Kelompok 2 :
KM-43-MD1
2021/2022
I. PENDAHULUAN :
Gambar 1.0 Tabel Data Pengguna Telepon, Internet, Media Sosial Indonesia
Gambar 1.1 Tabel Pengguna Instagram Berdasarkan Usia & Jenis Kelamin Oktober
2021
Permasalahan tersebut menjadi awal mula dari maraknya sebuah fenomena yang kerap
kali disebut dengan catfishing. Dalam jurnal (Nurdin, 2021) menjelaskan bahwa catfishing
merupakan sebuah perilaku yang mengarah kepada perbuatan penggunaan identitas digital
yang tidak sebenarnya sebagai bentuk cara agar mencapai sebuah tujuan baik dalam mencari
relasi atau hubungan atau bisa juga dimanfaatkan kedalam hal yang sifatnya menguntungkan
satu pihak dan fenomena ini bisa dibilang sering sekali dijumpai di berbagai media sosial.
Berdasarkan tabel diatas yang menjelaskan tentang kelompok usia yang paling banyak
menggunakan Instagram menandakan bahwa media sosial akan paling banyak diakses pada
rentang usia 18 sampai dengan 24 tahun maka hal ini akan menjadi potensi peluang terjadinya
fenomena catfishing pada rentang usia tersebut karena pada rentang usia tersebut dimana
perempuan dan laki-laki memiliki tingkat interaksi yang cukup besar entah itu dalam urusan
mencari teman atau ingin menjalin hubungan sehingga dalam penelitian yang kami lakukan
berhasil menemukan narasumber yang dalam kategori rentang usia tersebut telah mengalami
fenomena catfishing sehingga dibutuhkan sebuah kebijaksanaan dalam menggunakan media
sosial terutama jika ingin memperlebar jaringan atau ingin menjalin sebuah hubungan terutama
dalam penelitian kami akan juga membahas keterlibatan pemahaman kesetaraan gender yang
akan dikaji dalam fenomena ini.
Berdasarkan latar belakang diatas, tentunya terdapat beberapa hal yang ingin diteliti
oleh penulis. Maka dari itu untuk mempermudah penulis dalam menganalisis dan membatasi
penelitian. Penelitian ini akan berfokus kepada pemahaman catfishing, bentuk-bentuk
kasusnya lalu membahas dampak serta langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan agar
bisa meminimalisir resiko terkena catfishing lalu rekomendasi cara bagaimana agar tindak
kasus catfishing akan semakin berkurang terutama akan berfokus dalam kelompok generasi z.
d. Bagaimana agar terhidar dan mengurangi kasus catfishing yang generasi z ketahui ?
d. Mengetahui cara dalam menghindari dan mengurangi kasus catfishing yang generasi z
ketahui
Kami mengambil 10 narasumber dari generasi Z dengan usia 18-25 tahun. Usia tersebut
adalah usia yang sudah terbiasa dengan kehadiran teknologi digital terutama dengan adanya
media sosial yang memudahkan mereka menemukan teman baru secara online, terkadang
mereka juga menemukan teman kencan di media sosial, seperti Tinder atau semacam media
sosial yang berbasis dating online.
● Usia
Dari diagram lingkaran di atas menunjukkan bahwa dari ke 10 narasumber kami, usia
18-20 tahun adalah yang paling banyak menjadi narasumber kami dengan presentase
70%, terlihat juga pada diagram di atas bahwa usia 21-23 tahun tidak terlalu banyak di
dalam usia narasumber kami dengan presentase 30%.
● Gender
Dari diagram lingkaran di atas menunjukkan bahwa narasumber kami yang berjenis
kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan presentase 100%, hal ini
menunjukkan bahwa narasumber yang kami wawancarai untuk penelitian catfishing di
sosial media semuanya adalah perempuan.
● Pendidikan Terakhir
Pada diagram lingkaran di atas dapat terlihat bahwa pendidikan terakhir yang ditempuh
oleh narasumber kami adalah SMA, SMK, dan S1. Pendidikan terakhir pada tingkat
SMA adalah yang paling banyak di antara 2 kategori lainnya dengan presentase 70%,
lalu diikuti dengan tingkat SMK yang memiliki presentase 20%, yang terakhir ada
tingkat S1 dengan presentase 10%
● Pekerjaan
Pada diagram lingkaran di atas menunjukkan bahwa pekerjaan dari narasumber kami
yang paling banyak adalah seorang mahasiswa dengan presentase 70%, lalu sisanya
diikuti dengan narasumber kami yang sudah mempunyai pekerjaan atau sedang bekerja
dengan presentase 30%.
● Narasumber 1
● Narasumber 2
Tifany Nindya Dhamasari atau biasa dipanggil Tifany merupakan perempuan berumur 20
tahun pada Januari ini, ia adalah seorang mahasiswa S1 di Universitas Sriwijaya, Palembang,
Sumatera Selatan dengan jurusan yang diambil adalah Kedokteran Gigi dan pendidikan
terakhirnya adalah SMA di salah satu SMA terbaik di kota Palembang yaitu SMAN 6
Palembang. Media Sosial yang ia miliki ada Instagram, Line, WhatsApp, dan Twitter. Dari
keempat media sosial tersebut Tifany paling sering mengakses Line untuk keperluan
berkomunikasi dengan kampus, teman dan keluarga. Durasi dalam ia mengakses media sosial
tersebut seharinya kurang lebih selama 5 jam secara on and off. Ia merupakan narasumber ke
2 yang bersedia diwawancarai oleh kelompok kami karena Tifany sering melihat di lingkungan
sekitarnya banyak terjadi Catfishing meskipun ia belum pernah mengalaminya. Salah satu
bentuk catfishing yang terjadi pada temannya adalah adanya penipuan identitas di media sosial
yang menyebabkan korban Catfishing ini mendapat kerugian berupa uang dan menimbulkan
trauma untuk berkenalan dengan orang asing di media sosial tersebut.
● Narasumber 3
Rizqi Magdawati Nur Izzizti atau biasa dipanggil Qiqi merupakan perempuan berumur 20
tahun, ia adalah seorang mahasiswa S1 di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat,
dengan jurusan yang diambilnya adalah Hubungan Internasional dan pendidikan terakhirnya
adalah SMA di salah satu SMA terbaik di kota Palembang yaitu SMAN 6 Palembang. Media
Sosial yang ia miliki ada Instagram, Tiktok, