Anda di halaman 1dari 13

Pengalaman Perempuan Bercadar

PENGALAMAN PEREMPUAN BERCADAR

Fifi Karunia
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, Email: fifikarunia@mhs.unesa.ac.id
Muhammad Syafiq
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, Email: muhammadsyafiq@unesa.ac.id

Abstrak
Perempuan yang mengenakan cadar telah menjadi masalah bagi mayoritas muslim Indonesia hingga saat
ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami mengapa perempuan mengenakan cadar, respon
negatif yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasi respon. Data dikumpulkan menggunakan
wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan analisis fenomenologis interpretatif. Hasilnya
menunjukkan bahwa alasan para partisipan untuk mengenakan cadar adalah untuk melindungi tubuh
mereka dari pandangan laki-laki, dan untuk menunjukkan kesetiaan agama mereka. Selain itu, para
partisipan melaporkan bahwa mereka dituduh sebagai anggota keluarga teroris, menerima komentar
negatif, dan dihindari oleh orang-orang di sekitarnya karena mengenakan cadar. Untuk mengatasi
tanggapan negatif, mereka mencari dukungan sosial dari keluarga dan kelompok sebaya mereka dan
berusaha untuk bersikap sebaik mungkin dalam hubungan mereka dengan orang-orang di sekitarnya.
Kata kunci: Perempuan, Cadar, Respon negatif, Strategi koping

Abstract
Women who are wearing a niqab have been becoming a problem for the majority of Indonesian muslim
until recently. The aim of this study is to understand why women wear niqab, the negative rsponses they
face and how they cope with the responses. Data were collected using semi-structured interviews and
analyzed using interpretative phenomenological analysis. The result shows that the participants' reasons
of wearing niqab are for protecting their bodies from men’s gaze, and for showing their religious
loyalties. Moreover, the participants reported that they are accusing as a member of terorist family,
receiving negative comments, and being avoided by surrounding people because of wearing niqab. To
cope with the negative responses, they are seeking social suppots from family and their peer groups and
trying to behave as good as possible in their relationships with surrounding people.
Key words: Women, Niqab, Negative response, Coping strategy

perlakuan negatif terhadap pilihannya untuk


PENDAHULUAN menggunakan cadar (Maghfur & Muniroh, 2013).
Keberadaan perempuan bercadar saat ini masih Perlakuan negatif yang sering diterima oleh
belum banyak diterima oleh masyarakat Indonesia perempuan bercadar ketika menggunakan cadar secara
(Fitriani & Astuti, 2012). Indonesia merupakan negara terang-terangan adalah mendapatkan tanggapan negatif
dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tercatat pada dari masyarakat. Berbagai diskriminasi yang dialami oleh
tahun 2015 jumlah muslim mencapai 87,1%. Namun, para perempuan bercadar seperti dianggap aneh,
sebagai masyarakat yang mayoritas muslim ini, banyak mendapatkan gunjingan secara langsung, bahkan
diantara mereka yang belum bisa menerima keberadaan perlakuan yang melibatkan fisik seperti disiram ketika
perempuan bercadar (Diamant, 2019). Hal ini disebabkan melintas di tempat umum (Mutiah, 2013). Selain itu,
oleh adanya pandangan negatif terhadap cadar yang perempuan bercadar juga mendapatkan pengalaman tidak
dikenakan para perempuan muslim. Fitriani & Astuti menyenangkan lainnya yakni mendapat komentar negatif
(2012) juga menyatakan bahwa penolakan umumnya dari orang-orang sekitar, dijauhi oleh teman, mengalami
datang dari kedua orang tua yang sering sekali melihat di berbagai rintangan, mendapatkan berbagai godaan serta
media mengenai pandangan negatif yang melekat dan mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan (Putri,
kemudian digeneralisasikan kepada semua perempuan 2018). Diskriminasi tersebut diperoleh hanya karena
bercadar. atribut yang digunakan oleh perempuan bercadar. Namun
Atribut cadar sering diasosiasikan dengan kelompok satu hal yang pasti, penggunaan cadar membawa
Islam fanatik yang digolongkan sebagai aliran garis keras konsekuensi penolakan yang lebih besar daripada
(Saini, 2018). Aliran garis keras ini sering diidentikan menggunakan jilbab (Daud, 2018). Hal ini karena
dengan stigma negatif masyarakat dengan mengaitkan persoalan stigma negatif yang berkembang di masyarakat
cadar dengan istri teroris. Dengan adanya stigma negatif dan secara otomatis dilekatkan pada perempuan bercadar.
tersebut, perempuan bercadar harus terus Terdapat penelitian yang dilakukan di salah satu
memperjuangkan haknya dan bertahan melawan berbagai perguruan tinggi umum yang membuktikan bahwa

1
Volume 06. Nomor 02. (2019) : Character : Jurnal Penelitian Psikologi

adanya diskriminasi yang dialami oleh perempuan terdiri dari kebiasaan yang dilakukan, sikap, sifat,
bercadar berbentuk gangguan verbal dan bersifat karakter, cara berbicara bahkan bisa juga dari penampilan
sarkasme yang diterima partisipan mengakibatkan busana yang dipakai oleh individu. Penelitian yang
munculnya perasaan sedih dan inferior (Cahyaningrum dilakukan Everett et al.(2015) melaporkan hasil
& Desiningrum, 2017). Banyak masyarakat yang eksperimen terkait respon negatif dari non-muslim di
beropini bahwa dengan menggunakan cadar membuat Inggris baik secara eksplisit maupun implisit terhadap
perempuan bercadar akan memiliki keterbatasan dalam perempuan muslim berdasarkan level konservatismenya
berkomunikasi dan kurang berinteraksi di lingkungannya. dilihat dari atribut jilbab yang dikenakannya. Perempuan
Wawasan ini tidak jauh berbeda dengan pengalaman muslim tidak berjilbab mendapatkan respon negatif lebih
perempuan berhijab dan bercadar sebagai minoritas di rendah dibangding yang berjilbab, dan yang berjilbab
Amerika Serikat. Nadal et al. (2012) menyatakan bahwa mendapatkan respon negatif lebih rendah dari yang
para perempuan muslim yang mengenakan hijab dan bercadar. Kesimpulannya, perempuan bercadar
cadar di Amerika serikat pada umumnya melaporkan mendapatkan respon negatif yang paling tinggi dari non-
menga- alami sikap dan tindakan negatif masyara rakat muslim baik secara implisit maupun eksplisit. Setiap
yang disebut microaggression, yaitu bentuk-bentuk orang akan memberikan penafsiran yang berbeda satu
diskriminasi halus yang memberikan pesan-pesan negatif sama lain tentang diri pemakainya. Sebagai contoh,
dan merendahkan seperti tatapan mata yang merendahkan perempuan bercadar yang pada umumnya menggunakan
dan bahasa yang kasar. pakaian longgar berwarna gelap dan dilengkapi dengan
Kejadian tersebut diperkuat dengan pemberitaan cadar, busana yang dikenakan tersebut mengakibatkan
yang di tayangkan oleh media yang turut andil memberi orang menganggap bahwa perempuan tersebut bagian
stigma negatif terhadap atribut cadar yang dikenakan. dari kelompok yang eksklusif atau tertutup.
Kehidupan perempuan bercadar yang cenderung tertutup Dari persepsi dan stigma negatif yang terus
menjadikan topik baru bagi media untuk menarik lebih menerus datang membuat perempuan bercadar berusaha
banyak pembaca dan turut andil menilai (Saini, 2018). lebih keras lagi untuk meminimalisir pandangan dan
Dari pemberitaan tersebut banyak masyarakat memiliki stigma negatif yang berkembang luas. Banyak motivasi
persepsi negatif tentang perempuan bercadar, masyarakat yang dikembangkan oleh setiap perempuan bercadar agar
mengatakan bahwa meggunakan cadar merupakan tetap teguh dalam pendiriannya. Salah satu penelitian
budaya asing yang tidak sesuai jika digunakan di yang dilakukan oleh Rahman & Syafiq (2017)
Indonesia. Selain itu, cadar diidentikan dengan sikap mengungkapkan bahwa motivasi bercadarmuncul dari
yang cenderung tertutup serta kurang bersosialisasi ketaatan dalam beragama dan keinginan untuk
dengan masyarakat sekitar (Rahayu, 2016). menghindarkan diri dari objektivikasi seksual. Dari
Walaupun kontroversi mengenai pemakaian berbagai motivasi tersebutlah yang akan membuat
cadar tak kunjung usai, hingga kini para pengguna cadar mereka siap menghadapi stigma seperti dianggap fanatik,
mulai menunjukkan dirinya di ruang publik. Pengguna anggota kelompok teroris, dan dihindari oleh orang-
cadar ini terdiri dari berbagai kalangan, tak hanya ibu orang di sekitarnya.
rumah tangga, penjual barang di toko, bahkan Hasil penelitian Rahman & Syafiq (2017)
penggunaan cadar telah merambah ke dunia pendidikan. menyebutkan beberapa dampak dari perlakuan tidak
Fenomena yang terjadi belakangan ini adalah mulai menyenangkan yang diterima perempuan bercadar
meningkatnya mahasiswa yang menggunakan cadar di tersebut yang pertama adalah perasaan tidak nyaman dan
kampus-kampus tempat mereka menempa pendidikan. sangat terganggu karena menganggap bahwa stigma yang
Perempuan bercadar tersebut seolah-olah tidak takut akan dilekatkan tidak benar seperti apa yang mereka lakukan.
stigma negatif yang akan menghampiri akibat Kedua, mengalami dilema dalam menanggapi jika
penggunaan atribut cadar di kalangan Universitas (Daud, perempuan bercadar tersebut bersikap diam maka
2018). Tak jarang, cadar dilihat sebagai bagian dari aksi masyarakat akan mengatakan bahwa perempuan bercadar
radikalisme. Stigma tersebut berdampak pada perempuan bersikap eksklusif dan tertutup. Namun, jika para
bercadar lainnya yang turut dianggap sebagai bagian dari perempuan bercadar berusaha untuk memberikan
radikalisme (Mubarak, 2013). Hal ini merupakan stigma pernyataan atau klarifikasi, maka dianggap sebagai
yang dibangun masyarakat dalam mengartikan gerakan ekstrim. Lalu yang ketiga, yakni pasrah atas
keberadaan cadar di dalam kehidupan mereka. Sehingga, situasi dan kondisi yang ada serta keraguan para
dengan adanya pendapat tersebut dapat memperburuk perempuan bercadar untuk merubah sudut pandang
hubungan sosial dengan perempuan bercadar. Perempuan masyarakat.
bercadar dikaitkan dengan sikap mereka yang agak Dari beberapa persepsi dan dampak yang telah
tertutup. Ketertutupan komunitas cadar ini menjadi salah disebutkan, nyatanya banyak perempuan bercadar yang
satu faktor menghambat proses sosialisasi mereka dengan masih mempertahankan penggunaan cadar. Terdapat
mahasiswa lainnya (Juliani, 2018). beberapa alasan yakni pertama, perempuan bercadar
Crocker, Major & Steele (dalam Major & memaknai bahwa cadar sebagai perintah agama Islam
O’brien, 2005) menyatakan bahwa stigma terjadi karena dengan hukum sunnah dan menggunakannya membuat
individu memiliki beberapa atribut dan karakter dari mereka merasa lebih baik dalam beragama. Kedua,
identitas sosialnya namun akhirnya terjadi devaluasi pada perempuan bercadar menganggap bahwa cadar sebagai
konteks tertentu. Identitas seseorang sering dimunculkan kebutuhan dan ketika memakai cadarnya, perempuan
melalui tingkah laku mereka. Tingkah laku tersebut bercadar menyatakan bahwa cadar memberikan

