuan Penulisan…………………………
1.3 Rumusan Masalah…………..
1.4 Batasan Masalah………..
1.5 Metode Penulisan…………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………….

2.1 Gambaran Umum……..

BAB III PEMBAHASAN……………..

3.1 Pergerakan Mahasiswa Yang Cenderung Kehilangan Vitalitas


Perjuangan……….
3.1.1 Tipologi mahasiswa yang cenderung Hedonis, Apatis dan
Pragmatis………………..
3.1.2 Kebijakan yang diambil Pihak lembaga universitas dan terhadap
mahasiswa………………..
3.1.3 Terjadinya fragmentasi interen dalam pergerakan mahasiswa kota
Jayapura…………………………
3.2 Bagaimana seharusnya Fungsi Dan Peran Mahasiswa dalam pergerakan…..
3.2.1 Gerak mahasiswa adalah gerakan moral (Moral Movement)……..
3.2.2 Mahasiswa sebagai gerakan intelektualitas………….
3.2.3 Gerak mahasiswa adalah gerakan bersama……..
3.2.4 Gerak mahasiswa sebagai gerakan pengkaderan…….

4
3.2.5 Gerak mahasiswa adalah gerakan untuk pemberdayaan
masyarakat…………..

BAB IV PENUTUP………………………

4.1 Kesimpulan……………………….

4.2 Saran……………………………

LAMPIRAN…………….

DAFTAR PUSTA……………………….

5
BAB I
PENDAHULUAN

“Kami mahasiswa Indonesia bersumpah bertanah air satu tanah air tanpa
penindasan, kami mahasiswa Indonesia bersumpah berbangsa satu bangsa yang
candu akan keadilan kami mahasiswa Indonesia bersumpah berbahasa satu
Bahasa tanpa kebohongan”

A. Latar Belakang
Keberadaan Mahasiswa dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tidak dapat
dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, gerakan Mahasiswa menjadi kekuatan
yang selalu dipertimbangkan oleh kelompok yang mempunyai kepentingan
(Interest Group), terutama pengambil kebijakan yaitu, Negara (country).
Mahasiswa yang memiliki pengaruh paling signifikan ialah Mahasiswa yang
terhimpun dalam organisasi kepemudaan, dimana mempunyai basis konstituen
yang jelas dan dari segi kuantitas, mempunyai massa yang cukup besar seperti
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia (PMKRI), Kesatuan
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
(GMNI) dan semua organisasi kepemudaan ini tergabung dalam satu wadah yaitu,
cipayung plus. Kader-kader dari organisasi ini tersebar di berbagai kampus di
Indonesia. Mereka bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan
yang sering berdiri paling depan untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi (Expression).
Mahasiswa selalu menjadi pilar utama dalam setiap perubahan yang terjadi di
negeri ini. Salah satu contoh pergerakan seluruh mahasiswa Indonesia yaitu dalam
meruntuhkan rezim orde baru Soeharto pada tahun 1998.
Tetapi jika melihat dari segi internal, pergerakan mahasiswa sendiri mempunyai
polarisasi gerakan yang berbeda dan seringkali saling bertentangan. Sulit bagi para
Mahasiswa bersatu untuk menyuarakan isu bersama. Hal ini di pengaruhi beberapa
faktor yaitu perbedaan ideologi, strategi dan hal lainnya.

6
Terdapat banyak variabel yang mendefinisikan apa itu ideologi. Pada
hakikatnya Mahasiswa mempunyai ideologi berbasis pada Tri Dharma perguruan
tinggi dan berlandaskan sifat intelektualitas. Intelektual yang dimaksud adalah
pemikir tercerahkan (rausyanfikr). Berbeda dengan ilmuwan. Seorang ilmuwan
menemukan kenyataan, seorang intelektual menemukan kebenaran. Ilmuwan hanya
menampilkan fakta sebagaimana adanya, intelektual memberikan penilaian
sebagaimana adanya dan sebagaimana mestinya. (Aly Syariati,1994)
Dalam konteks Papua, khususnya kota Jayapura, kita melihat dengan jelas
mahasiswa yang cenderung kehilangan vitaltas perjuangan, sehingga dampak yang
terjadi adalah fragmentasi interen pada gerakan Mahasiswa kota Jayapura.
Mahasiswa melupakan peran dan fungsinya sebagai agen of change (agen perubah),
moral force (kekuatan moral) dan iron stock (perangkat keras) suatu bangsa.
Hilanganya esensi mahasiswa mengakibatkan Papua, khususnya kota Jayapura
rentan terhadap konflik. Mahasiswa yang seharusnya menjadi wasit justru terlibat
dalam konflik-konflik yang dimainkan oleh kelompok yang mempunyai
kepentingan. Tidak hanya sampai disitu, aksi yang terkesan anarkis berimplikasi
pada stigma negatif masyarakat terhadap mahasiswa sendiri. Akhirnya, mahasiswa
tidak lagi dipercaya menjadi pasukan moral (Moral Force) ataupun agen perubahan
(Agent of Change).
Mahasiswa kini seolah tak tahu lagi kemana arah tujuan pergerakannya dan apa
fungsi perannya sebagai mahasiswa. Siapa kawan siapa yang menjadi lawan inilah
problematika yang sedang terjadi dan harus ditemukan solusinya. Dengan melihat
latar belakang diatas, penulis mencoba mengkaji persoalan ini dengan membuat
satu makalah yang berjudul “REORIENTASI PERGERAKAN MAHASISWA
PAPUA” dengan sub judul TELAAH EKSISTENSI DAN PERAN MAHASISWA
KOTA JAYAPURA.

7
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk bagaimana mahasiswa
papua khususnya kota jayapura, bisa mereorientasi pergerakan mereka menjadi
gerakan bersama. Selain itu, makalah dibuat untuk memenuhi persyaratan
mengikuti latihan kader II (intermediate training) HMI Cabang Jayapura.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengapa arah pergerakan mahasiswa cenderung kehilangan vitalitas
perjuangan ?
2. Bagaimana seharusnya fungsi dan peran mahasiswa ?

D. Batasan Masalah
Sudah tentu kompleks dan luas cakupannya jika kita mengkaji tentang
pergerakan mahasiswa. Oleh karna itu, dalam kesempatan kali ini fokus perhatian
penulis tertuju pada pergerakan mahasiswa kota Jayapura.

E. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini menggunakan literatur-literatur yang
berkenaan dengan tema pembahasan dan metode wawancara.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum
Perubahan menuju tatanan yang lebih baik dan bermakna merupakan
cita-cita semua pihak. letak permasalahannya adalah bukan saja berada pada
bagaimana merumuskan masa depan itu sendiri, tetapi juga langka yang
harus dibangun demi mencapai maksud perubahan tersebut (Mahardika,
Timur,.2000)
Setiap usaha perubahan tatanan sosial yang dilakukan mahasiswa untuk
mencapai titik kondisi tertentu tanpa disadari adalah sebuah “Gerakan”.
Gerakan mahasiswa merupakan reaksi yang terjadi akibat adanya isu
tranformatif yang berkembang di masyarakat.
Mahasiswa terdiri dari dua kata, maha berarti besar dan siswa adalah
individu yang sedang mengenyam pendidikan. Jadi mahasiswa adalah
pelajar yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi atau
universitas. Memiliki nomor induk mahasiswa, Sistem kredit semester dan
diakui oleh pemerintah. (Yona Pamela, 2003)
Besar dalam pemikiran, jiwa yang meledak-ledak, emosi yang mudah
meluap, merupakan sifat yang lekat dengan seorang mahasiswa, karena
dalam orientasinya seorang mahasiswa merupakan pemuda yang mencari
jati diri. Dalam fase ini, segala bentuk hal baik buruk tentang kehidupan
coba digali untuk membentuk sebuah karakter menjadi insan. Besar dalam
tindakan, tanggung jawab di emban sebagai agen perubahan (Agen of
change), Menuntut seorang mahasiswa untuk mencerminkan sebuah sikap
sebagai seorang akademika, berjiwa sosial tinggi dan mengabdi untuk
masyarakat (Dimas Yuniardi, 2010).
Jika kita menanyakan apakah yang dimaksud ideologi, maka banyak
orang akan memberi jawaban yang merujuk pada pengertian ideologi
sebagai ‘isme’ atau aliran politik, seperti sosialisme, komunisme,
liberalisme dan konservatisme. Hal ini umum terjadi. Ideologi memiliki

9
pengertian sebagai kumpulan gagasan yang menjadi panduan bagi
sekelompok manusia dalam bertingkah laku mencapai tujuan tertentu.
Ideologi menjadi keyakinan (belief) bagi kelompok itu. Dalam makna
ideologi sebagai acuan manusia, terjadi pula pertarungan antar ideologi.
(Bagus Takwin, 2009)
Intelektual adalah pemikir tercerahkan (Rausyanfikr) Golongan
intelektual hadir dalam konteks sosial, politik, dan kebudayaan masyarakat
yang beragam. Namun demikian, dasar-dasar dan misi yang mereka usung
memiliki persamaan, yaitu menyuarakan kebenaran, membangun keadilan,
sosial bagi seluruh kaumnya, serta perjuangan mlawan penindasan dan
kesewenang-wenangan terhadap kaum tertindas. (Ali Syariaty, 1994).

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pergerakan Mahasiswa Yang Cenderung Kehilangan Vitalitas


Perjuangan
Terdapat beberapa penyebab pergerakan mahasiswa cenderung
kehilangan vitalitas perjuangan, ada beberapa indikasi dalam pembahasan
ini yaitu :
a. Tipologi mahasiswa yang cenderung Hedonis, Apatis dan Pragmatis.
Melihat dinamika mahasiswa khususnya kota Jayapura, banyak
kita jumpai mahasiswa yang cenderung lebih mengarah pada hedonisme,
pragmatisme yaitu hidup ini hanya untuk bersenang-senang, mahasiswa
yang lebih pada praktis atau mengutamakan hasil daripada proses yang
orientasinya adalah materi kemudian ada pula yang Apatis dengan kata lain,
acuh tak acuh dengan isu transformatif yang berkembang, baik itu di
kampus maupun di dalam masyarakat. Akibatnya mahasiswa yang dijuluki
gerakan moral (moral movement), julukan yang Mempesona karena
berbicara tentang moral, berarti berbicara tentang suara hati yang senantiasa
merefleksikan kebenaran universal sudah tidak relevan lagi di mata
masyarakat.
Menurut Donny Donatus Gobay ketua BEM Universitas
Cendrawsih. Berkembangnya budaya hedonis, apatis dan pragmatis pada
kalangan mahasiswa dadasari oleh kemajuan teknologi yang memanjakan
mahasiswa itu sendiri sehingga mahasiswa cenderung kehilangan
indenpendensinya untuk mengkritik berbagai perubahan-perubahan yang
terjadi. Pernyataan ini di perkuat oleh Caca Anum Siregar ketua AIDP
(Aliansi Demokrasi Untuk Papua). Menurutnya, Pragmatisme, hedonisme
dan apatisme adalah penyakit yang sedang terjadi sekarang ini. Mahasiswa
disibukkan dengan urusan akademis dan pengaruh teknologi. Tidak adanya
minat membaca pada kalangan mahasiswa yang seharusnya bisa membantu
mahasiswa untuk merefleksikan dan memetakan persoalan yang terjadi.
Mahasiswa kini hanya mengikuti gaya mahasiswa lainnya yang mungkin

11
dalam proses perkuliahannya tidak terstruktur dengan baik sehingga
kecenderungan mahasiswa lebih mengarah pada budaya pragmatisme.

b. Kebijakan yang diambil Pihak lembaga universitas dan terhadap


mahasiswa.
Pihak lembaga atau kampus juga merupakan indikator mengapa
mahasiswa cenderung kehilangan vitalitas perjuangan. pemandulan
mahasiswa terjadi dengan sangat sistematis. Kampus juga mencoba
mematikan daya kritis mahasiswa dengan menuntut untuk fokus dengan
urusan perkuliahan. Birokrasi kampus mengambil langkah-langkah untuk
menstrukturkan mahasiswa. Kuliah jam sekian, lab jam sekian, praktek
lapangan hari sekian, mid semester dan final semester bulan sekian, dan
lulus dengan cepat. Praktis tidak ada lagi aktivitas-aktivitas kelembagaan.
Sudut-sudut kampus, koridor-koridor kampus sepi, mati, tak bernuansa
pergerakan. Nelius Wenda, Ketua BEM Universitas sains dan teknologi
jayapura menyatakan, ada banyak bentuk yang di lakukan pihak lembaga
atau kampus untuk menutup pergerakan mahasiswa. Entah itu dengan
ancaman nilai mata kuliah atau pun dropout.
Berbeda dengan Sayyid Fadhal Al-Hamid akademisi sekaligus
anggota presidium dewan adat papua. Menurut pandangannya mungkin ada
sebuah indikator tetapi justru mahasiswa yang harus sadar akan hal itu.
Contohnya saat zaman orde baru pemerintahan Soeharto sangat represif
dalam menangani suatu pergerakan tetapi ada saja pergerakan mahasiswa
yang dilakukan. Dengan kata lain, mahasiswa lah yang tidak harus menutup
pergerakannya sendiri karna semua bermuara padanya.

