Anda di halaman 1dari 31

UNIVERSITAS PANCASILA

KOMUNIKASI VERBAL CATCALLING SEBAGAI BENTUK


PELECEHAN SEKSUAL PADA PEREMPUAN DALAM MEDIA SOSIAL
TIKTOK

(FENOMENOLOGI KORBAN PELECEHAN SEKSUAL DI TIKTOK)

NUR AZIZAH

7019210031

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena


dengan Rahmad dan Hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal
yang berjudul KOMUNIKASI VERBAL CATCALLING SEBAGI BENTUK
PELECEHAN SEKSUAL PADA PEREMPUAN DALAM MEDIA SOSIAL
TIKTOK. Dan juga berterima kasih pada Ibu Dr. Fitria Angeliqa,M.Si. selaku
Dosen mata kuliah Kapita Selekta yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Penulis sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pelecehan seksual, komunikasi verbal
catcalling. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini terdapat kekurangan
dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa ada sarana yang membangun.

Semoga proposal ini dapat dipahami bagi siapapun yang membancanya.


Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun
bagi pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Berbagai kriminalitas terjadi setiap harinya dijalanan ataupun di media


sosial salah satunya yaitu Pelecehan seksual yang marak terjadi pada
perempuan di Indonesia, dari tahun ketahun angka kekerasan seksual ini
selalu mengalami peningkatan apalagi dimasa pandemi ini. Dikarenakan hal
tersebut masih dianggap sebagai perilaku yang biasa sehingga belum terdata
secara baik. Pengamatan serius dalam masalah pelecehan seksual ini sering
sekali perempuan yang menjadi korban karena perempuan yang sering
dianggap lemah dan kebanyakan korban sangat takut akan bersuara atas
pelecehan yang telah terjadi pada dirinya.

Pelecehan seksual adalah permasalahan yang dapat dilakukan oleh siapa


saja, dimana saja, dan kapanpun waktunya, salah satunya yaitu melalui
media sosial yang terjadi secara verbal dengan sebutan catcalling, hal itu
telah tumbuh menjadi sebuah fenomena di kalangan masyarakat. Fenomena
ini adalah bentuk objektifitas yang dimana catcalling ini sering dilakukan
ketika laki-laki berada dalam kelompok dari pada ketika mereka sendirian.
Fenomena ini sering terjadi secara verbal melalui media sosial TikTok yaitu
catcalling melalui komentar di media sosial TikTok. Dilihat dari kaca mata
komunikasi, catcalling ini termasuk dalam kategori Komunikasi antar
pribadi (KAP), jika ditinjau melalui konteks komunikasi antar pribadi,
catcalling salah satu bentuk komunikasi yang menyimpang karena
komunikan di dalam komunikasi ini merasa tertekan dan merasa
terintimidasi. (Pratama, 2020)
(Qila, Rahmadina, & Azizah, 2021) dalam penelitiannya memaparkan,
Catcalling yaitu petunjuk adanya kesalahan dalam interaksi laki-laki dengan
perempuan, dalam masyarakat yang masih perspektif soal martabat laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan, perempuan dianggap lemah
sedangkan laki-laki dianggap lebih kuat dari perempuan, dari hal ini terdapat
ketimpangan relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan.

Gambar 1. Data survei bentuk pelecehan seksual di ruang public


yang paling sering dialami oleh korban 2019
(Sumber : https://www.bbc.com/indonesia, diakses Rabu 14/04/2022, 00.21 WIB)

Gambar diatas bentuk pelecehan seksual di ruang public yang paling


sering dialami korban yaitu dalam bentuk verbal dimana ini mencapai 60%
yang berisikan komentar atas tubuh, siulan, diklakson, suara,
kecupan/ciuman, komentar rasis/seksis, komentar seksual, dan didekati
terus. Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan
dan anak (SIMFONI-PPA, 2022) Kementrian PPPA 2022. Presentase
korban dan pelaku menurut jenis kelamin korban Perempuan : 79.1%
sedangkan Laki-laki : 20.9%. Pelaku menurut Jenis Kelamin yaitu
Perempuan : 10.3% sedangkan Laki-laki mencapai 89.7%. Kekerasan
seksual masuk kategori terbanyak yaitu 3.055.

Data lainnya yang didapat dari (NATIONAL COMMISSION ON


VIOLENCE AGAINST WOMEN, 2021) menunjukan pada tahun 2021,
tercatat kekerasan terhadap perempuan sebanyak 299.911 kasus. Dari
jumalah kasus kekerasan terhadap perempuan yang tercatat di Komnas
HAM, 291.677 kasus bersumber dari Pengadilan Agama, Lembaga layanan
mitra Komnas Perempuan sejumlah 8.234 kasus dan unit pelayanan dan
rujukan sebanyak 2.389 kasus. Kasus kekerasan seksual merupakan kasus
tertinggi dalam kekerasan terhadap perempuan, yaitu sebanyak 962 kasus
yang terdiri dari 166 kasus pencabulan, 299 kasus permerkosaan, 181 kasus
pelecehan seksual, dan sebanyak 5 kasus persetubuhan, hal ini berdasarkan
data Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas Ham).

Gambar 2. Isi komentar dalam akun TikTok @Kinderjoy

Contoh paling sering terjadi saat ini adalah dalam bentuk komentar di
media sosial TikTok, komentar mengenai hal yang berbau seksual tentang
tubuh seseorang, ajakan melakukan hubungan seksual, meyebarkan rumor
tentang aktivitas seksual orang lain. Mereka yang telah berkomentar merasa
hal yang mereka lakukan itu bentuk lelucon, dan masih banyak yang
menormalisasikan komentar itu sebagai lelucon, yang memungkinkan
kekerasan seksual dianggap normal dan candaan akibat adanya dan rip
culture.