2
Pengalaman Perempuan Bercadar

kenyamanan secara psikologis. Ketiga, pemakaian cadar pertanyaan penelitian di lapangan Wilig (dalam
sebagai kontrol diri agar tidak berperlaku menyimpang Herdiyansyah, 2015).
dari ajaran agama Islam. Selain itu, cadar bagi Proses awal yakni menjalin rapport yang baik
perempuan muslim penggunanya dianggap sebagai suatu dengan subjek. Menjalin rapport yang baik merupakan
simbol yang dapat digunakan sebagai bentuk untuk sebuah langkah yang penting dalam menghasilkan sebuah
menjalankan salah satu perintah agama Islam. Kemudian, data yang baik dan akurat (Creswell, 2018). Proses
cadar dianggap sebagai simbol yang mencerminkan penggalian data ini dilakukan sejak tanggal 15 Februari
sebagai salah satu wanita shalehah yang mampu hingga 23 Februari 2019, dengan 1 kali wawancara pada
memelihara kehormatannya (Fitriyah, 2018). Dan cadar setiap subjek.
dapat menggambarkan sebagai salah satu cara untuk Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
mengharap ridho Allah SWT. Dengan begitu, perempuan adalah Interpretative Phenomenological Analysis (IPA)
bercadar menganggap bahwa cadar sebagai simbol bertujuan untuk menggali bagaimana subjek memahami
identitas sebagai seorang muslimah yang baik (Novri, dunia pribadinya dan sosial mereka dari sudut pandang
2016). mereka sendiri. Interpretative Phenomenological
Persoalan yang dihadapi perempuan bercadar Analysis (IPA) mengungkapkan pengalaman dan makna
akibat perbedaan atribut dengan perempuan muslim subjektif dari sudut pandang partisipan sendiri (Smith,
lainnya menjadi sangat penting dan menarik untuk 2015). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
diteliti. Dengan mengetahui bagaimana perempuan melakukan analisis ini adalah dengan mentranskrip data
bercadar mempersepsikan cadar yang digunakannya, hasil wawancara terlebih dahulu. Selanjutnya, peneliti
alasan memilih menggunakan cadar, respon lingkungan melakukan proses pembacaan yang ketat dan melakukan
terhadap cadar, dampak dan strategi yang di jalankan koding untuk dijadikan sebagai sub judul atau tema yang
oleh para perempuan bercadar yang akan membentuk sesuai dengan topik penelitian. Kemudian peneliti
suatu pengalaman personal mengenai proses bercadar mendeskripsikan tema dalam laporan kualitatif, dan
yang sangat menarik untuk digali. diakhiri dengan interpretasi data.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di
atas peneliti hendak mengkaji sisi internal perempuan HASIL
bercadar tersebut, sehingga peneliti memilih judul Melalui proses pengumpulan data yang telah
“Pengalaman perempuan bercadar” yang dianggap sesuai dilakukan, penelitian ini mengungkap 4 (empat) tema
dengan fenomena yang sedang berkembang. besar diantaranya adalah motivasi bercadar, respon orang
lain terhadap cadar, dampak penggunaan cadar dan
METODE strategi menghadapi tekanan sosial. Sebelum itu
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memasuki tema penelitian, berikut terdapat pengalaman
melakukan eksplorasi dan memahami permasalahan yang personal subjek sebagai perempuan bercadar.
terjadi secara mendalam (Creswell, 2018). Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Pengalaman personal perempuan bercadar
fenomenologi yang mengungkapkan pengalaman 1. DKA
bagaimana responden memaknai dari sudut pandang DKA adalah seorang mahasiswi berasal dari Madura,
dirinya sebagai seseorang yang mengalaminya. lahir di Sampang, 05 Desember 1997, berusia 22 tahun.
Subjek dalam penelitian ini adalah perempuan Saat itu ketka DKA hendak melanjutkan pedidikannya di
bercadar yang berasal dari beberapa fakultas di Universitas Negeri Surabaya, DKA sering sekali
Universitas Negeri Surabaya. Pengambilan subjek dalam mendengar berbagai nasihat yang disampaikan oleh
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik keluarganya. DKA hidup di keluarga yang tidak
purposive sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri sepenuhnya mendukung keberadaan perempuan bercadar.
yang dimiliki. Kriteria subjek meliputi mahasiswa aktif, Ayah, kakak, bahkan sang bibi berpendapat bahwa
telah menggunakan cadar minimal satu tahun serta telah perempuan bercadar identik dengan teroris, kelompok
bersedia menjadi subjek penelitian. Perempuan bercadar fanatik dan cadar tidak sesuai jika di gunakan di
tersebut yang pertama DKA (identitas subjek telah Indonesia. Nasihat itu terkait keberadaan perempuan
disamarkan), berusia 22 tahun, mahasiswi FMIPA dan bercadar yang harus dijauhi oleh DKA jika ia
telah menggunakan cadar selama 2 tahun. Kedua, DP menjumpainya ketika berada di Surabaya. Secara terus-
(identitas subjek telah disamarkan), berusia 20 tahun, menerus nasihat tersebut disampaikan seolah-olah
mahasiswi FISH dan telah menggunakan cadar selama 1 menjadi nasihat yang paling diingat sepanjang kehidupan
tahun. Ketiga, FMC (identitas subjek telah disamarkan), awal perkuliahan.
berusia 20 tahun, mahasiswi FMIPA dan telah Di Surabaya, DKA tinggal di asrama UKKI, asrama
menggunakan cadar selama 2 tahun. tersebut di huni oleh mahasiswi yang aktif mengikuti
Peneliti menggunakan teknik wawancara dalam organisasi UKKI. UKKI adalah salah satu organisasi
melakukan penggalian data, di mana wawancara internal Universitas yang diikuti oleh DKA, organisasi
merupakan alat pengumpul data yang utama. Jenis tersebut berbasis keagamaan yang sering mengadakan
wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur agar kegiatan pengajian dan kajian di lingkup UNESA.
tidak ada batasan dalam alur pembicaraan, sehingga Asrama UKKI rata-rata dihuni oleh perempuan
memungkinkan bagi peneliti untuk mengembangkan berkerudung syar’I, bahkan ada juga yang menggunakan
cadar. Secara kebetulan, DKA harus berbagi kamar