c. Terjadinya fragmentasi interen dalam pergerakan mahasiswa kota Jayapura


Tak bisa dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa mengalami
polarisasi dalam entitas dan kelompok-kelompok tertentu yang berbeda,
bahkan acapkali bertentangan satu sama lain. Hal ini terjadi karena

12
beberapa faktor yang melingkupinya, seperti perbedaan ideologi, strategi
dan lainnya. (Imam Cahyono,2003)
Jika kita menanyakan apakah yang dimaksud ideologi, maka
banyak orang akan memberi jawaban yang merujuk pada pengertian
ideologi sebagai ‘isme’ atau aliran politik, seperti sosialisme, komunisme,
liberalisme dan konservatisme. Hal ini umum terjadi. Ideologi memiliki
pengertian sebagai kumpulan gagasan yang menjadi panduan bagi
sekelompok manusia dalam bertingkah laku mencapai tujuan tertentu.
Ideologi menjadi keyakinan (belief) bagi kelompok itu. Dalam makna
ideologi sebagai acuan manusia, terjadi pula pertarungan antar ideologi.
(Bagus Takwin, 2009)
Problematika internal Inilah yang menyebabkan gerakan mahasiswa
masih terkotak-kotak, terfragmentsi, terpecah-belah, terpolarisasi oleh isu,
program, dan metode gerakan khusunya kota Jayapura. Banyak realitas
yang bisa di lihat, seperti mahasiswa yang tergolong barisan kiri, pro
KNPB (Komite Nasional Papua Barat), BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa) yang di dominasi oleh orang asli Papua dan mahasiswa yang
bersatu di karenakan sentimentasi yang kemudian berlanjut pada gerakan
mahasiswa yang berupa demonstrasi jalanan cenderung parsial,
reaksioner, sporadis, dan frontal. Hal ini dibenarkan dengan pernyataan
kakanda Muhammad Sabda Nawarissa selaku ketua bidang PTKP
(Perguruan Tinggi Kemahasiswaan Kepemudaan) HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) Cabang Jayapura. Menurutnya, kita semua harus
melihat tujuan atau orientasi dari gerakan mahasiswa yang terpecah seperti
golongan mahasiswa barisan kiri, pro KNPB (Komite Nasional Papua
Barat) dan lain-lain. Apakah pergerakannya menuju sebuah kebenaran
Universal atau justru ada sebuah politik yang sedang di mainkan pihak
yang mempunyai kepentingan (Interest Group).

13
B. Bagaimana seharusnya Fungsi Dan Peran Mahasiswa dalam
pergerakan.
Terjebaknya mahasiswa dalam carut marut pembobrokan ideologi
dan sistem menyebabkan mahasiswa khususnya kota jayapura telah
terkikis habis Esensinya. Faktor pengaruh internal maupun eksternal
membuat mahasiswa tak tahu lagi identitas, peran dan fungsinya sebagai
agen perubahan (Agent of Change). Akhirnya mahasiswa tak punya lagi
orientasi yang jelas dan sebagaimana mestinya. Gerakan mahasiswa
diwarnai oleh sindrom arogansi kelembagaan. Eksklusif, cenderung
merasa mampu, hebat, berideologis, tapi tidak mau membaur dan
beraliansi untuk bersatu bersama masyarakat. Dalam pembahasan ini ada
beberapa hal substansial yang harus dilakukan semua elemen gerakan
mahasiswa, yaitu:
a. Gerak mahasiswa adalah gerakan moral (Moral Movement)
Bukan hal baru Melihat sejarah gerakan mahasiswa dalam melawan
sebuah ketidakadilan yang senantiasa terjadi. Mahasiswa sebagai agen
sosial kontrol (Agent of social control) selalu memainkan perannya dalam
setiap dinamika yang terjadi pada bangsa ini. Sudah seharusnya
mahasiswa menjadi pagar moral kehidupan bangsa ini untuk
mengganyang dan menggugat setiap praktek kekuasaan yang
mencerminkan ketidakadilan dan penindasan.
Mahasiswa sering disebut sebagai gerakan moral (Moral
Movement), sebuah istilah yang mengagumkan, karna berbicara moral
berarti berbicara tentang hati nurani yang selalu merefleksikan kebenaran-
kebenaran universal. Inilah sebuah injeksi stimulus yang bersifat kontinyu
bagi pergerakan mahasiswa. Kekuatan ini (Moral Force) merupakan
kekuatan abadi yang tidak akan pernah mati selama masih ada manusia
yang jujur dengan nuraninya.

