Anda di halaman 1dari 6

REVIEW LITERATUR

METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM AKUNTANSIAN


“FEMINIST RESEARCH”

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Gayatri, M.Si., Ak., CA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

H2

1. Ni Made Ariesta Aprilia Mentari 2381611030 (05)


2. Dewa Ayu Ratih Adi Wulandari 2381611035 (10)
3. I Dewa Ayu Sri Prami Rahayu 2381611039 (14)

PROGRAM STUDI MAGISTERAKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
REVIEW LITERATUR

Studi “Gender Equality and Empowerment through Corporate Social Responsibility


in Ecotourism at Malealea, Lesotho: A Qualitative Study” ini menemukan bahwa Malealea
Lodge dan Malealea Development Trust (MDT) tidak memiliki kebijakan gender formal,
tetapi masalah gender ditangani di berbagai tingkatan dalam inisiatif CSR mereka. Baik pria
maupun wanita diberdayakan oleh inisiatif CSR MDT, dengan peserta menunjukkan
kemampuan untuk secara efektif menghadapi tantangan, membentuk kelompok mereka
sendiri, dan sumber dana untuk bantuan COVID-19. Temuan menunjukkan bahwa
masyarakat lokal di Malealea mendapat manfaat dari kegiatan CSR, yang diperluas untuk
mengatasi masalah gender seperti pernikahan anak, penyakit, dan kekerasan gender. Studi
ini menyimpulkan bahwa meskipun ada kurangnya kebijakan gender formal, individu di
dalam pondok dan MDT secara aktif menangani masalah gender saat muncul. Efek
pemberdayaan dari inisiatif CSR terbukti dalam keterampilan dan kemampuan yang
diperoleh oleh peserta, memungkinkan mereka untuk menavigasi tantangan dan terlibat
dalam kegiatan wirausaha.

Studi “Impacts of Feminist Ethics and Gender on the Implementation of CSR


Initiatives” menemukan dampak positif dari representasi perempuan pada pengembangan
inisiatif CSR di perusahaan, dengan jumlah perempuan di posisi manajemen puncak
memiliki dampak positif pada penetrasi inisiatif CSR. Direktur dan CEO perempuan
memiliki orientasi moral dan kepekaan yang lebih tinggi terhadap perilaku tidak etis, yang
mengarah pada sikap yang lebih serius terhadap CSR. Perusahaan dengan proporsi
perempuan yang lebih tinggi di dewan direksi mereka menunjukkan orientasi yang lebih
baik terhadap konsumen dan memiliki peringkat CSR yang lebih baik. Studi ini
menekankan perlunya pendekatan yang lebih terintegrasi untuk CSR dan manajemen
keragaman, karena memungkinkan perusahaan untuk menarik lebih banyak pelanggan dan
mencapai manfaat finansial. Studi ini mengakui bahwa mungkin ada aspek yang dapat
diragukan atau negatif dari dampak etika feminis dan gender pada inisiatif CSR, yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Artikel “Varieties of gender wash: towards a framework for critiquing corporate


social responsibility in feminist IPE” Artikel ini menganalisis konsep "gender wash" dalam
konteks program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang ditujukan untuk perempuan
dan gadis, terutama di Global Selatan. Artikel ini menggabungkan literatur tentang
"greenwashing" untuk mengusulkan kerangka analisis CSR sebagai "gender washing," dan
mengidentifikasi tujuh variasi dari gender wash. Penulis menyoroti bagaimana perusahaan
menggunakan praktik pemasaran dan komunikasi yang menyesatkan untuk
mempresentasikan diri sebagai gender equal atau ramah terhadap perempuan, sementara
praktik, rantai pasokan, dan kebijakan mereka merugikan perempuan dan gadis. Artikel ini
juga memberikan kerangka untuk mengkritik "gender wash" dan menyoroti perlunya
mengidentifikasi niat di balik praktik ini. Peneliti juga membahas perdebatan dalam IPE
feminis tentang pengambilalihan feminisme oleh perusahaan dan neoliberalisasi feminisme.
Selain itu, artikel ini menawarkan agenda penelitian untuk para sarjana feminis dalam Ilmu
Politik Internasional Ekonomi (IPE) dan menyediakan alat yang berguna untuk mengkritik
tindakan perusahaan dalam mempromosikan inisiatif kesetaraan gender.