3
Volume 06. Nomor 02. (2019) : Character : Jurnal Penelitian Psikologi

dengan seorang perempuan bercadar bernama ANA. Persepsi tersebut yang akhirnya membuat DP
Teroris, kata yang dipersepsikan oleh DKA ketika untuk menyadari bahwa tidak semua perempuan bercadar
pertama kali ia melihat perempuan bercadar yang kini menggunakan cadarnya sesuai dengan syariat. Banyak
menjadi teman kamarnya, terdapat perempuan cadar perempuan bercadar yang berusaha untuk mempercantik
lainnya yaitu DP. Hari demi hari dilalui DKA bersama bagian mata sehingga menjadi pusat perhatian, hal
dengan DP, dengan lingkungan yang lebih agamis, DKA tersebut tidak merubah persepsi positif yang telah
mulai tertarik dengan atribut cadar yang digunakan oleh terbentuk akibat dari kehadiran teman lama. Saat itu, DP
DP. DKA mencari informasi mengenai cadar melalui diajak untuk bertemu dengan komunitas muslimah
media sosial yaitu Instagram, beberapa akun seperti akun bercadar yang berada di Probolinggo. Rasa kagum yang
Warda Maulina dan Resa Rere menjadi akun yang sering digambarkan DP atas keramahan para perempuan
dikunjungi oleh DKA. Semenjak melihat akun tersebut, bercadar disana ketika menyambut kedatangan DP. Rasa
DKA merasa bahwa perempuan terlihat cantik jika tertarik dan kekaguman yang semakin kuat tersebut yang
menggunakan cadar. DKA semakin mendalami ilmu akhirnya mengantarkan DP pada keputusan untuk turut
keagamaan yang dipelajarinya dengan mengikuti kajian serta menggunakan cadar. Di Surabaya, DP tinggal
bersama dengan DP. bersama DKA di asrama UKKI.
Dengan berbekal pengalaman organisasi dan
keberadaan teman bercadar, akhirnya DKA memutuskan 3. FMC
untuk bercadar walaupun atas dasar agar terlihat cantik. FMC adalah mahasiswa asal Lamongan, lahir di
Perlahan tapi pasti, semakin DKA menekuni cadar yang Lamongan 26 Maret 1999, berusia 20 tahun. FMC hidup
ia kenakan, semakin merasa bahwa cadar lebih dari dalam keluarga yang memandang cadar sebagaimana
sekedar cantik. Persepsinya sekarang tampak lebih masyarakat pada umumnya yakni identik dengan teroris.
religius, memandang bahwa cadar yang ia kenakan FMC merupakan lulusan dari pesantren yang notabennya
mampu melindungi dirinya dari keburukan dan bahkan telah mengenal dan mendalami agama sebelum masuk
mengaitkannya sebagai suatu simbol kesucian. Seiring perkuliahan. Selama masa perkuliahan yang telah
perubahan tersebut, dengan berbekal dukungan dari ibu, dijalani, FMC mengikuti organisasi UKKI bersama
DKA memulai untuk menggunakan cadar secara intens. dengan DKA dan DP. Namun, FMC tidak tinggal di
asrama UKKI, FMC memilih tinggal sendiri di sebuah
2. DP kos bersama dengan mahasiswi lainnya. Selain mengikuti
DP adalah mahasiswa yang berasal dari Probolinggo, UKKI, organisasi lain yang diikuiti oleh FMC adalah
Lahir di Probolinggi pada tangal 15 Desember 1998, Qalbun Salim yang merupakan organisasi dakwah yang
berusia 20 tahun. Di Surabaya, DP tinggal di asrama dimiliki oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
UKKI bersama dengan ANA dan DKA. Semenjak Alam di UNESA.
tinggal di asrama UKKI, DP merubah penampilannya Berbeda dengan subjek sebelumnya, FMC memiliki
dimulai dari menggunakan rok span dan jilbab segi kisahnya sendiri ketika awal mengenal cadar. Perempuan
empat, kemudian beralih menggunakan gamis dan bercadar mempresentasikan dirinya dengan keanggunan
khimar. dan bersifat spesial. Hal tersebut yang digambarkan oleh
Kisah tentang pengalaman bercadar ini dimulai FMC, kepada para perempuan bercadar. Menurut FMC
ketika maraknya pemberitaan mengenai kejadian Bom dengan cadarnya seorang perempuan dapat menjaga
Surabaya yang terjadi beberapa waktu lalu, tepatnya pada dirinya baik dari perilaku, akhlaq maupun perkataan.
tanggal 13 Mei 2018 yang melibatkan perempuan Lebih dari itu, FMC juga menyebutkan bahwa
bercadar sebagai salah satu pelakunya. Dari kejadian perempuan bercadar adalah perempuan yang spesial,
tersebut, banyak media yang menyoroti proses dan yang dimaksud spesial adalah perempuan yang mampu
kronologi terjadinya aksis teror yang secara tidak menjaga auratnya. Dengan begitu perempuan tersebut
langsung berdampak pada DP. Semenjak pemberitaan sama halnya dengan memuliakan dirinya.
tersebut, DP mempersepsikan cadar sebagai atribut yang FMC merupakan lulusan pondok pesantren dimana
menyeramkan. Disisi lain, media juga yang akhirnya telah memiliki dasar ilmu keagamaan yang kuat,
membuat persepsi DP berubah mengenai cadar. Media sehingga tak ada sedikit pun persepsi negatif yang
sosial seperti Instagram, khususnya akun seorang public hinggap di benak FMC mengenai cadar. Semasa SMA,
figure yang kerap disebuat dengan panggilan ummi Pipik. FMC memiliki kesempatan untuk berkunjung ke salah
Ummi Pipik mempresentasikan dirinya sebagai seorang satu desa di Gresik yang semua penduduknya
perempuan bercadar yang ingin berbagi kegiatan menggunakan cadar. Kagum, kesan pertama dimiliki oleh
kesehariannya yang tampak tidak menunjukkan bahwa FMC karena keramahan para penduduk desa tersebut.
dirinya bagian dari teroris. Berdasarkan kesan yang Sepulang dari desa, FMC mulai tertarik dan mencoba
ditampilkan tersebut, DP memiliki persepsi yang untuk mencari informasi dari berbagai sumber seperti
cenderung lebih positif. DP mulai melihat perempuan buku, kitab dan otoritas keagamaan seperti ustad-ustad
bercadar dengan kaca mata berbeda. Cantik, kata tersebut yang dipercaya mampu memberikan ilmu yang
yang kini dapat menggambarkan seorang perempuan dibutuhkan oleh FMC.
bercadar. Kecantikan tersebut ditunjukkan dengan
mampunya menjaga perhiasan, perhiasan ini dimaknai Analisis fenomenologi interpretatif atas data peelitian
sebagai aurat yang ditutup secara sempurna akibat dari dari semua subjek yang telah dipaparkan di atas akan
penggunaan cadar. diuraikan sesuai dengan temuan dengan menggunakan

4
Pengalaman Perempuan Bercadar

super ordinat tema dan sub-tema yang berhasil Motivasi ini bisa berupa meniru berdasarkan hasil
diintentifikasi. Super ordinat tema dan sub-tema ini pengamatan pada orang lain yang juga bercadar. Proses
disusun berdasarkan data temuaan yang dialami oleh modelling tersebut dilakukan oleh ketiga subjek.
semua subjek. Berikut diperoleh empat super ordinat Terdapat salah satu subjek yang lain lebih
tema yang akan dijelaskan secara terinci: tertarik dengan public figure yang berasal dari media
sosial “[…] Mungkin bisa diberikan contoh kayak
Motivasi Bercadar sekarang itu yang lagi ini Resa rere […]” (DKA, 15
Tema ini membahas motivasi yang mendorong subjek Februari 2019) dan dari rasa kagum tersebut sehingga
untuk bercadar. Terdapat dua subtema di dalamnya, yaitu memilih sosok public figure sebagai panutan. Public
motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi figure tersebut menampilkan bahwa seseorang yang
internal yang mendorong para partisipan untuk bercadar menggunakan cadar tetap bisa melakukan berbagai
adalah menolak menjadi objek pandangan laki-laki, aktivitas dan tidak mengakibatkan terhambatnya kegiatan
menjaga dari fitnah, lebih religius dan kontrol diri. sehari-hari sehingga membuat subjek terinspirasi untuk
Seperti tergambar dalam kutipan berikut: menggunakan cadar.
“[…] lebih aman dari pandangan-pandangan “Saya biasanya lihat ummi Pipik mbak, menurut
laki-laki nakal gitu menurut Dania, soalnya saya menginspirasi gitu, bercadar tapi tetap bisa
mereka gak tertarik kayaknya sama yang melakukan banyak kegiatan dan menjadi
bercadar-cadar gitu.” (DKA, 15 Februari, 2019). panutan mungkin bagi banyak perempuan
“[…] ada teman cowok gitu dia itu suka termasuk saya.” (DP, 15 Februari 2019).
merhatiin gitu loh mbak, kalau ngeliat itu gak Sementara subjek FMC dan DR memilih public figure
biasa gitu loh kan aku risih he’eh risih […]” yakni otoritas keagamaan yang dipercaya untuk menjadi
(DP, 15 Februari 2019). sumber motivasi, motivasi tersebut berupa ceramah yang
“Eee mungkin lebih tepatnya untuk menjaga ya, diberikan oleh para tokoh agama. “Ceramahnya ust.
menjaga wanita dari pandangan laki-laki […]” Abdul somad terus sama Abuya yahya sama ust. Al
(FMC, 23 Februari 2019). hidayat.” (FMC, 23 Februari 2019).
Motivasi ini muncul karena adanya pemaknaan bahwa Ceramah yang diberikan oleh otoritas
memakai cadar akan membantu dirinya untuk terhidndar keagamaan dianggap bisa memberikan pengetahun dan
dari pandangan laki-laki. Ketidakinginan subjek pemahaman mengenai ilmu dan syariat agama Islam.
dipandang oleh laki-laki ini terkait dengan menutup aurat Selain motivasi yang di dapat dari orang lain, motivasi
yang bisa saja mengundang fitnah. Seperti yang lainnya berupa adanya keinginan untuk mematuhi
dilaporkan oleh ketiga subjek sebagai berikut: perintah agama “[…] pelan-pelan menahan diri gitu
“[…] menjaga diri dari pandangan dan fitnah sesuai dengan perintahnya Allah […]” (DKA, 15
[…]” (DKA, 15 Februari, 2019). Februari, 2019). Dengan bercadar maka diharapkan
“[…] kalau apa lebih baik itu kan di tutup kan mampu untuk menutupi lekuk tubuh dimana lekuk tubuh
karena menimbulkan fitnah […]” (DP, 15 tersebut termasuk aurat dan merupakan bagian dari
Februari 2019). syariat.
“[…] untuk menutup diri dari fitnah […]” (FMC, “[…] ya mungkin dalam syariat Islam sendiri
23 Februari 2019). kan eee kayak menutup aurat kan yang tidak
Para subjek mempercayai bahwa dengan menutup wajah menampakkan lekuk tubuhnya ya[…]” (FMC,
mereka maka akan terhindar dari pandangan laki-laki 23 Februari 2019).
yang akan menimbulkan fitnah. Dengan menggunakan Dengan menutupnya aurat yang merupakan bagian dari
cadar dianggap sebagai cara agar bisa berubah menjadi syariat, maka cadar dianggap efektif sebagai salah satu
lebih religius yakni berubah menjadi lebih baik den cara untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seperti tergambar yang ada di syariat. Selain itu, menurut DP, FMC dan
dalam kutipan berikut: DKA cadar sebagai kontrol diri yakni lebih berhati-hati
“[…] jangan sampai melewati batasan-batasan dalam bertindak. “[…] Jadi, menurut saya ya mungkin
Allah larang yang Allah tidak suka […]” (DKA, saya apa ya lebih berhati-hati lah kalau mau ngelakuin
15 Februari, 2019). sesuatu. (FMC, 23 Februari 2019). Sikap tersebut akan
“[…] tapi mungkin itu lebih meningkatkan sholat- membatasi subjek ketika berinteraksi di lingkungan sosial
sholat sunnahnya gitu” (DP, 15 Februari 2019) Maknanya sebgai kontrol sih mbak, kontrol diri ketika
“[…] lebih sering-sering mengingat kayak ya berinteraksi di luar (DP, 15 Februari 2019).
Allah saya itu udah pakai cadar masa iya saya itu “[…]dulunya yang ketawanya kakakak yang
mesti lebih semangat dalam beribadah […]” terbahak-bahak gitu terus sudah pakai cadar itu
(FMC, 23 Februari 2019). jadinya ketahan lah dikit-dikit walaupun
Beberapa kutipan di atas menunjukkan bahwa motivasi kelepasan (DKA, 15 Februari, 2019).
utama menggunakan cadar adalah keinginan untuk Penggunaan cadar ini sebagai wujud dari
beribadah. keinginan para subjek adalah adanya keinginan untuk
Selain motivasi internal, terdapat motivasi beribadah dan sebagai kontrol diri ketika berinteraksi
eksternal yaitu motivasi yang diperoleh dari luar diri dengan orang lain.
yang membantu subjek untuk memutuskan bercadar.

