Anda di halaman 1dari 17

ARUS RADIKALISME TERSELUBUNG DI LINGKUNGAN

KAMPUS

Alyssa Chiara Handini T., Ida Ayu Pratiwi W., Maria Immaculata
Oletha Serafin, Muh. Aziz Mahendra, Tachasna Auranissa, Dr. Wiwin
Retnowati, M. Kes.
Universitas Airlangga
Jl. Airlangga 4-6 Surabaya, 60285
Indonesia
email: wiwin-r@fk.unair.ac.id

Abstrak: Penulisan jurnal ini membahas bagaimana paham radikalisme di lingkungan


kampus berkembang yang didasari dengan banyaknya paham dan pengaruh yang berusaha
di sebar oleh kalangan tertentu dengan konteks yang negative. Dari pemikiran tersebut
muncul pertanyaan-pertanyaan apakah mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of
change justru malah menjadi disaster atau bahkan sosok dosen yang dianggap sebagai
sang penyebar ilmu justru menyebar paham yang negative kepada siswanya.Dewasa ini,
mahasiswa dan dosen diharapkan dapat menerapkan prinsip anti radikalisme di lingkungan
kampus serta bagaimana pendapat mereka dan cara mereka menyikapi jika ada praktek
penyebaran radikalisme di lingkungan kampus sehingga terciptalah lingkungan kampus
tentram dan jauh dari paham radikalisme. Oleh karena itu, perlu peran aktif dari generasi
muda khususnya mahasiswa-mahasiswa untuk memerangi penyebaran radikalis memulai
dari tindakan preventif hinga represif. Metode yang digunakan untuk menulis jurnal ini
yaitu kualitatif dengan pendekatan studi kasus, pengumpulan data melalui wawancara
terhadap beberapa mahasiswa dan dosen di Universitas Airlangga. Hasil dari penulisan
jurnal ini adalah alur perkembangan radikalisme di lingkungan kampus dan
pencegahannya dalam menciptakan lingkungan kampus yang bersih dari paham
radikalisme dan pendapat dari mahasiswa tentang paham radikalisme yang merekaamati
dalam dunia perkuliahan sehari hari.

Kata Kunci: Radikalisme, Doktrin, SikapMahasiswa.


Pendahuluan :