Dalam Jurnal (Buana & Maharani, 2020) Media sosial tiktok adalah
media yang berupa audio visual, media ini sebuah media sosial yang dapat
dilihat juga dapat didengar. Banyak sekali pengguna dari media sosial ini
yakni kalangan peserta didik. Peserta didik begitu senang sekali
menggunakan media sosial tiktok ini karena bagi mereka media sosial ini
bisa menghibur mereka dikala mereka bosan. Adanya media sosial
memberikan hiburan bagi setiap orang untuk menghilangkan rasa lelahnya
atau rasa bosannya. Bahkan mereka bisa tertawa bahagia jika sedang
menggunakan media sosial. Salah satu yang membuat mereka bisa tertawa
bahagia yakni media sosial tiktok. Mengapa demikian? Karena dalam media
sosial tik tok setiap orang khususnya peserta didik dapat melihat berbagai
video dengan ekspresi music yang berbeda-beda. Hafied Cangara Media
adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri
alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak
dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio
dan televisi. (Hafied Cangara, 2010. hal.123.)

Berdasarkan atas permasalah dan realita yang terjadi tersebut, peneliti


mengangkat permasalahan ini dengan mengambil judul “ KOMUNIKASI
VERBAL CATCALLING SEBAGAI BENTUK PELECEHAN
SEKSUAL PADA WANITA DALAM MEDIA SOSIAL TIKTOK”
(Fenomenologi korban pelecehan seksual di TikTok). Hal ini karna peneliti
menganggap penting untuk memahami lebih dalam esensi pengalaman
korban dan Peneliti bisa menyikapi bagaimana fenomena ini untuk
kedepannya serta peneliti berharap dapat menyadarkan serta membuka
pandangan masyarakat terhadap fenomena komunikasi verbal catcalling di
media sosial TikTok yang sedang marak terjadi. Alasan peneliti memilih
media sosial tiktok karena belum ada penelitian sebelumnya yang
membahas pelecehan seksual dalam aplikasi tiktok, maka dari itu peneliti
tertarik untuk meneliti lebih dalam, bentuk komunikasi verbal catcalling
pada media sosial tiktok.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan


beberapa rumusan masalah, dan Rumusan Masalah tersebut akan
dipaparkan kedalam pertanyaan agar penelitian ini bisa lebih fokus pada
permasalahan diantaranya :

1. Bagaimana bentuk komunikasi verbal catcalling pada korban


pelecehan seksual dalam media sosial TikTok
2. Bagaimana dampak komunikasi verbal catcalling pada korban
pelecehan seksual di TikTok
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian terdapat tujuan penulisan yaitu diantaranya :
1. Untuk mengetahui lebih jelas bentuk komunikasi verbal catcalling
pada korban pelecehan seksual dalam media sosial TikTok
2. Serta mengetahui dampak komunikasi verbal catcalling pada korban
pelecehan seksual di TikTok

1.4 Signifikasi Penelitian


1. Signifikasi Akademis
Diharapkan dari hasil Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam
menganalisis fenomenologi yang terjadi bagi mahasiswa yang
melakukan kajian terhadap permasalahan pelecehan seksual.
2. Signifikasi Praktis
Adapun Signifikasi praktis dalam penelitian ini memberikan
pengetahuan baru kepada mahasiswa atas komunikasi verbal
catcalling dalam media media sosial tiktok, dan tau Batasan- batasan
akan pelecehan seksual yang terjadi secara verbal.
1.5 Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian dan sistematika
penulisan
2. Bab II Kerangka Teori
Dalam bab ini Menjabarkan teori Komunikasi Verbal dan
Menjabarkan teori Feminisme Radikal Kate Millett, serta penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan,
selanjutnya terdapat Proposisi penelitan dan Model pemikiran.
BAB II

Kerangka Teori

2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti mulai dengan mengkaji penelitian terdahulu yang memiliki


keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan, sehingga peneliti
mendapatkan rujukan pendukung, serta pembanding untuk penulisan
proposal penelitian ini lebih ekseptabel. Hal ini bermaksud untuk
memperkuat kajian Pustaka berupa penelitian yang ada. Peneliti
mendapatkan referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Penelitian terdahulu sangat
penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam
merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan “ Komunikasi Verbal
catcalling sebagai bentuk Pelecehan Seksual pada Perempuan dalam
Media Sosial Tiktok” berikut adalah table hasil penelitian yang dijadikan
sebagai referensi.

Tabel. 1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Teori Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

1. Irnawati Rosidah, woman sensual Teori Untuk mengungkap Dalam penelitian


Nur Afifah Afif, dance di social Analisis bagaimana ini menjelaskan
Moh Nadzir, media tiktok Wacana stigmatisasi dan model analisis
Mukhid dalam relasinya imitative culture yang lebih
Masyhuri, Putri dengan memperhatikan
Nur Laila, Zainul stigmatisasi bagaimana subjek-
Ahwan perempuan dan objek dan posisi
imitative culture penulis-pembaca
dalam sebuah
wacana, yang mana
analisis ini lebih
terfokus pada
struktur bahasa
yang ada dalam
teks baik
video, foto maupun
komentar

2. Noprita Elisabeth, Desain teori Dalam penelitian Pelecehan Seksual


Febri Yulika, komunikasi visual, ini bertujuan Pada Anak ini
Agung Eko Budi visual iklan teori iklan, merancang sebuah adalah untuk
Waspada layanan teori desain komunikasi mensosialisasikan
masyarakat periklanan visual untuk Iklan pengaruh atau
tentang pelecehan , teori Layanan akibat dari
seksual pada anak desain Masyarakat perbuatan
di kota medan komunikas mengenai pelecehan
i visual pelecehan seksual tersebut. Media
pada anak sebagai yang digunakan
media sosialisasi adalah
kepada para orang spanduk, poster, baj
tua dan masyarakat u dan tas
luas agar lebih jinjing. Seksual
paham dan pada Anak
mengetahui efek ini. Untuk
atau akibat yang perancangan iklan
timbul akibat dari layanan ini
pelecehan seksual diletakkan di
beberapa tempat
keramaian seperti
mall, pasar
swalayan, stasiun
bus agar dapat
mudah dibaca oleh
masyarakat umum.

