Anda di halaman 1dari 15

Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…

Suci Indah Ramadhania….

PENGALAMAN MAHASISWI BERHIJAB YANG MENGALAMI


CATCALLING
THE EXPERIENCE OF HIJAB STUDENTS WHO EXPERIENCED
CATCALLING
Suci Indah Ramadhania
Ilmu Komunikasi, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi Jl. Terusan Buah Batu, Sukapura, Kec. Dayeuhkolot, Kota Bandung, Jawa Barat
40257
Email: suciramadhania123@gmail.com

DOI 10.46426/jp2kp.v25i2.154

diterima tanggal 09 Maret 2021 | direvisi tanggal 20 Juni 2021 | disetujui tanggal 25 Juli 2021

ABSTRACT
This study is a study of the experiences of hijab students who experience catcalling. Catcalling can occur
regardless of place, class, age and social class. Most victims of harassment are often blamed for their wear
which is considered inviting, but in fact this phenomenon also occurs in some female students who wear
the hijab, resulting in a mismatch between expectations and their social environment. This study aims to
see how experiences are experienced, the form of verbal and non-verbal catcalling messages, and self-
concept in female hijab students after experiencing catcalling. By using Alfred Schutz's phenomenological
method as a qualitative research method and using in-depth interview techniques as a data collection
technique, the researchers found that the forms of verbal and non-verbal catcalling were experienced by
different informants. This experience made female hijab students gain an understanding of why catcalling
happened to them and resulted in a self-concept with physical and social aspects that were mostly negative
rather than positive.
Keywords: catcalling, experience, hijab students

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya peningkatan kasus pelecehan seksual terhadap perempuan di
Indonesia, salah satunya adalah catcalling yang terjadi tanpa memandang tempat, golongan, usia dan kelas
sosial. Masih banyak korban pelecehan seksual yang disalahkan karena pakaian yang dikenakan dinilai
menggoda dan memancing pelaku. Namun nyatanya berdasarkan hasil survei koalisi perempuan dan
CATAHU KOMNAS perempuan, 17% korban menggunakan hijab dan 15% terjadi di lingkungan sekolah
dan kampus serta korban paling banyak adalah pelajar. Ketika pada masa remaja, fase ini rentan dalam
pembentukan konsep diri sehingga saat masa transisi menuju fase dewasa konsep diri remaja sering tidak
teratur. Oleh karena itu penelitian ini mengenai pengalaman mahasiswi berhijab yang mengalami
catcalling. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengalaman yang dialami, bentuk pesan catcalling
secara verbal dan non-verbal, dan konsep diri pada mahasiswi berhijab setelah mengalami catcalling.
Dengan menggunkan metode fenomenologi Alfred Schutz sebagai metode penelitian kualitatif dan
menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Peneliti mandapatkan hasil
bahwa bentuk catcalling secara verbal yang terdiri dari mencari informasi privasi pribadi korban,
berdasarkan pakaian yang digunakan, berkedok nasehat, berkedok pujian, penggunaan unsur agama, fisik
dan ajakan bermakna lain. Kemudian secara non-verbal yang dialami seperti penggunaan anggota tubuh
secara langsung dan penggunan komponen kendaraan seperti klakson. Pengalaman ini membuat mahasiswi
berhijab mendapatkan sebuah pemahaman mengapa catcalling terjadi pada mereka dan menghasilkan
sebuah konsep diri dengan aspek fisik dan sosial yang sebagian besar bersifat negatif daripada yang positif.
Kata kunci: catcalling, mahasiswi berhijab, pengalaman

167
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181

I. PENDAHULUAN dan perempuan, namun presentase terbesar

Hasil laporan Catatan Tahunan Komnas korbannya adalah perempuan dan pelakunya

Perempuan (CATAHU) menyatakan jumlah sebagian besar adalah laki-laki. Ravel (2017)

laporan kasus terhadap perempuan di Indonesia mengatakan tindakan pelecahan seksual tidak

mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada hanya dalam bentuk tindakan langsung, namun

tahun 2018 meningkat sebesar 14%, kemudian juga terdapat beberapa bentuk tindakan lainnya,

pada tahun 2019 jumlah tetap meningkat dengan seperti menggoda dengan siulan, memanggil

jumlah 406.178 laporan kasus. Berdasarkan data, seseorang dengan sebutan tertentu dan komentar

jenis kekerasan yang sering terjadi terhadap bernada seksual. Fenomena ini biasanya terjadi di

perempuan setelah KDRT (ranah personal) adalah tempat-tempat umum korban tidak mengenali

kekerasan terhadap perempuan di ranah komunitas pelaku dan begitu juga sebaliknya. Fenomena

(publik), seperti kekerasan seksual yaitu pelecehan seksual ini disebut dengan catcalling

pencabulan (1.136), perkosaan (762) dan atau street harrasment.

pelecehan seksual (394). (Komnas Perempuan, Masih banyak korban pelecehan seksual yang

2019) disalahkan karena pakaian yang dikenakan dinilai

Dilansir oleh website resmi menggoda dan memancing pelaku, koalisi yang

komnasPerempuan.com sejak pemantauan yang terdiri dari Hollaback! Jakarta, PeEMPUan,

dilakukan pada tahun 1998-2013, pelecehan Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas

seksual termasuk ke dalam 15 bentuk kekerasan Feminis Jakarta (JFDG) dan Change.org

seksual terhadap perempuan. RUU Kekerasaan Indonesia melakukan pengadaan survei lapangan

Seksual menyebut bentuk pelecehan seksual dengan jumlah partisipasi 62.224 dari seluruh latar

mencakup pelecehan kontak fisik belakang perempuan yang ada di Indonesia.

