Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wacana tentang gerakan mahasiswa selalu menarik di berbagai negara. Sejarah gerakan
mahasiswa di Indonesia juga tidak banyak berbeda dengan sejarah gerakan mahasiswa pada
umumnya di belahan dunia manapun. Geliatnya linier dengan timbulnya rasa ketidakadilan,
ketimpangan sosial, dan penindasan terhadap rakyat oleh kekuasaan. Upaya depolitisasi yang
dilakukan oleh penguasa, serta hegemoni kelompok kepentingan dalam konstelasi politik nasional,
senantiasa menjadi agenda penting dalam gerakan mahasiswa diberbagai negara di belahan dunia.
Di sisi lain, gerakan mahsiswa merupakan anak kandung dari perubahan yang terjadi pada
budaya masyarakat. Sehingga ide, semangat, pola, dan implikasi gerakan disetiap masa, tidak lepas
dari kecenderungan budaya yang berkembang dalam masyarakat. Dalam konteks itulah, boleh jadi
munculnya distorsi dalam perilaku “tokoh-tokoh” gerakan mahasiswa belakangan ini, merupakan
miniature dari domiannya budaya “pragmatic dan fragmentasi” warisan orde baru dalam budaya
masyarakat kita. Sebelum distorsi ini meluas, dan gerakan mahasiswa terperosok dalam “kecelakaan
sejarah” yang kian parah, da baiknya saat ini, semua elemen yang merasa bertanggung jawab
kepada tegaknya semangat “kepeloporan dan kebenaran” pada kelompok muda ikut memikirkan,
dan memberi konstribusi untuk menemukan kembali format gerakan dan pola kepemimpinan
mahasiswa. Sehingga esnsi dan eksistensi perjuangnya tetap terjaga dari maksud pihak kepentingan
yang akan menuggangi idealism dan kejujuran gerakan mahasiswa. Pembuktian sejarah gerakan
mahsiswa di Indonesia sesuai dengan konteks zamannya, haruslah memberikan kesimpulan pada
gerakan tersebut, dalam orientasi dan tindakan politiknya, benar-benar mengarah dan bersandar
pada problem-problem dan kebutuhan structural rakyat Indonesia.
Nilai lebih organisasi dalam gerakan mahasiswa hanyalah bermakna bahwa di dalam
organisasi, mahasiswa ditempa dan dipenuhi syarat-syarat berikut: Pemahaman terhadap
masyarakat dan personal-soalannya; Keberpihakan pada rakyat; serta Kecakapan dalam mengolah
massa. Ketiga syarat tersebut mencerminkan tujuan dan Orientasi gerakan mahasiswa; Metodologi
gerakan mahasiswa; Strukturalisasi sumber daya manusia, logistic, keungan gerakan mahasiwa; dan
Program-program gerakan mahasiswa yang bermakan strategis-taktis.
Mahasiswa hendaknya mengkaji secara seksama perubahan-perubahan yang telah, sedang
dan akan terjadi. Bukan hanya dengan slogan tetapi benar-benar dengan data dan ukuran yang
jelas, kalau perlu dengan angka-angka. Dengan demikian gerakan mahasiswa tidak berhenti dan
mengulang-ngulang. Peran dan gerakan mahasiswa harus pula tidak hanya diartikan dalam skala
demonstrasi dan keterlibatan lainnya, melainkan juga produk-produk intelektual yang harus ditindak
lanjuti perubahannya. Produk intelektual mahasiswa itu harus didesakkan dan diperjuangkan
sehingga menjadi produk kebijakan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antropologi kampus?

2. Apa saja macam-macam tipologi mahasiswa?

3. Apakah yang dimaksud dengan analisa dinamika kampus?

4. Bagaimana peran mahasiswa dalam segala aspek sosial dan pendidikan?

5. Bagaimana pentingnya organisasi dalam dunia mahasiswa?

6. Apa yang dimaksud dengan politik kampus miniatur latihan?

7. Bagaimana peran PMII dalam dunia kampus?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari antropologi kampus

2. Untuk mengetahui macam-macam tipologi mahasiswa

3. Untuk mempelajari tentang analisa dinamika kampus

4. Untuk mempelajari peran mahasiswa dalam segala aspek, baik aspek sosial maupun pendidikan

5. Untuk mengetahui pentingnya suatu organisasi dalam dunia kampus

6. Untuk mengetahui tentang politik kampus miniatur latihan

7. Untuk mempelajari peran PMII dalam dunia kampus

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANTROPOLOGI KAMPUS

Kampus, berasal dari bahasa Latin campus yang berarti "lapangan luas", "tegal". Dalam
pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan
kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi. Bisa pula berarti sebuah cabang
daripada universitas sendiri. Kampus boleh dikatakan miniatur negara. Di dalamnya ada politik dan
budaya yang bermacam-macam. Kampus tidak dapat difahami hanya sebagai gelanggang akademis
dan ilmu pengetahuan, karena nyatanya memang tidak demikian. Kampus terlibat dalam proyek dan
pembangunan melalui pemberian legitimasi ‘ilmiah’. Kampus juga merupakan tempat belajar-
mengajar berlangsungnya misi dan fungsi perguruan tinggi. Dalam rangka menjaga kelancaran
fungsi-fungsi tersebut, Upaya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan tugas Tri
Dharma Perguruan Tinggi, memerlukan penyatuan waktu kegiatan beserta ketentuan-ketentuan di
dalam kampus.
Sementara mahasiswa memiliki tipologi yang beragam, dari mahasiswa religius, hedonis,
aktivis, study-oriented dan lain sebagainya. Sebagai sebuah gelanggang semi terbuka, kampus
merupakan tempat potensial bagi kader PMII untuk mengasah mental dan pengalaman
kepemimpinan melalui pengenalan mendalam terhadap kehidupan nyata kampus.