Sebelum membahas lebih dalam munculnya organisasi-organisasi yang


mengenai radikalisme yang terselubung di tidak kooperatif terhadap kaum
kampus, apakah kalian mengerti arti dari penjajah,hal ini disebabkan karena rakyat
radikalisme sendiri? Radikalisme berasal Indonesia ingin adanya suatu kebebasan
dari bahasa Latin radixyang memiliki arti dari belenggu Kapitalisme. Namun seiring
"akar" adalah istilah yang digunakan pada perkembangan zaman radikalisme ini
akhir abad ke-18 untukpendukung gerakan muncul bukan sebagai keinginan
radikal. Menurut KBBI pengertian dari perubahan yang ke arah positif namun
Radikalisme dapat dibedakan menjadi tiga lebih ke arah negatif dengan membawa isu
pemahaman. Pengertian yang pertama agama danideologidi dalamnya. Hal ini
adalah 'paham atau aliran yang radikal terbukti dengan munculnya gerakan
dalam politik'. Kedua, 'paham atau aliran radikalisme pada tahun 1965 yang kita
yang menginginkan perubahan atau kenal sebagai peristiwa G 30S PKI
pembaharuan sosial dan politik dengan merupakan gerakan paham komunis yang
cara kekerasan atau drastis' dan yang ingin menggantikan ideologi Pancasila.
ketiga, 'sikap ekstrem dalam aliran Selain itu bertambah munculnya juga
politik'.Jadi radikalisme merupakan suatu gerakan radiskalisme pasca reformasi
paham atau gagasan yang menginginkan dikarenakan kebijakan baru yang
adanya perubahan sosial-politik dengan dinamakan kran demokrasi dimana ada
menggunakan cara-cara ekstrem. nya kebebasan dalam berpendapat dan
Termasuk cara-cara kekerasan, bahkan kebebasan pers. Hal ini menyebabkan
juga teror. Kelompok-kelompok yang muncul nya aliran agama yang radikal.
berpaham radikal ini menginginkan adanya
perubahan yang dilakukan secara drastis Ternyata tidak berhenti hingga di
dan cepat, walaupun harus melawan saat itu saja, radikalisme mulai merebak
tatanan sosial yang berlaku di masyarakat. hingga saat ini dan sudah masuk di ranah
pendidikan. Ranah pendidikan yang
Pada awalnya radikalisme ini dimaksud ini adalah perguruan tinggi.
muncul di Indonesia pada saat zaman Perguruan tinggi yang digadang-gadang
penjajahan Belanda dan Jepang dengan sebagai civitas akademik atau tempat
munculnya bibit-bibit yang unggul dan preventif.Pertama, pimpinan universitas
tempat para mahasiswa mendapatkan ilmu harus mengontrol fasilitas kampus, seperti
pengetahuan, ternyata mulai terpapar tempat ibadah, dan ruang-ruang
paham radikal. Hal ini didukung dengan pertemuan. Jadi jangan diberikan sebebas-
prasangka dan klaim perguruan tinggi bebasnya kepada mahasiswa atau dosen
sebagai pusat dan benih radikalisme menggunakan tempat ibadah untuk
menyeruak setelah Badan Nasional menyebarkan doktrin yang arahnya negatif
Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan bahkan studentcenter bisa digunakan
merilis hasil risetnya. Berdasarkan riset kegiatan-kegiatan radikal. Kedua perlu
yang dikemukakan BNPT menyebutkan penguatan kembali mata kuliah yang
tujuh perguruan tinggi negeri ternama punya kaitan dengan penguatan
kterpapar ideologi radikal. Hal tersebut di kebangsaan. Misalnya, Pancasila,
ucapankanoleh seorang pejabat dari kewarganegaraan, sejarah, ilmu sosial
lembaga yang lebih berwenang mengurusi harus diperkuat dengan konteks
"terorisme" dengan diperkuat gelombang kebangsaan. Ketiga, penindakan tegas
penonaktifan sejumlah dosen yang terhadap oknum-oknum tersebut, jika
dituding anti-Pancasila karena dituduh sudah tercium hal-hal yang mengarah
mendukung HizbutTahrir Indonesia, terhadap suatu doktrin atau paham radikal,
organisasi perkumpulan yang dilarang seluruh civitas yang berada dikampus
pemerintah pada 2017. Hal ini bisa terjadi bahkan mahasiswa pun dapat langsung
karena mungkin disebabkan oleh beberapa mengadukan hal tersebut kepada yang
faktor yaitu pertama sebelum menjadi berwenang. Olehkarenaitu, sangat
dosen, mereka sudah aktif di organisasi- diperlukan peran aktif dari seluruh warga
oraganisasi yang menyimpang, kedua kampus dalam meminimalir masalah ini.
kesalahan mengartikan suatu persepsi,
ketiga fanatik terhadap suatu hal dan Metode yang digunakkan :
mudah terbawa arus yang berkaitan
Metode penelitian ini merupakan bagian
dengan isu agama, keempat kurang
penting yang harus dituliskan dalam setiap
pahamnya terhadap isu-isu politik yang
pembuatan jurnal ilmiah. Namun, masih
ada di Indonesia.
banyak orang yang belum mengetahui
manfaat dan pentingnya metode yang
Oleh karena itu diperlukannya
digunakan dala sebuah jurnal.
upaya untuk meminimalisir hal tersebut
terjadi dengan melakukan tindakan yang
Penggunaan metode dalam sebuah
penelitian ataupun pembuatan jurnal dapat
memudahkan penulis dalam menetukan
cara untuk memperoleh data yang paling
2. Penelitian kualitatif
efisisen dan sesuai dengan kebutuhan.
Kerangka penelitian dapat terbentuk Cara membuat jurnal ilmiah dengan
dengan lebih mudah sehingga dapat metode penelitian kualitatif merupakan
membuat penelitian menjadi lebih metode riset yang bersifat deskriptif dan
menghemat waktu dalam menyusun analitis. Hasil penelitian yang ditonjolkan
sebuah jurnal. adalah prosesnya. Terkait dengan landasan
teori yang dapat digunakan adalah rasa
Metode penelitian terbagi menjadi
subjektifitas peneliti. Istilah lain dari
beberapa jenis, peneliti dapat
penelitian kualitatif adalah metode
menggunakan lima jenis metode, yakni
naturalistik, kerena ditulis berdasarkan
metode penelitian kuantitatif, kualitatif,
kondisi dan situasi subjek yang diteliti.
survei, ekspos facto  atau menggunakan
metode penelitian deskriptif. 3. Penelitian survey