5
Volume 06. Nomor 02. (2019) : Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Respon lingkungan terhadap cadar saya minta anda melepas cadarnya ketika mata
Tema ini membahas respon baik positif maupun kuliah saya” […]” (DP, 15 Februari 2019)
negatif yang diterima oleh perempuan bercadar. respon ni Sedangkan subjek lainnya yakni DKA, komentar negatif
berasal dari keluarga, civitas akademika dan masyarakat yang diterima didasari atas rasa kecurigaan teman bahwa
umum yang turut memberikan stigma negatif. Respon perempuan bercadar mengikuti aliran fanatik seperti HTI
negatif keluarga justru datang dari ibu dan tante yang (Hizbut Tahrir Indonesia) “Sempet dibilang HTI.” (DKA,
notabennya merupakan seorang perempuan. Bagi mereka, 15 Februari 2019). Kecurigaan tersebut dikarenakan
cadar hanya digunakan oleh perempuan untuk menutupi kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh
kekurangan fisik seperti cacat. teman lainnya mengenai organisasi atau komunitas Islam.
“Eee ibu saya bilang gini kan saya bilangnya Respon negatif juga datang dari lingkungan luar
gini “buk, saya ingin bercadar” terus kata ibu universitas, masyarakat turut serta memberikan respon
saya itu “ih kayak orang cacat aja” dibilang gitu negatif pada perempuan bercadar, respon negatif ini
[…]” (FMC, 23 Februari 2019). berupa ungkapan bahwa cadar adalah bagian dari teroris.
Sedangkan subjek lainnya yakni DKA dan DP serta “Ninja hatori” (DKA, 15 Februari 2019). “Iya teroris-
menyampaikan bahwa respon negatif yang diterima teroris gitu hehe” (DP, 15 Februari 2019). Hal yang sama
berupa tidak mendapat izin untuk bercadar. Hal ini juga disampaikan oleh satu subjek lainnya “[…] saya
karena menggunakan cadar sebagai salah satu tantangan jalan di katain “teroris” […] (FMC, 23 Februari 2019).
dan juga tidak sepenuhnya di dukung oleh keluarga. Tak cukup itu saja, masyarakat juga berpendapat
Selain ibu, anggota keluarga yang lain seperti ayah, tante, bahwa cadar identik dengan budaya Arab yang tidak
kakak juga tidak mendukung karena cadar dianggap patut untuk di ginakan di Indonesia. Hal ini dialami oleh
fanatik dan bagian dari keluarga teroris. para subjek kecuali FMC.
“[…] tante ya dari keluarga besarnya Dania itu “[…] bilang gini hey mbak disini itu negara
bilangnya dari awal kan sudah di wanti-wanti Indonesia bukan negara Arab jadi gak usah
tadi tuh kalau cadar itu apa teroris, bom, aliran pakai kayak gitu, terus kadang dibilang ninja lah
sesat gitu-gitu.[…]” (DKA, 15 Februari 2019). […]” (DKA, 15 Februari 2019).
“[…] soalnya mindset-nya ayah itu kalau cadar “[…] terus ada juga yang bahas-bahasnya sampai
itu buruk gitu loh mbak apa teroris gitu apa “ ke ini budaya Arab ini budaya Indonesia […]”
wes ojo gawe ngono-ngono an moso ketok moto (DP, 15 Februari 2019).
e tok” (sudah jangan begitu-begitu kelihatan Masyarakat juga mengaitkan cadar dengan aliran sesat.
matanya saja). […]” (DP, 15 Februari 2019). Hal ini dialami oleh DKA “[…] mengidentikan cadar itu
Selain dari keluarga, respon negatif pun datang dari dengan aliran sesat […]” (DKA, 15 Februari 2019), hal
civitas akademika kampus seperti teman perkuliahan. tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai
Respon negatif ini berupa komentar negatif yang organisasi keislaman yang ada di Indonesia.
menyatakan ketidaksukaan terhadap cadar yang
digunakan. Dampak penggunaan cadar
“Kalau teman-teman kampus sih shock paling ya Akibat dari respon negatif dan positif yang diterima
mbak ya soalnya dari ekspresi mereka juga gitu oleh perempuan bercadar, muncullah dampak
hehe waktu pertama hari pertama aku pakai penggunaan cadar. terdapat dua sub-tema yaitu dampak
[…]” (DP, 15 Februari 2019). psikologis dan dampak sosial.
Mereka menganggap menggunakan cadar karena sekedar Perasaan tidak aman dirasakan oleh ketika
mengikuti trend, serta teman subjek beranggapan bahwa menggunakan cadar di area Universitas, Hal ini
cadar identik dengan tingkat keimanan yang tinggi (suci) dikarenakan subjek akan bertemu dengan teman-teman
yang terbebas dari dosa dan keburukan “[…]di bilang perkuliahan secara terus-menerus, hal tersebut
kayak sok suci […]” (FMC, 23 Februari 2019) dan menimbulkan rasa takut akan penolakan. Sedangkan jika
menganggap cadar sebagai sesuatu hal yang masyarakat umum dianggap tidak mengenali dan hanya
menghambat. bertemu sesekali saja sehingga subjek merasa aman jika
“[…]di tanyain “kamu puasa apa enggak, berada di luar kampus ataupun di tempat kajian yang juga
sekarang puasa apa enggak, gitu puasa apa, terdapat perempuan bercadar disana
hukumnya apa” gini-gini, terus “jangan-jangan “Iya tapi itu masih belum berani di kampus sih
kamu Cuma ikut trend aja pakai cadar gitu […]” waktu itu, cuma di luar kampus seperti ada
(FMC, 23 Februari 2019). kajian gitu baru pakai.” (DP, 15 Februari 2019).
Tak hanya mahasiswa, dosen pun turut Sementara, DKA dan FMC merasakan sakit hati akibat
menyampaikan tanggapan negatifnya mengenai cadar, dari pendapat atau komentar orang lain menjadi beban
subjek diminta untuk membuka cadarnya ketika proses pikiran. “[…] omongannya tetangga itu kayak apa ya
pembelajaran berlangsung, bahkan perbedaan tersebut nyelekit gitu, kayak pedes gitu loh […]” (FMC, 23
menjadi bahan pembicaraan karena cadar belum banyak Februari 2019). “[…] cara ngomongnya mereka itu loh
digunakan oleh muslimah di area universitas. hehehe bikin sakit hati […]”(DKA, 15 Februari 2019).
“[…] jadi bahan omongan sama dosen, bahan Pedes yang dimaksud subjek adalah perkataan yang
pembicaraan lah, bahan diskusi sampai-sampai menyinggung hati dan terasa menyakitkan bagi subjek.
ada dosen yang ngomong ke aku di depan kelas
waktu absensi tuh eee “mbak bisa gak eee apa