Artikel “CSR as Gendered Neocoloniality in the Global South” Artikel ini


menanalisis kritik feminis pascakolonial terhadap inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR) dalam konteks Dunia Selatan, dengan fokus pada runtuhnya pabrik Rana Plaza di
Bangladesh pada tahun 2013. Peneliti menyoroti aspek neokolonial dari CSR, menekankan
sifat eksploitasi tenaga kerja yang bersifat gender dan tidak adanya keterwakilan perempuan
dalam serikat pekerja dan struktur pengambilan keputusan organisasi. Analisis ini
menggarisbawahi tantangan yang dihadapi oleh pekerja pabrik perempuan di Bangladesh,
seperti hambatan dalam pembentukan serikat pekerja, pelecehan yang dilakukan oleh
majikan laki-laki, dan praktik ketenagakerjaan yang diskriminatif. Penekanan penulis pada
agensi subaltern dan pembongkaran struktur neokolonial mencerminkan pengaruh sarjana
feminis pascakolonial seperti Spivak, yang telah menyoroti kompleksitas pembentukan
subjek dan kemungkinan. Artikel ini sejalan dengan kritik para sarjana feminis
pascakolonial terhadap ideologi dan praktik feminis yang berasal dari posisi istimewa di
Barat, kulit putih, dan kelas menengah karena dianggap tidak cukup untuk memahami
pengalaman perempuan di Dunia Selatan. Hal ini juga sejalan dengan kekhawatiran yang
dikemukakan oleh para sarjana tentang kekerasan epistemik dan kolonialisme akademis
yang sering meminggirkan suara perempuan dari negara-negara Selatan dalam teks-teks
Barat dalam pengambilan keputusan.

Artikel “Indonesian Digital Feminist Activism Bridging Global-Local Feminism


Discourse: Textual Network Analysis of Jakarta Feminist” ini menganalisis Jaringan
Tekstual pada Aktivisme Feminis Digital, dimana terbukanya jaringan antar negara melalui
internet berpotensi menjadi “jembatan” visi feminisme global ke agenda lokal para aktivis
feminis. Feminisme global menanamkan isu generalisasi perempuan dengan membawa
pesan universal untuk menghapuskan patriarki dan kesenjangan dalam dunia kapitalisme
global yang tidak setara. Terkait jaringan global-lokal, Jakarta Feminis mempunyai visi
sebagai “katalisator” gerakan perempuan di Indonesia sekaligus menjadi anggota jaringan
Women's March Global. Penulis mempertimbangkan peluang untuk mengkaji aktivisme
feminis digital. Hasil dari pemetaan Wacana Feminis Jakarta menunjukkan
bersinggungannya beberapa isu, seperti kekerasan berbasis gender, kekerasan seksual, hak
asasi manusia, dan keterwakilan perempuan. Wacana lain menunjukkan bagaimana media
sosial membantu kaum feminis Jakarta untuk menyebarkan informasi terkait kampanye,
pendidikan, advokasi, diskusi, dan donasi. Wacana mereka juga menunjukkan bahwa
mereka menyesuaikan konsep feminismenya dengan konteks lokalitas karena isu dan kasus
di Indonesia mendominasi wacana yang ada. Penulis berpendapat bahwa internet dan media
sosial membawa banyak keuntungan dalam jangkauan jaringan, pertukaran budaya, dan
penyebaran informasi, namun bukan berarti tidak bisa mempengaruhi apa yang
diperjuangkan aktivis feminis di komunitasnya.