(kontak/sentuhan langsung pada tubuh seseorang Temuan survei menyatakan para korban memakai

namun tidak terjadi hubungan intim, seperti celana atau rok panjang (18%), hijab (17%) dan

colekan atau sentuhan di bagian pelecehan seksual baju lengan panjang (16%). Korban pelecehan

tubuh) dan non fisik (mempertunjukan pornografi, seksual dapat terjadi pada berbagai golongan, usia

keinginan seksual, tatapan, ekspresi , dan kelas sosial, begitu juga pada pelaku

gerakan/isyarat dan komentar yang bernuansa pelecehan seksual. Hasil survei yang dilakulan

seksual dan merendahkan). dua bentuk pelecehan oleh koalisi juga menyatakan bahwa fenomena

tersebut sama-sama berbentuk menghina, pelecehan seksual juga sering terjadi di ruang

merendahkan, menyerang yang membuat publik, yaitu di lingkungan pendidikan seperti

seseorang merasa dipermalukan dan pelanggaran sekolah dan kampus (15%). (Affan, 2019)

atas kesusilaan dan kesopanan. (Sabrina, 2017) Fenomena catcalling kerap dirasakan oleh

Merujuk pada Offerman dan Malamut (dalam semua perempuan tanpa memandang golongan,

Santoso & Bezaleel, 2018) walaupun tindakan status/kelas sosial, usia dan tempat. Korban juga

pelecehan seksual dapat terjadi kepada laki-laki sering kali disalahkan akan pakaian yang mereka
gunakan. Namun, pada realitanya fenomena ini
168
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….

juga terjadi pada mereka Mahasiswi yang dirinya sendiri, karena adanya harapan penilaian
menggunakan hijab. (Dwiyanti, 2014) dan simpati publik bahwa mereka adalah
Peneliti melakukan pra-riset terhadap 91 perempuan barakhlak baik dengan simbol hijab
reponden yang memiliki pengalaman catcalling sebagai kereligiusannya.
secara online menggunakan fitur google form. Selanjutnya Hardjana (2003) menerangkan
Responden terdiri mahasisiwi dari beberapa komunikasi merupakan prosess yang dinamis dan
perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil mendatangkan dampak bagi pengirim maupun
survei peneliti mendapatkan hasil bahwasanya penerima. Menurut Rakhmat (2011) dalam
sebanyak 92,2% responden pernah mengalami (Nurhadi and Kurniawan, 2017) pada umumnya
catcalling dan 86,5% dari mereka mereka pelecehan seksual dapat mempengaruhi suatu
menggunakan hijab di setiap aktivitasnya. Bentuk- pembentukan konsep diri, dimana konsep diri
bentuk catcalling yang diterima responden adalah merupakan bagaimana pandangan dan perasaan
57% komentar, 40,7% sindiran, 38,4% isyarat, seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri juga
dan 7% sentuhan. Salah satu lokasi tempat berpengaruh kuat terhadap tingkah laku
sebagaian besar terjadinya fenomena ini adalah seseorang, sehingga dengan mengetahui konsep
tempat umum terbuka, seperti sekitar wilayah diri seseorang maka akan lebih mudah untuk
kampus, misalnya jalan saat menuju kost, tempat meramalkan dan memahami tingkah laku orang
makan, kampus, gang-gang sepi, pinggir jalan tersebut. Persepsi tentang diri ini bisa ini dapat
raya dan transportasi umum. Tempat-tempat bersifat psikologis, sosial dan fisik (Widiarti,
tersebut biasanya didominasi oleh sekelompok 2017). Pada umumnya mahasiswi berada pada
laki-laki asing yang tidak dikenal oleh korban. fase remaja akhir dan menuju ke masa awal
Kemudian terdapat dua responden yang menerima dewasa. Ketika pada masa remaja, fase ini rentan
catcalling melalui media sosial dan chat. Ketika dalam pembentukan konsep diri sehingga saat
saat kejadian korban berada pada situasi sendirian. masa transisi menuju fase dewasa konsep diri
68,2% responden mengatakan hanya diam dan remaja sering tidak teratur. (Ranny et al., 2017)
membiarkan perilaku catcalling dan 31,8% Suatu proses komunikasi tidak dapat
melakukan perlawanan kepada pelaku untuk berlangsung tanpa didukung oleh unsur-unsur
menunjukkan bahwa perilaku tersebut tidak baik. komunikasi, seperti pengirim pesan (source),
Yulikhah (2017) menjelaskan laki-laki pesan (message), saluran/media (channel),
cenderung akan tergoda pada perempuan yang penerima pesan (receiver), dan akibat/pengaruh
memakai busana terbuka atau tidak menggunakan (effect), tanggapan balik (feedback) dan
hijab. Namun perempuan akan berpotensi lingkungan (Cangara, 2016). Maka berdasarkan
terlindungi atau terhindar dari godaan lawan jenis penjelasan efek dari komunikasi diatas, dapat
saat mengenakan busana tertutup. Selain menjadi dikatakann bahwa komunikasi tersebut bersifat
bagian dari fashion dan teologis (agama), adanya efektif karena menghasilkan suatu perubahan baik
persepsi alasan psikologi penggunaan hijab pada dari pengetahuan, sikap dan perilaku oleh
perempuan yaitu untuk mencari rasa aman untuk komunikan atas pesan dan perubahan yang
169
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181