6
Pengalaman Perempuan Bercadar

Selain itu, ketika pertama kali penggunaan “[…]teman-teman cowok itu masih berani apa
cadar, subjek merasakan perasaan cemas “Pertama kali deketin misalnya duduk di samping gitu msih
ya cemas ya soalnya kan tau sendiri pendapat orang itu berani kalau sekarang udah enggak hehe” (DP,
gimana tentang cadar […] (DKA, 15 Februari 2019). 15 Februari 2019)
Sementara subjek lainnya yakni DP melaporkan rasa “[…] kalau dengan teman cowok dengan teman
takut jika dengan menggunakan cadar nantinya akan kampus atau apa itu mungkin saya gak pernah
dihindari oleh teman dan di pandang negatif oleh orang di berinteraksi atau berkomunikasi itu pun ya
area Universitas. Subjek DP yang tidak ingin dijauhi sepentingnya aja seperlunya aja.” (FMC, 23
hanya karena cadar yang digunakan. “Iya takut gak Februari 2019)
diterima sama teman-teman yang lain, kalau dijauhi gitu Meminimalisir interaksi bagi perempuan bercadar
kan […]” (DP, 15 Februari 2019). sebagai hal positif karena sesuai dengan batasan agama
Disisi lain, subjek juga merasakan dampak mengenai pergaulan dengan lawan jenis. Berkurangnya
psikologis dari penggunaan cadar, beberapa subjek interaksi tersebut, justru membuat beberapa teman laki-
menyatakan bahwa lebih percaya diri dengan keberadaan laki lebih menghargai keberadaan perempuan bercadar
perempuan bercadar lainnya. Hal ini dirasakan oleh DP “[…] kayak mereka lebih menghargai gitu lah mungkin
dan DKA karena dengan adanya orang yang memiliki menghargai satu sama lain.” (FMC, 23 Februari 2019).
kesamaan maka tidak merasa sendiri. DKA dan DP juga melaporkan hal yang sama
“[…] cuma setiap pakai cadar terus berada di “[…]teman laki-laki itu menjaga dirinya dari
orang-orang, dikumpulan orang-orang itu ya saya karena mungkin karena mungkin
merasa PD gitu loh […]” (DKA, 15 Februari menghargai keputusan saya jadi itu
2019). dukungannya.” (DKA, 15 Februari 2019).
“[…] ya lebih percaya diri aja sih mbak “oh gak “[…]teman-teman cowok itu masih berani apa
Cuma aku kok yang bercadar” jadi gak semua deketin misalnya duduk di samping gitu msih
orang memojokkan aku […]” (DP, 15 Februari berani kalau sekarang udah enggak hehe.” (DP,
2019). 15 Februari 2019).
Setelah menggunakan cadar perasaan subjek pun berubah Tak hanya dampak secara positif saja yang
menjadi nyaman dan ketenangan hati. Hal ini dirasakan dirasakan, subjek juga menerima dampak negatif dalam
oleh DKA “[…]dengan pakai cadar itu saya merasa lebih menjalin interaksi dengan orang disekitarnya, FMC lebih
nyaman […]” (DKA, 15 Februari 2019) dan subjek banyak memilih untuk diam.
lainnya yaitu DP yang menyatakan bahwa ketika dirinya “Eee mungkin renggangnya hubungan,
telah lama menggunakan cadar “Salah satunya ya itu komunikasi, sama apa ya sama kayak tanya
nyaman mbak […]” (DP, 15 Februari 2019). misalnya saat praktikum juga sama coast
Selain itu, kehadiran perempuan bercadar pertanyaannya juga Cuma minimalisir gitu
lainnya dapat dijadikan teman untuk saling bercerita dan […”] (FMC, 23 Februari 2019).
berbagi informasi mengenai ilmu agama. Semua subjek Dampak negatif ini hanya dialami oleh FMC saja,
dalam penelitian ini merasa senang dengan keputusan sementara subjek DKA dan DP tidak mengalami dampak
mereka bercadar. Rasa bahagia tersebut menghampiri sosial negatif.
FMC karena telah menggunakan cadar hingga
kebahagiaan tersebut tidak dapat diungkapkan dengan Strategi menghadapi tekanan sosial
kata-kata dan hanya bisa di tunjukkan melaklui akhlaq Setelah berbagai respon dan dampak negatif
yang lebih baik. “[…] rasa bahagia banget kayak yang dialami oleh subjek akibat dari penggunaan cadar
senangnya itu gak bisa diungkapkan dengan kata-kata tersebut. Subjek berusaha untuk mengembangkan strategi
[…”] (FMC, 23 Februari 2019). Perasaan tersebut juga agar dapar bertahan dengan menggunakan cadar. Tema
dilaporkan oleh DKA dan DP. ini dibagi menjadi dua sub-tema yakni cara merespon
“Alhamdulillah sekarang senang, sangat senang pandangan negatif dan bertahan karena dukungan sosial.
karena saya itu merasa bisa menjaga diri lah Masing-masing sub-tema memiliki topik yang berbeda,
[…]” (DKA, 15 Februari 2019). sub-tema pertama meliputi penggunaan masker sebagai
“[…] menurutku sih cara pandang mereka itu proses latihan, aktif berhubungan sosial dan bersikap
rata gitu kamu gini kamu gini kamu tetap baik. Kemudian untuk sub-tema kedua memiliki dua
mahasiswa saya, saya senangnya itu.” (DP, 15 topik yaitu dukungan keluarga dan dukungan sesama
Februari 2019). perempuan bercadar. Sebelum akhirnya terbiasa dengan
Tak hanya dampak psikologis yang dirasakan oleh cadar, subjek menggunakan masker “[…] awal itu
perempuan bercadar, Dampak sosial pun turut menjadi biasanya diganti masker.” (DP, 15 Februari 2019).
akibat dari penggunaan cadar. Penggunaan cadar tidak Masker ini sebagai salah satu cara yang di ambil untuk
selalu berdampak pada hal negatif, dengan bercadar maka berproses menuju bercadar secara intens.
subjek DKA, DP dan FMC yang meminimalisir interaksi “[…] Dania kan kadang pakai masker untuk ini
dengan lawan jenis. Berikut beberapa kutipan wawancara kan untuk apa namanya mengganti cadar gitu
“[…] masih deket-deket cowok lah gitu masih tapi tetap tertutuplah awalnya gitu.” (DKA., 15
bebas tapi sekarang waktu pakai cadar lebih Februari 2019).
menjaga gitu […]” (DKA, 15 Februari 2019). “[…] tepatnya di kampung-kampung itu masih
belum berani lebih tepatnya awalnya saya tapi

7
Volume 06. Nomor 02. (2019) : Character : Jurnal Penelitian Psikologi

menggunakan masker.” (FMC, 23 Februari PEMBAHASAN


2019). Penelitian ini berhasil mengungkap tentang
Selain itu masker digunakan untuk mensiasati respon pengalaman perempuan bercadar yang meliputi motif
negatif masyarakat. Selain menggunakan masker, hal para subjek hingga akhirnya memutuskan untuk bercadar,
lainnya yang dilakukan sebagai upaya untuk turut aktif respon lingkungan sosial terhadap perempuan bercadar,
berhubungan sosial yaitu berbaur dengan masyarakat dampak dari respon lingkungan sosial terhadap
serta berkomunikasi dengan teman perkuliahan. “[…] perempuan bercadar dan strategi yang diambil untuk
saya udah berusaha kayak tetap berbaur sama siapa aja menghadapi tekanan sosial akibat dari penggunaan cadar.
terus tetap ngjakin bercanda gitu […]” (FMC, 23 Menurut hasil penelitian terdapat dua subjek yang
Februari 2019). Strategi tersebut dilakukan oleh DP. memiliki persepsi negatif mengenai cadar yaitu subjek
“[…] aku masih bisa apa ya masih bisa DKA yang mengidentikan cadar dengan teroris, ISIS dan
berkomunikakasi dan masih bisa say hi dengan alirat sesat, sementara subjek DP memandang bahwa
hehe dengan asik gitu sama kamu, aku masih cadar adalah sesuatu yang menyeramkan. Subjek FMC
bisa bercanda sama kamu gitu […]” (DP, 15 yang mempersepsikan bahwa dengan menggunakan
Februari 2019). cadar, maka mereka merasa bahwa dirinya terlihat
Strategi lain yang juga digunakan yakni berusaha untuk anggun, dan spesial karena mampu menutup auratnya.
memberikan kesan baik sebagai salah satu strategi untuk Persepsi baik negatif maupun positif yang
mengubah pandangan negatif mengenai perempuan diungkapkan oleh subjek tersebut muncul karena adanya
bercadar. Berikut beberapa kutipan wawancara yang perbedaan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
menunjukkan upaya subjek DKA dan DP. oleh para subjek mengenai cadar. Bauer & Erdogan
“[…] Pelan-pelan lah membuat mereka (dalam Eshetu, 2015) menyatakan bahwa Individu dapat
mengerti dengan cara membuktikan ke mereka mempersepsikan hal yang sama dengan cara yang
kalau cadar semenyeramkan itu gitu dari berbeda karena organisasi perseptual yang dimiliki, hal
sikapnya kita ngasih teladan gitu-gitu.” (DKA, tersebut tergantung dengan pengetahuan dari masing-
15 Februari 2019). masing individu. Persepsi tersebut, khususnya persepsi
“Ya itu mbak, ke dosen harus apa ya kalau aku negatif yang diungkapkan subjek memiliki kesamaan
sih lebih meningkatkan sopan santun. Terus di persepsi dengan masyarakat pada umumnya, yang
orang-orang sekitar sini kalau ada bapak-bapak memandang cadar secara negatif karena penggunaan
ibu-ibu gitu sekiranya disapa lah biar gak “wes cadar masih belum banyak diterima oleh masyarakat
cadaran gak ketok moto e meneng ae”. (DP, 15 Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan Amanda &
Februari 2019). Mardianto (2014) semakin tinggi prasangka masyarakat
Teman sesama bercadar juga berperan dalam maka semakin tinggi jarak sosial yang terbentuk. Tak
memberikan dukungan ketika subjek merasa jarang masyarakat memilih untuk menghindar untuk
membutuhkan teman untuk menceritakan keluh kesah melakukan interaksi dengan perempuan bercadar.
dan tentunya membawa subjek menjadi pribadi yang Menurut Bauer & Erdogan (dalam Eshetu, 2015) Salah
lebih baik. satu yang menjadi sebab yakni situasi yang dapat
“He’eh, berproses seperti ini gak bisa sendiri memengaruhi persepsi seseorang, hal ini dikarenakan
kita, cari-cari sendiri cari-cari sendiri pasti lebih situasi yang berbeda mungkin memerlukan informasi
butuh teman, lebih enak kok kalau kita punya tambahan tentang target yang mendapatkan persepsi
teman.” (DKA, 15 Februari 2019). negatif.
“[…] kembali kesini itu apa ketemu Afika, nah Adanya persepsi awal yang berasal dari
Afika itu ternyata pakai cadar juga kalau di luar pengalaman atau masa lalu baik yang diperoleh dari
jadi yo enak ada temannya gitu loh mbak kalau keluarga maupun lingkungan sekitar yang tidak sesuai
pergi ke kajian gitu bareng-bareng.” (DP, 15 dengan apa yang diyakini subjek pada saat ini, maka akan
Februari 2019). mempengaruhi bagaimana cara subjek berpikir. Dalam
“Eee mereka itu jadi penyemangat, intinya apa penelitian ini, subjek DKA yang mendapatkan keyakinan
yang merasa rasakan kita juga merasakan jadi dari keluarga terkait keberadaan perempuan bercadar
misalnya ada masalah, masalah tentang apa ya yang identik dengan terorisme dan aksi pengeboman.
tentang hukum ya misalnya, lah kita yang sama- Persepsi tersebut juga ditemukan pada subjek penelitian
sama bercadar itu pasti sepaham ini loh gak Fitriani & Astuti (2012) dimana responden pertama yang
boleh dalam Islam gitu, jadi mereka itu kayak mengatakan bahwa sebelum bercadar dirinya memiliki
apa ya secara gak langsung itu apa ya kalau ada persepsi negatif tentang cadar, sehingga membuat
masalah, mereka itu yang menguatkan kita gitu responden pertama belum siap untuk mempelajari
loh.” (FMC, 23 Februari 2019). pengetahuan baru mengenai cadar karena bertentangan
DKA menyatakan bahwa, ketika menjadi seseorang yang dengan persepsi yang telah dimiliki. Selain itu, responden
berbeda, maka membutuhkan teman lainnya yang juga pertama juga mengkhawatirkan respon dari pihak
memiliki tujuan yang sama sebagai teman menjalani keluarga atau orangtua yang tidak menyetujui
proses bercadar. Dengan demikian seluruh subjek dalam penggunaan cadar. Namun pada akhirnya kedua subjek
penelitian kali ini menerima dukungan dari sesama tersebut mengambil keputusan untuk menggunakan cadar
perempuan bercadar untuk bertahan menggunakan cadar akibat bertambahnya pengetahuan yang diperoleh dari
dan saling menguatkan satu sama lain. mengikuti kelompok kajian keagamaan, dimana salah