Kata dasar Antropologi berasal dari yunani yaitu: anthros yang berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Sederhananya, Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia. Para
ahli antropologi mendefisinikan antropologi sebagai berikut:
1. William A.Haviland (seorang Antropolog Amerika) Antropologi adalah studi tentang umat manusia,
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2. David Hunter. Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang
umat manusia.
3. Koentjaraningrat (Bapak Antropolog Indonesia) Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
Antropologi kampus pada dasarnya berusaha menjelaskan bagaimana kehidupan (manusia)
dalam lingkungan kampus, khususnya mahasiswa sebagai pemeran utama. Antropologi secara

3
umum membahas tiga hal yakni yang pertama tentang sebuah adat istiadat atau tatanan budaya
yang menjadi panutan dan tradisi turun temurun dalam sebuah wilayah tertentu. Kedua dalam
antropologi membahas mengenai susunan masyarakat, yang dimaksud disini adalah bahwa dalam
setiap roda kehidupan yang berputar di sebuah wilayah tertentu terdapat sebuah susunan
masyarakat tertentu pula. Dalam bermasyarakat terdapat dua pilihan yang meski kita pilih salah satu,
yakni bahwa kita mau mewarnai atau kita yang diwarnai.
Yang terakhir dalam pembahasan tentang antropologi adalah tipe fisik atau ciri-ciri fisik dari
masyarakat tertentu yang menjadi karakteristik sebuah wilayah tertentu. Jadi Antropologi Kampus
membahas tentang adat istiadat, susunan masyarakat dan ciri fisik dari sebuah kampus. Selain tiga
hal yang dipaparkan diatas ada dua macam model yang harus diketahui untuk mempelajari
antropologi kampus yakni Model of Reality atau dalam bahasa sederhana yakni memberikan warna
budaya atau kenyataan dan Model for Reality yakni memahami warna budaya. Budaya adalah
simbol dan tidak mungkin terjadi dari kebiasaan. Antropologi kampus dalam bahasa akademik yakni
antropologi pendidikan, yang melahirkan sebuah istilah Scientific prinsip. Berbicara mengenai
Scientific prinsip, terdapat 3 hal yang dibahas dalam prinsip ini yakni kehidupan, perpaduan tradisi
kehidupan dan tawaran hidup baru.

B. TIPOLOGI MAHASISWA

1. Mahasiswa Pemimpin
Tipikal mahasiswa seperti ini selalu terlihat mencolok dan aktif dibandingkan mahasiswa lainnya.
Hidupnya di perkuliahan sangat bervariatif –diisi dengan berbagai kegiatan, dan ia tidak hanya
belajar dari kuliah semata, namun juga belajar dari lingkungan. Ia akan aktif di organisasi, baik intra
maupun ektra kampus. Biasanya –tapi tidak mengikat- tipe mahasiswa seperti ini tidak memiliki
keinginan yang besar untuk lulus terlalu cepat, karena ia mencari pengalaman sebanyak-banyaknya
untuk menjadi pemimpin di masa depan. Cita-citanya, biasanya ingin menjadi pemimpin perusahaan,
lurah, bupati, DPR, menteri, bahkan presiden.
2. Mahasiswa Pemikir
Tipikal mahasiswa jenis ini selalu berpikir dan terus berpikir. Hobinya membaca buku, diskusi dan
menulis. Terkadang orang jenis ini –karena terus belajar- tanpa menghiraukan sekitarnya, agar bisa
mendapatkan jawaban atas apa yang dipikirkannya. Biasanya tipe mahasiswa seperti ini jika telah
lulus ingin jadi ilmuwan, peneliti, dosen atau akademisi.
3. Mahasiswa Akademik
Tipikal mahasiswa jenis ini selalu rajin masuk kuliah dan melaksanakan tugas-tugas akademik.
Mahasiswa jenis ini tidak mau tahu dengan apa yang terjadi di kampus. Pokoknya yang penting
mendapatkan nilai IPK bagus,cepat lulus, dan cepat dapat kerja
4. Mahasiswa Hedonis
Tipe mahasiswa seperti ini tiada banyak berpikir, tidak mau aktif di organisasi. Ia selalu menjalani
kehidupan dengan hedonis, glamour, dan happy-happy. Kalau ke kampus sering memakai pakaian

4
yang norak, memakai mobil atau motor sport, dan nongkorong di mall, kafe, dan tempat hiburan
lainnya.
5. Mahasiswa Agamis
Tipikal mahasiswa seperti ini kemana-mana selalu membawa al-Qur’an, berpakaian ala orang Arab,
tampil (sok) islami, menjaga jarak terhadap lain jenis yang tidak muhrim.
6. Mahasiswa Kupu-kupu
Tipikal mahasiswa seperti ini kesibukanya hanya kupu-kupu, yaitu kuliah terus pulang. Kalau tiba jam
kuliah ya berangkat kuliah, kalau selesai atau jam kosong ya pulang.
7. Mahasiswa Santai Semaunya Sendiri
Tipe mahasiswa seperti ini tiada banyak berpikir, selalu menjalani kehidupan apa adanya. Enjoy aja!
Biasanya tipikal mahasiswa seperti ini aktif di bidang seni dan olahraga. Dia tidak terlalu memikirkan
kuliah, karena yang penting dalam hidupnya adalah santai. Biasanya mahasiswa seperti ini lama
sekali lulusnya atau yang sering disebut Mahasiswa Abadi, karena nilainya juga santai.
8. Mahasiswa Mencari Cinta
Tipikal mahasiswa seperti ini tiada terlalu memikirkan kuliah, tetapi yang dipikirkannya adalah CINTA.
Yang penting baginya adalah mendapatkan pacar yang setia. Lulus kuliah cepet-cepet menikah.
9. Mahasiswa Jomblo Unsold
Tipe mahasiswa seperti ini terkadang dianggap terlalu menyedihkan, karena tiada laku-laku (unsold).
Tapi terkadang mahasiswa memilih jomblo bukan karena tidak laku, tetapi karena ia memang tidak
ingin berpacaran demi meraih cita-citanya di masa depan.