14
b. Mahasiswa sebagai gerakan intelektualitas
Gerakan mahasiswa sudah semestinya adalah gerakan
intelektualitas. Sebagai golongan intelektual, mahasiswa harus
memaksimalkan segala potensi intelektualnya untuk menemukan berbagai
macam solusi dari problematika yang dihadapi mahasiswa sendiri maupun
di dalam masyarakat.
Intelektual adalah pemikir tercerahkan (Rausyanfikr) (Ali Syariaty,
1994). Golongan intelektual hadir dalam konteks sosial, politik, dan
kebudayaan masyarakat yang beragam. Namun demikian, dasar-dasar dan
misi yang mereka usung memiliki persamaan, yaitu menyuarakan
kebenaran, membangun keadilan, sosial bagi seluruh kaumnya, serta
perjuangan mlawan penindasan dan kesewenang-wenangan terhadap
kaum tertindas. “jangan kau penjarakan ucapanmu jika kau menghamba
pada ketakutan karna kita akan memperpanjang barisan perbudakan”
(Wiji Tukul 1998). Penggalan puisi dari sastrawan yang ikut serta
meruntuhkan rezim Soeharto. Mahasiswa haruslah berani menyuarakan
kebenaran dan keadilan dalam masyarakat. Karna jika mahasiswa hanya
bersikap apatis terhadap persoalan yang terjadi yang ada hanya akan
menambah barisan-barisan perbudakan.
Gerakan mahasiswa menuntut terciptanya berbagai kondisi yang
ideal di masyarakat. Gerakan idealisme-moral ini pun harus didukung oleh
intelektualitas yang matang. Hal ini penting karena sebagai insan
cendekiawan mahasiswa diharapkan dapat memberikan solusi atas
berbagai permasalahan bangsa. Solusi yang diberikan pun harus
berdasarkan pemikiran yang jernih, logika yang sehat, dan rasionalitas
tinggi. Jika gerakan mahasiswa didasarkan pada emosi, lemah fakta dan
data maka jangan heran jika gerakan mahasiswa dicap sebagai gerakan
utopis yang menuntut hal-hal yang tidak realistis. Salah satu perbedaan
mendasar antara mahasiswa dengan golongan masyarakat lainnya adalah
mahasiswa diajarkan untuk berpikir secara logis, rasional, dan sistematis.
Logis berarti berdasarkan pertimbangan sebab-akibat yang benar alias

15
tidak keliru dalam berpikir dan mengambil kesimpulan. Rasional berarti
telah melalui pertimbangan berbagai aspek, terutama aspek untung
rugi (Cost-Benefut Analysis). Sistematis berarti gerakan mahasiswa harus
disusun dengan rapi dan tertata baik dari pemikiran maupun aksi nyata.
Inilah konsep dasar gerakan mahasiswa sebagai gerakan intelektual.

c. Gerak mahasiswa adalah gerakan bersama


Tak dapat di pungkiri gerakan mahasiswa khususnya kota jayapura
mengalami fragmentasi yang interen. BEM yang didominasi oleh orang asli
papua, mahasiswa yang tergabung dalam barisan KNPB, mahasiswa yang
terkotak dan sibuk pada kelompok-kelompoknya sendiri yang akhirnya
melupakan agenda perjuangan bersama, munculnya mahasiswa oportunis
yang membela atas nama rakyat tetapi dengan imbalan yang diberikan
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan sehinnga, mahasiswa kehilangan
independensi dan intelektualitasnya.
Pada dasarnya perbedaan-perbedaan gerakan mahasiswa yang terjadi
terletak pada ideologinya. Tetapi jika kita melihat realitas yang terjadi,
walaupun berbeda ideologi namun tujuan sebagian besar gerakan
mahasiswa khususnya kota jayapura sama, yaitu memperjuangkan suatu
nilai. Nilai (Value) berarti suatu hal yang berharga, kualitas dan menjadi
objek kepentingan. Budaya juga merupakan nilai yang berharga untuk di
perjuangkan. Setiap kebebasan berekspresi harus diberi ruang, mau itu
barisan kiri, kanan, KNPB, merah putih, hijau hitam dan sebagainya harus
diberi ruang demokrasi selama orientasinya bukan kekerasan anarkis, tetapi
berjuang untuk sebuah nilai (Value). (Latifah Anum Siregar). dengan kata
lain manusia pada fitrahnya adalah bebas tetapi mempunyai batasan.
Gerakan-gerakan mahasiswa yang timbul dari hati nurani dimana melihat
ketidakadilan dan penindasan adalah gerakan pembebasan untuk menuju
kesatuan manusia (Unity of mankind) dan Persaudaraan yang universal
(Universal Brotherhood). (Ali Enginner,2009).

16
Harus ada wadah yang menampung para mahasiswa untuk melakukan
konsolidasi. Mulai dari forum-forum kecil hingga yang besar. Walaupun
mahasiswa, khususnya kota jayapura mempunyai landasan-landasan nilai
dan garis perjuangan yang berbeda entah itu berasal dari organisasi
kepemudaan atau organisasi lainnya, tetapi dengan adanya komunikasi yang
intens maka, mahasiswa akan mampu menarik benang-benang merah untuk
melakukan gerakan bersama. Bagaimana mungkin membangun gerakan
bersama kalau duduk bersama saja tidak pernah. Bukan hanya bertemu
dalam even-even yang bersifat formalistik tetapi, lebih pada pertemuan yang
cair walaupun suasananya tidak formal. Ini adalah langkah-langkah untuk
bagaimana mahasiswa atau pun yang tergabung dalam organisasi-organisasi
lainnya agar bisa menyatu dalam memproduksi isu kemudian disuarakan
bersama-sama (Sayyid Fhadal Al-Hamid).

d. Gerakan mahasiswa sebagai gerakan pengkaderan (Iron Stock)


Setiap perjuangan mahsiswa mempunyai zamannya masing-masing.
Problematika dan realitas yang terjadi tentu pula berbeda, karena kehidupan
ini bersifat dinamis seiring terus berjalannya waktu. Disinilah letak
pentingnya pengkaderan (Iron Stock). Proses regenerasi nantinya akan
menjamin agar tidak putusnya rantai-rantai dan terus berputarnya roda
perjuangan melawan ketidakadilan yang terjadi.
Suatu pergerakan pasti mempunyai seorang pemimpin. Meskipun
demikian kita boleh bangga bahwa pemimpin-pemimpin gerakan
mahasiswa sebelum kemerdekaan adalah pejuang dan sekaligus pemikir.
Tentu saja dengan beberapa kekecualian. Tapi Soekarno, Hatta, Sjahrir, Ali
Sastroamidjojo sewaktu mahasiswa adalah pejuang dan pemikir. seakarang,
bandingkanlah dengan pemimpin-pemimpin mahasiswa sekarang (Ahmad
Wahib, 2003).
Filosofi pemimpin adalah di Depan, pemimpin yang di depan,
memang tidak gampang. Yang berada di depan berarti bersiap untuk dinilai
oleh yang dibelakang. Tetapi pada saat yang sama, juga harus Pemimpin di

