Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pesantren

Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 01-14


http://journal.arpenta.org/php/pesantren

Received:29-05-2022, Received in revised from: 12-06-2022, Accepted: 18-06-2022

Ekploitasi santri di pesantren


Al abdali
1
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe;
*
E-mail: 1abdali33296@gmail.com

ABSTRACT
Problematic problems that are currently hot news among society and all over the world. The
problem of exploitation that occurs in society, in educational circles and even among Islamic
boarding school students is that there is exploitation carried out by irresponsible individuals.
The aim of this research is to find out and also describe the problem of exploitation that occurs
among the community and also at Islamic boarding schools, where Islamic boarding schools
are a place to study. This research method is a qualitative research method through surveys
and interviews with students studying at Islamic boarding schools. The results of the research
show that the exploitation of students in Islamic boarding schools is caused by several reasons,
the first is that someone has power, the second it happens because someone has the opportunity
to do this which is caused by a lack of supervision and the third is because there are no strict
sanctions for this behavior, so the perpetrator dare to do this

Keywords: Leadership, ekploitation, student

Abstrak
Problematika masalah yang menjadi berita hangat dikalangan masyarakat dan
penjuru sekarang ini. Masalah ekploitasi yang terjadi dimasyarakat, di kalangan
pendidikan dan juga bahkan dikalangan santri tersendiri sudah adanya ekploitasi
yang dilakukan oleh oknum oknum yang tidak bertanggung jawab. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan juga mendeskripsikan masalah ekploitasi
yang terjadi di kalangan masyarakat dan juga pesantren yang mana pesantren
merupakan tempat menuntut ilmu. Metode penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif melalui survei dan juga wawancara terhadap santri yang belajar di
pesantren. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya terjadinya ekploitasi santri di
pesantren disebabkan oleh beberapa sebab yang pertama seseorang memiliki
kekuasaan, yang kedua terjadi nya karena seseorang memiliki kesempatan terhadap
hal tersebut yang disebabkan oleh kurangnya pengawasan dan yang ketiga yaitu
karena tidak adanya sanksi yang tegas terhadap perilaku tersebut makanya pelaku
berani melakukan hal tersebut.

Kata Kunci: kepemimpinan, , ekploitasi, santri

PENDAHULUAN

1
2|

Dari berbagai berita atau pun nyata banyak kita jumpai dan kita lihat berita tentang
ekploitasi yang terjadi di kalangan masyarakat, baik itu dalam masyarakat awam dan
pesantren. Oleh karena itu, berita yang sedemikian rupa dapat mengganggu kita atas
keprihatinan kita atas apa yang terjadi dikalangan remaja baik itu masyarakat atau pun
santri.

Pada dasarnya pendidikan di pesantren atau dayah adalah upaya santri agar mampu
mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidupnya sendiri dan mampu memberikan
kontribusi yang bermakna dalam pandangan agama dan mampu mengembangkan
kualitas hidup masyarakat di daerah nya kelak ketika mereka mengabdi kepada daerah
dasar nya.

Para santri seringkali tinggal jauh dari keluarga sehingga membuat mereka lebih rentan
terhadap eksploitasi karena terisolasi dari lingkungan yang dapat melindungi mereka.
Kurangnya pendidikan sekuler:Fokus utama pesantren adalah pada pendidikan agama,
yang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan para santri tentang hak-haknya dan
bagaimana melindungi diri dari eksploitasi.

Faktor penyebab terjadinya ekploitasi terhadap santri yaitu dikarenakan ketergantungan


ekonomi, kekuasaan dan otoritas serta dikarenakan budaya dan juga norma di suatu
pondok pesantren. Namun, pada dasarnya masalah yang terjadi saat ini berbeda cara
pandang orang yang melakukan tindakan ekploitasi tersebut.

Masalah yang terjadi yang saya temui dilapangan sungguh beda pemikiran orang yang
melakukan ekploitasi tersebut yaitu saya mewawancarai santri terkait ekploitasi santr,i
mereka menganggap ini bukanlah ekploitasi santri tetapi ini bentuk takzim seorang
murid terhadap gurunya bahkan mereka tidak ada yang memaksa siapa yang mau
melakukan contoh mengutip sumbangan didepan pesantren itu yang menjadi masalah di
salah satu pesantren yang saya wawancara.

Penyelesaian dari permasalahan diatas adalah dengan cara kita mengubah pola pikir
atau stigma santri dengan cara memperkenalkan hak hak yang harus atau yang menjadi
kewajiban seorang dan menjaga dirinya dari kekerasan ekploitasi terhadap santri. Kedua
kita harus mengubah pola pikir orang- orang yang memiliki kekuasaan bahwa para
santri memiliki hak untuk menuntut ilmu dengan nyaman dan aman.

Kesimpulan nya marilah kita ubah stigma dan keotoritasan seorang penguasa terhadap
santri karena santri memiliki hak dan kewajiban sebagai seorang santri untuk menuntut
ilmu marilah kita melindungi santri perbuatan ekploitasi terhadap santri. Dan jika
sebagai seorang yang memiliki kekuasaan terhadap suatu lembaga marilah kita atur ke
jalan yang lebih baik lagi dan melindungi santri santri dari tindakan ekploitasi.