10. Mahasiswa Usil


Tipikal mahasiswa seperti ini sangat senang apabila orang lain menderita. Contohnya ketika masuk
kampus ia selalu mengusili temannya yang mana itu dapat membuat temannya merasa geregetan
atau emosi
11. Mahasiswa Tak Jelas
Tipikal mahasiswa seperti ini tak bisa dikategorikan, karena terkadang ia seperti pemimpin,
terkadang seniman, terkadang pemikir, terkadang santai, terkadang pecinta, terkadang usil, dll.
Terkadang aktif keliatan terus, terkadang lenyap hilang entah ke mana.
12. Mahasiswa Anak Mami
Tipikal mahasiswa seperti ini selalu pulang di akhir pekan, takut kalau mamanya marah. Ia kuliah
demi menyenangkan hati maminya. Kebanyakan tipikal seperti ini tidak menikmati perkuliahannya,
karena jurusan perkuliahannya itu pilihan dari sang ibunda, bukan dari kehendak hatinya.
Kebanyakan tipe kuliah seperti ini putus di tengah jalan, tetapi semoga kamu tidak!

5
13. Mahasiswa Apa Mahasiswi
Sudah jelas sekali bahwa tipikal mahasiswa seperti ini memiliki dua kepribadian, yang pertama
wanita yang kedua pria. Orang-orang biasa menyebutnya banci, tidak punya karakter yang jelas.
14. Mahasiswa Gadungan
Tipe ini sebenarnya bukan mahasiswa, tetapi karena ingin terlihat seperti mahasiswa, maka ia sering
nongkrong-nongkrong di kampus orang. Biasanya ia punya tujuan tertentu, seperti mencari seorang
cewek idaman atau mau memasang bom di kampus orang.
15. Mahasiswa Monitor
Mahasiswa seperti ini selalu berhadapan dengan komputer, sampai-sampai mukanya sudah
berevolusi seperti monitor. Matanya sudah sebesar mouse, dan rambutnya sudah tak terurus seperti
kabel USB atau RJ-45. Biasanya tipikal mahasiswa seperti ini hobi chatting dan mendapatkan
kebutuhannya dari internet. Tetapi mahasiswa seperti ini bagus juga, karena ia tak bakal ketinggalan
zaman deh.
16. Mahasiswa Abadi
Jelas, mahasiswa jenis ini paling betah di kampus, yang di kuliahnya di atas semester 10 tapi masih
santai-santai dan belum mikir lulus

C. Analisa Dinamika Kampus


Dalam dunia kampus terdapat sebuah adat, susunan masyarakat dan ciri fisik. Dinamika
kehidupan kampus yang harus kita ketahui yakni adanya birokrasi, pendidikan formal dan teknisi,
ketiganya bisa kita katakan scientific prinsip. Dari ketiga hal tersebut Lalu kita bedah dengan model
of Reality yang menghasilkan istilah adaptasi dan model for reality yang menghasilkan tawaran hidup
baru. Hal yang perlu kita ketahui bahwa dalam dinamika kehidupan di kampus yang tidak stagnan
dan terkadang menimbulkan sebuah paradoksal, maka kita harus mengetahui peran dan posisi kita
di kampus. Ada sebuah ilmu yang harus kita pelajari juga mengenai analisis diri kita dan orang lain
sebelum kita menganalisis kampus yakni Etnopsikologi. Dengan pendekatan Etnopsikologi kita bisa
menganalisis kepribadian diri kita sendiri, lalu kita analisis peran kita berada dimana, dan yang
terakhir kita harus memahami psikologi diri sendiri dan orang lain. Setelah kita bisa memahami diri
kita sendiri dan orang lain kita bisa memahami cara berkomunikasi dengan mereka dan setelah itu
kita bisa menganalisis kampus.

D. Peran Mahasiswa
Banyak tugas yang diemban mahasiswa sebagai orang yang dianggap mampu dalam segala
hal, maka menjadi kewajiban setiap insan kampus untuk selalu mendengar, berpikir, dan bergerak.
Mendengar segala keluhan yang terjadi di sekitarnya, berpikir untuk melakukan yang bermanfaat
bagi dirinya dan orang yang berada di sekitarnya, serta bergerak melakukan yang telah
direncanakan.

