Contoh Penulisan Metode Wawancara
Contoh Penulisan Metode Wawancara
DOI 10.46426/jp2kp.v25i2.154
diterima tanggal 09 Maret 2021 | direvisi tanggal 20 Juni 2021 | disetujui tanggal 25 Juli 2021
ABSTRACT
This study is a study of the experiences of hijab students who experience catcalling. Catcalling can occur
regardless of place, class, age and social class. Most victims of harassment are often blamed for their wear
which is considered inviting, but in fact this phenomenon also occurs in some female students who wear
the hijab, resulting in a mismatch between expectations and their social environment. This study aims to
see how experiences are experienced, the form of verbal and non-verbal catcalling messages, and self-
concept in female hijab students after experiencing catcalling. By using Alfred Schutz's phenomenological
method as a qualitative research method and using in-depth interview techniques as a data collection
technique, the researchers found that the forms of verbal and non-verbal catcalling were experienced by
different informants. This experience made female hijab students gain an understanding of why catcalling
happened to them and resulted in a self-concept with physical and social aspects that were mostly negative
rather than positive.
Keywords: catcalling, experience, hijab students
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya peningkatan kasus pelecehan seksual terhadap perempuan di
Indonesia, salah satunya adalah catcalling yang terjadi tanpa memandang tempat, golongan, usia dan kelas
sosial. Masih banyak korban pelecehan seksual yang disalahkan karena pakaian yang dikenakan dinilai
menggoda dan memancing pelaku. Namun nyatanya berdasarkan hasil survei koalisi perempuan dan
CATAHU KOMNAS perempuan, 17% korban menggunakan hijab dan 15% terjadi di lingkungan sekolah
dan kampus serta korban paling banyak adalah pelajar. Ketika pada masa remaja, fase ini rentan dalam
pembentukan konsep diri sehingga saat masa transisi menuju fase dewasa konsep diri remaja sering tidak
teratur. Oleh karena itu penelitian ini mengenai pengalaman mahasiswi berhijab yang mengalami
catcalling. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengalaman yang dialami, bentuk pesan catcalling
secara verbal dan non-verbal, dan konsep diri pada mahasiswi berhijab setelah mengalami catcalling.
Dengan menggunkan metode fenomenologi Alfred Schutz sebagai metode penelitian kualitatif dan
menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Peneliti mandapatkan hasil
bahwa bentuk catcalling secara verbal yang terdiri dari mencari informasi privasi pribadi korban,
berdasarkan pakaian yang digunakan, berkedok nasehat, berkedok pujian, penggunaan unsur agama, fisik
dan ajakan bermakna lain. Kemudian secara non-verbal yang dialami seperti penggunaan anggota tubuh
secara langsung dan penggunan komponen kendaraan seperti klakson. Pengalaman ini membuat mahasiswi
berhijab mendapatkan sebuah pemahaman mengapa catcalling terjadi pada mereka dan menghasilkan
sebuah konsep diri dengan aspek fisik dan sosial yang sebagian besar bersifat negatif daripada yang positif.