8
Pengalaman Perempuan Bercadar

satu kegiatan yang dilaksanakan kelompok tersebut keputusan (King, 2014). Dalam hal ini adalah dorongan
adalah diadakannya kajian keislaman yang membuat dari luar individu untuk menggunakan cadar. Motivasi ini
subjek semakin memahami ilmu-ilmu keagamaan. Dari dipengaruhi oleh adanya upaya untuk memenuhi
kajian tersebut, kedua subjek memiliki persepsi baru kebutuhan subjek untuk menutup aurat sebagai salah satu
yakni cenderung positif dan memilih untuk tidak bertahan cara untuk beribadah. Dengan begitu, membuktikan
dengan persepsi lama yang masih menganggap bahwa bahwa adanya nilai internalisasi untuk berusaha
cadar adalah sesuatu yang negatif (Nursani, 2018). melaksanakan ajaran agama dengan menjalani ritual
Dengan berjalannya waktu dan bertambahnya keagamaan (religious practice) berupa penggunaan cadar
pengetahuan maka akan mempengaruhi arah persepsi sebagai penyempurna menutupi aurat (Angganantyo,
yang akan di ambil Bauer & Erdogan (dalam Eshetu, 2014). Dari tiga subjek masing-masing memiliki sumber
2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan motivasi yang berbeda. Berdasarkan data penelitian
bertambahnya pengetahuan melalui kajian keagamaan sumber motivasi yang dijadikan sebagai pendorong
yang diikuti oleh para subjek, terdapat perubahan dalam mengambil keputusan bercadar, diantaranya FMC
persepsi yakni berubah menjadi lebih religius yang memilih public figure seperti otoritas keagaamaan yaitu
memandang bahwa cadar sebagai simbol ketaatan dalam ustad dan DP dan DKA memilih perempuan bercadar
menjalankan ibadah. Salah satu cara yang dilakukan lainnya yang dipercaya mampu memberikan kajian
untuk menjalankan ibadah yakni dengan menutup aurat ataupun tauladan sebagai sumber motivasi. Motivasi
menggunakan cadar. Terdapat subjek lainnya yaitu DP tersebut terjadi karena adanya proses modeling yang
yang menyatakan bahwa dengan menggunakan cadar meliputi perhatian, representasi, produksi perilaku dan
mereka dapat menutupi perhiasan seorang perempuan, motivasi untuk mulai menirukan apa yang telah
perhiasan yang dimaksud disini adalah aurat yang tidak diobservasi dari model (Feist & Feist, 2014).
boleh di tampakkan kepada lawan jenis. DP memaknai Motivasi tersebut dijalankan bukan tanpa rintangan,
aurat sebagai bagian dari syariat agama yang sebisa banyak respon negatif yang diterima oleh perempuan
mungkin untuk ditutup. Sedangkan FMC tidak bercadar, salah satu respon negatif tersebut datang dari
mengalami perubahan persepsi, persepsinya tetap ke arah anggota keluarga. Sejalan dengan hasil penelitian Tirta
positif yakni memandang cadar sebagai simbol anggun (2018) yang menyatakan bahwa penolakan umumnya
dan spesial yang digunakan untuk menutup aurat. Dengan berasal dari orangtua yang tidak menyutujui penggunaan
begitu dapat dikatakan bahwa semua persepsi subjek cadar akibat pemberitaan media yang menampilkan cadar
berubah ke arah positif ketika telah mengetahui dan secara negatif dan secara tidak langsung orangtua
menggunakan cadar yaitu sebagai atribut yang menggeneralisasikan kepada semua perempuan bercadar.
mendorong para subjek untuk melaksanakan ajaran Pada akhirnya, persepsi negatif tersebut semakin diyakini
agama yang diyakini. oleh masyarakat luas dan menjadikannya sebagai stigma
Bagian kedua dari temuan penelitian ini yaitu yang selalu melekat dengan perempuan yang
terdapat motivasi yang melatarbelakangi para subjek menggunakan cadar. Stigma adalah sebuah fenomena
untuk memahami lebih dalam mengenai cadar. Motivasi yang sangat berkaitan erat dengan sebuat nilai pada
ini berupa motivasi internal dan motivasi ekternal. Ryan berbagai identitas sosial yang ada. Adanya konstruksi
& Deci (1985) mengatakan bahwa motivasi internal sosial yang melibatkan setidaknya dua komponen yakni
meliputi meningkatkan keinginan atau minat, eksplorasi, pertama, tentang perbedaan berdasarkan beberapa tanda
penguasaan informasi baru, keterampilan dan atau ciri yang membedakan antara satu dan lainnya dan
pengalaman. Berdasarkan data penelitian subjek memiliki kedua, adanya devaluasi bagi individu yang terkena
berbagai motivasi internal. Motivasi internal ini meliputi, dampaknya (Dovidio, Major & Crocker, 2003). Dengan
pertama, menolak menjadi objek pandangan laki-laki, adanya stigma negatif terhadap cadar, mereka akan
motivasi ini dimiliki oleh subjek yaitu DKA, DP dan mengalami kesulitan untuk bergabung dan bersosialisasi
FMC. Kedua, menjaga dari fitnah, Subjek memaknai dengan masyarakat. Hal ini menjadi suatu permasalahan
fitnah terkait dengan menutup aurat di depan laki-laki karena pada umumnya masyarakat mengatakan bahwa
yang batasannya sudah di tentukan oleh agama, hal ini meggunakan cadar merupakan budaya asing dan
dilaporkan oleh ketiga subjek dan adanya keinginan cenderung bersikap tertutup serta kurang bersosialisasi
menjadi pribadi yang lebih religius. Dari motivasi dengan masyarakat sekitar (Rahayu, 2016).
internal yang disampaikan, terdapat beberapa subjek yang Berdasarkan data penelitian respon negatif yang
memiliki lebih dari satu motivasi internal dalam disampaikan oleh keluarga, anggota keluarga yang rata-
menggunakan cadar. rata adalah perempuan beranggapan bahwa cadar hanya
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman & digunakan oleh orang-orang yang memiliki permasalahan
Syafiq (2017) juga menunjukkan hal yang sama yaitu atau kekurangan fisik seperti hamil di luar ikatan
menggunakan cadar sebagai salah satu cara untuk tidak pernikahan dan penyandang disabilitas. Namun, para
dipandang secara seksual yang menjadi pemicu nafsu perempuan bercadar memaknai tubuhnya dengan cara
laki-laki. Dengan begitu, cadar bermakna positif sebagai pandangnya sendiri yang menganggap bahwa tubuh
pendorong untuk menjadi individu yang lebih baik lagi. adalah aurat yang harus di tutupi, semakin tertutup maka
Selain motivasi internal, alasan bercadar juga dipengaruhi akan semakin merasa terlindungi dan sebagai pendorong
oleh motivasi external, motivasi eksternal adalah untuk meningkatkan ibadah sesuai dengan aturan agama
dorongan dari orang atau hal lain yang dapat membantu yang diyakininya (Fitriyah, 2018). Selain dari keluarga,
subjek untuk mempertimbangkan dan bahkan mengambil stigma yang bersumber dari respon negatif ini juga