3. Asri Masitha pengembangan Teori Dalam penelitian Hasil dari


Arsyati, Hadi media cetak Pengemba ini tujuan nya penelitian ini
Pratomo, Irawati pendidikan ngan untuk Sebagian besar
Ismail, Sabarinah pencegahan Media mengembangkan mengatakan bahwa
Prasetyo, Rita kekerasan seksual media edukasi program tersebut
Damayanti balita di kota pencegahan tidak tepat di
bogor kekerasan seksual lakukan di
pada balita untuk iu posyandu tetapi
dan kader baik untuk sekolah
posyandu anak PAUD dengan
alasan kader merasa
tidak memiliki
kemampuan
mengajarkan pada
ibu balita dan topik
pelecehan seksual
yang kurang di
terima di
masyarakat
begitupula halnya
respon ibu balita.

4. Ismuadli Rahman Pelecehan Cyber Dalam penelitian Hasil dari


Zarkasih¹, Catur Seksual Di Media Crime ini Tujuannya penelitian ini yaitu
Nugroho, Sosial (Studi Theory,Te adalah mengetaui terjadinya kasus
M.I.Kom² Kasus Tentang ori penyebab atas seksual di media
Korban feminisme dasar terjadinya sosial berdasarkan
Pelecehan pelecehan seksual catatan tahunan
Seksual Di serta mengurangi komnas perempuan
Instagram) angka pelecehan di tahun 2019, serta
seksual di penyebab dan
Instagram. akibat yang telah
peneliti simpulkan
dari hasil
wawancara ketiga
narasumber.

5. Iflah Ifla, Martani Analisis Teori Bertujuan menguji Hasil dari


Huseini, KinKin Catcalling Speech Act dan menganalisis penelitian in
Yulianti Subarsa terhadap pengaruh catcalling menunjukan bahwa
Putri Compliment dalam citra citra tubuh,
Dalam Teori penampilan tubuh penampilan dan
Speech Act dan trait trait objektifikasi
objektifikasi diri diri tidak
terhadap pujian berpengaruh
dalam teori peech simultan maupun
act parsial terhadap
pujian meskipun
demikian anlisis
teori speech act
dalam overview
questions
menunjukan
pemahaman yang
baik tentang konsep
dan perilaku
catcalling dan street
harassment

2.2 Critical Rivew

Pada penelitian yang pertama yang dilakukan oleh (Rosidah , et al.,


2019) dengan judul “ woman sensual dance di social media tiktok
dalam relasinya dengan stigmatisasi perempuan dan imitative
culture” Universitas Yudharta Pasuruan. Dalam penelitian ini dijelaskan
model analisis yang lebih memperhatikan bagaimana subjek, objek dari
posisis penulis dan pembaca. Persamaan dalam penelitian ini berada
pada fenomena penelitian yang dilakukan

Penelitian yang kedua adalah penelitan yang dilakukan (Elisabeth ,


Yulika, & Waspada, 2018) dengan judul “Desain Komunkasi Visual
Iklan Layanan Masyarakat tentang Pelecehan Seksual pada anak
di Kota Medan” Universitas Dian Nusantoro. Dalam penelitian ini
melakukan perancangan media desain komunikasi visual iklan layanan
masyarakat tentang pelecehan seksual pada anak, dan pada perancangan
media desain komunikasi visual ini dapat membantu pemerintah kota
medan dalam mensosialisasikan iklan, sehingga orang atau masyarakat
lebih waspada dan dapat mengamati lingkungan sekitarnya masing
masing. Persamaan dalam penelitian ini yaitu memiliki topik yang sama
yaitu pelecehan seksual.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh (Arsyati , Pratomo, Ismail,


Prasetyo, & Damayanti, PENGEMBANGAN MEDIA CETAK
PENDIDIKAN PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL
BALITA DI KOTA BOGOR, 2017) Universitan ibn Khaldun. Dalam
penelitian ini dijelaskan komposisi Bahasa dan gambar merupakan
komponen yang paling banyak mengalami perubahan. Perbedaannya
dengan penelitian ini yaitu objek nya balita sedangkan yang peneliti
lakukan saat ini objek nya perempuan.

Penelitian ke empat yang dilakukan oleh (Zakarsih & Nugroho,


2019) dengan judul “ Pelecehan Seksual Di Media Sosial (Studi
Kasus Tentang Korban Pelecehan Seksual Di Instagram)”
Universitas Telkom dalam penelitiannya menjelaskan penyebab atas
dasar terjadinya pelecehan seksual serta mengurangi angka pelecehan
seksual di Instagram dan menyimpulkan dari penyebab pelecehan
seksual dari hasil wawancara ketiga narasumber. Persamaan dalam
penelitian ini menggunakan teori yang sama dan perbedaan nya yaitu
meneliti dalam media yang berbeda dalam penelitian yang sedang
peneliti lakukan saat ini dalam media TikTok.