Kata kunci: catcalling, mahasiswi berhijab, pengalaman
167
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181
Hasil laporan Catatan Tahunan Komnas korbannya adalah perempuan dan pelakunya
Perempuan (CATAHU) menyatakan jumlah sebagian besar adalah laki-laki. Ravel (2017)
laporan kasus terhadap perempuan di Indonesia mengatakan tindakan pelecahan seksual tidak
mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada hanya dalam bentuk tindakan langsung, namun
tahun 2018 meningkat sebesar 14%, kemudian juga terdapat beberapa bentuk tindakan lainnya,
pada tahun 2019 jumlah tetap meningkat dengan seperti menggoda dengan siulan, memanggil
jumlah 406.178 laporan kasus. Berdasarkan data, seseorang dengan sebutan tertentu dan komentar
jenis kekerasan yang sering terjadi terhadap bernada seksual. Fenomena ini biasanya terjadi di
perempuan setelah KDRT (ranah personal) adalah tempat-tempat umum korban tidak mengenali
kekerasan terhadap perempuan di ranah komunitas pelaku dan begitu juga sebaliknya. Fenomena
(publik), seperti kekerasan seksual yaitu pelecehan seksual ini disebut dengan catcalling
pelecehan seksual (394). (Komnas Perempuan, Masih banyak korban pelecehan seksual yang
Dilansir oleh website resmi menggoda dan memancing pelaku, koalisi yang
dilakukan pada tahun 1998-2013, pelecehan Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas
seksual termasuk ke dalam 15 bentuk kekerasan Feminis Jakarta (JFDG) dan Change.org
seksual terhadap perempuan. RUU Kekerasaan Indonesia melakukan pengadaan survei lapangan
Seksual menyebut bentuk pelecehan seksual dengan jumlah partisipasi 62.224 dari seluruh latar
(kontak/sentuhan langsung pada tubuh seseorang Temuan survei menyatakan para korban memakai
namun tidak terjadi hubungan intim, seperti celana atau rok panjang (18%), hijab (17%) dan
colekan atau sentuhan di bagian pelecehan seksual baju lengan panjang (16%). Korban pelecehan
tubuh) dan non fisik (mempertunjukan pornografi, seksual dapat terjadi pada berbagai golongan, usia
keinginan seksual, tatapan, ekspresi , dan kelas sosial, begitu juga pada pelaku
gerakan/isyarat dan komentar yang bernuansa pelecehan seksual. Hasil survei yang dilakulan
seksual dan merendahkan). dua bentuk pelecehan oleh koalisi juga menyatakan bahwa fenomena
tersebut sama-sama berbentuk menghina, pelecehan seksual juga sering terjadi di ruang
seseorang merasa dipermalukan dan pelanggaran sekolah dan kampus (15%). (Affan, 2019)
atas kesusilaan dan kesopanan. (Sabrina, 2017) Fenomena catcalling kerap dirasakan oleh
Merujuk pada Offerman dan Malamut (dalam semua perempuan tanpa memandang golongan,
Santoso & Bezaleel, 2018) walaupun tindakan status/kelas sosial, usia dan tempat. Korban juga
pelecehan seksual dapat terjadi kepada laki-laki sering kali disalahkan akan pakaian yang mereka
gunakan. Namun, pada realitanya fenomena ini
168
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….
juga terjadi pada mereka Mahasiswi yang dirinya sendiri, karena adanya harapan penilaian
menggunakan hijab. (Dwiyanti, 2014) dan simpati publik bahwa mereka adalah
Peneliti melakukan pra-riset terhadap 91 perempuan barakhlak baik dengan simbol hijab
reponden yang memiliki pengalaman catcalling sebagai kereligiusannya.
secara online menggunakan fitur google form. Selanjutnya Hardjana (2003) menerangkan
Responden terdiri mahasisiwi dari beberapa komunikasi merupakan prosess yang dinamis dan
perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil mendatangkan dampak bagi pengirim maupun
survei peneliti mendapatkan hasil bahwasanya penerima. Menurut Rakhmat (2011) dalam
sebanyak 92,2% responden pernah mengalami (Nurhadi and Kurniawan, 2017) pada umumnya
catcalling dan 86,5% dari mereka mereka pelecehan seksual dapat mempengaruhi suatu
menggunakan hijab di setiap aktivitasnya. Bentuk- pembentukan konsep diri, dimana konsep diri
bentuk catcalling yang diterima responden adalah merupakan bagaimana pandangan dan perasaan
57% komentar, 40,7% sindiran, 38,4% isyarat, seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri juga
dan 7% sentuhan. Salah satu lokasi tempat berpengaruh kuat terhadap tingkah laku
sebagaian besar terjadinya fenomena ini adalah seseorang, sehingga dengan mengetahui konsep
tempat umum terbuka, seperti sekitar wilayah diri seseorang maka akan lebih mudah untuk