17
atas menggunakan hanya jari telunjukknya untuk menyatakan kerjakan,
sementara pemimpin yang di depan menggunakan seluruh jari tangannya
untuk menyatakan mari kita lakukan. Pemimpin di atas, menggunakan
seluruh jari tangannya untuk memukul, sementara yang di depan
menggunakan seluruh jari tangannya untuk mengajak. Pemimpin di atas
menggunakan tangannya untuk mematahkan, sementara pemimpin di depan
menggunakan tangannya untuk menyatukan. Pemimpin yang di atas,
menggunakan jempolnya untuk memuji sementara keempat jemari lainnya
terarah kepadanya, sementara pemimpin yang di depan menggunakan
kelima jarinya untuk menarik dan mendorong. Begitulah menjadi pedoman
bagi yang di belakang (Fotarisman Zaluchu, 2005). Pemimpin yang baik
tidak hanya dilihat seberapa besar prestasi yang diraihnya, namun pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang mampu mencetak kader-kader penerusnya
yang tidak kalah hebat dari dirinya. Inilah pemimpin sejati yaitu pemimpin
yang mampu melahirkan pemimpin lainnya sehingga proses regenerasi
dapat terus terjadi. Hidup terus berputar dan kehidupan terus berjalan.
Prinsip dasar pengkaderan yaitu, Yang tua membimbing yang muda
dan yang muda terus berkarya. Yang tua menanamkan nilai-nilai mulia dan
yang muda terus mengembangkan kebaikan yang sudah ada, memperbaiki
kesalahan yang tercipta, dan menciptakan inovasi-inovasi. Jika pergerakaan
mahasiswa memegang teguh prinsip dasar pengkaderan diatas, Insya Allah
pergerakan mahasiswa tidak akan kekurangan SDM (Sumber Daya
Manusia) yang berkualitas. Justru generasi yang dilahirkan adalah generasi
yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Karena pengkaderan dalam
pergerakan mahasiswa adalah kawah candradimuka negeri kita. Baik
pengkaderannya, baik pula negeri kita. Buruk pengkaderannya, semakin
terpuruk lah negeri kita.

e. Gerak mahasiswa adalah gerakan untuk pemberdayaan masyarakat


“ Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya
terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja

18
dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih
baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali “ (Tan Malaka,)
Pemberdayaan (Empowerment) memiliki arti lebih dalam
dibandingkan membantu (help). Membantu belum tentu memberdayakan
tetapi memberdayakan sudah pasti membantu. Secara etimologi, mahasiswa
berasal dari dua kata yaitu maha dan siswa dengan kata lain mahasiswa
adalah pelajar yang tertinggi. Dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda di
kampus, sudah sepatutnya mahasiswa melakukan inovasi-inovasi untuk
kemandirian masyarakat. Hal penting dalam memberdayakan masyarakat
adalah bagaimana membangun budaya positif dan etos kerja di masyarakat.
Budaya seperti pantang menyerah, kemandirian, dan kreativitas adalah
beberapa hal penting yang harus ditanamkan kepada masyarakat Papua.
Contoh kecil seperti memberikan keahlian pada masyarakat yang sama
sekali tidak mengenyam pendidikan formal atau berada pada daerah-daerah
yang tertinggal. Karna sejatinya mahasiswa dicetak untuk mengabdi dan
merubah tatanan masyarakat menjadi lebih baik. pembangunan Papua
adalah pembangunan manusia Papua, pembangunan masyarakat yang
berkualitas dan bermartabat. Dengan injeksi stimulus inilah masyarakat
Papua dapat berdiri sendiri dan berkarya untuk menghidupi kehidupannya
atau pun keluarganya.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melihat pembahasan dalam makalah ini, penulis bisa menarik
benang merah apa akar penyebab, sehingga mahasiswa cenderung
kehilangan vitalitas perjuangan :
Mahasiswa papua, khusunya mahasiswa kota Jayapura cenderung
kehilangan vitalitas perjuangan di sebabkan oleh pergeseran nilai dalam
individu mahasiswa. Ini didasari oleh kemajuan teknologi yang
mendangkalkan moral, etika dan semakin memanjakan mahasiswa.
Mahasiswa cenderung untuk bersikap pragmatis, apatis dan hedonis
akibatnya, mahasiswa melupakan agenda perjuangan. Selain itu, perbedaan
ideologi juga membuat para mahasiswa terfragmentasi sehingga muncul
mahasiswa barisan kiri, pro Knpb, Bem yang didominasi orang asli papua,
mahasiswa oportunis, dan mahasiswa yang dilandasi dengan sentimentasi.
Gerakan mahasiswa diwarnai oleh sindrom arogansi kelembagaan.
Eksklusif, cenderung merasa mampu, hebat, berideologis, tapi tidak mau
membaur dan beraliansi untuk bersatu bersama masyarakat.
Kondisi ini diperburuk dengan kebijakan pihak lembaga atau
kampus yang menutup ruang gerak mahsiswa. Pemandulan daya kritis
mahasiswa dilakukan dengan sistematis dan terstruktur. Pihak lembaga
kampus menuntut untuk fokus dengan urusan perkuliahan. Birokrasi
kampus mengambil langkah-langkah untuk menstrukturkan mahasiswa.
Kuliah jam sekian, lab jam sekian, praktek lapangan hari sekian, mid
semester dan final semester bulan sekian, dan lulus dengan cepat. Praktis
tidak ada lagi aktivitas-aktivitas kelembagaan. Sudut-sudut kampus,
koridor-koridor kampus sepi, mati, tak bernuansa pergerakan.
Untuk itu harus ada reorientasi bagi para mahasiswa. Langkah
pertama adalah dengan mengetahui peran dan fungsi mereka dalam suatu
bangsa khusunya di tanah papua.

20
Mahasiswa sering disebut sebagai gerakan moral (Moral Movement),
sebuah istilah yang mengagumkan, karna berbicara moral berarti berbicara
tentang hati nurani yang selalu merefleksikan kebenaran-kebenaran
universal. Inilah sebuah injeksi stimulus yang bersifat kontinyu bagi
pergerakan mahasiswa. Kekuatan ini (Moral Force) merupakan kekuatan
abadi yang tidak akan pernah mati selama masih ada manusia yang jujur
dengan nuraninya. Mahasiswa juga adalah golongan intelektual atau
pemikir yang tercerahkan, mahasiswa diajarkan untuk berpikir secara
logis, rasional, dan sistematis. Logis berarti berdasarkan pertimbangan
sebab-akibat yang benar alias tidak keliru dalam berpikir dan mengambil
kesimpulan. Rasional berarti telah melalui pertimbangan berbagai aspek,
terutama aspek untung rugi (Cost-Benefut Analysis). Sistematis berarti
gerakan mahasiswa harus disusun dengan rapi dan tertata baik dari
pemikiran maupun aksi nyata. Inilah konsep dasar gerakan mahasiswa
sebagai gerakan intelektual. berani untuk ,menyuarakan sebuah kebenaran,
walaupun ada indikasi pihak lembaga kampus menutup pergerakan
mahasiswa, harus tetap menyuarakan kebenaran, karna jika tidak kita
memperpanjang barisan perbudakan dan pembodohan. Untuk terus
mempertahankan eksistensi mahasiswa maka harus ada sebuah regenerasi
pengkaderan mahasiswa agar pergerakan melawan ketidakadilan akan
terus menyala disetiap individu mahasiswa.