Metode penelitian

Jurnal Pesantren
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 01-14
Al ‘abdali
Ekploitasi santri di pesantren
|3

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu


menggunakan metode penelitian survey observasi dan wawancara . Pada sesi
wawancara peneliti mewawancarai santri dan juga guru ( ustadz) sebagai informan.

Penelitian ini dilakukan dengan teknik survei observasi dan juga wawancara. Tehnik
survei observasi dilakukan dengan cara tidak secara langsung tetapi pada saat
wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara mewawancarai santri dan ustadz terkait
fenomena yang terjadi. Oleh karena itu, setelah data terkumpul dari hasil wawancara
peneliti mengolah data yang terkumpul dan dianalisis dengan komperatif. Analisis data
komperatif dengan metode penelitian yang relevan baik pro maupun kontra.

Kepemimpinan ialah ilmu dan seni memengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak
seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.Definisi
tersebut merupakan kepemimpinan bersifat umum, jika dalam Islam kepemimpinan
identik dengan istilah kholifah Yang berarti wakil. Pemakain kata kholifah Setelah
rasullah SAW. Wafat menyentuh juga yang terkandung di dalam perkataan Amir
(jama’nya umara) atau penguasa.

Oleh karena itu, dalam hal implementasi terhadap kehidupan kita sehari-hari juga
banyak terdapat kepemimpinan, baik dalam keluarga kita, tempat tinggal kita juga
dalam ranah pendidikan Islam yaitu di pesantren. Dalam artian kata setiap wadah atau
lembaga itu memiliki sistem kepemimpinan atau ada yang memimpin. Terkait hal
tersebut kepemimpinan dalam berbagai hal ataupun aspek itu berbeda-beda. Baik dalam
cara seseorang memimpin atau pun karakteristik dalam memimpin seseorang.

Dalam Islam sistem kepemimpinan setelah Rasulullah wafat yaitu kepemimpinan


dengan istilah Khalifah. Dalam hal tersebut Sekarang disebut dengan sistem
kepresidenan. Begitu juga dalam lembaga pendidikan Islam yaitu pesantren yang
dipimpin oleh seorang kiayi atau abu, Abi, abati dan sebagainya.

Menurut Arifin (1993:130) memenuhi kriteria ideal Kiai dipercaya, ditaati, dan
diteladani Oleh komunitas yang dipimpinnya memiliki integritas pribadi yang tinggi
terhadap Kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Kenapa di zaman sekarang keluar teori
seperti ini karena ada karakteristik pemimpin yang tidak dapat dipercaya. Banyak
pemimpin pemimpin zaman sekarang yang melakukan tindakan yang tidak
menyenangkan.

Dari hasil pantauan dan observasi secara tidak langsung pemimpin di pondok pesantren
darul abrar itu sangat menggambarkan seperti yang dijelaskan oleh teori diatas. Yaitu
memiliki karakteristik yang ideal yaitu memiliki integrasi yang tinggi terhadap
kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Yaitu senantiasa selalu berkarakter apa adanya
sesuai dengan ketentuan.

1. Problematika ekploitasi santri dan penyebab terjadinya ekploitasi


4|

Ekploitasi santri merupakan masalah yang serius yang melibatkan kekuasaan, ekonomi
dan sosial terhadap para santri atau pun peserta didik di pesantren atau lembaga
pendidikan Islam. Masalah ini dapat terjadi dalam berbagai bentu dan tingkat, mulai
penyalahgunaan kekuasaan, pelecehan fisik, pelecehan seksual, hingga ekploitasi
ekonomi.

Ekploitasi fisik dan psikologis terhadap santri merupakan bentuk penyalahgunaan


kekuasaan dan tindakan merugikan secara fisik maupun mental terhadap para santri di
lembaga pendidikan Islam atau pun pesantren. Ekploitasi secara fisik terhadap para
santri yaitu tindakan – tindakan yang menyebabkan cedera seperti contohnya guru
ataupun staf pesantren melakukan tindakan yang menyebabkan cedera, rasa sakit, dan
penderitaan fisik seperti memukul, menampar, menendang atau menggunakan benda
benda untuk menyakiti para santri sebagai hukuman atau pendisiplinan para santri.
Yang kedua yaitu pekerjaan fisik yang berlebihan yaitu memaksa para santri untuk
mengerjakan pekerjaan fisik yang berlebihan , yang berat atau pun berbahaya diluar
kapasitas mereka seperti contoh bekerja di lahan pertanian tanpa istirahat yang cukup
dan juga perlindungan yang memadai. Yang ketiga yaitu pengabaian kesehatan fisik, ini
merupakan salah satu bentuk tindakan ekploitasi terhadap para santri secara fisik yaitu
tidak memberikan perawatan kesehatan yang memadai terhadap para santri yang sakit
atau pun cedera sehingga mengakibatkan kondisi kesehatan lebih memburuk.

Ekploitasi spikologis merupakan tindakan atau perilaku yang mempengaruhi kesehatan


mental dan emosional para santri secara negatif. Contohnya yaitu penghinaan dan
pelecehan verbal yaitu menghina atau melecehkan atau mengancam para santri secara
verbal terhadap santri baik secara pribadi ataupun kelompok dengan tujuan mengurangi
harga diri atau membuat rasa takut. Yang kedua yaitu pengucilan dan perlakuan tidak
adil yaitu melakukan tindakan pemisahan terhadap santri dari kelompok atau aktivitas ,
mengisolasi mereka secara sosial dan memberikan perlakuan tidak adil terhadap santri
sehingga mereka terabaikan dan tidak dihargai.