kampus, misalnya jalan saat menuju kost, tempat meramalkan dan memahami tingkah laku orang
makan, kampus, gang-gang sepi, pinggir jalan tersebut. Persepsi tentang diri ini bisa ini dapat
raya dan transportasi umum. Tempat-tempat bersifat psikologis, sosial dan fisik (Widiarti,
tersebut biasanya didominasi oleh sekelompok 2017). Pada umumnya mahasiswi berada pada
laki-laki asing yang tidak dikenal oleh korban. fase remaja akhir dan menuju ke masa awal
Kemudian terdapat dua responden yang menerima dewasa. Ketika pada masa remaja, fase ini rentan
catcalling melalui media sosial dan chat. Ketika dalam pembentukan konsep diri sehingga saat
saat kejadian korban berada pada situasi sendirian. masa transisi menuju fase dewasa konsep diri
68,2% responden mengatakan hanya diam dan remaja sering tidak teratur. (Ranny et al., 2017)
membiarkan perilaku catcalling dan 31,8% Suatu proses komunikasi tidak dapat
melakukan perlawanan kepada pelaku untuk berlangsung tanpa didukung oleh unsur-unsur
menunjukkan bahwa perilaku tersebut tidak baik. komunikasi, seperti pengirim pesan (source),
Yulikhah (2017) menjelaskan laki-laki pesan (message), saluran/media (channel),
cenderung akan tergoda pada perempuan yang penerima pesan (receiver), dan akibat/pengaruh
memakai busana terbuka atau tidak menggunakan (effect), tanggapan balik (feedback) dan
hijab. Namun perempuan akan berpotensi lingkungan (Cangara, 2016). Maka berdasarkan
terlindungi atau terhindar dari godaan lawan jenis penjelasan efek dari komunikasi diatas, dapat
saat mengenakan busana tertutup. Selain menjadi dikatakann bahwa komunikasi tersebut bersifat
bagian dari fashion dan teologis (agama), adanya efektif karena menghasilkan suatu perubahan baik
persepsi alasan psikologi penggunaan hijab pada dari pengetahuan, sikap dan perilaku oleh
perempuan yaitu untuk mencari rasa aman untuk komunikan atas pesan dan perubahan yang
169
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181
diinginkan oleh komunikator. Perubahan ini dapat diri bukanlah sesuatu yang bersifat mati dan statis.
diketahui melalui feedback/umpan balik. Pembentukan konsep diri juga dipengaruhi oleh
Feedback dalam proses komunikasi terbagi faktor-faktor tertentu. Sehingga hasil
menjadi dua yaitu feedback langsung saat itu juga pembentukan konsep diri ini nantinya dapat
(immediate feedback) dan feedback tidak langsung bersifat negatif atau positif.
seperti komunikasi bermedia (delayed feedback) Catcalling sebagai penggunaan bahasa kasar,
(Nurhadi & Kurniawan, 2017). Dalam proses ekspresi verbal maupun non-verbal yang terjadi di
komunikasi terdapat pesan (massage) yang tempat umum. Kejadian ini kerap terjadi diruang
disebut sebagai simbol dan kode, karena pesan publik seperti jalan, trotoar, atau halte bus.
yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri Ekspresi verbal dari catcalling melibatkan sebuah
atas rangkaian simbol dan kode. Kode pada komentar yang mengarah pada penampilan
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu wanita. Bentuk non-verbal sering kali berupa
kode verbal (bahasa) dan kode nonverbal (isyarat) lirikan dan juga gerakan fisik yang bertindak
(Cangara, 2016). Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai alat untuk menilai penampilan fisik
setiap individu tidak bisa tidak berkomunikasi perempuan. Catcalling adalah melakukan hal- hal
atau lepas dari sebuah keadaan yang bernama yang bertendensi seksual (biasanya dengan
interkasi, bagi setiap remaja melakukan interaksi volume keras meski belum tentu secara eksplisit),
merupakan suatu kebutuhan untuk dapat termasuk bersiul, berseru, memberikan gesture,
mengembangkan segala sesuatu dalam dirinya, atau berkomentar. Biasanya hal ini terjadi kepada
salah satunya adalah konsep diri. perempuan yang lewat di jalan. Catcalling juga
Berkaitan dengan konsep diri, Menurut menyuarakan bebunyian atau keributan kepada
Sunaryo (2002) konsep diri adalah cara individu seseorang di depan publik yang membuat orang itu
dalam melihat pribadinya secara utuh, merasa tidak nyaman Penjelasan ini memberikan
menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan acuan dan penegasaan bahwasanya catcalling
spiritual, di dalamnya termasuk persepsi individu termasuk ke dalam bentuk pelecehan seksual baik
tentang sifat dan potensi dimiliknya, interaksi secara lisan (verbal) dan isyarat (non-verbal).