9
Volume 06. Nomor 02. (2019) : Character : Jurnal Penelitian Psikologi

menghampiri perempuan bercadar di area Universitas. Universitas saja, perempuan bercadar juga mendapatkan
Civitas akademika seperti dosen, pegawai Universitas perlakuan negatif ketika berada di tempat umum yang
dan teman perkuliahan pun turut memberikan stigma menyebabkan subjek FMC merasa sedih dan sakit hati
bahkan terdapat subjek yakni DP yang melaporkan akibat perlakuan dan komentar negatif yang di dapatnya.
bahwa cadar yang dirinya kenakan menjadi bahan membuktikan bahwa adanya perlakuan negatif yang
pembicaraan baik di kelas maupun di luar kelas. Menurut dialami oleh perempuan bercadar berbentuk komentar
Leary dan Schreindorfer (dalam lebel, 2008) berpendapat secara verbal dan bersifat sarkasme yang diterima subjek
bahwa individu distigmatisasi dan secara sosial dihindari sehingga mengakibatkan perasaan sedih dan inferior
berdasarkan sejauh bahwa mereka dianggap (Cahyaningrum & Desiningrum, 2017). Dibalik perasaan
menimbulkan ancaman bagi orang lain. Bagi dosen, dilematis yang dialami, sebagian subjek merasakan
penggunaan cadar dianggap sebagai ancaman baik bagi dampak psikologis secara positif dari cadar yang
dirinya bahkan negara. Selain dosen, pegawai Universitas digunakan. DKA dan DP merasa percaya diri
seperti satpam kampus memiliki stigma negatif terhadap dikarenakan menyadari keberadaan perempuan cadar
cadar, stigma tersebut diterima oleh LK yang dianggap lainnya yang dapat mendengarkan keluh kesah dan
sebagai teroris berbagi ilmu keagamaan. Perasaan senang pun dilaporkan
Civitas akademika lainnya yakni teman perkuliahan oleh semua subjek karena mempunyai kesempatan untuk
pun turut menyumbangkan stigma negatifnya dimana menutup aurat dengan cadar. Selain itu, subjek merasa
mengaitkan cadar dengan keanggotaan organisasi fanatik nyaman menggunakan cadar. Dari temuan tersebut,
seperti HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Komentar tersebut menunjukkan bahwa satu subjek dapat merasakan
diterima oleh subjek. Stigma tersebut muncul akibat dari beberapa bahkan semua perasaan baik positif maupun
kurangnya pengetahuan atau informasi yang diketahui negatif.
oleh orang lain mengenai cadar dan organisasi keislaman Selain dampak psikologis, subjek juga
sehingga membuat subjek pada awal penggunaan cadar merasakan dampak sosial yaitu pandangan negatif akibat
dihindari sebab atribut cadar yang digunakan yang dirasa penggunaan cadar. Dampak sosial meliputi dampak
belum banyak di gunakan di area Universitas. secara positif maupun negatif. Dampak positif yang
Sedangkan di tempat umum, perempuan bercadar dirasakan tiga subjek menyatakan bahwa dengan cadar
juga diidentikan dengan terorisme, aliran sesat. Stigma subjek bisa meminimalisir interaksi dengan lawan jenis.
tersebut dikarenakan masyarakat secara menganggap Hal ini dianggap positif karena sesuai dengan batasan
bahwa cadar adalah budaya Arab yang tidak cocok pergaulan antara laki-laki dan perempuan menurut syariat
digunakan di Indonesia dan memilih untuk menghindar agama. Dampak lainnya yakni adanya sikap saling
dan hanya memperhatikan, stigma tersebut diterima oleh menghargai atas keputusan subjek untuk menggunakan
subjek yakni DKA dan DP. Pola masyarakat Indonesia cadar yang diterima oleh subjek. Di lain sisi, dampak
yang bersifat kolektif yang melihat hal-hal yang tertutup negatif pun juga dialami oleh subjek FMC lebih memilih
karena adanya perbedaan individu yaitu cadar yang diam dan harus menghindar ketika berada di dekat anak
digunakan sehingga membuat masyarakat enggan untuk kecil. Hal ini dipilih subjek karena tidak ingin
melakukan interaksi lebih jauh (Ratri, 2011). Hal ini menimbulkan perdebatan atau permasalahan akibat cadar
disampaikan oleh masyarakat yang sebenarnya dan hanya yang digunakan.
menilai berdasarkan perbedaan yaitu cadar yang Dengan berbagai pengalaman yang telah dilalui
digunakan. Sejalan dengan hal tersebut, ditemukan hasil baik stigma, respon negatif dan dampak yang dialami
penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang subjek. Subjek mengembangkan strategi untuk
memiliki lebih banyak kontak pribadi (yaitu keakraban) menghadapi tekanan sosial. Strategi yang dijalankan oleh
dengan orang-orang yang mengalami stigma melihat subjek ketika awal penggunaan cadar yakni semua subjek
mereka sebagai seseorang yang tidak berbahaya dan tidak menggunakan masker sebagai proses latihan dan untuk
menghindari atau menghindari mereka sebanyak orang mengurangi stigma. Subjek juga berusaha untuk
yang memiliki sedikit menjalin komunikasi dengan menghilangkan kesan bahwa perempuan bercadar identik
subjek Angermeyer et al. 2004; Corrigan et al. 2001 dengan orang tertutup. Upaya yang dilakukan subjek DP
(dalam Lebel, 2008). dan DKA yang berusaha aktif berhubungan sosial baik di
Tak hanya stigma, perempuan bercadar juga kampus maupun di lingkungan masyarakat umum. Dalam
mendapatkan respon positif baik dari reaksi teman berinteraksi, subjek juga berusaha untuk menunjukkan
perkuliahan. Subjek menganggap bahwa reaksi yang sikap yang baik karena cadar yang digunakan. Menurut
tidak terlalu berlebihan yang di tunjukkan oleh teman Leary (dalam Myers, 2014) hal ini disebut sebagai self
sebagai hal yang membuat subjek termotivasi untuk presentation sebagai usaha untuk membuat suatu kesan
bertahan menggunakan cadar. Respon positif tersebut yang baik, dengan demikian subjek akan mendapatkan
menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang imbalan baik secara sosial maupun material. Dalam hal
membuat para subjek bertahan untuk menggunakan ini, perempuan bercadar akan melakukan self
cadar.Stigma dan respon positif yang diterima akibat presentation agar merasa lebih baik tentang citra diri dan
cadar yang digunakan mempengaruhi kondisi psikologis cadar yang digunakan bahkan merasa lebih aman dalam
dan sosial para subjek. mempertahankan atribut cadar strategi tersebut dilakuka
Dampak psikologis yang dirasakan antara lain oleh dua subjek, kecuali FMC.
perasaan tidak aman, merasa cemas terhadap penolakan Dukungan sosial pun berperan penting bagi subjek
akibat cadar yang digunakan. Tak hanya di area untuk memulai dan bertahan menggunakan cadar.

10
Pengalaman Perempuan Bercadar

Dukungan sosial akan memberikan kenyamanan secara sumber yang membuat para subjek mempersepsikan
fisik maupun psikologis bagi para subjek, karena dengan cadar sebagai atribut untuk menjalankan ibadah.
adanya dukungan yang diberikan akan bermanfaat ketika Temuan kedua dalam penelitian ini mengenai
mengalami stress dan dengan mendapatkan dukungan motivasi yang melatarbelakangi subjuk memilih
adalah salah satu cara untuk merasa nyaman ketika menggunakan cadar. Motivasi perempuan bercadar ini
berada dalam kondisi tertekan (Baron & Byrne, 2004). terdiri dari motivasi internal dan ekternal terkait
Dukungan sosial ini diperoleh baik dari teman sesama pengambilan keputusan untuk bercadar. Motivasi internal
bercadar. Sebagai kelompok minoritas, perempuan ini terkait dorongan dari dalam diri untuk menjadi pribadi
bercadar mencari dukungan dari teman sesama bercadar yang lebih baik lagi. Sedangkan untuk motivasi eksternal
lainnya, dengan persamaan atribut dan tujuan dari yaitu di dapatkan dari modeling baik dari public figure
perempuan bercadar, maka keberadaan perempuan cadar maupun teman bercadar lainnya, motivasi external
lainnya sangatlah penting sebagai pendorong untuk tersebut menimbulkan rasa religious practice dimana
mengatasi permasalahan-permasalahan yang di alami. ingin mematuhi dan melaksanakan ajaran agama.
Seluruh subjek dalam penelitian ini menyatakan bahwa Respon lingkungan baik secara positif dan
dirinya menerima dan merasa lebih nyaman serta percaya negatif diterima oleh rata-rata subjek. Respon negatif
diri karena mengetahui keberadaan perempuan bercadar datang dari keluarga, civitas akademika dan masyarakat
lainnya. Kesamaan atribut dan tujuan yang sama umum yang cenderung memandang negatif erhadap
membuat subjek saling memahami dan memiliki rasa cadar. Selain respon negatif, subjek juga menerima
empati yang lebih tinggi daripada teman lainnya yang positif baik dari keluarga maupun teman perkuliahan.
tidak bercadar. Salah satu subjek yakni FMC yang Respon positif tersebut yang kemudian menjadi salah
melaporkan bahwa dirinya turut merasakan apa yang satu alasan para subjek bertahan menggunakan cadar
dirasakan oleh perempuan bercadar lainnya. Namun hingga saat ini.
dibalik itu, para subjek menghadapi dilema yakni Dari bebagai stigma dan respon negatif yang
bersama dengan perempuan bercadar yang mendapatkan ditujukan pada perempuan bercadar, semua subjek
dukungan baik sosial maupun emosional yang membuat melakukan strategi untuk menghadapi tekanan sosial.
rasa aman dan nyaman atau berinteraksi dengan Berbagai strategi seperti menggunakan masker sebagai
masyarakat umum yang memberikan stigma negatif. proses latihan sebelum akhirnya intens menggunakan
Sebagai strategi yang di ambil, subjek berupaya untuk cadar, aktif berhubungan sosial dan melakukan self
mencoba secara aktif berinteraksi karena perempuan presentation sebagai upaya untuk memanajemen kesan
bercadar menyadari bahwa persepsi masyarakat akan orang lain berdasarkan sikap yang kita tampilkan. Upaya
semakin negatif jika perempuan bercadar yang lainnya yakni berusaha mencari dukungan sosial dari
notabennya sebagai kelompok minoritas tidak ingin teman sesama bercadar yang diterima oleh semua subjek
berinteraksi dengan masyarakat. hal tersebut sejalan sebagai tempat untuk berbagi keluh kesah mengenai
dengan penelitian Wijanarko & Syafiq (2013) yang permasalahan yang muncul akibat tekanan sosial yang
meneliti mahasiswa Papua sebagai kelompok minoritas di dialami.
Universitas Negeri Surabaya yang mengalami hambatan Penelitian ini menyimpulkan bahwa seluruh
adaptasi pada awal kedatangannya di Surabaya dan juga subjek dalam penelitian kali ini pernah mengalami
merasakan kenyamana jika berada di tengah-tengah tekanan sosial yakni menerima stigma dan respon negatif
mahasiswa Papua lainnya, namun lambat laut mereka yang memberikan dampak secara psikologis maupun
menyadari bahwa keengganan berinteraksi dengan dampak sosial, sehingga para subjek berusaha untuk
mahasiswa lokal akan menghambat perkuliahan, bertahan dengan menjalankan beberapa strategi sebagai
sehingga strategi yang dilakukan yakni berusaha untuk cara merespon stigma. Strategi tersebut juga
menghadapi masalah secara aktif dengan melakukan memanfaatkan dukungan sosial sehingga delapan subjek
interaksi bersama mahasiswa lokal. hingga penelitian ini berakhir tetap mempertahankan
cadar yang digunakan.
PENUTUP
Simpulan Saran
Simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan Berikut beberapa saran yang bisa menjadi pertimbangan
yang dilakukan oleh peneliti mengenai Pengalaman bagi beberapa pihak yang terkait:
perempuan bercadar adalah sebagai berikut 1. Bagi perempuan bercadar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Pada akhir dari penelitian mengenai perempuan
perbedaan persepsi sebelum menggunakan dan dengan bercadar ini, peneliti ingin menyampaikan opini dan
setelah menggunkan cadar. Dua diantara tiga subjek harapan kepada subjek. Diharapkan perempuan
mempersepsikan cadar secra negatif, sedangkan tiga bercadar lainnya lebih aktif untuk menjalin interaksi
subjek lainnya mempersepsikan cadar secara positif. sosial baik di dalam maupun di luar Universitas.
Sementara, tiga subjek tidak memberikan pernyataan Selain itu, diharapkan para perempuan bercadar di
khusus mengenai persepsinya terhadap cadar. Seiring Universitas Negeri Surabaya ini mengadakan
berjalannya waktu, perspsi semua subjek berubah kegiatan kajian umum atau kegiatan sosial berbasis
menjadi lebih religius. Perubahan tersebut terjadi karena relawan, dimana mahasiswa lain yang tidak
bertambahnya informasi dan pengetahuan dari berbagai bercadar juga bisa di libatkan agar terjalinnya
interaksi sosial yang lebih positif.