B. Saran
Dengan melihat kondisi mahasiswa sekarang khusunya kota
jayapura, penulis menyarankan agar setiap pergerakan mahasiswa harus
dilandasi dengan nilai-nilai idealis yang cenderung berorientasi pada
kebenaran dan keadilan. Selain itu, komunikasi dan konsolidasi yang
intens harus terus dilakukan. Bagaimana mungkin mahasiswa
menyuarakan isu bersama jika duduk bersama saja sulit dilakukan.
Dimulai dengan pertemuan-pertemuan kecil untuk menarik benang merah,
sampai pada akhirnya menjadi kekuatan yang sangat besar seperti halnya

21
peristiwa pergerakan mahasiswa saat reformasi 1998. Dengan inilah
orientasi mahasiswa yang disebut Agen perubahan (Agent of change),
Pasukan moral (Moral force), atau pun individu yang tidak akan pernah
habis (Iron stock) menjadi jelas. Inteletualitas mutlak adalah tameng baja
untuk mereduksi budaya pragmatisme, hedonisme, dan apatisme.
Yakinkan dengan niat sampaikan dengan usaha, Insya Allah perjuangan
utnuk pembebasan tidak akan sia-sia karna tidak ada proses yang
menghianati hasil. Sebuah langkah yang dibuat untuk mencapai ILMU,
IMAN DAN AMAL.

“Tempatkanlah seorang pemuda mahasiswa ditengah barisan terdepan


massa yang sedang memberontak, engkau takkan pernah tahu kekuatan
apa yang ada dalam diri mereka, daya pesona apa yang memancar dari
diri mereka. Mereka bagaikan rasul-rasul yang membawa agama baru
Sebab mereka mahasiswa hidup dalam pergerakan,tumbuh berkembang
dalam gelora semangat dan keyakinan Maka tasbihkanlah tentang nilai-
nilai kebenaran keadilan dan cinta kasih” (Marcello monsini)

“Berikan aku seribu orang tua maka akan kucabut gunung semeru dari
akarnya, berikan aku sepuluh pemuda maka akan kuguncang dunia”
(Ir. Soekarno)

22
DAFTAR PUSTAKA

Syariati, Ali.1994. Ideologi Kaum Intelektual.Mizan.: Jakarta

Engineer, Asghar Ali.2009. Islam dan Teologi Pembebasan.pustaka pelajar:


Yogyakarta

Satria, Hariqo Wibawa.2010. Lafran Pane “Jejak Hayat dan Pemikirannya”.


Penerbit lingkar : Jakarta

Takwin, Bagus.2003. Akar-Akar Ideologi “ Pengantar Kajian konsep Ideologi


Dari Plato hingga Bourdieu”.Jalasutra. : Yogyakarta

Zaluchu, Fotarisman.2005. Menjadi Manusia Pemimpin.Yayasan Gloria. :


Yogyakarta.

Wahib, Ahmad.2012. Pergolakan Pemikiran Islam.Democracy Project. : Jakarta

Mahardika Timur. 2000. Gerakan Massa, Mengupayakan Demokrasi dan Keadilan


Secara Damai. Yogyakarta : Lepara Pustaka.

Cahyono, Imam.2003. Melacak “Akar” Ideologi Gerakan Mahasiswa Islam


Indonesia.Jurnal Pemikiran Islam Vol.1, No.3

Henny, Enda.2011. etika, moral, norma dan nilai. (online).


http://m.kompasiana.com/endahenny/Etika-moral-norma-dan-
nilai_54f33f897455137d2b6c6d5f ( Di akses pada tanggal 05 januari 2017)

Pamela,Yonna.2003.apa.itu,mahasiswa.(online)
http://m.kompasiana.com/yonnapamela/apa-itu
mahasiswa_552b6ed96ea834d4498b45b0(Di akses pada tanggal 06 januari
2017)

Habibi. 2015. mahasiswa dan pengaruh media(online)


http//m.kompasiana.com/habibiberbagi/mahasiswa-dan-pengaruh-
media_54f97500a33311d5668b463d (Di akses pada 06 januari 2017)

Latifah Anum Siregar, Ketua umum perempuan pertama HMI Cabang Jayapura
periode 1992, Direktur Sekretaris AIDP (Aliansi demokrasi untuk Papua),
Di kantor pengadilan agama, jayapura, 24 November 2016, jam 12:19 WIT

Sayyid Fadhal Alhamid.Anggota Presidium Dewan Adat Papua, Di Gedung Diklat


Sosial, Jayapura, 26 November 2016, jam 19:34 WIT

23
Nelius Wenda.Ketua Bem Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura, Di
lingkungan kampus Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura, Jayapura, 7
desember 2016, jam 11:40 WIT

Donny Donatus Gobay.Ketua Bem Universitas Cendrawasih, Jayapura, 7 desember


2016, jam 16:40 WIT

24
LAMPIRAN

A. Ketua Bem

a. Wawancara Donny Donatus Gobai (Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa


Universitas Cendrawaih)
Apa sejatinya yang disebut mahasiswa?
Donny : Mahasiswa adalah kelompok manusia atau pemuda yang
mempunyai ciri utama yaitu bersekolah di perguruan tinggi, dimana mereka
dituntut untuk mandiri baik dalam perkuliahan, dalam bersosialisasi
terhadap masyarakat dan memegang amanah dari masyarakat.
Bagaimana pandangan kakak terhadap mahasiswa yang tipologinya hedonis,
apatis dan pragmatis?
Donny : iya, mungkin pertama kita harus melihat perkembangan teknologi
yang sudah semakin maju, banyak memanjakan kita semua. Ini juga salah
satu penyebab kenapa mahasiswa bersikap hedon dan laiinya.
Saya melihat sebagian besar Bem di kota Jayapura di dominasi oleh orang asli
papua, bagaimana kakak punya pandangan?
Donny : ya, kebanyakan bem sekarang didominasi oleh orang asli papua,
ini disebabkan oleh isu yang berkembang terkait dengan masalah kekinian
di papua seperti masalah HAM dan lainnya sehingga bem kebanyakan di isi
oleh orang asli papua.
Apakah ada indikator pihak lembaga kampus menutup pergerakan mahasiswa?
Donny : kalau di kampus negeri saya rasa mereka menjalankan fungsinya
sesuai dengan prosedur, tetapi ada pihak-pihak yang memang
mempersempit ruang gerak mahasiswa seperti melarang untuk
berorganisasi.
Bagaimana pandangan kakak melihat mahasiswa barisan kiri atau yang pro
pada knpb?
Donny : saya pikir ini muncul dari akar rumput masyarakat, yang dimana
kita melihat ada persoalan-persoalan yang belum terselesikan.

25
Bagaimana dinamika perkembangan saat ini di kampus universitas cendrawsih?
Donny : saya pikir uncen adalah kampus tertua dan ternama di papua
sehingga sering dibenturkan dengan isu-isu jadi dinamika selalu ada. Tapi
perkembangan yang terjadi kami selalu berbenah untuk menjadi yang lebih
baik
apa yang sudah dilakukan bem uncen untuk menghadapi permasalahan internal
maupun eksternal kampus?
Donny : dalam permasalahan internal, kami mahasiswa biasa menempuh
musyawarah dengan pimpinan kampus. Kalau permasalahan eksternal,
kami melakukan konsolidasi kemudian dibijaki bersama apakah kita turun
aksi atau hal lainnya.
Pernahkan bem uncen membuka ruang komunikasi dengan pihak bem lain?
Kalau ada, seberapa efektif kegiatan tersebut?
Donny : untuk komunikasi dengan pihak bem lain saya pikir lancar.
Contohnya awal tahun kemarin kami membuat temu bem setanah papua
Apa hal yang bisa membuat mahasiswa bisa bersatu untuk menyuarakan isu
bersama?
Donny : mungkin perlu adanya kesadaran dari mahasiswa sendiri.
Seharusnya kita sebagai aktivis yang mungkin tergabung dalam organisasi
lain harus jadi panutan dan memberi pengaruh yang baik bagi mahasiswa
lainnya. Dan mungkin perlu adanya ruang komunikasi yang intensif untuk
mendiskusikan isu yang ada.

b. Wawancara Nelius Wenda ((Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa


Universitas Sains Dan Teknologi Jaypura)
Apa sejatinya yang disebut mahasiswa?
Nelius : kita mahasiswa tentu berbeda dengan pada saat SMA mulai dari
pribadi, karakter, dan lebih untuk bertanggung jawab baik pada diri sendiri
maupun pada masyarakat.
Bagaimana pandangan kakak terhadap mahasiswa yang tipologinya hedonis,
apatis dan pragmatis?

26
Nelius : kalau masalah ini saya pikir mengarah pada indvidualistis. Dan
masalah ini sangat jelas sekali sekarang. dimana mahasiswa tidak berpikir
luas tapi sempit sehingga tidak mau bersosialisasi dengan mahasiswa
lainnya atau pun masyarakat. Dampak lainnya kita bisa lihat mahasiswa
yang tergabung dalam politik praktis karna diimingi oleh jabatan dan
lainnya.
Apakah ada indikator pihak lembaga kampus menutup pergerakan mahasiswa?
Nelius : iya, banyak sekali item-item yang dilakukan untuk menutup
pergerakan mahasiswa. Entah itu dengan nilai mata kuliah, droput dari
kampus kemudain ancaman lainnya.
Saya melihat sebagian besar Bem di kota Jayapura di dominasi oleh orang asli
papua, bagaimana kakak punya pandangan?
Nelius : memang, kalau kita melihat yang terjadi sekarang bem kebanyakan
di dominasi oleh orang asli tetapi dalam bem sendiri, kurangnya sistem
pengkaderan dan pemahaman mengenai dunia kemahasiswaan menjadi
sebuah permasalahan. Seperti pelatihan, pembinaan, teori kepemimpinan
dan hal lainnya.
Bagaimana pandangan kakak melihat mahasiswa barisan kiri atau yang pro
pada knpb?
Nelius : kalau saya melihat, ini terjadi akibat doktrin yang dilakukan dengan
melihat permasalahan yang ada di Papua. Itu yang langsung tanpa pikir
panjang ikut knpb tanpa sebuah pemahaman terlebih dahulu.
Bagaimana dinamika perkembangan saat ini di kampus Ustj?

Nelius : salah satu kendala yang dihadapi mahasiswa ustj sekarang adalah
kurangnya perhatian pihak lembaga. Dalam hal ini rektor, fakultas, dan
prodi yang tidak mendukung untuk mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi,
makanya hanpir seluruh mahasiswa ustj hanya mengejar nilai mata kuliah
agar lulus cepat. Mereka tidak menyadari bahwa banyak proses yang harus
mereka lewati sebagai mahasiswa. Kecenderungan mereka lebih pada

27
pragmatis. Ini adalah pola pikir yang terbangun di kampus ustj. Organisasi
internal kampus juga hanya sebagai formalitas tidak ada pembinaan.
apa yang sudah dilakukan bem uncen untuk menghadapi permasalahan internal
maupun eksternal kampus?
Nelius : saya pernah konsolidasi dengan teman-teman pengurus bem untuk
berdiskusi dengan pihak lembaga tetapi pengurus bem masih kurang
kompak terkait hal ini.
Apa hal yang bisa atau harus dilakukan untuk membuat mahasiswa bisa bersatu
untuk menyuarakan isu bersama?
Nelius : saya rasa konsolidasi yang terus dilakukan para mahasiswa. Karna,
banyak sekali permasalahan yang ada di Papua harus diselesaikan.

B. Akademisi

a. Wawancara Caca Latifah Anum Siregar (Ketua umum perempuan


pertama HMI Cabang Jayapura periode 1992, Direktur Sekretaris AIDP
“Aliansi demokrasi untuk Papua” )

Apa sejatinya yang disebut mahasiswa?