individu dengan orang lain maupun (Chhun dalam O’Leary, 2016)
lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan Menurut Winarsunu (2008) dalam (Utami,
pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan dan 2016) pelecehan seksual adalah segala bentuk
keinginanya. Terdapat 5 komponen konsep diri, perilaku yang berkonotasi/makna seksual yang
yaitu Gambaran diri (body Image), Ideal diri (self dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki
ideal), Harga diri (self esteem), Peran diri (self oleh korbannya. Bentuk pelecehan ini dapat
role) dan Identitas diri (self identity). Astuti and berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan
Resminingsih (2010) juga mengatakan konsep diri tindakan yang berkonotasi seksual jika
juga merupakan gambaran campuran dari apa mengandung unsur-unsur seperti adanya
yang kita pikirkan pendapat orang lain tentang diri pemaksaan kehendak secara sepihak oleh pelaku,
kita dan apa yang kita inginkan. Namun, konsep kejadian ditentukan oleh motivasi pelaku,
170
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….
kejadian tidak diinginkan korban, dan metode penelitian ini memungkinkan peneliti
mengakibatkan dampak penderitaan pada korban. untuk ikut merasakan apa yang dialami oleh
Berdasarkan uraian diatas yang telah subjek penelitian serta berusaha memahami
disampaikan, hal ini menjadi alasan penulis makna pengalaman yang dialami oleh subjek
melakukan penelitian ini, karena dapat dilihat kemudian mendeskripsikannya dalam bentuk
bahwasannya terdapat ketidakidealan yang terjadi kata-kata dan bahasa.
pada perempuan berhijab di lingkungan tempat Berdasarkan metode, penelitian ini
umum atas catcalling yang mereka terima. menggunakan metodologi fenomenologi oleh
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Alfred Shcutz, yaitu proses penginderaan dan
serta paradigma konstruktivis dan metode pengalaman yang berkesinambungan, sehingga
fenomenologi oleh Alfred Schutz. Penelitian ini menghasilkan sebuah pemaknaan yang pada
difokuskan untuk menganalisis bentuk pesan awalnya tidak memiliki makna, kemudian makna
komunikasi baik secara verbal dan non-verbal, akan muncul ketika dihubungkan dengan
pengalaman catcalling yang dialami dan konsep pengalaman yang melalui proses interaksi dengan
diri pada mahasiswi berhijab setelah mengalami orang lain. Tindakan manusia akan memiliki
catcalling. Oleh kerena itu, berdasarkan latar makna atau arti tertentu jika adanya hubungan
belakang yang telah dipaparkan itu peneliti akan sosial (interaksi), kemudian tindakan tersebut
melakukan penelitian dengan judul “Pengalaman dipahami oleh manusia lain sebagai penuh arti
Mahasiswi Berhijab yang Mengalami (Hasbiansyah, 2008). Oleh karena itu metodologi
Catcalling”. ini cocok pada penelitian ini karena penelitin ingin
mengetahui bagaimana fenomena catcalling pada
teknik analisis data hasil adaptasi dari pemikiran merupakan mahasiswi dari beberapa universitas
Stevick, Colaizzi, dan Keen dalam (Kholifah and yang ada di Indonesia, yaitu informan dengan
Suyadnya, 2018) dengan langkah-langkah sebagai inisial AS dari Universitas Islam Indonesia
Ali Haji (Kepri), SA Universitas telkom komunikasi/interkasi yang terjadi antara laki-laki
(Bandung), DA Universitas Brawijaya (Malang) dengan perempuan ataupun sebaliknya. Para
dan SH dari Universitas STIT Muhammadiyah informan memiliki pengalaman catcalling secara
(Batam). Sebagian besar informan merupakan verbal dengan bentuk yang berbeda-beda.
anak rantauan yang berkuliah di kota lain dengan selanjutnya ditemukan 7 jenis catcalling secara
umur dibawah 25 tahun. Jauh dari rumah membuat verbal yang diterima oleh informan sebagai
mereka berusaha untuk bisa menjaga diri mereka korban catcalling , yaitu :
sendiri dikota lain. Pada kesehariannya mereka 1. Mencari tahu informasi privasi pribadi
menggunakan hijab disegala aktivitasnya. Hal ini terjadi pada informan dengan
Penggunan hijab yang digunakan juga berbeda- inisial DA ketika ia sedang dijalan di
beda mulai dari gaya hijab modis sampai dengan terminal bus saat itu ia harus pulang
nikab/cadar, namun dengan tujuan yang sama sendiri ke daerah asalnya menggunakan
yaitu menutup aurat. Sebagian informan memilih bus.