Yang ketiga yaitu memanipulasi mental dan pengaruh kognitif yaitu melakukan
tindakan atau pun mempengaruhi pikiran ataupun keyakinan para santri melalui
manipulasi informasi , pengendalian informasi atau indoktrinasi yang bertujuan
mengubah pola pikir dan perilaku mereka atau santri sesuai keinginan orang atau oknum
yang melakukan tindakan ekploitasi. Yang keempat yaitu melakukan tindakan ancaman
dan intimidasi, mengancam dan mengintimidasi terhadap para santri akan keselamatan
fisik dan reputasi mereka, menciptakan rasa ketakutan dan kecemasan yang
berkelanjutan dan berkepandiharga

Ekploitasi santri dalam bentuk pelecehan seksual. Ekploitasi santri dalam bentuk
pelecehan seksual yaitu perbuatan serius yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan
atau posisi yang lebih tinggi untuk memanfaatkan atau menyakiti santri secara seksual.
Pelecehan seksual merupakan tindakan yang tidak diinginkan, tidak disetujui, dan tidak
diinginkan secara seksual terhadap individu, yang mencakup tindakan fisik , verbal, no
verbal, yang memiliki tujuan seksual atau memaksa individu untuk berpartisipasi dalam
tindakan seksual tanpa izin atau persetujuan.

Jurnal Pesantren
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 01-14
Al ‘abdali
Ekploitasi santri di pesantren
|5

Nah, ada beberapa jenis tindakan pelecehan seksual yaitu yang pertama pencabulan.
Pencabulan merupakan tindakan kontak fisik yang tidak diinginkan , termasuk sentuhan
intim ataupun penetrasi seksual terhadap para santri yang tidak diinginkan atau tanpa
izin. Yang kedua yaitu pelecehan seksual secara verbally, yaitu pelecehan seksual dalam
bentuk bahasa atau pun ucapan yang tidak pantas, vulgar, atau mengancam untuk
memaksa atau mengintimidasi santri secara seksual. Yang ketiga yaitu pelecehan Non
verbal, pelecehan Non verbal merupakan tindakan kontak tubuh yang tidak diinginkan
seperti melihat dengan hasrat yang tidak pantas, gesture cabul, atau ekoresi wajah yang
meresahkan. Yang keempat yaitu ekploitasi seksual, kegiatan ekploitasi seksual
terhadap para santri yaitu tindakan memaksa atau memanipulasi terhadap para santri
untuk melakukan tindakan seksual atau mengambil gambar atau video seksual tanpa
izin mereka.

Dari semua perilaku atau tindakan ekploitasi secara seksual terhadap para santri tidak
terlepas dari faktor atau penyebab terjadinya tindakan yang tidak diinginkan tersebut.
Faktor atau penyebab yang pertama yaitu penyalahgunaan kekuasaan, orang orang yang
memiliki posisi otoritas atau kekuasaan di pesantren dapat menyalahgunakan posisi
untuk melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap para santri. Tindakan yang kedua
yaitu ketidak Adilan gender, budaya yang mendukung terjadinya ketimpangan gender
dan pandangan yang salah tentang perempuan dan laki-laki dapat mempengaruhi
kecenderungan pelecehan seksual. Yang ketiga yaitu ketidakpastian sosial, kondisi
sosial yang tidak adil seperti ketidak setaraan sosial dan ekonomi , dapat memberikan
peluang terjadinya pelecehan seksual terhadap individu yang lebih tinggi.

Pelecehan seksual merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang harus diberantaskan
melalui tindakan tegas, pendidikan, dan penegakan hukum yang kuat. Menyediakan
lingkungan yang aman dan mendukung bagi santri adalah kunci untuk mencegah dan
mengatasi pelecehan seksual di lembaga pendidikan.

Ekploitasi ekonomi terhadap santri. Ekploitasi ekonomi terhadap santri merupakan


tindakan penyalahgunaan ekonomi yang mana santri dimanfaatkan secara tidak adil
atau dieksploitasi dalam hal keuangan atau ekonomi di lingkungan pesantren atau
lembaga pendidikan Islam. Ekploitasi ekonomi terhadap santri baik berupa penipuan,
pemaksaan atau tindakan ilegal lainnya yang merugikan secara finansial terhadap para
santri.

Nah, ada beberapa contoh dari tindakan ekploitasi ekonomi terhadap santri yaitu yang
pertama yaitu pengambilan uang atau harta benda. Penyalahgunaan kepercayaan dan
pengambilan uang, harta,benda atau sumbangan yang seharusnya digunakan untuk
tujuan pendidikan atau kebutuhan para santri. Yang kedua pekerjaan santri yang
dipaksa, memaksa santri melakukan pekerjaan yang berat tanpa imbalan yang sesuai
dengan pekerjaan. Yang ketiga yaitu pengelolaan dana yang tidak sesuai. Pengelolaan
dana yang tidak sesuai atau tidak transparan yang mengakibatkan dana yang
terkumpulkan dari santri tidak digunakan sesuai dengan tujuan yang semestinya.

Ada beberapa penyebab dan juga faktor yang menyebabkan terjadinya ekploitasi
ekonomi terhadap santri yang pertama yaitu ketimpangan kekuasaan,
6|

ketidaktransparanan dan pengawasan lemah, dan ketergantungan ekonomi.


Ketimpangan kekuasaan yaitu orang orang yang memiliki kekuasaan atas aset keuangan
pesantren dapat menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Ketidaktransparanan dan
pengawasan lemah yaitu kurangnya transparansi dan juga pengawasan dalam
pengelolaan keuangan pesantren dapat membuka celah terjadinya penyalahgunaan dana
dan aset . Ketergantungan ekonomi yaitu kondisi santri yang sangat tergantung pada
pesantren atau bantuan ekonomi sangat mudah untuk dimanfaatkan oleh oknum yang
melakukan tindakan penyalahgunaan kekuasaan sebagai alasan yang dilakukan nya
yaitu menggelapkan dana misalnya.

Ekploitasi santri melalui keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesehatan.


Ekploitasi santri melalui keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesehatan
merupakan suatu bentuk penindasan yang mempengaruhi perkembangan dan
kesejahteraan para santri di lingkungan pesantren atau pun lembaga pendidikan Islam.
Contoh dari tindakan ekploitasi santri melalui keterbatasan akses terhadap pendidikan
yang pertama yaitu kurangnya sarana dan prasarana untuk pendidikan seperti ruang
kelas yang kurang memadai, perpustakaan, laboratorium. Yang kedua yaitu kurikulum
yang tidak memadai dalam artiannya kurikulum yang digunakan tidak sesuai dengan
standar pendidikan nasional atau internasional. Yang ketiga yaitu kurangnya kualifikasi
pengajar yaitu dalam artian kurang nya guru sehingga kondisi pengajaran berjalan tidak
lancar. Yang keempat yaitu penghambatan akses perempuan yaitu santri perempuan
yang menghadapi hambatan tambahan atau aturan yang membatasi kesempatan mereka
untuk belajar.

Contoh dari tindakan ekploitasi santri melalui keterbatasan akses terhadap kesehatan
yang pertama yaitu kurangnya fasilitas kesehatan yaitu pesantren memiliki fasilitas
kesehatan yang kurang memadai sehingga santri menyebabkan sulit mendapatkan
perawatan kesehatan yang sesuai. Yang kedua yaitu kurangnya pelayanan kesehatan
mental seperti contohnya konseling yang bisa digunakan oleh para santri untuk keluhan
yang dirasakan oleh santrii. Yang ketiga yaitu tingginya angka penyakit menular di
pesantren yang disebabkan oleh keterbatasan air bersih. Contoh penyakit menular yang
biasanya terjadi di pesantren yaitu scabies yang marak terjadi di pesantren dan tidak
asing di telinga para smisaln

Ekploitasi santri karena kurang nya pengawas dan perlindungan. Ekploitasi santri
karena kurang nya pengawas dan perlindungan merupakan suatu bentuk tindakan atau
bentuk penyalahgunaan yang sering terjadi di pesantren atau lembaga Dayah atau
lembaga lainnya yang serupa dimana para peserta didik tidak ada pengawasan dan juga
perlindungan yang diberikan kurang memadai sehingga marak terjadi terhadap santri
yaitu tindakan ekploitasi.

Ada beberapa tindakan kurang pengawasan yang terjadi di pesantren atau lembaga
pendidikan Islam lainnya yang menyebabkan marak terjadi ekploitasi yaitu yang
pertama kurang nya pengawasan staf dan pengajar, kurangnya pengawasan dari staf dan
pengajar dipesantren dapat memberikan peluang terjadinya tindakan ekploitasi santri.
Yang kedua yaitu pengawasan yang tidak tegas terhadap sanksi dan pelanggaran ,
tindakan ini dapat menyebabkan beberapa oknum atau orang yang melakukan tindakan
ekploitasi menjadi merajalela atau tidak takut dalam melakukan tindakan tersebut

Jurnal Pesantren
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 01-14
Al ‘abdali
Ekploitasi santri di pesantren
|7

dikarenakan tidak adanya aturan ataupun sanksi yang berat. Yang ketiga yaitu
kurangnya pengawasan terhadap para santri diketika diluar jam pelajaran berlangsung,
seperti ketika kegiatan ekstrakurikuler atau jam diluar kelas lainnya yang sering kali
kurang tehadap pengawasan sehingga dapat menjadi kesempatan bagi pelaku ekploitasi
santri atau pun pelecehan terhadap santri.

2. Analisis gaya kepemimpinan

Pemimpin pada dasarnya adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain dalam pekerjaannya menggunakan kekuatan. Pengertian
kepemimpinan dalam buku Toman sony Tambunan berjudul Kepemimpinan dan
Kepemimpinan, Terry Berpendapat bahwa pemimpin adalah agen perubahan, tindakan
orang lain mempengaruhi orang lain lebih dari tindakan orang lain mempengaruhi
mereka.