Ca Anum : Mahasiswa itu adalah Agen perubahan, jadi selalu berinovasi
atau melakukan perubahan untuk hal-hal yang hanif.
Bagaimana pandangan Caca terhadap mahasiswa yang tipologinya hedonis,
apatis dan pragmatis?
Ca Anum : nah, ini adalah penyakit hari ini. Mahasiswa tidak mampu untuk
melihat persoalan-persoalan disekitarnya. Ini juga dikarenakan mahasiswa
disibukkan dengan urusan akademis di kampus. Kemudian teknologi juga
menjadi faktor. Mahasiswa sekarang tidak suka membaca buku sehinnga
tidak dapat memetakan persoalan. Ototomatis pragmatis adalah gaya
hidupnya.
Apakah ada indikator pihak lembaga kampus menutup pergerakan mahasiswa?

28
Ca Anum : yah jelas, ada sebuah indikasi. Kampus sekarang mudah
diintervensi pihak luar baik dari pihak keamanan, kemudian kerjasama
dengan lembaga lain. Sehinnga kehilangan indenpendensi. Kemudian
dosen-dosen yang menjadi staf pimpinan lembaga, juga menjadi faktor yang
mempengaruhi mahasiswa itu sendiri.
Saya melihat sebagian besar Bem di kota Jayapura di dominasi oleh orang asli
papua, bagaimana Caca punya pandangan?
Ca Anum : di dalam kampus saya memandang adanya kompetisi yang
sehat, jika didominasi oleh orang asli papua karna kompetisi yang sehat
tidak masalah.
Bagaimana pandangan Caca melihat mahasiswa barisan kiri atau yang pro pada
knpb?
Ca Anum : ya, setiap kebebasan harus diberikan ruang. Mau ikut knp, hijau
jitam, merah putih itu kebebsan manusia. Mau ikut kiri atau kanan tidak
masalah, selama itu tidak bertujuan anarkis. Karna setiap orientasi
organisasi adalah sebuah nilai.
Bagaimana dinamika perkembangan saat ini di kampus Khususnya kota
Jayapura?
Ca Anum : kalau saya melihat kampus sekarang mati. Tidak ada puncak
yang bisa dibanggakan sebagai gerakan mahasiswa.
Apa hal yang bisa atau harus dilakukan untuk membuat mahasiswa bisa bersatu
untuk menyuarakan isu bersama?
Ca Anum : sebenarnya, mahasiswa hiudp pada label masing-masing. Kita
tidak bisa mendiskusikan mana yang harus dijuangkan. Ruang-ruang
komunikasi yang signifikan pada mahasiswa hampir tidak ada. Jadi harus
ada sebuah komunikasi yang dilakukan untuk duduk bersama
mendiskusikan isu-isu yang berkembang.

b. Wawancara Abang Sayyid Fadhal Alhamid (Anggota Presidium Dewan


Adat Papua)

29
Apa sejatinya yang disebut mahasiswa?
Bang Fadhal : Mahasiswa itu adalah Agen perubahan bagaiman dengan itu
mengubah tatanan masyarakat tetntu dengan independensinya.
Bagaimana pandangan Abang terhadap mahasiswa yang tipologinya hedonis,
apatis dan pragmatis?
Bang Fadhal : Iya, saya pikir dunia ini sudah dilanda dengan perubahan
yang ditandai dengan penyebaran komunikasi yang semakin canggih
sehingga terjadi perubahan nilai pada mahasiswa. Jika mahasiswa
sebelumnnya tidak mempunyai landasan nilai yang kuat akan berdampak
pada perubahan perilaku. Pada akhirnya mahasiswa cenderung untuk hedon,
apatis, pregmatis dan lain-lain. Jika kita melihat internet sekarang, ada
belanja on line, gaya hidup, budaya dan tren sekarang ini yang menerpa para
mahasiswa sehingga terjadi sebuah pergeseran nilai.
Bagaimana pandangan Abang melihat mahasiswa barisan kiri atau yang pro
pada knpb?
Bang Fadhal : saya pikir tidak masalah, artinya pada level itu mahasiswa
bebas untuk menentukan pilihan nilai yang dianut. Knpb sendiri juga punya
nilai yang diusahakan atau menjadi agenda mereka. Kalau dilihat sekarang,
gerakan mahasiswa didominasi oleh knpb. Ini dikarenakan tidak ada
gerakan lain yang bisa menyeimbangi knpb. Sehingga titik fokus mahasiswa
tertuju pada knpb.
Saya melihat sebagian besar Bem di kota Jayapura di dominasi oleh orang asli
papua, bagaimana abang punya pandangan?
Bang Fadhal : saya pikir teman-taman asli papua solid. Tapi juga mungkin
teman-teman yang lain mempunyai kesadaran baru untuk menunjukan
eksistensi mereka sehingga menduduki posisi di kampus. Artinya dominasi
yang dilakukan karna mereka memberi peran akibat kesadaran baru mereka.
Apakah ada indikator pihak lembaga kampus menutup pergerakan mahasiswa?
Bang Fadhal : mungkin ada sebuah indikator tetapi justru mahasiswa yang
harus sadar akan hal itu. Contohnya saat zaman orde baru pemerintahan
Soeharto sangat represif dalam menangani suatu pergerakan tetapi ada saja

30
pergerakan mahasiswa yang dilakukan. Dengan kata lain, mahasiswa lah
yang tidak harus menutup pergerakannya sendiri karna semua bermuara
padanya.
Apa hal yang bisa atau harus dilakukan untuk membuat mahasiswa bisa bersatu
untuk menyuarakan isu bersama?
Bang Fadhal : harus ada komunikasi yang intens untuk para mahasiswa.
Perjumpaan harus sering dilakukan untuk menemukan isu-isu bersama
karna dengan itu mahasiswa bisa menyatu. Tentu juga mahasiswa yang
tergabung dalam organisasi-organisasi lainnya berpengaruh pada
mahasiswa. Karna mahasiswa mempunyai nilai perjuangan yang berbeda-
beda. Tetapi dalam gerakan bersama mau tidak mau mahasiswa harus
bersatu untuk menyuarakan isu bersama karna nanti ada sebuah benang
merah yang dapat ditarik. Mulai dari pertemuan-pertemuan kecil yang
tidak bersifat formalistik kemudian berkembang menjadi suatu pergerakan
yang besar.

31
32

Anda mungkin juga menyukai