1. Metode Penelitian Kuantitatif Sementara cara membuat jurnal ilmiah


dengan metode survey adalah metode
Metode penelitian kuantitatif menjadi
penelitian yang digunakan untuk
metode cara membuat jurnal ilmiah.
memperoleh data. Khusus metode survey,
Metode satu ini dapat digunakan untuk
informasi yang diperoleh sifatnya opini.
mengulas objek yang lebih spesifik,
Metode penelitian satu ini tidak untuk
terencana dan tersistematis. Ciri khas
mengetahui data statistic, melainkan untuk
penelitian kuantitatif menekankan
digunakan untuk memperoleh data yang
penggunaan angka. Data pendeukung
berhubungan dengan gambaran atau
metode penelitian kuantatif adalah grafik,
populasi secara umum.
tabel maupun diagram. Adapun di dalam
metode penelitian kuantitatif juga terdapat 4. Ekspos Facto
metode pendukung. Metode pendukung
Jenis metode penelitian ini mungkin tidak
tersebut adalah metode komparatif dan
begitu familiar ya di telinga orang awam.
metode deskriptif. Termasuk juga survey,
Ya, cara membuat jurnal ilmiah dengan
ekspos, peneilitian tindakan dan korelasi.
menggunakan metode penelitian ekspos
facto adalah metode penilitian yang ingin Dalam wawancara ini ada beberapa
melihat apakah ada hubungan sebab pertanyaan yang kami berikan yaitu :
akibat. Tentunya sebab akibat objek yang
1. Apa anda mengetahui apa yang
diteliti. Dari hasil observasi inilah,
dimaksud dengan radikalisme?
nantinya peneliti akan menemukan
2. Mengapa pemahaman radikalisme
jawaban dan bukti baru, yang dapat
bisa menyebar di kalangan anak
jadikan sebagai materi tambahan hasil
muda saat ini?
penelitian.
3. Menurut pendapat anda apakah
5. Penelitian Deskripitif radikalisme identik dengan
terorisme?
Metode penelitian cara membuat jurnal
4. Menurut anda apa bahayanya bila
ilmiah yang terakhir adalah metode
ada radikalisme di lingkungan
penelitian deskriptif. Sesuai dengan
sekitar anda? (terutama di
namannya, metode penelitian deskriptif
lingkungan kampus )
difungsinya untuk mengambarkan
5. Solusi apa yang bisa anda berikan
fenomena yang masih berjalan. Bisa juga
agar dapat mengurangi
untuk mendeskripsikan fenomena di masa
radikalisme? (di lingkungan
lampau.
kampus)