Selanjutnya dalam penelitian yang ke lima dilakukan oleh (Iflah,


Huseini, & Subarsa Putri, 2021) dengan judul “ Analisis Catcalling
terhadap Compliment Dalam Teori Speech Act ” Sekolah Tinggi Ilmu
Komunikasi Inter Studi. Dalam penelitian nya menjelaskan pengaruh
catcalling dalam citra penampilan tubuh dan trait objektifikasi diri
terhadap pujian dalam teori speech act. Hasil penelirian ini menunjukan
citra tubuh, penampilan dan trait objektifitas diri itu tidak berpengaruh
simultan maupun parsial terhadap pujian. Persamaan dalam penelitian
ini yaitu meneliti pengaruh catcalling.

2.3 Teori Komunikasi Verbal

Menurut Adler dan Rodman dalam buku Understanding Human


Communication di tesis (Alferda, 2017) apa yang disebut dengan vocal
communication yaitu tindakan komunikasi yang menggunakan mulut
dan verbal communication yaitu tindakan komunikasi yang
menggunakan kata kata.

Dalam buku (Yuli Kurniati, 2016) ada beberapa macam jenis


komunikasi verbal, yaitu:
1. Berbicara dan menulis adalah komunikasi verbal vocal, sedangkan
menulis adalah komunikasi verbal non vocal. Presentasi dalam rapat
adalah contoh dari komunikasi verbal vocal. Surat menyurat adalah
contoh dari komunikasi verbal non vocal.
2. Mendengarkan dan membaca mendegar adalah dua hal yang berbeda.
Mendengar mengandung arti hanya mengambil getaran bunyi,
sedangkan mendengarkan adalah mengambil makna dari apa yang
didengar. Mendengarkan melibatkan unsur mendengar, memperhatikan,
memahami dan mengingat. Membaca adalah satu cara untuk
mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.

Menurut (Rocci & Saussure, 2016) dalam bukunya, Komunikasi


verbal bisa dibilang merupakan bentuk komunikasi yang paling meresap
dalam masyarakat manusia. Setidaknya, begitulah jika kita tidak
membatasi diri pada kasus-kasus langka dari peristiwa dan proses
komunikasi 'murni verbal' (jika memang ada) tetapi pertimbangkan
keseluruhan besar bentuk komunikasi verbal yang lazim dan jangkauan
komunikasi yang lebih luas. fenomena di mana bahasa dapat
ditampilkan untuk memainkan peran baik secara langsung maupun tidak
langsung

Dalam jurnal (Kusumawati, 2016) Komunikasi verbal adalah


komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan
atau bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik dalam
bentuk percakapan maupun tulisan (speak language). Komunikasi ini
paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-
kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan,
atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta
menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling
berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa
memegang peranan penting. Komunikasi Verbal mengandung makna
denotative. Media yang sering dipakai yaitu bahasa. Karena, bahasa
mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain

Menurut (Wood, 2014) dalam bukunya, prinsip komunikasi verbal,


tiga prinsip menjelaskan bagaimana kita menggunakan komunikasi
verbal dan bagaimana hal itu mempengaruhi kita.

1) interpretasi menciptakan makna

karena simbol bersifat abstrak, ambigu, dan arbitrer, artinya tidak


jelas atau mutlak. sebaliknya, kita harus menafsirkan makna simbol.

2) komunikasi dipandu oleh aturan

aturan komunikasi adalah pemahaman bersama tentang apa arti


komunikasi dan jenis komunikasi apa yang pantas dan tidak pantas
dalam berbagai situasi.

3) tanda baca mempengaruhi makna

kami menandai komunikasi untuk menciptakan makna dalam tulisan,


kami menggunakan periode untuk menentukan di mana ide berhenti
dan mulai.

Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa komunikasi verbal adalah


komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata baik
yang menyatakan perasaan atau pikiran secara langsung ataupun
tidak langsung kepada orang lain.
2.3.1 Bentuk Kekerasan verbal

Menurut Sutikno (2010) dalam skripsi ( (Nisyrokhah, 2016)


menjelaskan bahwa bentuk dari kekerasan verbal itu merupakan
kata-kata yang memfitnah, kata-kata yang mengancam, menakutkan,
menghina atau membesar-besarkan kesalahan orang lain. Bahkan
Jallaludin (2007) menambahkan bahwa ancaman atau intimidasi
merusak hak dan perlindungan korban, menjatuhkan mental korban,
perlakuan yang menyakitkan dan melecehkan, atau memaki-maki
dan berteriak-teriak keras juga dikategorikan sebagai bentuk
kekerasan yang bersifat verbal. Berikut merupakan penjelasan dari
bentuk-bentuk dari kekerasan verbal:

a. Menghina

Menghina merupakan perbuatan tak terpuji yang menyerang


nama baik atau kehormatan seseorang, dengan cara merendahkan,
mengungkapkan aib atau memberikan suatu sebutan yang tak
pantas terhadap seseorang dimuka umum dengan tujuan agar hal
tersebut diketahui oleh orang banyak dan agar orang tersebut
merasa malu (M.Pd., 2013)

b. Melecehkan
melecehkan adalah juga bentuk penghinaan, karena
mencangkup melakukan dan mengatakan hal-hal yang bisa
meyebabkan korban merasa malu, bukan agar sesuatu terjadi pada
diri perilaku, dan bukan karena sesuatu yang telah terjadi pada
pelaku, tetapi semata untuk kesenangan pelaku (Aristoteles, 2022)
2.3.2 Akibat pelecehan verbal

Menurut dr. Rizal Fadli, pelecehan seksual itu, termasuk


kekerasan seksual. Karena mempertontonkan secara verbal tubuh
perempuan yang bisa mempermalukan orang tersebut. Dan berikut
dampak yang bisa terjadi pada korban pelecehan verbal :

a. Mudah marah
b. Merasa selalu tidak aman
c. Mengalami gangguan tidur
d. Mimpi buruk
e. Ketakutan
f. Rasa malu yang besar
g. Syok
h. Frustasi
i. Menyalahkan atau mengisolasi diri sendiri
j. Stress
k. Dan depresi.