Artikel ““We should educate the public that cosmetic procedures are as safe as
normal medicine”: Understanding corporate social responsibility from the perspective of
the cosmetic procedures industry” ini menganalisis mengenai Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (CSR) dari Perspektif Industri Prosedur Kosmetik. Penelitian ini
mengeksplorasi bagaimana pendorong intrinsik dan ekstrinsik terwujud dalam asumsi dan
penjelasan para profesional senior di bidang prosedur kosmetik di Inggris sehubungan
dengan peran industri dalam berkontribusi terhadap citra tubuh negatif di tingkat
masyarakat. Temuan ini menawarkan wawasan yang relevan dengan upaya masa depan
untuk mendorong agenda CSR di sektor ini dan potensi CSR dalam menantang konvensi
saat ini yang berkontribusi terhadap citra tubuh negatif. Temuan menunjukkan kurangnya
motivator intrinsik untuk mengembangkan agenda CSR terpadu di seluruh industri. Hasil
analisis penelitian ini menghasilkan tiga tema. Tema pertama yaitu 'mempertahankan atau
meningkatkan reputasi sektor ini' dimana dalam hal ini dilakukan perincian bagaimana
peserta memposisikan keselamatan dan kepuasan pasien sebagai tanggung jawab utama
pekerjaan perusahaan dan industri. Tema kedua yaitu 'industri berada di “akhir garis” dalam
hal citra tubuh', secara eksplisit menyajikan pandangan peserta mengenai peran sektor ini
dalam kaitannya dengan tekanan penampilan masyarakat dan citra tubuh. Tema ketiga yaitu
'pelimpahan tanggung jawab perusahaan dalam industri yang terfragmentasi', dalam hal ini
menyoroti ketegangan yang mungkin menghambat pengembangan agenda CSR, khususnya
terkait dengan tekanan penampilan masyarakat yang lebih luas. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa perspektif tanggung jawab sosial sebagian besar dibatasi oleh
pandangan bahwa tanggung jawab industri berhenti pada tingkat pasien, sejalan dengan
pendekatan medis terhadap praktik etis. Oleh karena itu, perubahan yang didorong oleh
faktor ekstrinsik mungkin diperlukan agar industri ini lebih bertanggung jawab secara sosial,
terutama ketika mempertimbangkan citra tubuh yang negatif pada tingkat makro.

Artikel “CSR and Feminist Organization Studies: Towards an Integrated


Theorization for the Analysis of Gender Issues” Artikel ini menganalisis hubungan antara
Studi Organisasi Feminis (FOS) dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), serta
pentingnya memasukkan teori feminis ke dalam penelitian CSR. Para penulis menekankan
perlunya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan teori 'gendering' dalam konteks CSR,
dengan menunjukkan kesenjangan penelitian yang ada di bidang ini. Penulis juga
menekankan pentingnya memahami gender sebagai karakteristik pengorganisasian utama
kehidupan sosial dan persinggungannya dengan sistem kesenjangan dan perbedaan sosial
lainnya. Artikel ini juga menggali berbagai fokus analitis yang diidentifikasi oleh Calas dan
Smircich, seperti konstruksi gender mengenai pembagian antara produksi kapitalis dan
reproduksi manusia, dan analisis gender sebagai sumber daya modal global. Berbagai
perspektif feminis yang dapat diterapkan pada penelitian CSR, seperti feminisme
sosialis/organisasi gender, feminisme poststrukturalis/postmodern, dan teori feminis
transnasional/(-pasca) colonial. Para penulis berpendapat bahwa menggabungkan perspektif
feminis transnasional/pasca-kolonial sangat penting untuk pemahaman yang lebih
komprehensif tentang tantangan-tantangan utama di bidang CSR.
DAFTAR PUSTAKA
Craddock, N., Spotswood, F., Rumsey, N., & Diedrichs, P. C. (2022). “We should educate the
public that cosmetic procedures are as safe as normal medicine”: Understanding
corporate social responsibility from the perspective of the cosmetic procedures industry.
Body Image, 43, 75–86.
Grosser, K., & Moon, J. (2019). CSR and Feminist Organization Studies: Towards an
Integrated Theorization for the Analysis of Gender Issues. Journal of Business Ethics,
155(2), 321–342.
Hermanto, R. annisa. (2022). Indonesian Digital Feminist Activism Bridging Global-Local
Feminism Discourse: Textual Network Analysis of Jakarta Feminist. Jurnal
Sosioteknologi, 21(2), 125–133.
Lu, J., Štreimikis, J., Stasiulis, N., Ren, L., Zhang, C., & Liang, M. (2020). Impacts of
Feminist Ethics and Gender on the Implementation of CSR Initiatives. Filosofija.
Sociologija, 1, 24–33.
Ozkazanc-Pan, B. (2019). CSR as Gendered Neocoloniality in the Global South. Journal of
Business Ethics, 160(4), 851–864.
Tlali, L. T., & Musi, M. L. (2021). Gender Equality and Empowerment through Corporate
Social Responsibility in Ecotourism at Malealea, Lesotho: A
Walters, R. (2022). Varieties of gender wash: towards a framework for critiquing corporate
social responsibility in feminist IPE. Review of International Political Economy, 29(5),
1577–1600.

Anda mungkin juga menyukai