Ada dua bentuk penelitian deskriptif,


Hasil dan Pembahasan:
pertama metode longitudinal, yaitu metode
yang dapat dilakukan dalam waktu yang
Secara etimologis, kata 'radikal'
lama. Kedua metode cross sectional, yang
berasal dari bahasa Latin klasik, yakni
digunakan untuk penelitian yang
'radix', yang memiliki arti 'akar'
digunakan untuk beberapa waktu tertentu.
(dalamtumbuhan). Selanjutnya, kata ini
Dalam jurnal ini metode yang dikembangkan maknanya
digunakan ialah penelitian survey yaitu menjadisesuatu yang berkenaan dengan
mengumpulkan data dengan meminta opini hal yang paling asli, paling utama, dan
yang didapat melalui beberapa pertanyaan paling mendasar/fundamental. Radikal
yang terkait dengan judul penelitian yaitu “ berkenaan dengan cara memahami
Arus Radikalisme Terselubung di suatu persoalan.Menurut Kamus Besar
Lingkungan Kampus ”. Bahasa Indonesia (KBBI),
‘radikalisme’ memiliki tiga arti, yaitu
pertama, paham atau aliran yang radikal 1. Radikalisme secara keyakinan.
dalam politik, kedua, paham atau aliran Maksudnya ialah bentuk
yang menginginkan perubahan atau radikalisme dengan cara menilai
pembaharuan sosial dan politik dengan orang lain yang tidak se-agama
cara kekerasan atau drastis, dan ketiga, dengannya kafir dan sering kali
sikap ekstrem dalam aliran politik.Paul menilai hanya kelompoknya yang
McLaughllin dalam bukunya yang akan masuk surge.
berjudul Radicalism: A Philosophical 2. Radikalisme secara tindakan.
Study berkata bahwa terdapat nilai Maksudnya ialah kelompok yang
positif dalam radikalisme, yaitu akan menghalalkan segala cara
mendukung kemajuan social termasuk pembunuhan atas nama
(progresif). Namun, seiring berjalannya agama.
waktu pernyataan tersebut menjadi 3. Radikalisme secara politik.
ambigu. Radikalisme memiliki 2 ciri, Maksudnya ialah kelompok yang
yaitu: ingin mengganti ideologi Pancasila
1. Utopis. Utopis sendiri memiliki arti menjadi ideologi khilafah.
mendambakan sistem sosial-politik Terdapat beberapa faktor yang dapat
yang sempuirna. Dalam kaitannya membuat seseorang menjadi salah satu
dengan radikalisme, utopis berarti kelompok dari ketiga kategori
sebuah kondisi yang mustahil untuk radikalisme di atas, yaitu:
diwujudkan dan melakukan cara 1. Perkembangan di tingkat global.
yang berbahaya untuk Dalam hal ini, kelompok radikal
mewujudkannya. menjadikan konflik di Timur
2. Bersifat ektrem dalam aksinya. Tengah sebagai inspirasi untuk
Terdapat dua makna yang merujuk mengangkat senjata dan aksi teror.
pada kata ektrem ini. Pertama, 2. Tersebarnya paham Wahabisme.
ektrem yang dimaksud ialah tidak Sebuah paham yang
mengambil posisi sentris di dalam mengangungkan budaya Islam ala
politik atau tidak moderat. Kedua, Arab yang konservatif. Dalam
makna ektrem secara harfiah yaitu radikalisme, Wahabisme tidak
menggunakan cara-cara kekerasan. hanya sekedar aliran atau ideologi,
Penggiat anti-radikalisme Hadad Alwi namun juga mentalitas. Salah satu
menyebutkan bahwa di Indonesia cirinya adalah mereka menilai orang
terdapat 3 jenis radikalisme, yaitu: yang berada di luar kelompok
mereka itu kafir dan musuh yang cara mengikuti berbagai kegiatan dan
harus diperangi. Mereka akan bidang keilmuan. Faktor-faktor
menghalalkan segala cara termasuk tersebutlah yang dimanfaatkan oleh
kekerasan untuk memerangi yang kelompok radikal. Mereka
mereka anggap musuh atas nama memanfaatkan eksplorasi diri dalam
agama. remaja serta keingintahuan yang besar
3. Kemiskinan. Sebenarnya tidak ada untuk mendoktrin para remaja dengan
kaitan secara langsung antara ideologi mereka. Pada saat inilah
kemiskinan dan radikalisme. remaja terpapar radikalisme. Anak
Namun, terkadang factor remaja adalah segmen usia yang rentan
kemiskinanlah yang membuat terhadap keterpaparan paham
mereka terjebak dalam kelompok keagamaan radikal. Kebanyakan pakar
tersebut karena mereka merasa radikalisme dan terorisme (J.M.
termarjinalkan. Venhaus, 1995: 21). Selain itu, para
Pada tahun 2017, Badan Intelijen remaja yang mempunyai semangat
Negara (BIN) melakukan survey dan tinggi untuk belajar agama namun
hasilnya sebanyak 39% mahasiswa minim informasi, menjadikan para
sudah terpapar radikalisme. Survey lain remaja tersebut salah memilih tempat
yang dilakukan oleh Lembaga Kajian kajian atau oknum guru agama.
Islam dan Perdamaian (LaKIP) Bukannya ajaran agama yang benar
membuktikan bahwa hamper 50% yang didapat, mereka malah terdoktrin
pelajar menyetujui jika menyelesaikan radikalisme. Selain di tempat seperti
konflik agama menggunakan kekerasan. pengajian dan sekolah, kelompok
Bahkan, belasan pelajar setuju dengan radikal tersebut juga mendoktrin para
bom bunuh diri. Fakta tersebut sangat remaja lewat media sosial. Di zaman
miris mengingat bahwa pemuda yang sekarang, para remaja banyak yang
seharusnya menjadi generasi penerus berselancar di internet terutama media
bangsa malah terpapar radikalisme. sosial. Momen tersebutlah yang
Lalu, mengapa kelompok radikal dimanfaatkan oleh kelompok radikal.
tersebut mengincar remaja? Usia remaja Mereka membuat konten dengan bahasa
ialah usia di mana terjadinya pencarian yang mudah dimengerti oleh anak
jati diri, pencarian status, krisis muda. Konten tersebut berisi ideologi
psikologis, keingintahuan yang besar atau paham yang radikal dan akan
serta ingin dirinya dianggap dengan mendoktrin anak muda. Selain melalui
konten, kelompok radikal tersebut juga kenyataannya hanya sedikit radikal
mendoktrin anak muda lewat ustadz- yang berakhir menjadi teroris. Terdapat
ustadz sosial media yang sebenarnya beberapa factor baik dari dalam diri
hanya oknum. Ustadz-ustadz tersebut sang teroris atau dari luar diri teroris
menggunakan bahasa yang kekinian dalam melakukan aksinya. Tetapi,
dan mudah dimengerti oleh anak muda Kembali lagi, ini semua tidak menutup
sehingga banyak anak muda yang fakta bahwa kebanyakan teroris tumbuh
tertarik. Dari situlah mereka akan dari orang-orang yang radikal. Para
membina, membangun jejaring dan teroris tersebut memulai kariernya
merawatnya untuk kepentingan sebagai seorang radikal dan militan.
kelompok. Menurut Sekretaris MUI Jawa Barat,
Menurut pakar intelijen, Soleman Rafani Achyar, terorisme di Jawa Barat
Ponto, serangkaian aksi teror bukanlah erat kaitannya dengan radikalisme.
paham dari radikal. Itu terjadi karena Menurut beliau, terdapat 3 tahapan
tidak adanya pengawasan yang ketat seseorang menjadi teroris, yaitu:
terhadap bahan peledak. Jadi, selama 1. Seseorang yang memiliki ilmu
kelompok radikal tersebut tidak agama yang rendah, kemudian
memiliki alat peledak, mereka tidak mengikuti sebuah kajian keagamaan
akan menjadi teroris. Menurut NU, para yang salah atau kajian yang