Dampak pelecehan seksual terhadap psikis tak berhenti sampai


di situ saja. Dalam beberapa kasus, pelecehan seksual juga bisa
menyebabkan post-traumatic stress disorder (PTSD), terutama bila
pelecehan itu mengarah pada penyerang, perkosaan, intimidasi atau
ancaman pemerkosaan, hingga penyiksaan seksual.

2.4 Teori Feminisme Radikal Kate Millet

Katherine Murray “Kate” Millet (kelahiran 14 September 1934)


adalah seorang penulis, pengajar, artis, dan aktivis feminis Amerika. Ia
menempuh pendidikan di Universitas Oxford pada tahun 1960 dan 1970,
Millet mengajar di Universitas Waseda, Kolese Bryn Mawr, Kolese
Barnard, dan Universitas California, Berkeley. Kate Millet merupakan
salah satu tokoh dari feminis radikal libertarian pertama,

Kate Millet berpendapat dalam tesis (Safithri, 2019) bahwa


membesarkan masalah perbedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan tentunya menimbulkan adanya perspektif bahwa laki-laki
adalah kaum maskulin yang kuat dan merupakan sosok pemimpin,
sedangkan perempuan adalah kaum feminine yang tertindas.

Selanjutnya dalam skripsi (Dasopang, 2019) Teori feminis


merupakan suatu wilayah yang meberikan konstribusi penting dan
orisinal terhadap pemikiran kontemporer. Hal yang unik dalam teori
feminis adalah ketegasannya mengenai keterkaitan antara teori dan
praktek, serta antara publik dan individu. Teori dan pengalaman
mempunyai hubungan khusus di dalam feminisme yang dikemas dalam
slogan the personal is political (Humm, 2002:ix), dan tujuan pokok dari
teori feminisme adalah memahami penindasan perempuan secara ras,
gender, kelas, dan pilihan, seksual, serta bagaimana mengubahnya. Teori
feminisme mengungkapkan nilai-nilai penting individu perempuan
beserta pengalaman-pengalaman yang dialami bersama dan perjuangan
yang merka lakukan. Feminisme menganalisis bagaimana perbedaan
seksual dibangun dalam dunia sosial dan intelektual, serta bagaimana
feminisme membuat penjelasan mengenai pengalaman dari berbagai
perbedaan itu. Feminisme adalah suatu ideologi dan sastra merupakan
pengungkapan realita kehidupan, walaupun dalam ceritanya tidak betul-
betul nyata dan terjadi
Dalam teori ini disimpulkan bahwa perempuan ini selalu
mengalami penindasan dimana penindasan ini sulit untuk di hilangkan
dengan perubahan sosial yang ada.

2.5 Proposisi

Proposisi yaitu dugaan sementara peneliti atas hasil atau jawaban


peneliti.

Dari penjabaran teori diatas peneliti menentukan Komuniikasi verbal


Catcalling di media sosial tiktok dalam bentuk komentar ini memiliki
kaitannya dengan teori Feminisme Radikal dimana perempuan merasa
tertindas dan kaitannya dengan teori komunikasi verbal sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam teori ini bisa memberikan dampak yang
negatif bagi korban, dampak ini bisa membuat korban merasa tidak
nyaman, ketakutan, marah serta trauma.

2.6 Model Pemikiran

Komunikasi Verbal Cat Calling sebagai Bentuk Pelecehan


Seksual Pada Perempuan dalam Aplikasi
TikTok

Teori Komunikasi
Verbal
Pada Perempuan

Pelecehan
Dampak
seksual

Teori Feminisme
Radikal Kate millet

Bagan.1 dari Model Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Dalam buku (Rubin & Babbie, 2015) sebuah paradigma adalah model atau
skema dasar yang mengatur pengamatan dan memahaminya. Walaupun itu belum
tentu menjawab semua pertanyaan penting, hal itu dapat memberitahu peneliti di
mana mencari jawabannya. Seperti yang akan dilihat berulang kali, di mana peneliti
melihat sangat menentukan jawaban yang akan peneliti temukan. Meskipun
paradigma dibagi beberapa kesamaan dengan ideologi dan meskipun beberapa orang
bisa terdengar agak ideologis tentang paradigma tertentu yang mereka dukung,
paradigma bisa dipandang lebih terbuka untuk dipertanyakan dan dimodifikasi
daripada ideologi

(HENNINK, HUTTER, & BAILEY, 2010) Paradigma adalah 'model atau


kerangka kerja untuk pengamatan dan pemahaman yang membentuk apa yang kita
lihat dan bagaimana kita memahaminya' (Babbie, 2007: 32). Dengan kata lain,
paradigma adalah perspektif atau cara melihat realitas, dan mereka adalah 'kerangka
referensi yang kita gunakan untuk mengatur pengamatan dan penalaran kita' (Babbie,
2007: 31)

Paradigma adalah pandangan-pandangan yang mendasar tentang segala


sesuatu. Apabila pandangan-pandangan dasar ini bergeser, banyak hal dalam ilmu
dan perasaban manusia jadi berubah (Alminiati, 2008)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma Konstriktivis,