6
Perjalanan panjang bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran mahasiswa. Mahasiswa
sebagai kaum intelektual pemikir, memilki beberapa peran, antara lain Agen perubahan, Peran
akademik, Peran moral, Peran social dan Peran politik. Ada sisi positif yang dimiliki seorang
mahasiswa di kampus, mahasiswa cenderung memiliki sikap aktualisasi dan apresiatif, yaitu sikap
unjuk kemampuan dan kehebatan sesuai bakat serta karakternya. Untuk itu, diperlukan ada sarana
dan prasarana yang menyalurkan bakat dan kreativitas mahasiswa, seperti aktualisasi berupa di
bidang olahraga dan seni, kepemimpinan, agama, dan perekonomian.
Sumber daya mahasiswa akan menjadi sia-sia ketika birokrat kampus tidak
memanfaatkannya dengan baik, bahkan melakukan tindakan Pembunuhan Karakter mahasiswa.
Sumber daya manusia seperti inilah yang mampu melakukan akselerasi pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga secara tidak langsung negara memetik
keuntungan dengan berbagai potensi anak-anak bangsa yang dimiliki mahasiswa. Kampus harus
menjamin pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar, dan otonomi keilmuan. Kampus
melestarikan budaya-budaya kampus, antara lain:
1. Budaya intelektualitas
2. Budaya moralitas
3. Budaya perbaikan kualitas
4. Budaya penelitian

Berikut Peran Mahasiswa dalam Lingkungan Bermasyarakat :

1. Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Negara Bidang Politik

Peran politik adalah peran yang paling berbahaya karena disini mahasiswa berfungsi sebagai
presseur group ( group penekan ) bagi pemerintah yang zalim. Oleh karena itu pemerintah yang
zalim merancang sedemikian rupa agar mahasiswa tidak mengambil peran yang satu ini. Pada masa
ordebaru di mana daya kritis rakyat itu di pasung, siapa yang berbeda pemikiran dengan pemerintah
langsung di cap sebagai kejahatan terhadap negara. Pemerintahan Orba tidak segan-segan
membumi hanguskan setiap orang-orang yang kritis dan berseberangan dengan kebijakan
pemerintah yang melarang keras mahasiswa beraktifitas politik. Dan kebijakan ini terbukti ampuh
memasung gerakan – gerakan mahasiswa yang membuat mahasiswa sibuk dengan kegiatan
rutinitas kampus sehinngga membuat mahasiswa terpenjara oleh system yang ada.
Pada tahun 1940-an gerakan mahasiswa mengalami pergeseran peran, peran penggagas
tidak lagi menonjol. Gerakannya lebih terfokus pada sebagai pendukung dan penerap dari ideologi
yang sudah ada. Dekade 1950-an dunia mahasiswa kembali disegani, sekalipun kemandirian dan
peran sebagai penggagas semakin menipis. Hal ini di latarbelakangi oleh dominannya peran politik
profesional didalam kehidupan politik.
Perjalanan Indonesia era 1910-an sampai 1950-an, menempatkan kekuatan sipil yang berasal
dari kaum intelektual (mahasiswa) sebagai sumber kepemimpinan bangsa yang dominan. Akan
tetapi sejak tahun 1960-an kekuatan militer muncul sebagai suatu sumber kepemimpinan bangsa
yang dominan. Fungsi parpol bersama ormas pengikutnya sebagai sumber kepemimpinan merosot

7
bersama penurunan peran politiknya. Namun yang perlu dicatat dalam sejarah gerakan mahasiswa,
pada era 1960-an peran ideologi mahasiswa meningkat tajam. Gerakan idiologi masa ini, melahirkan
angkatan 1966. Dekade 1960-an dengan angkatan 1966-nya telah membentuk identitas sosial
mahasiswa sebagai sebuah kekuatan sosial politik. Persepsi dan konsepsi tentang peran sosial ini,
terbentuk dan menguat sejalan dengan tegaknya hegemoni pemerintahan orde baru.
Di satu sisi lahirlah Orde Baru seiring dengan kehendak gerakan mahasiswa, sehingga
gerakannya mendapat dukungan kekuatan-kekuatan establishment (ABRI). Disisi lain arus
perubahan menuju terbentuknya keuatan orde baru sebenarnya berangkat dari keinginan militer dan
teknorat untuk lebih memerankan diri dalam konstalasi kehidupan bangsa dan negara setelah
melihat kebobrokan dan kegagalan kekuatan sipil pada pemerintahan demokrasi terpimpin.
Keinginan militer ini diwujudkan dalam Doktrin Dwi Fungsi ABRI diaman ABRI disamping sebagai
kekuatan HANKAM juga memiliki peran sosial politik.
Lakon yang dimainkan mahasiswa angkatan 66 berada dalam panggung sejarah yang
romantis, di dalamnya terjadi aliansi segitiga yang harmonis antara militer, teknokrat, dan
mahasiswa. Ketiganya merupakan bagian lapisan elit intelegensia yang bakal mengobarkan gagasan
modernisasi. Dengan kata lain disamping militer teknokrat, mahasiswa juga dipercaya sebagai agen
modernisasi atau pembangunan.
Dekade 1970-an aliansi ini pecah akibat berubahnya orientasi dan strategi pemerintahan orde
baru. Cita-cita awal gerakan orde baru sudah tidak sesuai dengan idealisme dan ideologi
mahasiswa. Akibatnya, hampir sepanjang era 1970-an terjadi protes, kritik, petisi, selebaran dan lobi
yang diarahkan kepada pemerintahan orde baru. Gerakan ini bermuara pada persoalan demokrasi,
peran militer, dan pembangunan ekonomi. Akibatnya gerakan mahasiswa semakin berhadapan
dengan kekuatan represif, yang mengutamakan stabilitas nasional dalam upaya menjaga
kelangsungan pembangunan nasional. Pada gilirannya gerakan mahasiswa mengalami kemerosotan
yang sangat tajam, yang belum pernah terjadi dalam gerakan mahasiswa di Indonesia. depolitisasi
dan deparpolisasi, melalui penerapan NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan
Koordinasi Kampus) menjadi senjata pamungkas hegemoni Orba terhadap kehidupan mahasiswa.
Lalu kepada mahasiswa yang melanggar NKK/BKK diberikan sanksi akademik yang berat, mulai dari
skorsing sementara atau terbatasnya sampai kepada pemecatan bahkan dipenjarakan.
Dekade 1980-an adalah masa-masa mandul peran mahasiswa dalam kancah sosial-politik
karena perannya dipersempit dalam peran profesional saja. Dalam masa-masa ini terjadi proses-
proses penggugatan dan penyadaran terhadap peran sosial-politik mahasiswa. Upaya ini tampak
berbuah ketika pada era 1990-an angin perubahan di dalam diri mahasiswa mulai berhembus, yang
berujung pada munculnya generasi reformasi pada tahun 1990-an akhir ini.

2. Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Negara Bidang Ekonomi

Krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, bahkan krisis sosial dan
politik yang melanda Indonesia lebih dari empat tahun berjalan ini di samping membawa derita
ternyata juga memberi berkah terselubung (blessing in disguisse). Senyatanya krisis ini memang

8
membuat banyak orang menderita. Lebih dari 100 juta orang jatuh ke jurang kemiskinan, 40-an
orang nganggur, jutaan anak putus sekolah, jutaan lagi mengalami malnutrisi. Lalu, akibat kerusuhan
di berbagai tempat, ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan kampung halamannya. Tapi di tengah
begitu banyak orang yang merasa kesusahan akibat krisis yang belum jelas kapan akan berakhirnya
ini, tidak sedikit orang yang justru diuntungkan. Para eksportir misalnya, jelas merasa gembira
dengan melemahnya mata uang rupiah. Keuntungan yang dipetik dari bisnis ekspor menjadi berlipat
ganda bila diuangkan dalam rupiah.

3. Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Negara Bidang Sosial

Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas
sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang
universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa
tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitan rakyat, tidak bisa melihat
adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya
turun dan memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya.
Betapa peran sosial mahasiswa jauh dari pragmatisme ,dan rakyat dapat merasakan bahwa
mahasiswa adalah bagian yang tak dapat terpisahkan dari rakyat, walaupun upaya yang sistimatis
untuk memisahkan mahasiswa dari rakyat telah dan dengan gencar dilakukan oleh pihak – pihak
yang tidak ingin rakyat ini cerdas dan sadar akan problematika ummat yang terjadi.

4. Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Negara Bidang Pembangunan Daerah

Peran yang bisa dimainkan mahasiswa di daerah tentu tak terkungkung pada daerahnya
masing-masing, namun bisa berperan di daerah lain. Juga tidak selalu yang bersifat konseptual,
namun juga yang bersifat praktikal dengan terjun langsung di masyarakat. Yang jelas semuanya
berdasarkan atas kerangka berpikir ilmiah. Mahasiswa dapat memulai aksinya berpijak dari masalah-
masalah yang ada pada suatu daerah, maupun potensi besar yang belum terkembangkan atau
teroptimalkan yang dapat menjadi senjata bagi daerah tersebut. Baik dalam bidang pangan,
pendidikan, kesehatan, iptek, pertanian, sosial, budaya, pemerintahan dan lain sebagainya.
Mahasiswa tidak harus terjun sendiri ke masyarakat secara swadaya, karena hal itu akan
sangat berat. Alangkah sangat baiknya mahasiswa dapat merangkul berbagai pihak yang dapat
diajak kerja sama dalam membuat proyek-proyek yang lebih besar untuk memberikan pencerdasan
pada masyarakat dan memberdayakan mereka. Pemerintah daerah, pihak kampus (universitas) dan
pihak swasta adalah pihak-pihak yang sangat bertanggung jawab dalam kemajuan masyarakat.
Pemerintah daerah tentu saja pelaku utama yang bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan
masyarakat di daerahnya. Universitas memiliki kewajiban dalam pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat sebagaimana tertuang dalam salah satu poin Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pihak
swasta memiliki kewajiban untuk melaksanakan program-program CSR (Corporate Social

9
Responsibility). Peran ketiga elemen besar itu harus dapat dioptimalkan, dan disinergikan. Dan hal
ini dapat diinisiasi oleh mahasiswa.

5. Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Negara Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan aspek paling penting pada sebuah peradaban bangsa. Dengan
memiliki pendidikan yang berkualitas dan berkarakter, sebuah bangsa dapat mengoptimalkan
pembangunannya. Kelaparan, pengangguran, kemiskinan, tidakan kriminal, KKN, dan masalah –
masalah sosial lainnya dapat teratasi. Terbentuknya sebuah bangsa yang bermartabat berawal dari
pendidikan yang bermartabat pula.
Beberapa faktor penghambat manjunya pendidikan tersebut, ada sebuah penyebab yang
melatarbelakanginya. Ialah belum adanya realisasi dari Visi Pendidikan Indonesia jangka panjang.
Sebuah visi yang jelas dapat mengarahkan seluruh entitas yang ada di dalamnya. Sistem
pendidikan, realisasi 20% dana APBN untuk pendidikan, penyikapan dari seluruh stakeholder di
bidang pendidikan, dan perbaikan infrastruktur mengacu pada visi yang sama. Dari visi yang
terintegrasi tersebut, diharapkan seluruh elemen bisa bergerak sinergis menuju pendidikan Indonesia
yang berkarakter dan bermartabat.
Mahasiswa sebagai generasi intelektual hanya bisa dihargai eksistensinya dengan kualitas
intelektualnya pula, bukan dengan hal lainnya. Jika mahasiswa sudah tidak lagi bisa mengandalkan
kecemerlangan intelektualnya, maka kemampuan lain apa yang bisa dipertaruhkan mahasiswa bagi
negara ini. Oleh karena itu mahasiswa memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan mutu
pendidikan bangsa. Kontribusi itu bisa berupa:
1) Pengembangan Potensi Diri
Mahasiswa mengembangkan potensi dirinya sebagai bentuk kesadaran akan
hakikat pendidikan yang mendasar.
2) Melakukan Kontrol Kebijakan Pemerintah
3) Sesuai dengan peran dan fungsinya, mahasiswa wajib melakukan kontrol
kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan menegnai penentuan arah dan
karakteristik pendidikan bangsa.
4) Memenuhi Kebutuhan akan Perbaikan Sistem Pendidikan Nasional
Mahasiswa seharusnya mampu menjawab dan memberi solusi atas kebutuhan–kebutuhan akan
perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Hal yang paling sederhana adalah dengan berprestasi di
bidang kita masing – masing. Dengan seperti itu, akan lahir banyak ahli di banyak bidang.

Ahli–ahli tersebut sekaligus sebagai pemberi solusi terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia.
Dengan menerapkan usaha–usaha tersebut, diharapkan mahasiswa benar–benar berperan dalam
perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Indonesia tidak butuh wacana untuk berubah. Indonesia
butuh peubah, entitas yang bisa mengubah keterpurukan menjadi kemakmuran. Mahasiswa harus
mampu menjadi entitas peubah itu, demi Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

10
E. Mahasiswa dan Organisasi

Jika kuliah merupakan kehidupan mahasiswa, maka organisasi adalah sarana


mengaplikasikan keilmuan dan ekspresi kemampuan dan bakat mahasiswa. Banyak mahasiswa
yang tidak menyadari bahwa organisasi menjadi tempat bagi mahasiswa agar dapat
mengembangkan diri, wawasan, dan potensi yang dimilikinya. Banyak dampak positif yang akan
menjadi bekal untuk hidup di tengah-tengah masyarakat, karena masyarakat adalah organisasi
dalam skala yang lebih besar. Sebaliknya, ada segolongan mahasiswa yang menjadikan organisasi
sebagai HANTU penghambat kuliah. Masa studi molor, nilai jatuh, membuang waktu, biaya, dan
tenaga karena ikut organisasi.
Organisasi di kampus ada dua macam, yaitu organisasi intra kampus dan organisasi ekstra
kampus. Organisasi intra kampus secara administratif dan struktural berhubungan langsung dengan
kampus, sedangkan organisasi ekstra kampus bersifat independen yang lepas dari intervensi
manapun dan mempunyai aturan tersendiri yang juga mandiri, sehinga biasanya organisasi ekstra
kampus lebih berani menyuarakan aspirasi dengan lantang. Organisasi intra kampus merupakan
wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan
kecendekiawanan serta integritas kepribadian beragama. Organisasi intra kampus mewakili
mahasiswa dalam merencanakan, mengkoordinasikan, dan menyelenggarakan pembinaan
mahasiswa dan turut serta membantu kelancaran kegiatan akademik dan non akademik kampus.
Organisasi ekstra kampus berfungsi memberikan wadah bagi mahasiswa untuk bersikap dan
bertindak menanggapai masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan tidak terikat dengan organisasi
lain maupun kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh struktural kampus. Tidak dibenarkan
organisasi mahasiswa menjadi Anak Bawang dari partai politik. Perbedaan mendasar antara
organisasi intra dan ekstra kampus terkadang menimbulkan pergesekan di antara mahasiswa.
Perbedaan tujuan dan arah gerak perjuangan organisasi ekstra kampus menyebabkan
kesekretariatan maupun basecampnya harus berada di luar kampus dan tidak pula dibenarkan
memanfaatkan fasilitas kampus.

F. Politik Kampus Miniatur Latihan

Menurut Guru Besar Ilmu Pendidikan Moral Universitas Negeri Semarang, Prof. Masrukhi,
ada lima wajah mahasiswa yang nampak dalam realitas diri dan sosial.
a. mahasiswa idealis-konfrontatif, adalah mahasiswa yang cenderung aktif menentang
kemapanan, seperti melalui demonstrasi.
b. mahasiswa idealis-realistis, adalah mahasiswa yanglebih kooperatif dalam perjuangan
menentang kemapanan.
c. mahasiswa oportunis, adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yang
tengah berkuasa
d. mahasiswa profesional, adalah mahasiswa yang hanya berorientasi pada kuliah atau belajar.