remaja yang didoktrin dan dibina oleh memahami agama hanya secara
kelompok radikal tidak semuanya tekstual, dan jauh dari konsep ajaran
berakhir melakukan kekerasan atau agama Islam yang damai dan
terorisme. Di lain sisi, sebuah sumber toleran.
mengatakan bahwa radikalisme dan 2. Lalu orang tersebut menjadi
terorisme berbeda namun saling terkait intoleran, barulah ia memasuki fase
dalam beberapa hal. Memang, motif, radikalisme dan berkelompok atau
alasan, dan ideologi di balik aksi mengekslusifkan diri dengan cara
terorisme beragam. Namun, segala cara tidak bersosialisasi dengan
untuk mencapai tujuan dengan kelompok masyarakat lainnya.Pada
melakukan aksi kekerasan terhadap fase ini, seseorang yang sudah
warga sipil serta aparat, selalu terpapar radikalisme tidak mau
mengandung unsur radikalisme. menerima kebenaran dari kelompok
Namun, tidak semuanya bertransisi dari lain. Bahkan, cenderung lebih
radikalisme ke terorisme. Bahkan mudah menyalahkan orang lain
hingga mengkafirkan orang lain kegiatan. Jika ditanya apakah ini
yang tidak sepaham dengannya. berbahaya atau tidak, jelas ini
3. Setelah itu, seseorang tersebut akan sangat berbahaya. Mahasiswa yang
terjerat dalam lingkaran terorisme. dipandang sebagai kaum terpelajar
Pada fase terakhir ini biasanya dan merupakan masa depan negeri
seseorang yang sudah dibaiat oleh ini malah terpapar radikalisme. Bisa
kelompok atau jaringan terorisme dibayangkan jika mahasiswa yang
tidak segan-segan untuk membunuh seharusnya memajukan negeri ini
dan menganiaya kelompok lainnya. dengan pemikiran-pemikirannya
Terutama kelompok yang memiliki yang cemerlang malah ingin
pemahaman berseberangan mengganti ideologi negara ini
dengannya. dengan cara kekerasan. Mahasiswa
Seperti yang sudah yang seharusnya menjadi pelopor
dikatakan sebelumnya, sebanyak toleransi terhadap perbedaan malah
39% mahasiswa terpapar menjadi pelopor intoleransi serta
radikalisme. BNPT juga menghalalkan segala cara untuk
menyebutkan bahwa sebanyak tujuh memerangi kelompok yang tidak
universitas negeri teridentifikasi sepaham dengannya. Dosen yang
radikalisme. Walaupun ke-tujuh terpapar radikalisme pun sangat
kampus yang disebut BNPT adalah berbahaya. Karena para dosen
kampus umum, tidak dipungkiri tersebut menyalahgunakan
kampus Islam juga disusupi paham tugasnya. Seharusnya tugas mereka
radikalisme. Menurut Guru Besar adalah mencerdaskan anak bangsa
UIN Jakarta, Azyumardi Azra, bukan menyesatkan anak bangsa
pemahaman radikal masuk ke dalam dengan cara mendoktrin mereka
wilayah kampus melalui tenaga dengan paham radikal.
pendidik. Selain itu, menurut Dalam rangka
sebuah sumber, radikalisme masuk meminimalisir radikalisme, berikut
melalui kegaiatan seperti liqa upaya yang dapat dilakukan oleh
(pertemuan) atau kajian. Kelompok negara:
radikal tersebut mengincar 1. Membuat materi tentang
mahasiswa baru yang memiliki deradikalisasi yang relevan
pemahaman agamayang minim dan dengan karakteristik dan
sedang gencar-gencarnya mencari psikologis para remaja. Selama
ini materi tentang deradikalisasi ini menjadi radikal. Solusinya,
hanya untuk orang dewasa para remaja ini harus sering
dengan menggunakan Bahasa diajak berdialog dan
yang kaku. Seharusnya materi berkomunikasi dengan orang
tentang deradikalisasi juga dewasa terutama orangtua.
dibuat untuk remaja dengan 4. Menumbuhkan nilai toleransi