Konstruktivisme sosial (yang sering digambarkan sebagai interpretivisme; lihat
Denzin & Lincoln, 2011; Mertens, 2010) adalah pandangan dunia lainnya. di sosial
konstruktivisme, individu mencari pemahaman tentang dunia di mana mereka hidup
dan bekerja. Mereka mengembangkan makna subjektif dari pengalaman makna yang
diarahkan pada objek atau hal tertentu. Ini makna yang bervariasi dan multipel,
mengarahkan peneliti untuk mencari kompleksitas pandangan daripada
mempersempit makna menjadi beberapa kategori atau ide (Craswell, 2013)

Dengan pemaparan tersebut, daapat dikatakan bahwa paradigma konstruktivis


ini mengatakan bahwa dari setiap realitas mempunyai maksud dan makna tertentu.
Dan paradigm aini berupaya memahami memahami perilaku manusia, Hal ini terkait
dengen penelitian yang penulis gunakan yaitu karena peneliti ingin ekstansi
pemahaman atas kejadian komunikasi verbal catcalling bentuk pelecehan seksual
terhadap perempuan.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan kualitatif dapat digunakan apabila ingin melihat dan


mengungkapkan suatu keadaan meupun suatu objek dalam konteksnya; menemukan
makna (meaning) atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu masalah yang
dihadapi yang tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa gambar, kata,
maupun kejadian serta dalam “natural setting” (Yusuf, M.Pd., 2016)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena,


peneliti bisa menggali dan mengeksplorasi informasi yang lebih dalam dengan objek
terikat dengan topik penelitian yaitu “ komunikasi verbal catcalling bentuk pelecehan
seksual”, alasan lain penelitian yang diteliti oleh peneliti ini tidak bisa diukur dengan
angka, dan peneliti ingin mengetahui bagaimana fenomena ini terjadi. Dalam
penelitian ini juga bukan untuk menguji sebuah teori, dari teori yang ada peneliti akan
menggambarkan dalam setting yang alami.

3.3 Strategi Penelitian

Strategi penelitian kualitatif dilakukan dengan pendekatan Fenomenologi,


dalam buku (Daulay, 2010) fenomenologi adalah ilmu tentang fenomena. Secara
spesifik fenomenologi ingin Kembali kepada obyek itu sendiri. Artinya fenomenologi
menolak semua rumusan teori, asumsi, maupun prasangka yang seringkalo justru
mengaburkan proses untuk mencapai pengetahuan. Fenomenologi ingin memahami
esensi dari kesadaran manusia sebagaimana dilihat dari sudat pandang orang pertama.
Di tangan Husserl fenomenologi menjadi suatu disiplin tersendiri yang berbeda dari
ilmu-ilmu manusia lainnya.

Alasan peneliti menggunakan strategi penelitian pendeketan fenomenologi


karena disini peniliti akan mengungkap pengalaman esensial dari individu dan
berupaya memahami esensi dari suatu fenomena.

3.4 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data menurut (Arikunto, 2010) adalah alat bantu yang
dipilih dan digunkan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah oleh nya.

Menurut Tur Nastiti dalam buku (M.,M.B.A., Ph.D., Prof., 2018)


Pengumupan data adalah tahapan penelitian yang dilakukan setelah peneliti membuat
pemahaman tentang konstribusi penelitian dan menjelaskan tentang dukungan
literatur pada aspek penelitian yang diamati. Pengumpulan data harus dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah yang tepa tatas suatu metode pengumpulan data yang tepat
akan menghasilkan data yang akurat dan baik.

Berdasarkan pemaparan diatas tentang pengertian pengumpulan data, peneliti


menyimpulkan bahwa Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data dan Teknik pengumpulan data ini merupakan cara yang
utama dalam sebuah proses penelitian, karena tujuan dari penelitian itu mendapatkan
data.

a. Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu
penelitian. Karena menyangkut data wawancara salah satu elemen penting dalam
proses penelitian. Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden secara bertanya langsung
bertatap muka. Namun dengan perkembangan telekomunikasi ini bisa melalukan
dengan menggunakan telepon atau melalui internet (Mamik, 2015)

Menurut Slamet (2011) menyebutkan wawancara adalah cara yang dipakau


untuk memperole informasi melalui kegiatan interkasi sosial antara peneliti dengan
yang diteliti, sedangkan menurut Djuharie (2012) wawancara adalah bagian dari
proses penerimaan atau perekrutan karyawan/ anggota yang mempunyai berbagai
tujuan (Edi, 2016).

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli tersebut peneliti menyimpulkan


bahwa wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang ingin memperoleh sebuah
informasi untuk memenuhi sebuah data. Peneliti menggunakan Teknik pengambilan
data dengan wawancara secara mendalam.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk


melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Penggunaan observasi dalam
mengumpulkan data penelitian sosial dirasakan sangat penting. Menurut Bachtiar
(1980) dalam muslimin (2002) diperlukan cara yang relative murah dan prosedur
metodelogis sederhana bagi suatu penelitian berkualitas, metode observasi dalam
kondisi seperti ini sangat membantu. Jadi Teknik observasi sangat membantu para
peneliti yang mengalami kesulitan dalam segi pendanaan dan keterbatasan tenaga
terampil yang berkualitas untuk membantu penelitiannya (M.Si & M.Si, 2019).