11
e. mahasiswa rekreatif, adalah mahasiswa yang berorientasi pada gaya hidup glamour dan
bersenang-senang.
Menurut Prof. Masrukhi empat wajah mahasiswa (a-d) hanya ada sekitar 10 persen, selebihnya
adalah wajah kelima. Mahasiswa yang memiliki pandangan idealis memiliki persentase yang kecil
dibanding kelompok lain, namun kelima wajah mahasiswa itu sama-sama memiliki energi besar
untuk bersatu-padu. "Energi besar yang disebut collective consciousness (kesadaran kolektif) inilah
yang menyebabkan gagasan, opini dari sekelompok kecil mahasiswa, akan menjadi gagasan besar
mahasiswa dalam waktu cepat," katanya. Menurut beliau, kesadaran kolektif yang dimiliki kalangan
mahasiswa itu sudah terbukti dari sejarah perjalanan bangsa yang mencatat gerakan mahasiswa
beberapa kali berhasil melakukan perubahan besar, misalnya reformasi.
Wajah Mahasiswa Idealis-Konfrontatif ataupun Idealis-Realistis adalah mahasiswa yang hidup
berorganisasi di dalam maupun luar kampus, kebanyakan orang menyebut mereka adalah Aktivis.
Aktivis adalah orang yang melaksanakan peran individu untuk melaksanakan perubahan. Aktivis-
aktivis inilah yang menjalankan politik kampus.Politik kampus adalah sebuah dinamika Politik yang
terjadi di dalam Kampus. Dinamika politik ini tidak hanya berbicara masalah perebutan kekuasaan di
kalangan mahasiswa saja, semisal dalam perebutan kursi tertinggi Organisasi Intra Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA), Unit Kegiatan Mahasiswa dan organisasi-
organisasi lain yang ada di dalam kampus. Namun politik kampus juga terjadi di gedung Akademik.
Banyak pula konsolidasi - konsolidasi politik antar pejabat kampus yang bermain politik dengan
lawan politik mereka di dalam gedung Akademik demi perebutan kursi panas semisal jabatan Dekan.
Serta adanya organisasi gerakan di kampus, seperti KAMMI, HMI, PMII merupakan usaha untuk
menghidupkan kultur gerakan mahasiswa dan membangun kesadaran atas kondisi yang melanda
negeri ini.
Kampus adalah miniatur negara yang mana memiliki perangkat seperti presiden mahasiswa,
menteri-menteri, serta rakyat.Di dalam kehidupan kampus sebagai miniatur negara tentu adanya
perbedaan kelompok atau ide dalam menyalurkan hak politik, serta adanya kegiatan pemilihan
umum raya (pemira) untuk memilih presiden mahasiswa.Kampus adalah salah satu awal bagi para
pemuda/i untuk mulai belajar berpolitik. Dengan menduduki posisi tertentu misalnya,
sebagai presiden mahasiswa, secara tidak langsung mengajarkan agar lebih responsif dan mampu
bergerak dalam memberikan solusi. Di waktu yang sama juga mengajarkan hakekat berpolitik bagi
mahasiswa, baik tentang kepemimpinan, keorganisasian, strategi dan taktik, hingga kebijakan
kampus. Serta sebagai saluran untuk mengaktualisasikan diri, mengungkapkan ide dan gagasan
dalam menyikapi persoalan yang dihadapi masyarakat.
Namun kebanyakan mahasiswa masih tidak dewasa dalam menghadapi situasi politik di
kampus. Karena itu dalam berpolitik di kampus ada beberapa hal yang harus kita pahami.
1. Kita harus paham manajemen konflik, yakni yang menjadikan nuansa pertarungan sebuah
konflik antar sesama agar semak in hidup.
2. Politik kampus adalah politik kebangsaan, politik yang bernuansa nasionalis bukan ekstrimis
dan radikal.

12
3. Politik kampus harus bernuansa politik senyum bukan politik praktis yang menghalalkan
segala cara.
Perguruan Tinggi merupakan salah satu sarana yang dibuat dalam meningkatkan pembangunan
negara secara umum,sebagai tempat lahirnya generasi intelektual masa depan, kampus
berpengaruh besar terhadap pembangunan manusia yang berkualitas dan kompeten dibidangnya.
Kampus adalah ruang industri pemikiran, sekaligus tempat yang paling teruji untuk mengukur
kompetensi politik. Sehingga tidak heran, terjadi pertaruhan ideologi dan usaha hagemonik, sebagai
upaya untuk memperebutkan pengaruh politik sekaligus pembentuk stereotype gerakan mahasiswa
yang diinginkan oleh kelompok tertentu. Untuk mewujudkan kampus yang ideal, para mahasiswa
harus rajin kuliah, memiliki prestasi, memiliki karya yang nyata, serta memahami birokrasi kampus.

G. PMII DAN KAMPUS

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia sebagai organisasi gerakan mahasiswa menganggap


bahwa kader-kadernya seharusnya dapat memahami bahkan membaca kampus mereka sendiri. Hal
ini penting sebagai pijakan mereka berproses di bangku perkuliahan. Kampus merupakan tempat
belajar mengajar berlangsungnya misi dan fungsi perguruan tinggi, tempat berinteraksi antara dosen
dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa. Kampus boleh dikatakan miniatur negara
karena didalamnya ada politik dan kebudayaan yang bermacam-macam. Kampus sebagai
lingkungan akademis terdiri dari berbagai warna kehidupan, ada yang berperan sebagai dosen,
mahasiswa, pegawai, yang menjadi peran paling penting dan ciri utama sebuah kampus adalah
dosen dan mahasiswa yang mempresentasikan adanya hubungan saling bertukar informasi atau
pengetahuan. Kampus adalah ruang kaderisasi bangsa. Kampus memiliki pemerintahan dan rakyat,
oleh karenanya kita akan menemukan berbagai kelompok yang akan bertaruh dalam
memperebutkan eksistensi dikampus. Benturan ideologi antar gerakan mahasiswa pun akan terjadi
dikampus, inilah yang menjadikan kehidupan dikampus menjadi sangat kondusif
Sebagai miniatur negara yang dimana didalamnya terdapat banyak perangkat yang satu
sama lain saling mendukung, maka di dalam kampus juga memiliki pemerintahan dan rakyat, baik itu
antara rektorat dengan mahasiswa ataupun antara mahasiswa dengan mahasiswa. Oleh karenanya,
kita akan menemukan berbagai kelompok yang ada akan selalu bertaruh dalam memperebutkan
eksistensinya di dalam kampus. Dari level rektorat, dekanat, dosen, pegawai akademik, mahasiswa
hingga tukang sapu akan terlibat dalam arena perebutan kekuasaan. Bisa dikatakan kampus adalah
miniatur basis produksi, distribusi dan pertarungan negara.
Benturan-benturan ideologi antar gerakan mahasiswa pun akan terjadi di kampus sehingga
menjadikan kehidupan kampus menjadi sangat kondusif bagi kontentasi semua kelompok sehingga
keberadaannya akan merepresentasikan iklim demokrasi di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa
perubahan-perubahan mendasar di negara ini juga berangkat dari komunitas-komunitas intelektual
kampus. Hal inilah yang kemudian melabelisasi kampus sebagai laboratorium demokrasi Indonesia.