Evelyn Clark berkata pada pemimpinnya adalah masa depan organisasi, khususnya
membangun organisasi mereka. Griffin percaya bahwa pemimpin adalah individu yang
memiliki kemampuan untuk memKekerasan, pemimpin adalah individu yang diterima
oleh orang lain, kekerasan pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain.
Sementara itu, Russell dan Evans percaya bahwa pemimpin adalah seseorang yang...
berada di puncak hierarki, orang yang menetapkan aturan-aturan yang harus dipatuhi.
Orang lain, seseorang yang “menunjukkan jalan”.

Dari definisi di atas, hal ini bisa saja terjadi bertanggung jawab untuk membimbing dan
mengkoordinasikan kegiatan kelompok bertanggung jawab untuk membimbing dan
mengkoordinasikan kegiatan kelompok berkaitan dengan terutama bertanggung jawab
untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini.

Suatu organisasi tidak dapat dipisahkan dari peran individu, Oleh karena itu, dapat
dikatakan keberhasilan suatu organisasi bergantung apa kapasitas seorang pemimpin?.
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, membimbing, bergerak
dan bila perlu memaksa orang lain agar mendapat pengaruh itu dan kemudian
melakukan sesuatu yang dapat membantu mencapai tujuan tertentu.

Menurut Nawawi kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi, mempengaruhi,


memotivasi dan mengarahkan orang-orang dalam organisasi atau lembaga pendidikan
tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan atau kekuatan seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi pemikiran
(mindset) orang lain agar mau dan mampu mengikuti keinginannya serta memberikan
inspirasie kepada pihak lain untuk merencanakan sesuatu yang lebih bermakna.
Sedangkan Pemimpin adalah orang yang mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi
dan menginspirasi orang lain agar mereka merespons dalam mewujudkan visi dan misi
organisasi. Kepemimpinan tidak hanya berupa instruksi tetapi juga motivasiy dapat
memberikan inspirasi kepada bawahan, sehingga menghasilkan inisiatif dan kreativitas
mereka dapat berkembang secara optimal menjadi lebih baik kinerja. Kepemimpinan
8|

mencerminkan kualitas aktivitas kerja dan interaksi kelompok, yang berkontribusi atau
berkontribusi situasi pengembangan kerjasama internal dan eksternal. Kepemimpinan
dan kerja sama tim adalah dua hal yang mustahil terpisah, berkaitan erat, dan saling
bergantung.

Gaya kepemimpinan laisbergantun


Dalam kepemimpinan ini sebenarnya bukan pemimpin Memberikan kepemimpinan.
Kategori ini diartikan sebagai memberi kepada orang lain melakukan apa yang mereka
inginkan. Pemimpin tipe ini semuanya sama sekali tidak diperbolehkan mengontrol atau
mengedit karya anggotanya. Pastikan alokasi tugas dan kolaborasi kepada anggota tim
tanpa instruksi atau saran Dari kepala departemen. Kesatuan kekuasaan dan tanggung
jawab, didistribusikan di antara anggota kelompok, tidak merata. Dengan Oleh karena
itu, kekacauan dan konflik mudah terjadi. Tingkat Keberhasilan organisasi atau instansi
karena gaya laissez-faire diciptakan hanya oleh persepsi dan dedikasi anggota kelompok
tertentu, bukan pengaruh Pemimpin.

Menurut Kartini Kartono (1983:84) pada tipe kepemimpinan laisess faire ini sang
pemimpin praktis tidak memimpin, pemimpin membiarkan kelompoknya dan setiap
orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali

Dalam kegiatan kolektif. Setiap pekerjaan dan tanggung jawab pasti ada Dilakukan oleh
bawahan. Pemimpin adalah pemimpin simbolis, dan Umumnya tidak memiliki keahlian
teknis karena menduduki jabatan direktur atau Ketua, presiden dewan, komandan,
pemimpin umum mendapat persetujuan, suap atau melalui sistem nepoBuah. Pekerjaan
tidak dapat dikoordinasikan dan persamaan hak tidak diberikan anak buah. Pekerjaan
tidak dapat dikoordinasikan dan persamaan hak tidak diberikan menciptakan suasana
kerja yang kooperatif. Jadi atur atau Perusahaan yang dijalankannya menjadi kacau,
tidak terorganisir, dan tidak terogenerisir intinya ibarat bisnis tanpa bos.

Singkatnya, pemimpin perusahaan bebas pada dasarnya bukanlah seseorang


Kepemimpinan dalam arti sebenarnya. Karena bawahannya sedang dalam situasi kerja
Dengan cara yang benar-benar tidak terkendali, tidak terkendali, tidak disiplin, Semua
orang bekerja sesuai ritme dan kecepatan yang saya pilih. Tipe kepemimpinan ini
merupakan kebalikan dari kepemimpinan otokratis. Perilaku kepemimpinan dan
perilaku kepemimpinan yang pengkhianat. Sedang dalam proses dalam gaya
kepemimpinan ini, pemimpin tidak dapat menjalankan fungsi mobilisasinya Orang-
orang yang dipimpinnya, dengan cara apa pun.

Menurut wursanto (2003) kepemimpinan laisess faire merupakan pemimpin yang tidak
menguasai bidang tugas yang menjadi wewenang nya dan akan menyerahkan segala
sesuatu kepada bawahan nya.