Dari pengertian observasi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa observasi


adalah suatu kegiata dengan cara mengamati dan mencatat aspek yang di teliti secara
sistematis dalam mengumpulkan data penelitian, dalam penelitian yang digunakan
peneliti melakukan observasi yang sudah mengenal informan sejak lama, jadi
observasi ini dilihat berdasarkan fenomena yang terjadi sebelum penelitian ini
berlangsug.
3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Sukamadinata (2010) instrument penelitian adalah tes yang bersifat


mengukut karena berisi tentang pertanyaan yang alternatif jawabannya memiliki
standard jawaban tertentu. Benar maupun salah skala jawaban. Instrument berisi
jawaban skla berupa pertanyaan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun
skala garis (Sukamadinata, 2010)

Dalam penelitian kualitatif peranan manusia adalah sebuah instrument


penelitian yang dimaksud disini ialah manusia, salah satunya yaitu peneliti sendiri.
Peneliti yang menentukan bagaimana keseluruhan sekenarionya, dan dalam penelitian
kualitatif tidak terlepas dari pengamatan berperanserta. Maka dari itu instrument
dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri dimana harus ada kehati-hatian dan
kesungguhan dalam menggali data yang ada dan sesuai di lapangan karena itu sangat
dibutuhkan.

3.6 Unit Analisis

Menurut Hamidi (M, Si, 2005) mengatakan bahwa unit analisis adalah satuan
yang diteliti dapat berupa individua tau kelompok sebagai subjek penelitian. Dengan
demikian unit amatan dapat diartikan sebagai apa yang diamati oleh peneliti,
sedangkan unit analisis adalah apa yang ingin dianalisis dalam penelitian.

Berdasarkan pemaran diatas unit analisis dalam penelitian yaitu individu,


dimana subyek nya pada perempuan pengguna tiktok yang mengalami pelecehan
seksual. Alasannya karena ingin mengetahui iforman yang memang benar benar
mengalami pelecehan seksual di media tiktok. Telah disinggung sebelumnya,
individu manusia merupakan unit analisis yang sangat penting dalam riset ilmu sosial.
Peneliti akan menjelaskan berbagai kelompok sosial dan interaksi di antara mereka
sebagai suatu penjumlahan individu dan juga kegiatan pengolahan data yang
diperoleh. Setiap tipe individu dapat menjadi unit analisis penelitian sosial (Ph.D.,
2019).
3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menuut (Komarudin, 1994) yaitu suatu kegiatan berfikir
untuk menguraikan sesuatu keseluruhan untuk dijadikan menjadi komponen sehingga
agar lebih mengenal tanda-tanda komponen, hubungan antara satu dengan yang lain
dan juga fungsi masing-masing didalam satu keseluruhan yang sudah teratur.

Teknik analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data
cara interaktif dengan proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Peneliti melalukan analisis dta dengan cara merangkum dari hasil studi kepustakaan
dan observasi yang memiliki kaitan dengan pengalaman catcalling pelecehan seksual.

3.8 Keabsahan Data

3.8.1 Triangulasi

Menurut patton (dalam poewandari 2009) membagi triangulasi


dalam empat jenis:

1. Triangulasi data yakni digunakannya variasi sumber-sumber data


berbeda.

2. Triangulasi peneliti bahwa dalam suatu penelitian menyertakan


beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda.

3. Triangulasi teori yaitu menggunakan beberapa perspektif yang berbeda

untuk menginterpretasi data yang sama.

4. Triangulasi metode yaitu memakai beberapa metode yang berbeda


untuk meneliti suatu hal yang sama.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber


dimana mengumpulkan data dari berbagai sumber yang terkait pada
catcalling pelecehan seksual di tiktok dari data tersebut diperoleh menjadi
suatu kesimpulan

3.8.2 Bahan Referensi

Adanya pendukung yang membuktikan data oleh peneliti temukan.


Seperti data hasil wawancara perlu didukung dengan bantuan dengan rekaman
saat wawancara. Saat interaksi dengan informan atau menggambarkan suatau
keadaan perlu didukung juga dengan hasil foto, dalam penelitian ini data yang
didapat dilengkapi foto-foto ataupun dokumen autentik agar hasilnya lebih
dipercaya.
DAFTAR PUSTAKA

Alferda, S. W. (2017). PENGARUH KOMUNIKASI VERBAL PIMPINAN


TERHADAP KEKOMPAKAN KARYAWAN DALAM BEKERJA (Studi
pada karyawan PT. Kusuma Satria Agrobio Tani Perkasa Kota Batu). 17-18.

Alminiati. (2008). Paradigma Baru Pembelajaran Keagaaman Di Madrasah


Ibtidaiyah. University of California, Berkeley: Balai Penelitian dan
Pengembangan Aga,=ma.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (C1 ed.). Semarang, Jawa Tengah: Jakarta
Rineka Cipta.

Aristoteles. (2022). Retorika (Seni Berbicara). (D. S. Handayani, Trans.)


BASABASI.

Arsyati , A. M., Pratomo, H., Ismail, I., Prasetyo, S., & Damayanti, R. (2017).
PENGEMBANGAN MEDIA CETAK PENDIDIKAN PENCEGAHAN
KEKERASAN SEKSUAL BALITA DI KOTA BOGOR. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.

Buana, T., & Maharani, D. (2020). PENGGUNAAN APLIKASI TIKTOK (VERSI


TERBARU) DAN KREATIVITAS ANAK. Jurnal Inovasi, 14, 2.

Charles. (2019). ANALISIS PENANGANAN DAN PENCEGAHAN INSIDEN


SERANGAN SIBER PADA WEBSITE MENGGUNAKAN METODE NIST
800-61.

Craswell, J. W. (2013). QUALITATIVE INQUIRY & RESEARCH DESIGN (Third


Edition ed.). (B. Bauhaus, Ed.) Vicki Knight.