13
Kampus memiliki pemerintahan seperti BEM atau SEMA sebagai momentum
mengakselerasikan perubahan-perubahan yang dianggap penting oleh gerakan mahasiswa dengan
segala karakteristik perjuangannya. PMII sebagai organisasi ekstra kampus membina dan
mendistribusikan kader-kadernya untuk aktif dalam lembaga-lembaga kampus, agar kader PMII bisa
menempati dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Dan disinilah PMII akan semakin
meneguhkan perjuangannya dalam menyalurkan aspirasi mahasiswa disegala lapisan baik
akademisi hingga organisatoris
PMII sebagai organisasi pengkaderan melihat peluang untuk menempatkan kader-kadernya
di organisasi-organisasi intra kampus. Organisasi-organisasi intra kampus memegang peranan
penting dalam dunia kampus, karena organisasi-organisasi tersebutlah yang menaungi aspirasi
mahasiswa secara langsung. Kampus merupakan ruang kaderasisasi bangsa. Kampus tidak bisa
dipahami sebagai lingkungan akademis dan ilmu pengetahuan saja, karena realitasnya kampus
terlibat dalam proyek dan pembangunan melalui pemberian legitimasi ilmiah.
Pemeran utama sebuah kampus adalah mahasiswa. Kampus yang merupakan lingkungan
semi terbuka dengan iklim kampus yang bebas mimbar merupakan tempat potensial bagi kader PMII
untuk mengasah mental dan pengalaman kepemimpinan melalui pengenalan mendalam terhadap
kehidupan nyata di kampus sebagai miniatur negara. PMII sebagai organisasi mahasiswa yang
berada di luar kampus dituntut untuk selalu peka dengan keadaan dan permasalahan-permasalahan
baik di dalam maupun di luar kampus. Lebih dari itu, sahabat-sahabati kader PMII harus menyiapkan
diri sebaik mungkin secara kapasitas keilmuan dan kecakapan manajerial berorganisasi, sehingga
ketika masuk organisasi intra kampus sudah matang dan siap tempur.
PMII sebagai organisasi ekstra kampus membina dan mendistribusikan kader-kadernya untuk
aktif dalam lembaga-lembaga kampus, bahkan akan mendorong kadaer-kader terbaik memimpin
lembaga-lembaga tersebut. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut, bagi PMII adalah sebagai ruang
distribusi kader karena di lembaga tersebut kader PMII bisa menempa dan mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya agar lebih maju dan profesional.
PMII memandang lembaga intra kampus sangat strategis sebagai wahana kaderisasi. Pada
umumnya, ada beberapa jenis lembaga kampus yang memiliki otoritas tertentu dalam mengayomi
kampus dan mahasiswa, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa
Fakultas/Jurusan (HMF/J) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Lembaga-lembaga tersebut bermain
dalam wilayah internal kampus dan kepengurusannya berisikan mahasiswa yang tercatat masih aktif
program studinya. Secara umum ke tiga jenis lembaga ini memiliki andil penting dalam rekayasa
kampus. Mau kemana dan bagaimana nantinya kampus akan dikelola, lembaga inilah yang akan
mewujudkannya dalam tataran kerja nyata di lapangan.
Dengan menguasai lembaga intra kampus, PMII akan semakin meneguhkan perjuangannya
dalam menyalurkan aspirasi mahasiswa di segala lapisan baik akademisi, organisatoris hingga
preman kampus. Perlu diingat bahwa Perguruan Tinggi merupakan salah satu sarana yang dibuat
dalam meningkatkan pembangunan negara secara umum, oleh karena itu tak heran bahwa banyak
perubahan besar yang diawali dari gerakan lembaga kemahasiswaan ini. Adanya lapangan bola,

14
internet, pustaka hingga tempat parkir merupakan fasilitas yang diberikan karena adanya sebuah
permintaan yang dalam hal ini diajukan oleh mahasiswa secara umum dan disampaikan kepada
pihak birokrat melalui lembgaga kemahasiswaan jalur komunikasi antara mahasiswa dan birokrat
kampus. Ketika birokrat kampus serta lembaga-lembaga ini tidak mampu berkoordinasi dalam
mengaspirasikan harapan civitas kampus umum, maka akan timbul saling ketidakpercayaan,
stagnansi hingga kemerosotan akreditasi kampus dalam tataran akademis, fasilitas dan budaya.

15
16

Anda mungkin juga menyukai