kost sebagai tempat tinggal mereka dikota lain, “ditanya jam berapa aja kalau lewat sini,
namun ada juga yang tinggal dirumah pribadi. hari apa aja kalau pulang kampung dan
Fenomena catcalling yang dialami oleh informan balik. Soalnya aku kuliah di malang.
kerap terjadi ketika ditempat umum ketika mereka sering naik bus, maksudnya biar ketemu
hendak pergi untuk melaksanakan aktivitas kuliah, dia lagi gitu dah”
seperti menggunakan kendaraan bermotor atau
berjalan kaki dan ada juga yang terjadi didalam 2. Panggilan berdasarkan pakaian yang
bus ketika hendak mudik ke kota asal. Pada saat digunakan korban, seperti warna jilbab
kondisi tersebut para informan menerima pesan- yang digunakan dan rasis
pesan komunikasi yang tidak diinginkan. Terjadi ketika kedua informan sedang
Menurut Cangara (2016) dalam proses berjalan kaki sendirian, yaitu informan
komunikasi terdapat pesan (massage) yang AS “pas itu aku lagi pakai jilbab warna
disebut sebagai simbol dan kode. Bahasa adalah apa nah aku dipanggil berdasarkan itu
bentuk simbol dari komunikasi secara verbal. kayak gitu jadi lebih kayak ngegodain
Melalui media kata-kata dan bahasa dapat dipanggil-panggil gitu” dan informan SH
mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, “ada yang pakai motor lewat samping
gagasan, maksud/tujuan, menyampaikan fakta, saya terus bilang ‘woi teroris’ . yauda
data, menjelaskan informasi , saling bertukar saya diem aja soalnya kalau dilawan ntr
perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan makin tambah brabe kita ntar”
bertengkar. Ketika melakukan kotak sosial tidak
selamanya menghasilkan interkasi sosial yang 3. Berkedok nasehat, seperti jangan galak,
baik bahkan dapat berujunag sebuah konflik. jangan cemberut dan jangan sombong
Catcalling merupakan salah satu permasalahan Terjadi pada informan berinisal RH “ada
fenomena sosial yang ditimbulkan dari aja yang negur padahal enggak kenal dan
173
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181
sopan, seperti mencolek atau merasa tidak nyaman. Hasil penelitian ini
menyentuh daerah sensitif menambahkan bahwa korban yaitu perempuan
perempuan. berhijab tidak hanya menerima catcalling
- Siulan: Informan AS, RH, SA, dan pelecehan secara verbal saja, tapi juga catcalling
SH berpotensi menerima pelecehan seksual secara
- Pandang yang menggangu: fisik, seperti mencoba mendekatkan diri dan
Informan AS, DA, RH sentuhan sengaja di area intim korban seperti
- Ekspresi tidak bersalah: Informan menyentuh bagian tubuh seperti bagian
RH, DA,SA dan SH bokong/payudara dan mengikuti korban dengan
- Nada dan volume yang menggangu: kendaran pelaku dengan tujuan melecehkan.
Informan AS,DA,SA,RH dan SH
- Mencoba mendekatkan diri:
C. Pengalaman Mahasiswi Berhijab
Informan DA,SH dan RH
Setelah Mengalami Catcalling
- Sentuhan sengaja: Informan SA dan
DA Menurut Onong Uchjana Effendy dalam
(Nurhadi and Kurniawan, 2017) pengertian
2. Non-anggota tubuh/ penggunaan
komunikasi harus dilihat dari berbagai sudut
benda
pandang, yaitu secara umum ada etimologis dan
Catcalling jenis ini dialami oleh
terminologis kemudian secara paradigmatis.
informan dengan inisal RH ketika ia
Secara paradigmatis yaitu proses komunikasi
sedang pulang bersama temannya
memiliki sebuah tujuan yaitu untuk mendapatkan
sehabis mengerjakan tugas bersama
efek tertentu dari individu penerima pesan
menggunakan sepeda motor dijalan
(komunikan). Adapun efek-efek tersebut adalah
raya. Pada awalnya mereka di klakson-
efek kognitif, afektif dan behavioral. Maka dapat
klason oleh pelaku yang menggendarai
dikatan bahwa komunikasi tersebut bersifat efektif
sepada motor, namun perlahan pelaku
karena menghasilkan suatu perubahan baik dari
mendekati motor mereka dan
pengetahuan, sikap dan perilaku oleh komunikan
menyentuh payudara temannya yang
atas pesan dan perubahan yang diinginkan oleh
sedang mengendari motor.
komunikator.