Dasopang, R. R. (2019). Pengaruh UN Women Terhadap Pengurangan Kasus


Kekerasan Perempuan di Indonesia. Ilmu sosial dan ilmu politik.
Daulay, M. (2010). FILSAFAT FENOMENOLOGI SUATU PENGANTAR. (A. D.
Faza, MA, Ed.) Medan: Panjiaswaja Press.

Edi, F. R. (2016). Teori Wawancara Psikodiagnostik. Yogyakarta: Leutikaprio.

Edi, F. R. (2016). Teori Wawancara Psikodiagnostik. Yogyakarta: PT Leutikaprio.

Elisabeth , N., Yulika, F., & Waspada, A. E. (2018). DESAIN KOMUNIKASI


VISUAL IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PELECEHAN
SEKSUAL PADA ANAK DI KOTA MEDAN. Jurnal Desain Komunikasi
Visual dan Muktimedia.

HENNINK, M., HUTTER, I., & BAILEY, A. (2010). Qualitative Research Methods.
Los Angeles, London, New Delhi, Singapore, Washington DC, Melbourne:
SAGE.

Iflah, I., Huseini, M., & Subarsa Putri, K. Y. (2021). ANALISIS CATCALLING
TERDAHAP COMPLIMENT DALAM TEORI SPEECH ACT. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 9, 151-173. Retrieved from http://journal.unj.ac.id/

Komarudin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta.

Kusumawati, T. I. (2016, Juli- Desember). KOMUNIKASI VERBAL DAN


NONVERBAL. Jurnal Pendidikan dan Konseling, Vol.6, 84.

M, Si, P. D. (2005). METODE PENELITIAN KUALITATIF. Malang.

M.,M.B.A., Ph.D., Prof., J. H. (2018). METODA PENGUMPULAN DAN TEKNIK


ANALISIS DATA. Yogyakarta: Andi.

M.Pd., D. S. (2013). EKSISTENSI DAKWAH DALAM MEMBINA


KEPERIBADIAN SEHAT (studi Deskriptif Analitik pada Fakultas dan
Komunikasi UIN SGD Bandung). 1.
M.Si, D. I., & M.Si, D. H. (2019). Metodelogi Penelitian Sosial. MEDIA SAHABAT
CENDIKA.

Mamik, D. (2015). Metodologi Kualitatif. (D. C. SKM,M.Kes, Ed.) Sidoarjo:


Zifatama Jawara.

Muhid, H. K. (2022, April 17). Lembaga Pers Mahasiswa UIN Suska Riau "Wadah
Pengembangan Idealisme Mahasiswa". (A. Fathonah, Editor) Retrieved from
gagasanonline.com: http://gagasanonline.com/

NATIONAL COMMISSION ON VIOLENCE AGAINST WOMEN. (2021, Maret


5). Perempuan dalam Himpitan Pandemi: Lonjakan Kekerasan Seksual,
Kekerasan Siber, Perkawinan Anak, dan Keterbatasan Penanganan di Tengah
Covid-19. CATAHU 2020 Komnas Perempuan: Lembar Fakta dan Poin
Kunci (5 Maret 2021). Retrieved from https://komnasperempuan.go.id/siaran-
pers-detail/catahu-2020-komnas-perempuan-lembar-fakta-dan-poin-kunci-5-
maret-2021

Nisyrokhah, W. (2016). PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG VERBAL


ABUSE . 10.

Ph.D., M. (2019). RISET KUALITATF (1 ed.). (D. Suraya, D. F. Hamid, & D. E.


Bassar, Eds.) Jakarta: KENCANA.

Pratama, D. W. (2020). PENGARUH KOMUNIKASI VERBAL CATCALLING


TERHADAP RASA TAKUT PEREMPUAN DI RUANG PUBLIK (Studi
Pada Siswi SMA Swasta Al Kautsar BandarLampung). Ilmu Komunikasi, 3.

Qila, S. Z., Rahmadina, R. N., & Azizah, F. (2021). Catcalling as a Traumatic From
of Sexual Harassment. Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik, 1, 96.

Rocci, A., & Saussure, L. d. (2016). VERBAL COMMUNICATION. italiana: De


Gruyter Mouton.
Rosidah , I., Afif, N. A., Nadzir, M., Masyhuri, M., Laila, P. N., & Ahwan, Z. (2019).
WOMAN SENSUAL DANCE DI SOCIAL MEDIA TIKTOK DALAM
RELASINYA DENGAN STIGMATISASI PEREMPUAN DAN
IMITATIVE CULTURE (TINJAUAN ANALISIS WACANA SARA
MILLS). Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam.

Rubin, A., & Babbie, E. R. (2015). Researvh Methods FOR SICIAL WORK. America:
CENGAGE LEARNING.

Safithri, A. (2019, Juni 25). PERKAWINAN DALAM MASA 'IDDAH


PERSPEKTIF FEMINISME RADIKAL KATE MILLET.

SIMFONI-PPA. (2022). Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan


Anak Republik Indonesia. Retrieved from Kekerasan.kemenpppa.go.id:
https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan

Sukamadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Wood, J. T. (2014). COMMUNICATION IN OUR LIVES. Cengage Learning.

Yuli Kurniati, D. P. (2016). MODUL KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL.


Bali: Simdos.unud.ac.id. Retrieved from
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/a3a4fc3bf4ad19b0079f
4a31c593398b.pdf

Yusuf, M.Pd., P. A. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian


Gabungan. Prenada Media.

Zakarsih, I. R., & Nugroho, C. (2019, Agustus). PELECEHAN SEKSUAL DI


MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS TENTANG KORBAN PELECEHAN
SEKSUAL DI INSTAGRAM). 6, 4981.

Anda mungkin juga menyukai