diinginkan oleh komunikator. Perubahan ini dapat diri bukanlah sesuatu yang bersifat mati dan statis.
diketahui melalui feedback/umpan balik. Pembentukan konsep diri juga dipengaruhi oleh
Feedback dalam proses komunikasi terbagi faktor-faktor tertentu. Sehingga hasil
menjadi dua yaitu feedback langsung saat itu juga pembentukan konsep diri ini nantinya dapat
(immediate feedback) dan feedback tidak langsung bersifat negatif atau positif.
seperti komunikasi bermedia (delayed feedback) Catcalling sebagai penggunaan bahasa kasar,
(Nurhadi & Kurniawan, 2017). Dalam proses ekspresi verbal maupun non-verbal yang terjadi di
komunikasi terdapat pesan (massage) yang tempat umum. Kejadian ini kerap terjadi diruang
disebut sebagai simbol dan kode, karena pesan publik seperti jalan, trotoar, atau halte bus.
yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri Ekspresi verbal dari catcalling melibatkan sebuah
atas rangkaian simbol dan kode. Kode pada komentar yang mengarah pada penampilan
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu wanita. Bentuk non-verbal sering kali berupa
kode verbal (bahasa) dan kode nonverbal (isyarat) lirikan dan juga gerakan fisik yang bertindak
(Cangara, 2016). Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai alat untuk menilai penampilan fisik
setiap individu tidak bisa tidak berkomunikasi perempuan. Catcalling adalah melakukan hal- hal
atau lepas dari sebuah keadaan yang bernama yang bertendensi seksual (biasanya dengan
interkasi, bagi setiap remaja melakukan interaksi volume keras meski belum tentu secara eksplisit),
merupakan suatu kebutuhan untuk dapat termasuk bersiul, berseru, memberikan gesture,
mengembangkan segala sesuatu dalam dirinya, atau berkomentar. Biasanya hal ini terjadi kepada
salah satunya adalah konsep diri. perempuan yang lewat di jalan. Catcalling juga
Berkaitan dengan konsep diri, Menurut menyuarakan bebunyian atau keributan kepada
Sunaryo (2002) konsep diri adalah cara individu seseorang di depan publik yang membuat orang itu
dalam melihat pribadinya secara utuh, merasa tidak nyaman Penjelasan ini memberikan
menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan acuan dan penegasaan bahwasanya catcalling
spiritual, di dalamnya termasuk persepsi individu termasuk ke dalam bentuk pelecehan seksual baik
tentang sifat dan potensi dimiliknya, interaksi secara lisan (verbal) dan isyarat (non-verbal).
individu dengan orang lain maupun (Chhun dalam O’Leary, 2016)
lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan Menurut Winarsunu (2008) dalam (Utami,
pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan dan 2016) pelecehan seksual adalah segala bentuk
keinginanya. Terdapat 5 komponen konsep diri, perilaku yang berkonotasi/makna seksual yang
yaitu Gambaran diri (body Image), Ideal diri (self dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki
ideal), Harga diri (self esteem), Peran diri (self oleh korbannya. Bentuk pelecehan ini dapat
role) dan Identitas diri (self identity). Astuti and berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan
Resminingsih (2010) juga mengatakan konsep diri tindakan yang berkonotasi seksual jika
juga merupakan gambaran campuran dari apa mengandung unsur-unsur seperti adanya
yang kita pikirkan pendapat orang lain tentang diri pemaksaan kehendak secara sepihak oleh pelaku,
kita dan apa yang kita inginkan. Namun, konsep kejadian ditentukan oleh motivasi pelaku,
170
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….

kejadian tidak diinginkan korban, dan metode penelitian ini memungkinkan peneliti
mengakibatkan dampak penderitaan pada korban. untuk ikut merasakan apa yang dialami oleh
Berdasarkan uraian diatas yang telah subjek penelitian serta berusaha memahami
disampaikan, hal ini menjadi alasan penulis makna pengalaman yang dialami oleh subjek
melakukan penelitian ini, karena dapat dilihat kemudian mendeskripsikannya dalam bentuk
bahwasannya terdapat ketidakidealan yang terjadi kata-kata dan bahasa.
pada perempuan berhijab di lingkungan tempat Berdasarkan metode, penelitian ini
umum atas catcalling yang mereka terima. menggunakan metodologi fenomenologi oleh
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Alfred Shcutz, yaitu proses penginderaan dan
serta paradigma konstruktivis dan metode pengalaman yang berkesinambungan, sehingga
fenomenologi oleh Alfred Schutz. Penelitian ini menghasilkan sebuah pemaknaan yang pada
difokuskan untuk menganalisis bentuk pesan awalnya tidak memiliki makna, kemudian makna
komunikasi baik secara verbal dan non-verbal, akan muncul ketika dihubungkan dengan
pengalaman catcalling yang dialami dan konsep pengalaman yang melalui proses interaksi dengan
diri pada mahasiswi berhijab setelah mengalami orang lain. Tindakan manusia akan memiliki
catcalling. Oleh kerena itu, berdasarkan latar makna atau arti tertentu jika adanya hubungan
belakang yang telah dipaparkan itu peneliti akan sosial (interaksi), kemudian tindakan tersebut
melakukan penelitian dengan judul “Pengalaman dipahami oleh manusia lain sebagai penuh arti
Mahasiswi Berhijab yang Mengalami (Hasbiansyah, 2008). Oleh karena itu metodologi
Catcalling”. ini cocok pada penelitian ini karena penelitin ingin
mengetahui bagaimana fenomena catcalling pada

II. METODE PENELITIAN mahasiswi berhijab melalui sudut pandang


informan penelitian secara mendalam melalui
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
proses wawancara. Hal ini bertujuan untuk
dan paradigma konstruktivis, karena adanya
memahami pengalaman-pengalaman yang terjadi
ragam realitas yang dikarenakan oleh konstruksi
kepada korban catcalling sehingga nantinya dapat
mental yang didasarkan pada pengalaman sosial,
mengembangkan makna-makna dari setiap
bersifat lokal dan spesifik, serta tergantung pada
individu.
pihak yang melakukannya. Oleh karena itu,
Informan yang dipilih sebagai sumber data
realitas yang diamati seseorang akan
dipilih dengan menggunakan teknik purposive
menghasilkan pandangan yang berbeda-beda dan
sampling yang dijaring menggunakan penyebaran
tidak bisa digeneralisasikan ke semua orang
kuesioner kepada 91 responden kepada seluruh
(Salim, 2006). Selain itu memilih kualitatif
mahasiswi aktif di beberapa daerah secara online
sebagai metode pada penelitian karena untuk
dengan fasilitas google form. Kemudian peneliti
membantu peneliti menggali informasi yang lebih
mendapatkan 5 informan kunci, yaitu Azura
dalam terkait topik penelitian yang nantinya akan
Sofyan (Universitas Islam Indonesia,
informasi yang didapat kemudian penggunaan
Yogyakarta), Diana (Universitas Brawijaya,
171
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181