menggunakan Bahasa yang antar umat beragama dan
menarik serta kekinian agar memaknai Pancasila sebagai
lebih mudah dipahami. ideologi yang sah bagi seluruh
2. Memperluas jangkauan program rakyat Indonesia.
deradikalisasi ke wilayah- 5. Memahami nilai-nilai
wilayah yang lebih kecil dan nasionalisme.
intim seperti keluarga. Program 6. Memberikan pemahaman tentan
deradikalisasi oleh BNPT wawasan kebangsaan.
selama ini hanya menyentuh 7. Penekanan pada critical
wilayah luas seperti ormas- thinking yang seharusnya
ormas keagamaan dan hanya menjadi fondasi kehidupan
orang dewasa yang terlibat intelektual mahasiswa kampus.
dalam program deradikalisasi Dengan memiliki kebiasaan
serta jumlahnya terbatas. Dalam critical thinking, kita akan
hal ini, banyak remaja yang terbiasa berfikir kritis sehingga
tidak terlibat program tidak mudah terdoktrin.
deradikalisasi.
3. Mengatasi dislokasi dan Kesimpulan:
deprivasi sosial para remaja Menurut KBBI radikalisme adalah
melalui program perlibatan paham atau aliran yang
sosial (social inclusion). Selama menginginkan perubahan atau
ini, banyak remaja yang kurang pembaharuan sosial dan politik
terawasi dengan baik oleh dengan cara kekerasan. Para
orang-orang dewasa di kelompok radikal memanfaatkan
sekitarnya terutama orangtua para remaja yang sedang mencari jati
mereka.Terputusnya komunikasi diri untuk memaparkan paham
sosial dengan prang-orang radikalisme. Mereka juga
terdekat membuat para remaja memaparkan paham radikalisme
melalui sosial media. Radikalisme
dan terorisme tidak sepenuhnya
berkaitan. Tidak semua yang radikal
dan militan berakhir menjadi teroris.
Tetapi, banyak teroris yang
mengawali karirnya sebagai anggota
kelompok radikal. Pemahaman
radikal ini juga telah memasuki
dunia pendidikan. Banyak siswa dan
mahasiswa yang terpapar
radikalisme. Tidak sedikit juga
tenaga pengajar yang mendoktrin
murid mereka. Jelas hal ini sangat
berbahaya. Untuk meminimalisir
radikalisasi, seharusnya pemerintah
tidak hanya terfokus dengan ormas-
ormas radikal dan orang dewasa saja,
tetapi pemerintah juga harus
memfokuskan deradikalisasi untuk
remaja.
DAFTAR PUSTAKA 7. Khamid, N., 2016. Bahaya
1. Judul Buku : Dari Radikalisme radikalisme terhadap NKRI. Millati:
Menuju Terorisme : Studi Relasi Journal of Islamic Studies and
dan Transformasi Organisasi Islam Humanities, 1(1), pp.123-152.
radikal di Jawa Tengah dan DI 8. Robingatun, R., 2017. Radikalisme
Yogyakarta.Penyusun : Tim Islam Dan Ancaman Kebangsaan.
SETARA InstituteEditor : Ismail EMPIRISMA: JURNAL
Hasani & Bonar Tigor PEMIKIRAN DAN
NaiposposPenerbit : Pustaka KEBUDAYAAN ISLAM, 26(1).
Masyarakat SetaraEdisi : Februari
2012Tebal Buku : vi + 328
halaman
2. Fanani, A.F., 2013. Fenomena
Radikalisme di Kalangan Kaum
Muda. Jurnal Maarif, 8(1), pp.4-13.
3. Turmudi, E. and Sihbudi, M.R.,
2005. Islam dan radikalisme di
Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.
4. Munip, A., 2012. Menangkal
radikalisme agama di sekolah.
Jurnal Pendidikan Islam, 1(2),
pp.159-181.
5. Tamtanus, A.S., 2018. Pemikiran:
menetralisir radikalisme di
perguruan tinggi melalui para
dosen. Untirta Civic Education
Journal, 3(2).
6. Tamtanus, A.S., 2018. Pemikiran:
menetralisir radikalisme di
perguruan tinggi melalui para
dosen. Untirta Civic Education
Journal, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai