Anda di halaman 1dari 4

Literatur Review Jurnal “ Islam dan Gerakan Sosial”

Moh. Fauzi Robbany ( 22103050137 )

Tema Islam dan Gerakan Sosial

Gerakan Sosial Islam : Kemunculan, Eskalasi, Pembentukan Blok


Judul
Politik dan Tipologi Artikulasi Gerakan

Volume, Halaman Volume 1 Nomor 1, Halaman 1-24


Tahun 2013
Penulis Syarifuddin Jurdi
Reviewer Moh. Fauzi Robbany
Tanggal 13 November 2022

Abstrak Pada bagian abstrak, penulis menuangkan sebuah ide pokok tentang
Gerakan sosial islam. Sang penulis mengemukakan bahwa dalam 20
tahun terakhir, gerakan sosial islam menjelma menjadi orientasi
tertentu dalam memurnikan nilai islam. Gerakan sosial islam hadir
dengan tujuan untuk memberikan respon terhadap kondisi umat islam
di dunia. Selain itu, Gerakan sosial islam muncul dengan tujuan untuk
mentransformasikan umat islam agar dapat menata Kembali identitas
yang trlah dimiliki oleh umat islam sehingga dapat sejalan dengan
nilai-nilai yang ada di dalam islam. Penulis juga membubuhi beberapa
kata kunci guna memudahkan para pembaca untuk mencari jurnal
tersebut, beberapa kata kunci yang dituliskan oleh penulis yaitu :
Gerakan Sosial, pelembagaan Gerakan, pembentukan blok Gerakan
dan tipologi Gerakan.
Pembahasan Pada jurnal ini, penulis menjelaskan lebih rinci tentang apa yang sudah
dituangkan di bagian abstrak. Penulis membagi pembahasan mulai dari
Pendahuluan sampai Penutup dengan jelas, Adapun isi dari masing-
masing sub bab yaitu :
1. Pendahuluan
Pada pendahuluan, penulis menyajikan beberapa sejarah
tentang kemunculan Gerakan Sosial Islam ( GSI ) mulai dari
kemunculannya di dunia, hingga kemunculan GSI di
Nusantara. Penulis juga memberikan tujuan kenapa GSI
muncul yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
merespons kondisi sosial yang dialami umat islam pada masa
itu, dan peran GSI dalam menyikapi keterpurukan umat islam.
2. Peta Gerakan Sosial Islam
Bagian ini penulis menerangkan lebih rinci kenapa GSI
dilahirkan, serta tujuan mengapa GSI itu hadir. Penulis
menjelaskan bahwa GSI lahir karena banyaknya permasalahan
pada umat islam, sehingga GSI memanfaatkan peluang politik
untuk melakukan protes dan perlawanan kepada paham yang
mempengaruhi identitas masyarakat islam. Pada paragraph
akhir, penulis menambahkan Visi dari GSI yaitu melakukan
Islamisasi negara dan Islamisasi masyarakat.
3. Perspektif Gerakan Sosial Islam
Sub bab ini berisi tentang beberapa kerangka pemikiran untuk
membaca dan memahami GSI, diantaranya yaitu perspektif
revivalisme, salafisme, dan islamisme yang mulanya hanya
focus terhadap pemurnian agama ( purifikasi ) berkembang
menjadi sebuah ideologi untuk merespons berbagai persoalan
masyarakat. Selain itu ada juga perspektif kultural politik,
perspektif strukturasi dan agensi, serta perspektif integrasi
4. Genealogi Gerakan Sosial Islam Indonesia
Secara garis besar, sub bab ini menjelaskan akar GSI yang
merujuk pada aliran Wahabbisme yang menentang segala
bentuk praktek keagamaan yang tidak berdasar pada AL-
Qur’an dan Sunnah, mengingat banyaknya praktek keagamaan
yang bersifat mistisme dan yang sudah tercemar adat, budaya,
dan tradisi. Penulis mengungkapkan bahwa GSI berusaha
memurnikan agama dari hal-hal yang tidak ada dalam syariat.
5. Blok Politik Gerakan Sosial Islam
Pada pembahasan ini, penulis menuliskan beberapa GSI yang
muncul di Indonesia, seperti NU yang lahir di Surabaya,
Muhammadiyah yang lahir di Yogyakarta, dan PERSIS di
Bandung dan sekitarnya. Selain itu, penulis juga menambahkan
beberapa aspek untuk memahami sebuah bangunan Gerakan
Sosial Islam, diantaranya : aspek kepercayaan, organisasi
Gerakan sosial, sebab-sebab timbulnya Gerakan sosial,
keikutsertaan, strategi, dan efek.
6. Tipologi Artikulasi Gerakan Sosial Islam Indonesia
Menurut penulis, tipologi artikulasi GSI di Indonesia dapat
dibagi menjadi 5 jenis, yang pertama yaitu fundamentalis-
radikal, kelompok ini mengedepankan pemikiran yang statis,
sikap yang ekstrem, dan Tindakan yang bersifat anarkis.
Contoh dari kelompok ini adalah FPI yang dipimpin oleh Habib
Rieziq Shihab. Kelompok yang kedua yaitu formalis-simbolik,
kelompok ini lebih condong kepada hal yang bersifat politik
daripada upaya sadar dan serius untuk membangun kesadaran
umat islam. Rasional-inklusif, kelompok ini lebih bersifat
terbuka sehingga “rahmatan lil-alamin” akan mudah untuk
terealisasi. Contoh dari kelompok ini adalah Wahid Institute
yang dicetuskan oleh Abdurrahman Wahid, yang seperti kita
ketahui bahwa sosok Gus Dur merupakan sosok yang
menjadikan Islam itu mudah diterima di berbagai kalangan.
Emansipatoris-transformatif, kelompok ini tidak terfokus pada
teologi, pemikiran, dan politik, justru fokus dari kelompok ini
adalah kemanusiaan, kemasyarakatan, sosial, dsb. Contoh dari
kelompok ini yaitu Lazisnu, Dompet Dhuafa, dan berbagai
organisasi yang aktif di pemberdayaan masyarakat. Liberal,
kelompok ini berbendapat bahwa islam itu perlu ditanamkan
pada jiwa manusia, bukan pada negara maupun politik. Contoh
dari kelompok ini adalah Jaringan Intelektual Muda
Muhammadiyah ( JIMM ).
7. Penutup
Pada bagian penutup, penulis menyimpulkan semua yang sudah
dijelaskan di atas, penulis juga menambahkan tentang manfaat
dari masing-masing tipologi artikulasi GSI. Penulis berusaha
meyakinkan bahwa perbedaan yang terjadi bukan untuk saling
menyalahkan, akan tetapi dari setiap perbedaan itu punya porsi
dan respon nya masing-masing.

Kelebihan Jurnal yang berjudul Gerakan Sosial Islam ini sangat memberikan
banyak ilmu baru, konsep penulisan yang rapih dengan cara penulisan
yang sistematis membuat pembaca dapat memahami mulai dari sejarah
lahirnya Gerakan Sosial Islam, sampai jenis-jenis Gerakan Sosial Islam
itu sendiri.
Kekurangan Penulis banyak menggunakan kata yang sedikit rumit, sehingga perlu
pembekalan kosa kata agar dapat memahami apa yang ditulis oleh sang
penulis. Kesalahan penulisan juga masih terdapat pada jurnal ini,
sehingga menimbulkan kebingungan Ketika membaca.

Anda mungkin juga menyukai