Malang), Rahmah Hindayani (Universitas f. Tahap Awal, peneliti mendeskripsikan


Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang), Salsa secara lengkap peristiwa fenomena
Adhanissa (Universitas Telkom, Bandung) dan catcalling yang dialami langsung oleh
Siti Urba Hanifah Az-zahra (STIT informan penelitian yang diperoleh dari
Muhammadiyah, Kota Batam). Adapun kriteria hasil wawancara
informan yang telah ditentukan sebagai berikut: g. Tahap Horizonalization, hasil dari
a. Mahasiswi aktif di salah satu perguruan transkrip penelitian menginventarisasi
tinggi (swasta/negeri) di Indonesia pernyataan-pernyataan penting yang
b. Usia 19-25 tahun relavan dengan topik (bracketing)
c. Menggunakan hijab baik sebelum dan h. Tahap Cluster of Meaning
sesudah memasuki perguruan tinggi serta (mengelompokan makna), peneliti
menggunakan disetiap hari dalam mengklasifikasikan pernyataan-
aktivitasnya pernyataan penting kedalam tema- tema
d. Memiliki pengalaman catcalling yang atau unit-unit makna
dialami secara sadar i. Tahap deskripsi esensi, yaitu
e. Memilih “bersedia menjadi informan mengkonstruksi (membangun) deskripsi
penelitian” berdasarkan pra riset menyeluruh mengenai makna dan esensi
kuesioner (google form) yang telah dari tema- tema yang sudah
penulis sebarkan dikelompokkan, dimana makna akhir ini
Karena penelitian ini dilakukan ketika merupakan hasil informasi pengalaman
pandemi covid-19 maka teknik pengumpulan data para informan.
pada penelitian ini dilakukan dengan cara Penelitian ini menggunakan teknik
wawancara mendalam (terencana-tidak triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data
terstruktur) secara online menggunakan aplikasi yang peneliti teliti. Maka peneltian ini
WhatApp dengan fitur Video Call dan observasi menggunakan triangulasi sumber dengan cara
non-partisipan yaitu tidak terlibat langsung membercheck kepada sumber yang sama untuk
dengan aktivitas dan kehidupan informan yaitu memastikan keabsahan data hasil wawancara.
mahasisiwi berhijab sebagai korban catcalling,
namun hanya sebagai pengamat independent. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Namun, peneliti melakukan observasi secara tidak
A. Catcalling Secara Verbal yang Dialami
langsung dengan mengamati social media
Oleh Mahasiswi Berhijab
Instagram para informan.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan Lima informan pada penelitian ini

teknik analisis data hasil adaptasi dari pemikiran merupakan mahasiswi dari beberapa universitas

Stevick, Colaizzi, dan Keen dalam (Kholifah and yang ada di Indonesia, yaitu informan dengan

Suyadnya, 2018) dengan langkah-langkah sebagai inisial AS dari Universitas Islam Indonesia

berikut: (Yogyakarta) , RH dari Universitas Maritim Raja


172
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….

Ali Haji (Kepri), SA Universitas telkom komunikasi/interkasi yang terjadi antara laki-laki
(Bandung), DA Universitas Brawijaya (Malang) dengan perempuan ataupun sebaliknya. Para
dan SH dari Universitas STIT Muhammadiyah informan memiliki pengalaman catcalling secara
(Batam). Sebagian besar informan merupakan verbal dengan bentuk yang berbeda-beda.
anak rantauan yang berkuliah di kota lain dengan selanjutnya ditemukan 7 jenis catcalling secara
umur dibawah 25 tahun. Jauh dari rumah membuat verbal yang diterima oleh informan sebagai
mereka berusaha untuk bisa menjaga diri mereka korban catcalling , yaitu :
sendiri dikota lain. Pada kesehariannya mereka 1. Mencari tahu informasi privasi pribadi
menggunakan hijab disegala aktivitasnya. Hal ini terjadi pada informan dengan
Penggunan hijab yang digunakan juga berbeda- inisial DA ketika ia sedang dijalan di
beda mulai dari gaya hijab modis sampai dengan terminal bus saat itu ia harus pulang
nikab/cadar, namun dengan tujuan yang sama sendiri ke daerah asalnya menggunakan
yaitu menutup aurat. Sebagian informan memilih bus.
kost sebagai tempat tinggal mereka dikota lain, “ditanya jam berapa aja kalau lewat sini,
namun ada juga yang tinggal dirumah pribadi. hari apa aja kalau pulang kampung dan
Fenomena catcalling yang dialami oleh informan balik. Soalnya aku kuliah di malang.
kerap terjadi ketika ditempat umum ketika mereka sering naik bus, maksudnya biar ketemu
hendak pergi untuk melaksanakan aktivitas kuliah, dia lagi gitu dah”
seperti menggunakan kendaraan bermotor atau
berjalan kaki dan ada juga yang terjadi didalam 2. Panggilan berdasarkan pakaian yang
bus ketika hendak mudik ke kota asal. Pada saat digunakan korban, seperti warna jilbab
kondisi tersebut para informan menerima pesan- yang digunakan dan rasis
pesan komunikasi yang tidak diinginkan. Terjadi ketika kedua informan sedang
Menurut Cangara (2016) dalam proses berjalan kaki sendirian, yaitu informan
komunikasi terdapat pesan (massage) yang AS “pas itu aku lagi pakai jilbab warna
disebut sebagai simbol dan kode. Bahasa adalah apa nah aku dipanggil berdasarkan itu
bentuk simbol dari komunikasi secara verbal. kayak gitu jadi lebih kayak ngegodain
Melalui media kata-kata dan bahasa dapat dipanggil-panggil gitu” dan informan SH
mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, “ada yang pakai motor lewat samping
gagasan, maksud/tujuan, menyampaikan fakta, saya terus bilang ‘woi teroris’ . yauda
data, menjelaskan informasi , saling bertukar saya diem aja soalnya kalau dilawan ntr
perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan makin tambah brabe kita ntar”
bertengkar. Ketika melakukan kotak sosial tidak
selamanya menghasilkan interkasi sosial yang 3. Berkedok nasehat, seperti jangan galak,
baik bahkan dapat berujunag sebuah konflik. jangan cemberut dan jangan sombong
Catcalling merupakan salah satu permasalahan Terjadi pada informan berinisal RH “ada
fenomena sosial yang ditimbulkan dari aja yang negur padahal enggak kenal dan
173
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181

mohon maaf engga enak aja rasanya, dibalik kata“assalamualaikum” dan


karna kita sebagai perempuan ya digituin “ukhti”.
merasa ihh apaan sih bukannya sombong,
“misalnya tuh kayak di salamin
karna mereka suka ngomong ihh sombong
kali sih” ‘assalamualaikum mba’ ya gitu-gitu deh.
Karna dulu aku sempat waktu SMP
“dibilang galak banget si mba, jangan
jilbabku yang panjang-panjang, nah itu
galak2 mba nanti ga cakep lagi”
(informan DA) biasanya dipanggilnya ‘assalamualaikum
ukhti…ukhti’ gitu, terus mereka ngomong
“‘kenapa sih neng kok jemberut bae, terus
dari jauh cuman kayak ‘ssst..sst ukhti
senyum senyum katanya gitu. Padahal itu
sebenarnya catcalling loh” (informan ..ukhti’ gitu”(Oleh informan SA)
SH)
6. Mengomentari fisik, seperti gendut dan
4. Berkedok pujian seksi
“Mba cantik banget mau kemana gitu- Walaupun sudah menggunakan pakaian
gitu” (oleh informan AS)
yang tertutup, beberapa informan juga
“Kalau lagi jalan juga pernah dibilang menerima catcalling yang mengarah pada
cantik, gendut, montok, subur banget fisik mereka
mba, minta nomor hp, ditanya jam berapa
“Kalau lagi jalan juga pernah dibilang
aja kalau lewat sini, hari apa aja kalau
pulang kampung dan balik” (oleh cantik, gendut, montok, subur banget
informan DA) mba”(oleh informan DA)