Dalam kepemimpinan laissez-faire jenis ini, pemimpin praktis tidak ada. Memimpin,
dia membiarkan timnya dan semua orang melakukan apa yang mereka inginkan
Instruktur sama sekali tidak berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Semua pekerja
pemimpin token dan seringkali tidak memiliki keterampilan teknikalah pemimpin token

Jurnal Pesantren
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 01-14
Al ‘abdali
Ekploitasi santri di pesantren
|9

dan seringkali tidak memiliki keterampilan teknis. Pemimpin tidak punya wewenang
dan tidak bisa mengendalikan anak buah. Menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
Jadi, organisasi, perusahaan orang orang yang dipimpinnya kacau, tidak teratur dan
kacau. Singkat nya pemimpin tipe ini bebas pada dasarnya bukanlah seorang pemimpin
dalam artian sebenarnya, karena bawahan dalam situasi kerja dengan cara yang benar
tidak terkendali, tidak disiplin, semua orang bebas sesuai ritme dan kecepatan yang di
pilih masing masing.

Gaya kepemimpinan otokratis

Dalam gaya kepemimpinan otokratis, pemimpin bertindak sebagai Diktator atas anggota
kelompoknya. Baginya, pemimpin Adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.
Kekuatan pemimpin Otokrasi hanya dibatasi oleh hukum. Penjelasan Sebagai seorang
pemimpin, tidak ada yang bisa dilakukan selain hadir dan berkontribusi Memesan.
Kewajiban bawahan dan anggota saja Diamati dan diterapkan, bukan didiskusikan atau
disajikan Nasihat. Kekuasaan yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap Sikap
pengabaian yang tidak kritis, sikap “asalkan kamu bahagia” atau sikap melihat segala
sesuatunya selesai Arogan terhadap pemimpin dan cenderung mengabaikannya Perintah
atau Menimbulkan sikap apatis atau perilaku agresif di kalangan anggota kelompok
terhadap pemimpin nya.

Menurut Herlinda Maya purnama sari (2016) Pemimpin otokratis sering kali merasakan
hal ini Bahwa mereka tahu apa yang mereka inginkan dan cenderung
mengungkapkannya Kebutuhan ini datang dalam bentuk perintah yang masuk secara
langsung Kelas yang lebih rendah. Pada pemimpin otokratis, pengawasan sangat ketat,
oleh karena itu, sulit bagi bawahan untuk memuaskan kebutuhan egoisnya.

Dalam kepemimpinan otokratis, pemimpin selalu mendikte apa yang harus dilakukan
Harus dilakukan oleh para anggotanya. Kemampuan proaktif dan berpikir anggota
masih sangat terbatas, Oleh karena itu mereka tidak mempunyai kesempatan untuk
mengutarakan pendapatnya. Para pemimpin menetapkan aturan mereka sendiri yang
harus dihormati dan dipatuhi oleh setiap orangBawahannya (Samsu, 2014).

Penyebab
Penyalahg
terjadinya
unaan
ekploitasi
kekuasaan

Kurang nya
Kekuasaan pengawasa
n

Tidak ada
ketegasan
dan sanksi
10 |

Orang yang melakukan ekploitasi

Ekploitasi
terbatas
perlindunga
n dan
pengawasan

Ekploitasi
secara fisik Ekploitasi
dan dalam
psikologis bentuk
Ekploitasi terbatas
dalam bentuk akses
pelecehan pendidikan
Ekploitasi
Gambar 1. 1 gambaran terjadinya proses ekploitasi
ekonomi

Dari gambar diatas itulah proses terjadinya ekploitasi yang terjadi saat ini dan
marak terjadi dikalangan kita sekarang. Saking seringnya terjadi ekploitasi dimasa
sekarang sudah tidak asing lagi kata kata ekploitasi tersebut. Nah penulis akan
menjelaskan tentang atau pun maksud dari gambar konseptual proses terjadinya
ekploitasi yang marak terjadi dimasyarakat, anak anak, orang dewasa dan juga santri
yang ada di pesantren.

Dalam konteks budaya dalam masyarakat dan di pesantren sekaligus


adanya peristiwa yang punya kuasa yang menang dan sebagainya juga terjadi di
pesantren yang notabenenya tempat menuntut ilmu, tempat berpendidikan dan
sebagainya peristiwa tersebut tetap terjadi. Proses yang pertama adalah yaitu jika
seseorang memiliki kekuasaan maka orang tersebut berani melakukan tindakan
yang sedemikian, ketika seseorang udah berani karena kekuasaan maka orang
tersebut akan melakukan ketika punya kesempatan. Kapan orang tersebut punya
kesempatan yaitu ketika sesuatu tempat tidak ada ataupun kurang pengawasan.
Dan kenapa orang tersebut berani melakukan karena tidak ada yang nama nya
sanksi yang tegas atau yang berat yang membuat efek jera oleh pelaku dan juga
ditutupi atau dibatasi oleh sebab kurang pengawasan dan juga adanya kesehatan,
oleh sebab itu maka pelaku melakukan sesuai apa keinginan nya.

Nah, dalam bentuk ekploitasi terhadap para santri yang ada d pesantren

Jurnal Pesantren
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 01-14
Al ‘abdali
Ekploitasi santri di pesantren
| 11

terdapat banyak hal yang digolongkan kepada tindakan ekploitasi santri yaitu ada
ekploitasi secara fisik dan juga secara spikologis, adanya ekploitasi dalam bentuk
pelecehan seksual dalam aspek mana pun apakah itu berhubungan intim, penetrasi
seksual, mengambil gambar atau pun video dan juga melihat dengan hasrat yang
mengarah kan kepada seksual. Ada juga ekploitasi dalam bentuk secara ekonomi,
ekploitasi dalam bentuk keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan, dan juga
ekploitasi dalam bentuk pengawasan dan perlindungan santri.

Kesimpulan

Ekploitasi santri merupakan masalah yang serius yang melibatkan


kekuasaan, ekonomi dan sosial terhadap para santri atau pun peserta didik di
pesantren atau lembaga pendidikan Islam. EKPLOITASI santri terdiri dari
beberapa fase ataupun konsep terdiri dari seseorang memiliki kekuasaan, seseorang
mempunyai penyebab sehingga bisa melakukan hal tersebut seperti keadaan
seseorang punya peluang dan kesempatan, pengawasan juga tidak ketat dan juga
tidak adanya sanksi yang setimpal dan lain sebagainya. Dalam hal ini ekploitasi
juga ada beberapa bentuk yaitu ekploitasi dalam bentuk fisik dan psikologis,
ekploitasi dalam bentuk pelecehan seksual, ekploitasi dalam bentuk ekonomi,
ekploitasi dalam bentuk keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesehatan, dan
juga ekploitasi dalam bentuk keterbatasan dalam pengawasan dan perlindungan.
Gaya kepemimpinan yang lebih rentan terjadi nya ekploitasi adalah gaya
kepemimpinan laisess faire merupakan kepemimpinan yang hanya menyerahkan
seluruh tangung jawab seorang pemimpin kepada bawahan nya, jadi bawahan
sudah memiliki kekuasaan terhadap nya karena pemimpin sudah menyerahkan
kekuasaan kepada bawahan

Daftar pustaka

Badrud . Tamam dan Ahmad barihin. Menejemen kepemimpinan santai di


pondok pesantren. ( 2020 ) doi. https://doi.org/10.12928/ijemi.v1i3.2153

Didi Pramono. Kewenangan kiyai terhadap santri: tinjauan kontruksi


gender di pondok pesantren ( 2018 ) doi.
https://doi.org/10.15294/komunitas.v10i1.8142

Santri : jurnal pesantren dan fikih sosial ( 2023 ) doi.


https://doi.org/10.35878/santri

M.sofyan Al Nashr. Amin. Suroso.pemikiran k.h. pendidikan akhlak Bisri


Mustofa dan relevansinya ( 2020 ) doi. https://doi.org/10.35878/santri.v1i1.201

Ari Susanti. Budi Istiana. Tri Ratna pamikatsih. Pemberdayaan


kewirausahaan santri pondok pesantren. ( 2021)
doi.http://abdidas.org/index.php/abdidas
12 |

Mj Conway. C.meyer replika dan perakitan human papillomavirus. ( 2009 )


doi. 10.1177/0022034509333446

Siswanto. Mutu pendidikan pesantren. (2015) doi.


https://doi.org/10.19105/karsa.v23i2.726

Hermawan Muhammad Aldi. Perbandingan metode pendekatan nilai


konsumsi energi pondok pesantren ( 2021 ) doi.
https://doi.org/10.30596/rele.v4i1.7823

Erwin nur rifaah. Pemberdayaan pusat pesantren kesehatan untuk


meningkatkan perilaku hidup bersih ( 2019 ) doi.
https://doi.org/10.19184/wrtp.v13i3.11862

Mohammad Hasan. Modernisasi pondok pesantren. ( 2015 ) doi.


https://doi.org/10.19105/karsa.v23i2.728

Suhendar. Soejarwo.ismet. analisis pengaruh kepemimpinan kyai, budaya


pesantren dan motivasi kerja guru terhadap mutu kerja pendidikan pesantren ( 2015
) doi.https://doi.org/10.15294/jpp.v34i2.9612

Tarmizi. Margono mitraharjono. ( 2020 )


doi.https://doi.org/10.24853/tahdzibi.5.2.81-104

Justin.jp Jansen. Dusya vera. Mary crossan. 2009. Kepemimpinan strategi


ekplorasi dan ekploitasi : peran moderat dalam dinamis lingkungan. Doi.
https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2008.11.008

Mario j donasi. Jesus D. Chanshez de Pablo. ( 2015 ).


Doi.https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2014.06.022

Maija Renko. Ayman El Tarabishy.Alan L. Carsrud . Mallin. Brandback.