Menurut hasil penelitian (Hidayat and
Penelitian yang dilakuakn oleh (Chaudoir
Setyanto, 2020) menyebutkan bahwa Catcalling
and Quinn, 2010) menyebutkan catcalling
adalah pelecehan seksual, pelaku melakukan
memberikan efek Seksisme pada perempuan.
catcalling kepada korban dengan menyerang
seksisme juga akan membahayakan kelompok
atribut seksual yang dimilikinya. Penyerangan itu
laki-laki, yaitu dapat memengaruhi cara
dilakukan melalui ekspresi verbal seperti siulan,
perempuan memandang dan bereaksi terhadap
suara kecupan, dan gestur main mata dengan
laki-laki secara lebih umum. Sesuai dengan
tujuan untuk mendominasi dan membuat korban
pernyataan diatas, pada hasil penelitian ini
176
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….
mahasiswi berhijab sebagai korban catcalling, pernyataan hasil wawancara dengan beberapa
menghasilkan pandangan dan penilaian secara informan.
tidak langsung bahwasannya semua pelaku yang “lebih tepatnya kayaknya mereka engga
melakukan tindakan tersebut pada mereka adalah ngerti atau mungkin ketika diposisi itu
gimana, kalau misalnya mereka punya
laki-laki yang memiliki ketertarikan tertentu pada
saudara perempuan yang pernah digituiin
perempuan berhijab (fetish). Hal ini sesuai dengan mungkin mereka ngerti dan gabakal kayak
pernyataan dari beberapa informan : gitu..” (informan RH , 8 November 2020)
sadar atas tindakannya oleh karena itu catcalling dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan
masih kerap terjadi . Hal ini sesuai dengan sekitar. Karena ketika berinterkasi, individu
akan memperoleh tanggapan kemudian
177
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181
menemukan bawasannya setiap informan dipengaruhi oleh sebuah faktor yang dimana
faktor ini sesuai dengan pendapat Stuart dan
menciptakan konsep diri yang berbeda-beda
Sunden (1995) dalam (Muhith, 2015), yaitu Self
berdasarkan pemaknaanya masing-masing
perception (persepsi diri sendiri) yang merupakan
atas pengalaman catcalling yang dialami.
persepsi dan penilaian individu terhadap diri
peneliti menemukan tiga kategorisasi konsep
sendiri terhadap pengalamannya akan situasi
diri pada mahasisiwi berhijab setelah
tertentu, yaitu pengalaman catcalling.
mengalami catcalling, yaitu : Menurut Fairchild & Rudman (2008) cara
1. Pandangan diri sebagai penyebabnya umum untuk mengatasi pelecehan dapat
catcalling, seperti intropeksi diri mulai menyebabkan peningkatan penolakan terhadap
dari pakaian yang digunakan (kritis akan diri sendiri dan self-objectification. objektifikasi
pakaian yang dipakai), intropeksi fisik diri memiliki konsekuensi negatif secara tidak
(bentuk tubuhnya dan sikapnya ketika langsung yang menurunkan kualitas hidup wanita.
ditempat umum) dan intropeksi status Meskipun wanita yang menganggap pelecehan
sosialnya sebagai perempuan lajang orang asing itu jinak atau pujian karena menjadi
yang tidak keluar bersama mahromnya. ''Wanita baik'' tapi yang sebenarnya memiliki
2. Penilaian diri setelah menerima pengaruh yang merusak dengan membuat mereka
catcalling, seperti perempuan tidak merasa lemah karena cenderung takut akan
baik dan tidak berharga. pemerkosaan dan membatasi gerakan mereka.