“Dia bener-bener ngikutin saya sambil


7. Ungkapan ajakan dengan maksud
bilang ‘cantik-cantik terus
lain/negatif,
alhamdulillahnya ada truk lewat besar
“pas pulang itu ada orang yang kayaknya
banget dan terhalang dan saya langsung
udh ngikutin saya teh, itu dia ngikutin
belok ke masjid nurul islam , saya
saya terus udh ampe teriak2 saya terus
sembunyi dalam islan dan
hampir saya pendang tendang motornya,
alhamdulillahnya engga ketemu lagi (oleh
soalnya deket saya banget teh. Untungnya
informan SH)
di persimpangan panbil ada lampu merah
‘ayo neng main kerumah abang’ , aduh
5. Penggunaan unsur agama
saya udh sampe gemetaran itu”(oleh
Pelaku kadang kala kerap kali
Informan SH)
menggunakan unsur agama dalam
tindakan catcallingnya terhadap mereka
“kayak yang tadi sih kayak ‘dekk..mau
perempuan-perempuan yang
kemana’ seringnya gitu, ‘hai dek’, ‘dek
menggunakan hijab, seperti berlindung
kenalan yuk’ gitu haha jadi kayak jijik
sendiri gitu sih” (oleh informan RH)
174
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….

dipandang lebih bersifat jujur dalam


dia senyum-senyum jir dan bilang gapapa mengungkapkan suatu hal, karena sifatnya yang
nanti uang bis aku kembaliin, ngajak spontan, tetap dan selalu ada (Kusumawati, 2016).
pindah ke belakang dan bilang sepi mba Ketika para informan menerima catcalling secara
dibelakang. Dari situ aku pindah verbal tanpa disadari pesan verbal tersebut
langsung dan diem ajaa. Mau diteriakin dibarengi dengan pesan atau kode nonverbal.
nanti aku juga yg dibilang gajelas karna Berdasarkan hasil penelitian peneliti menemukan
engga ada bukti” (oleh informan DA) 2 jenis catcalling secara non-verbal, yaitu:
1. Penggunaan anggota tubuh,
Walaupun beberapa pernyataan catcalling Ketika seluruh informan menerima
yang diterima oleh beberapa informan terlihat catcalling secara verbal, secara
sebagai bentuk pujian, namun hal ini tidak dapat tidak langusng informan juga
diterima oleh korban karena pernyataan tersebut menerima catcalling dalam bentuk
bukan berasal dari seseorang yang ia kenal, non veba. Catcalling non-verbal ini
sehingga membuat mereka merasa risih, terjadi baik sebelum dan sesudah
terganggu dan dilecehkan. Hal ini sesuai dengan pelaku mngucapkan pesan-pesan
pernyataan hasil penelitian sebelumnya yang verbal kepada informan ketika
dilakukan oleh (Gennaro and Ritschel, 2019) mereka berusaha untuk
bahwa panggilan tergolong pujian jika diucapkan mengabaikan pelaku. Sesudah
disampikan kepada orang yang kita kenal seperti pelaku memanggil korban dengan
teman. Kemudian panggilan akan bersifat nada dan volume suara yag
catcalling jika diucapkan kepada orang asing di mneganggu dan dapat didengar oleh
tempat umum. Karena pujian diamati terjadi orang lain, biasanya pelaku juga
terutama di antara teman-teman dan bukan orang akan memandangi informan dengan
asing, maka ucapan yang diucapkan kepada orang pandangan yang membuat tidak
asing, betapapun baiknya mereka muncul, nyaman. Namun ketika informan
merupakan pujian yang menyimpang menatap atau menegur kembali
pelaku sebagai tanda
ketidaknyamanan, maka pelaku
B. Catcalling Secara Non-verbal yang
akan bereaksi dengan senyum-
Dialami Oleh Mahasiswi Berhijab
senyum dan tertawa seakan-akan
Komunikasi non-verbal pesannya akan tindakan yang dilakukannya tidak
dikemas atau disampaikan dalam bentuk tanpa salah. Informan juga mengatakan
kata-kata. Dalam kehidupan nyata ketika individu bahwa ada juga pelaku yang
berkomunikasi secara verbal kepada orang lain, mencoba mengikuti mereka,
secara otomatis kode nonverbal akan muncul berjalan disamping mereka dan
dengan sendirinya. Komunikasi nonverbal bahkan melakukan hal yang tidak
175
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181