2015. Memahami dan mengukur gaya kepemimpinan kewirausahaan. Doi.
https://doi.org/10.1111/jsbm.12086

Charles p. Kundleberger. 1981. Perekonomian internasional , ekploitasi


barang publik dan perjalanan gratis. Doi.https://doi.org/10.2307/2600355

Muhammad Luthfi. Reaktualisasi pendidikan karakter dipesantren diera


globalisasi. ( 2017 ) https://doi.org/10.33650/edureligia.v1i2.742

Fauzan, PI, & Fata, AK (2019). Jaringan Pesantren di Jawa Barat Tahun
1800-1945: Tinjauan Kritis atas Disertasi “Jaringan Pesantren di Priangan 1800-
1945†Karya Ading Kusdiana. Jurnal Lektur Keagamaan , 17 (1), 139–168.
https://doi.org/10.31291/jlk.v17i1.602

Bojun hou. Jin Hong. Kejia Zhu . You Zhou. 2019. Kepemimpinan inovasi
paternalistik /: efek moderat dinamis lingkungan.doi.

Jurnal Pesantren
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 01-14
Al ‘abdali
Ekploitasi santri di pesantren
| 13

https://doi.org/10.1108/EJIM-07-2018-0141

Yakub brix. 2020. Membangun kapasitas untuk inovasi berkelanjutan


sebuah studi lapangan transisi dari ekploitasi ke ekplorasi dan kembali lagi. Doi.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.122381

Farhan Ahmad. Gunilla waiden. Isto huvila. 2020. Dampak literasi


informasi di tempat kerja terhadap inovasi organisasi: sebuah studi empiris. Doi.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2019.102041

Walid cheffi.muhammad Kaleem zahir- ul – Hassan . Muhammad umeer


farooq. Abdelrahman baqrain. Mourat Mohamed habib masour. 2023.
Kepemimpinan etis sistem pengendalian manajemen, ekonomi sircular pada UKM
di negar berkembang, UEA. Doi.https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2022.113513

Siti malikhah towaf. Peran perempuan, wawasan gender dan implikasinya


terhadap pendidikan di pesantren. ( 2008 ) doi.
http://dx.doi.org/10.17977/jip.v15i3.2533

Nurhilaliati. Nurhilaliati. Kualitas Kepemimpinan Kepala Madrasah


Perempuan di Lingkungan Pondok Pesantren. ( 2019 )
doi.10.32729/edukasi.v17i1.541

Zaenal Arifin. PERILAKU KEPEMIMPINAN PESANTREN


TRADISIONAL. ( 2013 ) doi. https://doi.org/10.33367/tribakti.v24i2.176

Rusdiono Mukri. Abas Mansur Tamam . Prototipe kepemimpinan kyai di


pesantren modern. ( 2021 ) doi. https://doi.org/10.47467/jdi.v3i3.457

Anzar. Abdullah. Perkembangan pesantren dan madrasah di Indonesia.


( 2013 ) doi. https://doi.org/10.15294/paramita.v23i2.2673

Manshur Hidayat. Model komunikasi kyayi dengan santri di pesantren.


(2016). Doi. http://dx.doi.org/10.24329/aspikom.v2i6.89

Erfan Efendi. PERSPEKTIF GENDER ETIKA PESANTREN (Studi


Tentang Kepemimpinan Kiai dan Nyai Tentang Sosialisasi Gender di Lingkungan
Sosial Pondok Pesantren Wahidhasyim Sleman Yogyakarta) ( 2020 ) doi.
https://doi.org/10.35719/annisa.v13i2.35

Siti Maesaroh. Hamdan ADIB. Novan Ardy wiyani. Model Implementasi


Kepemimpinan Transformasional di Pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora. ( 2022 )
doi. https://doi.org/10.52615/jie.v7i1.230

Accountability and legitimacy dynamics in an Islamic boarding school,


vogy Gautama putra, Destri Astuti, Slamet Sugiri, 2022. Doi
https://doi.org/10.1108/JAOC-02-2021-0016
14 |

Duna Izfanna, Nik Ahmad Hisyam, comprehensive approach in developing


akhlaq: A case study on the implementation of character education at Pondok
Pesantren Darunnajah, 2012 doi.https://doi.org/10.1108/17504971211236254

Seyed Mohammad moghini, Leadership Styles in Islamic Management,


2018. Doi https://doi.org/10.1108/978-1-78769-677-820181009

Lantana Martha Usman, Terrorism and female teacher leadership in girls’


secondary school, 2018. Doi https://doi.org/10.1108/IJEM-04-2017-0084

Mike Klein, Democratizing Leadership: Pre-conflict Preventative


Peacebuilding, 2019. Doi https://doi.org/10.1108/S2058-880120190000008021

Adam Biggs, scott Johnston, Dalle Russel, Leadership and communication:


how to assess executive skills, 2023 doi https://doi.org/10.1108/JBS-05-2023-0085

Seyed Mohammad moghini, Leadership Styles in Islamic Management,


2018. Doi https://doi.org/10.1108/978-1-78769-677-820181009

Darwish Almorharby , Mark Neal, Clarifying Islamic perspectives on


leadership, 2013. Doi https://doi.org/10.1108/EBS-02-2011-0008

Suhendar. Soejarwo.ismet. analisis pengaruh kepemimpinan kyai,


budaya pesantren dan motivasi kerja guru terhadap mutu kerja pendidikan
pesantren ( 2015 ) doi.https://doi.org/10.15294/jpp.v34i2.9612

Tarmizi. Margono mitraharjono. ( 2020 )


doi.https://doi.org/10.24853/tahdzibi.5.2.81-104

Jurnal Pesantren
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 01-14

Anda mungkin juga menyukai