3. Perubahan pada diri setelah Maka, konsep diri yang terbentuk oleh faktor self
kejadian catcalling, seperti mawas perception yang muncul disebabkan oleh self
objectification pada mahasiswi berhijab, dimana
diri (memperjelek diri ketika saat
perubahan pandangan diri dan perilaku merupakan
akan menghadapi situasi berpotensi
bagian dari bentuk cara mereka mengatasi
mendapatkan catcalling,
pengalaman catcalling yang dialami.
menggunakan masker, pakaian yang
lebih tertutup, tidak mudah meladeni
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
orang asing khususnya laki-laki),
A. Kesimpulan
merasa tidak aman jika sendirian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
(timbulnya perasaan ingin selalui
yang telah dipaparkan, maka peneliti dapat
ditemeni oleh seseorang jika
menyimpulkan bahwa setiap mahasiswi berhijab
berpergian) dan termotivasi untuk
mengalami pengalaman catcalling yang berbeda-
178
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….
beda baik secara verbal dan non verbal. catcalling pada masyarakat, sehingga pelaku
Pengalaman yang mereka alami sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
terjadi ketika ditempat umum. Jenis catcalling non catcalling dan perbuatannya dan membuat
verbal yang pertama yang diterima oleh informan tindakan catcalling terbiasa untuk dilakukan.
adalah mencari tahu informasi pribadi korban Selanjutnya efek afektif yaitu korban merasa
dimana pelaku mengajukan pertanyaan seperti mereka sebagai objek seksualiasi oleh pelaku yang
“mau kemana”, “jam berapa aja lewat sini”, memiliki fetish tertentu. Konsep diri diri yang
“kapan aja pulang” dan “berapa nomor hpnya”. tercipta atas pengalaman yang dialami oleh
Kedua adalah panggilan berdasarkan pakaian yang mahasiswi berhijab sebagaian besar adalah
dialami seperti “warna jilbab”, “teroris” dan “sok bersifat negatif dibandingkan yang bersifat
suci”. Ketiga adalah berkedok nasehat seperti postitif, dimana sifat konsep diri ini terbentuk
“jangan galak”, “jangan cemberut” dan “jangan karena aspek konsep diri fisik dan konsep diri
sombong”. Keempat adalah berkedok pujian kondisi sosial. Konsep diri ini juga dipengaruhi
seperti “cantik”. Kelima adalah penggunaan unsur oleh faktor Self perception (persepsi diri sendiri)
agama dimana pelaku kerap berlindung dibalik yang merupakan persepsi dan penilaian individu
kalimat seperti “Assalamualaikum” dan “ukhti”. terhadap diri sendiri terhadap pengalamannya
Keenam adalah mengomentari fisik seperti akan situasi tertentu, yaitu pengalaman catcalling.
“gendut”, “montok”, “subur” dan “seksi”. Yang B. Saran
terkahir adalah ajakan dengan maksud lain seperti
Pada kesempatan ini adapun saran-saran
“kangen” “sepi di belakang yuk” , “kenalan yuk”,
yang dapat peneliti berikan setelah menyelesaikan
“ayok neng, ayok naik”.
penelitian ini , yaitu:
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
Secara tidak langsung catcalling secara verbal
dasar pertimbangan untuk melakukan
juga dibarengi dengan catcalilng secara non-
edukasi di sekolah dasar, menengah
verbal. Pada penelitian ini ditemukan dua jenis
pertama, menengah atas hingga perguran
pesan secara non-verbal, yaitu penggunaan
tinggi. Untuk melakukan penyuluhan
anggota tubuh/fisik, seperti siulan, pandangan
mengenai catcalling, karena masih banyak
mata yang menganggu, ekspresi tidak bersalah,
masyarkat di Indonesia yang tidak
nada dan volume suara yang menggangu,
mengetahui catcalling adalah salah satu
mencoba mendekatkan diri seperti mengikuti
bentuk pelecehan seksual. Sehingga hal ini
korban serta sentuhan sengaja diarea sensitif
dapat membentuk karakter moral masyarkat
perempuan. selanjutnya adalah catcalling non-
Indonesia dengan cara menghargai sesama
verbal penggunaan benda/komponen kendaraan ,
gender.
seperti pelaku mengklakson-klason korban ketika
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
dijalan. Pengalaman catcalling yang dialami oleh
dasar pertimbangan untuk membuat suatu
mahasisiwi berhijab memberikan efek kognitif
penyuluhan kepada perempuan atau
yaitu pandangan kurangnya edukasi mengenai
179
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181
180
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….
181