11
Volume 06. Nomor 02. (2019) : Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Dovidio, J. F., Major, B., & Crocker, J. (2000). Stigma:


2. Bagi civitas akademika Introduction ang overview. London: The
Bagi civitas akademika diharapkan mampu Guilford Press
meningkatkan rasa toleransi dan sebagai teladan Eshetu, G. (2015). Factors affecting instructional leaders
untuk bisa lebih menghargai keputusan masing- perception toward educational media utilization
masing individu selama tidak merugikan orang lain in classroom teaching. German: Anchor
Academic Publishing
3. Bagi masyarakat Feist, J & Feist, G. J. (2014). Teori Kepribadian, edisi 7.
Masyarakat diharapkan mampu memahami Jakarta: Salemba Humanika
keputusan masing-masing individu dalam Fitriani & Astuti, Y. D. (2012). Proses pengambilan
menjalankan ajaran agama yang diyakini. keputusan untuk memakai cadar pada muslimah.
Masyarakat juga hendaknya tidak memberikan Jurnal psikologika, 17(2), 61-68. Diunduh dari
perlakuan yang negatif ketika menjumpai https://www.neliti.com/publications/88978/prose
keberadaan perempuan bercadar di tempat umum. s-pengambilan-keputusan-untuk-memakai-
cadar-pada-muslimah
4. Bagi penelitian selanjutnya Fitriyah, A. (2018). Makna tubuh bagi mahasiswi
Penelitian selanjutnya diharapkan mampu bercadar di Yogyakarta kajian sosiologi tubuh.
memperbanyak jumlah subjek penelitian karena Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. 6(2),
penelitian ini tidak mempresentasikan para 241-260.
perempuan bercadar lainnya di luar penelitian ini. DOI: http://dx.doi.org/10.21043/fikrah.v6i2.400
Peneliti selanjutnya diharapkan mampu menggali 8
lebih dalam mengenai motivasi bercadar, penyebab Herdiyansyah, H. (2015). Metodologi penelitian kualitatif
penolakan cadar dan mencari informasi lebih dalam untuk psikologi. Jakarta: Salemba Humanika
mengenai kelompok-kelompok sesama perempuan Juliani, R. (2018). Stigmatisasi mahasiswa tentang
bercadar sebagai suppoting group dalam maraknya mahasiswa bercadar di kampus (Studi
menghadapi tekanan sosial. kasus pada mahasiswa fakultas ilmu sosial dan
ilmu politik Universitas Teuku Umar Meulaboh
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Aceh Barat). Journal Community.
Amanda, R., & Mardianto. (2014). Hubungan antara 4(1), 90-104. DOI:
prasangka masyarakat terhadap muslimah 10.1080/14792779343004536
bercadar dengan jarak sosial. Jurnal Riset Aktual King, L. A. (2014). Psikologi Umum. Jakarta : Salemba
Psikologi Universitas Negeri Padang. 5(1), 72- Humanika.
81. DOI: 10.24036/rapun.v5i1.6642 Lebel, T. P. (2008). Perseptions of and responses to
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi sosial. stigma. Sociology Compass. 2(2), 409-432.
Jakarta: Erlangga. DOI:https://doi.org/10.1111/j.1751-
Cahyaningrum, D. R., & Desiningrum, D. R. (2017). 9020.2007.00081.x
Jiwa-jiwa tenang bertabir iman: Studi Maghfur & Muniroh, S. M. (2013). Perempuan di balik
fenomenologi pada mahasiswi bercadar di teroris (religiusitas, penyesuaian diri dan pola
universitas negeri umum kota Yogyakarta. relasi suami istri tersangka teroris di kota
Jurnal Empati, 7(3), 278 – 296. Diunduh dari Pekalongan. Jurnal Analisa. 20(02), 181-195.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/a DOI: https://doi.org/10.18784/analisa.v20i2.175
rticle/view/19757 Major, B. & O'Brien, L.T. (2005) The social psychology
Creswell, J. W. (2018). Penelitian kualitatif & desain of stigma. Annual Review of Psychology, 56,
riset: Memilih di antara lima 393-421
pendekatan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mubarak, M. Z. (2013). Dari semangat islam menuju
Daud, F. K. (2018). Tren jilbab syar’i dan polemik cadar sikap radikal: Pemikiran dan perilaku
mencermati geliat keislaman kontemporer di keberagamaan mahasiswa UIN Syarif
Indonesia, Surabaya. 21-22 April 2018. Hidayatullah Jakarta. MAARIF. 8 (1), 192-217.
Diunduh dari Mutiah. (2013). Dinamika komunikasi wanita Arab
http://proceedings.kopertais4.or.id/index.php/an bercadar. Jurnal Penelitian Komunikasi. 16(1),
coms/article/view/110 55-70.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). Intrinsic motivation DOI: https://doi.org/10.20422/jpk.v16i1.31
and self-determination in human behavior. Myers, D. G. (2014). Psikologi Sosial Edisi 10, Buku 2.
New York: Plenum Press Jakarta: Salemba Humanika
Diamant, J. (2019). The countries with the 10 largest Nadal, K. L., Griffin, K. E., Hamit, S., Leon, J., Tobio,
christian populations and the 10 largest M., & Rivera, D. P. (2012). Subtle and overt
muslim populations. Pew Research Center. forms of Islamophobia: Microaggressions
Diakses melalui http://www.pewresearch.org toward Muslim Americans. Journal of Muslim
Mental Health, 6 (2), 15– 37. DOI:
http://dx.doi.org/10.3998/
jmmh.10381607.0006.203

12
Pengalaman Perempuan Bercadar

Novri, M. S. (2016). Konstruksi makna cadar oleh wanita 3(2),79-92.


bercadar jamaah pengajian masjid Umar bin DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jptt.v3n2.p79-
Khattab kelurahan delima kecamatan tampan 92
pekanbaru. Jurnal Ilmu Komunikasi Hubungan
Masyarakat. 3(1), 1-12. Diunduh dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/articl
e/view/8369
Nursani, R. A. (2018). Mahasiswa bercadar dalam
interaksi sosialnya di kampus Universitas Riau.
Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. 5(2), 1-14. Diunduh dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/articl
e/view/5647
Putri, W. E. (2018). Pengalaman komunikasi mahasiswi
yang melakukan hijrah (studi fenomenologi pada
mahasiswi fisip universitas riau yang melakukan
hijrah). Jurnal Ilmu Komunikasi. 5(2), 1-12.
Diunduh dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/articl
e/view/543
Rahayu, W. (2016). Profil wanita bercadar (studi kasus
wanita salafi di kelurahan Tangkerang Timur
kecamatan Tenayan Raya kota Pekanbaru.
Jurnal Online Mahasiswa FISIP. 3(1), 1-11.
Diunduh dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/articl
e/view/8661
Rahman, A. F., & Syafiq, M. (2017). Motivasi, stigma
dan coping stigma pada perempuan bercadar.
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 7(2), 103-
115. ISSN: 2087-1708.
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jptt.v7n2.p103-
115
Ratri, L. (2011). Cadar, Media dan Identitas Perempuan
Muslim. Ejournal Universitas Diponegoro, 39
(2), 29-37. Diakses pada tanggal 05 Januari
2019 dari: http://ejournal.undip.ac.id/index.ph
p/forum/article/view/3155
Saini, M. (2018). Transnasionalisme Islam Indonesia:
Studi gerakan keagamaan fundamentalis
komunitas wanita bercadar di kecamatan Pace
kabupaten Nganjuk. Jurnal Penelitian dan Kajian
Keislaman, 6 (1), 28-41. Diunduh dari
http://www.jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqq
uh/article/view/128
Smith, J.A., Osborn, M. (2015). Interpretative
phenomenological analysis. British Journal of
Pain, 9(1), 41-42. Diunduh dari
https://research.familymed.ubc.ca/files/
2012/03/IPA_Smith_Osborne21632.pdf
Tirta, S. C. (2018). Komunikasi interpersonal mahasiswi
muslim bercadar dalam bersosialisasi di
lingkungan kampus studi pada mahasiswa
bercadar di Universitas Ttibhuana Tunggadewi
Malang. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
7(3), 124-131. Diunduh dari
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/artic
le/view/1589
Wijanarko, E., & Syafiq, M. (2013). Studi fenomenologi
pengalaman penyesuaian diri mahasiswa Papua
di Surabaya. Jurnal Psikologi: Teori & Terapan.

13

Anda mungkin juga menyukai