sopan, seperti mencolek atau merasa tidak nyaman. Hasil penelitian ini
menyentuh daerah sensitif menambahkan bahwa korban yaitu perempuan
perempuan. berhijab tidak hanya menerima catcalling
- Siulan: Informan AS, RH, SA, dan pelecehan secara verbal saja, tapi juga catcalling
SH berpotensi menerima pelecehan seksual secara
- Pandang yang menggangu: fisik, seperti mencoba mendekatkan diri dan
Informan AS, DA, RH sentuhan sengaja di area intim korban seperti
- Ekspresi tidak bersalah: Informan menyentuh bagian tubuh seperti bagian
RH, DA,SA dan SH bokong/payudara dan mengikuti korban dengan
- Nada dan volume yang menggangu: kendaran pelaku dengan tujuan melecehkan.
Informan AS,DA,SA,RH dan SH
- Mencoba mendekatkan diri:
C. Pengalaman Mahasiswi Berhijab
Informan DA,SH dan RH
Setelah Mengalami Catcalling
- Sentuhan sengaja: Informan SA dan
DA Menurut Onong Uchjana Effendy dalam
(Nurhadi and Kurniawan, 2017) pengertian
2. Non-anggota tubuh/ penggunaan
komunikasi harus dilihat dari berbagai sudut
benda
pandang, yaitu secara umum ada etimologis dan
Catcalling jenis ini dialami oleh
terminologis kemudian secara paradigmatis.
informan dengan inisal RH ketika ia
Secara paradigmatis yaitu proses komunikasi
sedang pulang bersama temannya
memiliki sebuah tujuan yaitu untuk mendapatkan
sehabis mengerjakan tugas bersama
efek tertentu dari individu penerima pesan
menggunakan sepeda motor dijalan
(komunikan). Adapun efek-efek tersebut adalah
raya. Pada awalnya mereka di klakson-
efek kognitif, afektif dan behavioral. Maka dapat
klason oleh pelaku yang menggendarai
dikatan bahwa komunikasi tersebut bersifat efektif
sepada motor, namun perlahan pelaku
karena menghasilkan suatu perubahan baik dari
mendekati motor mereka dan
pengetahuan, sikap dan perilaku oleh komunikan
menyentuh payudara temannya yang
atas pesan dan perubahan yang diinginkan oleh
sedang mengendari motor.
komunikator.
Menurut hasil penelitian (Hidayat and
Penelitian yang dilakuakn oleh (Chaudoir
Setyanto, 2020) menyebutkan bahwa Catcalling
and Quinn, 2010) menyebutkan catcalling
adalah pelecehan seksual, pelaku melakukan
memberikan efek Seksisme pada perempuan.
catcalling kepada korban dengan menyerang
seksisme juga akan membahayakan kelompok
atribut seksual yang dimilikinya. Penyerangan itu
laki-laki, yaitu dapat memengaruhi cara
dilakukan melalui ekspresi verbal seperti siulan,
perempuan memandang dan bereaksi terhadap
suara kecupan, dan gestur main mata dengan
laki-laki secara lebih umum. Sesuai dengan
tujuan untuk mendominasi dan membuat korban
pernyataan diatas, pada hasil penelitian ini
176
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….

mahasiswi berhijab sebagai korban catcalling, pernyataan hasil wawancara dengan beberapa
menghasilkan pandangan dan penilaian secara informan.
tidak langsung bahwasannya semua pelaku yang “lebih tepatnya kayaknya mereka engga
melakukan tindakan tersebut pada mereka adalah ngerti atau mungkin ketika diposisi itu
gimana, kalau misalnya mereka punya
laki-laki yang memiliki ketertarikan tertentu pada
saudara perempuan yang pernah digituiin
perempuan berhijab (fetish). Hal ini sesuai dengan mungkin mereka ngerti dan gabakal kayak
pernyataan dari beberapa informan : gitu..” (informan RH , 8 November 2020)

“nahh kalau menurut aku yaa kalau


“karna ini sudah mendarah daging dan
perempuan pakai hijab itu cantiknya tuh
menjadi budaya, apalagi dilingkungan kelas
nambah gitu, dia anggun, dia manis
menengah kebawah karna mungkin mereka
menggunakan jilbab, jilbabnya cantik. Nah
kurang edukasi tentang hal-hal kayak gini”
mungkin itu yang membuat orang-orang
(informan SA, 14 November 2020)
tertarik dan lebih seneng melihat orang-
orang yang berjilbab gitu. Beliau-beliau ini
“kenapa ya mungkin karena mereka engga
mungkin lebih seneng melihat orang-orang
paham ilmunya dalam islam, karna menurut
yang berjilbab dibanding dengan yang tidak
saya laki2 islam yang paham ilmunya pasti
berjilbab kayak gitu…” (informan AS, 15
engga seperti itu karena dalam islamkan
Juni 2020)
diajarkan ntuk meghormati wanita dan
menjaga wanita” (informan SH, 15
“Mungkin karna wanita berhijab lebih
Desember 2020)
keliatan menarik, apalagi untuk mereka yang
punya fetish sama orang berhijab , sorry jadi
ke seksual tapi emang” (Informan DA, 16 Maka dapat dilihat bahwasannya pengalaman
Juni 2020) catcalling tersebut memberikan efek kognitif yaitu
pengetahuan dan pemahaman pada korban bahwa
““Mungkin orang-orang yang catcalling
gitu orag-orang yang punya fetish gitu jadi masih kurangnya edukasi mengenai catcalling
merkea punya pandangan dan fetish pada masyarakat dan efek afektif yaitu korban
tersendiri sama orang-orang yang lebih berpendapat merasa mereka sebagai objek
tertutup, bahkan pun yang bercadar”
seksualiasi oleh pelaku yang memiliki fetish
(informan SA, 14 November 2020)
tertentu atau imijanisasi ketertarikan pada
“saya juga pernah denger katanya laki2 itu perempuan yang menggunakan hijab.
emang lebih tertarik pada perempuan yang
berhijab” (informan SH, 15 Desember 2020)
D. Konsep Diri Mahasiswi Berhijab atas
Berdasarkan pernyataan dari hasil
Pengalaman Catcalling yang Dialami
wawancara para informan merasa dirinya sebagai
Rakhmat (2000) dalam (Kurniawan,
objek seksualisasi (fetish). Kemudian informan
juga merasa pelaku tidak mengetahui, paham dan 2016) mengatakan pembentukan konsep diri

sadar atas tindakannya oleh karena itu catcalling dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan
masih kerap terjadi . Hal ini sesuai dengan sekitar. Karena ketika berinterkasi, individu
akan memperoleh tanggapan kemudian

177
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181

dijadikan cermin untuk menilai dan belajar berani speak up kepada


memandangnya dirinya, dimana tanggapan ini pelaku suatu hari nanti.
dapat berupa positif dan negatif. Konsep diri yang tercipta pada mahasiswi
Berdasarkan hasil wawancara peneliti berhijab setelah mengalami catcalling

menemukan bawasannya setiap informan dipengaruhi oleh sebuah faktor yang dimana
faktor ini sesuai dengan pendapat Stuart dan
menciptakan konsep diri yang berbeda-beda
Sunden (1995) dalam (Muhith, 2015), yaitu Self
berdasarkan pemaknaanya masing-masing
perception (persepsi diri sendiri) yang merupakan
atas pengalaman catcalling yang dialami.
persepsi dan penilaian individu terhadap diri
peneliti menemukan tiga kategorisasi konsep
sendiri terhadap pengalamannya akan situasi
diri pada mahasisiwi berhijab setelah
tertentu, yaitu pengalaman catcalling.
mengalami catcalling, yaitu : Menurut Fairchild & Rudman (2008) cara
1. Pandangan diri sebagai penyebabnya umum untuk mengatasi pelecehan dapat
catcalling, seperti intropeksi diri mulai menyebabkan peningkatan penolakan terhadap
dari pakaian yang digunakan (kritis akan diri sendiri dan self-objectification. objektifikasi
pakaian yang dipakai), intropeksi fisik diri memiliki konsekuensi negatif secara tidak
(bentuk tubuhnya dan sikapnya ketika langsung yang menurunkan kualitas hidup wanita.
ditempat umum) dan intropeksi status Meskipun wanita yang menganggap pelecehan
sosialnya sebagai perempuan lajang orang asing itu jinak atau pujian karena menjadi
yang tidak keluar bersama mahromnya. ''Wanita baik'' tapi yang sebenarnya memiliki
2. Penilaian diri setelah menerima pengaruh yang merusak dengan membuat mereka
catcalling, seperti perempuan tidak merasa lemah karena cenderung takut akan
baik dan tidak berharga. pemerkosaan dan membatasi gerakan mereka.
3. Perubahan pada diri setelah Maka, konsep diri yang terbentuk oleh faktor self

kejadian catcalling, seperti mawas perception yang muncul disebabkan oleh self
objectification pada mahasiswi berhijab, dimana
diri (memperjelek diri ketika saat
perubahan pandangan diri dan perilaku merupakan
akan menghadapi situasi berpotensi
bagian dari bentuk cara mereka mengatasi
mendapatkan catcalling,
pengalaman catcalling yang dialami.
menggunakan masker, pakaian yang
lebih tertutup, tidak mudah meladeni
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
orang asing khususnya laki-laki),
A. Kesimpulan
merasa tidak aman jika sendirian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
(timbulnya perasaan ingin selalui
yang telah dipaparkan, maka peneliti dapat
ditemeni oleh seseorang jika
menyimpulkan bahwa setiap mahasiswi berhijab
berpergian) dan termotivasi untuk
mengalami pengalaman catcalling yang berbeda-
178
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….

beda baik secara verbal dan non verbal. catcalling pada masyarakat, sehingga pelaku
Pengalaman yang mereka alami sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
terjadi ketika ditempat umum. Jenis catcalling non catcalling dan perbuatannya dan membuat
verbal yang pertama yang diterima oleh informan tindakan catcalling terbiasa untuk dilakukan.
adalah mencari tahu informasi pribadi korban Selanjutnya efek afektif yaitu korban merasa
dimana pelaku mengajukan pertanyaan seperti mereka sebagai objek seksualiasi oleh pelaku yang
“mau kemana”, “jam berapa aja lewat sini”, memiliki fetish tertentu. Konsep diri diri yang
“kapan aja pulang” dan “berapa nomor hpnya”. tercipta atas pengalaman yang dialami oleh
Kedua adalah panggilan berdasarkan pakaian yang mahasiswi berhijab sebagaian besar adalah
dialami seperti “warna jilbab”, “teroris” dan “sok bersifat negatif dibandingkan yang bersifat
suci”. Ketiga adalah berkedok nasehat seperti postitif, dimana sifat konsep diri ini terbentuk
“jangan galak”, “jangan cemberut” dan “jangan karena aspek konsep diri fisik dan konsep diri
sombong”. Keempat adalah berkedok pujian kondisi sosial. Konsep diri ini juga dipengaruhi
seperti “cantik”. Kelima adalah penggunaan unsur oleh faktor Self perception (persepsi diri sendiri)
agama dimana pelaku kerap berlindung dibalik yang merupakan persepsi dan penilaian individu
kalimat seperti “Assalamualaikum” dan “ukhti”. terhadap diri sendiri terhadap pengalamannya
Keenam adalah mengomentari fisik seperti akan situasi tertentu, yaitu pengalaman catcalling.
“gendut”, “montok”, “subur” dan “seksi”. Yang B. Saran
terkahir adalah ajakan dengan maksud lain seperti
Pada kesempatan ini adapun saran-saran
“kangen” “sepi di belakang yuk” , “kenalan yuk”,
yang dapat peneliti berikan setelah menyelesaikan
“ayok neng, ayok naik”.
penelitian ini , yaitu:
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
Secara tidak langsung catcalling secara verbal
dasar pertimbangan untuk melakukan
juga dibarengi dengan catcalilng secara non-
edukasi di sekolah dasar, menengah
verbal. Pada penelitian ini ditemukan dua jenis
pertama, menengah atas hingga perguran
pesan secara non-verbal, yaitu penggunaan
tinggi. Untuk melakukan penyuluhan
anggota tubuh/fisik, seperti siulan, pandangan
mengenai catcalling, karena masih banyak
mata yang menganggu, ekspresi tidak bersalah,
masyarkat di Indonesia yang tidak
nada dan volume suara yang menggangu,
mengetahui catcalling adalah salah satu
mencoba mendekatkan diri seperti mengikuti
bentuk pelecehan seksual. Sehingga hal ini
korban serta sentuhan sengaja diarea sensitif
dapat membentuk karakter moral masyarkat
perempuan. selanjutnya adalah catcalling non-
Indonesia dengan cara menghargai sesama
verbal penggunaan benda/komponen kendaraan ,
gender.
seperti pelaku mengklakson-klason korban ketika
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
dijalan. Pengalaman catcalling yang dialami oleh
dasar pertimbangan untuk membuat suatu
mahasisiwi berhijab memberikan efek kognitif
penyuluhan kepada perempuan atau
yaitu pandangan kurangnya edukasi mengenai
179
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 25 No. 2 Oktober 2021: 167-181

penyintas catcalling , seperti kiat-kiat Indonesian Journal of Criminology, 10(1),


ataupun solusi ketika menerima catcalling. hal 31.
Fairchild, K. and Rudman, L. A. (2008) ‘Everyday
Membantu atau memotivasi mereka untuk stranger harassment and women’s
menjadi pribadi yang dapat melindungi objectification’, Social Justice Research,
21(3), pp. 338–357. doi: 10.1007/s11211-
drinya sendiri dan menjauhkan dari rasa 008-0073-0.
mengobjektifitaskan diri yang negatif. Gennaro, K. and Ritschel, C. (2019) ‘Blurred
lines: The relationship between catcalls and
compliments’, Women’s Studies
UCAPAN TERIMA KASIH International Forum. Elsevier, 75(June).
doi: 10.1016/j.wsif.2019.102239.
Terima kasih kepada civitas akademik Hardjana, A. M. (2003) Komunikasi Intrapersonal
& Interpersonal. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Telkom Terima atas dukungan yang
Kanisus.
telah diberikan sehingga penelitian ini dapat Hidayat, A. and Setyanto, Y. (2020) ‘Fenomena
Catcalling sebagai Bentuk Pelecehan
diselesaikan. Terima kasih juga peneliti ucapkan
Seksual secara Verbal terhadap Perempuan
kepada para informan yang telah bersedia di Jakarta’, Koneksi, 3(2), p. 489. doi:
10.24912/kn.v3i2.6487.
berpartisipasi memberi informasi untuk
Kholifah, S. and Suyadnya, I. W. (2018)
mendukung penelitian ini. Tak lupa juga peneliti Metodologi Penelitian Kualitatif Berbagai
Pengalaman Dari Lapangan. Depok: PT
menyampaikan terima kasih kepada tim Jurnal
RajaGrafindo Persada.
P2KP yang telah berkenan mempublikasikan Komnas Perempuan (2019) Korban Bersuara,
Data Bicara Sahkan RUU Penghapusan
jurnal ilmiah ini.
Kekerasan Seksual sebagai Wujud
Komitmen Negara: Catatan Kekerasan
terhadap Perempuan, Catatan Tahunan
DAFTAR PUSTAKA Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan.
Available at:
Astuti, E. S. and Resminingsih (2010) Bahan https://www.komnasperempuan.go.id/.
Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada [diakses 10 Maret, 2020]
Satuan Pendidikan Mengah. 1st edn. Kusumawati, T. I. (2016) ‘Komunikasi Verbal
Grasindo. Available at: Dan Nonverbal’, Jurnal Pendidikan dan
https://books.google.co.id/. Konseling, 6(2), pp. 83–98. Available at:
Affan, Heyder (2019) Pelecehan seksual di ruang http://jurnal.uinsu.ac.id/.
publik: Mayoritas korban berhijab, Kurniawan, S. O. (2016). Proses Komunikasi
bercelana panjang dan terjadi di siang Interpersonal Perempuan Korban Pelecehan
bolong, BBC News Indonesia. Available at: Seksual dengan Pendamping dalam
https://www.bbc.com/. [diakses 14 April, Pembentukan Konsep Diri di Yayasan
2020]. Embun Surabaya. Jurnal E-Komunikasi,
Cangara, H. (2016) Pengantar Ilmu Komunikasi. 4(1), 1–11.
2nd edn. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. http://publication.petra.ac.id/index.php/ilm
Chaudoir, S. R. and Quinn, D. M. (2010) u-komunikasi/article/view/4834
‘Bystander sexism in the intergroup Muhith, A. (2015) Pendidikan Keperawatan Jiwa:
context: The impact of cat-calls on Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV Andi
women’s reactions towards men’, Sex Offset. Available at:
Roles, 62(9), pp. 623–634. doi: https://books.google.co.id/
Nurhadi, Z. F. and Kurniawan, A. W. (2017)
10.1007/s11199-009-9735-0.
‘Kajian Tentang Efektivitas Pesan dalam
Dwiyanti, F. (2014). Pelecehan Seksual Pada Komunikasi’, Jurnal Komunikasi Hasil
Perempuan Di Tempat Kerja (Studi Kasus Pemikiran dan Penelitian, 3(1), pp. 91–92.
Kantor Satpol Pp Provinsi Dki Jakarta). Available at: https://journal.uniga.ac.id/.

180
Pengalaman Mahasiswi Berhijab Yang Mengalami…
Suci Indah Ramadhania….

O’Leary, C. (2016) Catcalling as a ‘Double Edged


Sword’: Midwestern Women, Their
Experiences, and the Implications of Men’ s
Catcalling Behaviors. Illions State
University. Available at:
http://ir.library.illinoisstate.edu/etd.
Ranny et al. (2017) ‘Konsep Diri Remaja dan
Peranan Konseling’, Jurnal Penelitian
Guru Indonesia, 2(2), p. 44.
Ravel, S. (2017) Faktor Pemicu Terjadinya
Pelecehan Seksual di Ruang Publik,
Kompas.com. Available at:
https://megapolitan.kompas.com/
(Accessed: 5 April 2020).
Sabrina, T. (2017) Kekerasan Seksual : Kenali
dan Tangani ! 15 Bentuk Kekerasan
Seksual, Komnas Perempuan. Available at:
https://www.komnasperempuan.go.id/.
[diakses 10 April, 2020].
Santoso, B. A. and Bezaleel, M. (2018)
‘Perancangan Komik 360 Sebagai Media
Informasi Tentang Pelecehan Seksual Cat
Calling’, Andharupa Jurnal Desain
Komunikasi Visual & Multimedia, 4(1), p.
15. Available at:
http://publikasi.dinus.ac.id/.
Sunaryo (2002) Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Available
at: https://books.google.co.id/
Utami, S. W. (2016) Hubungan Antara Kontrol
Diri Dengan Pelecehan Seksual PAda
Remaja DI Unit Kegiatan Mahasiswa
Olahraga Universitas Muhammadiyah
Purwerkerto. Universitas Muhammadiyah
Purworkerto. Available at:
http://repository.ump.ac.id/.
Widiarti, P. W. (2017) ‘Konsep Diri (Self
Concept) Dan Komunikasi Interpersonal
Dalam Pendampingan Pada Siswa Smp Se
Kota Yogyakarta’, Informasi Kajian Ilmu
Komunikasi, 47(1), pp. 135–148. doi:
https://doi.org/10.21831/informasi.v47i1.1
5035.
Yulikhah, S. (2017) ‘Antara Kesalehan dan
Fenomena Sosial’, Jurnal Ilmu Dakwah,
36(1), pp. 96–117. doi:
http://dx.doi.org/10.21580/jid.36.1.1627.

181

Anda mungkin juga menyukai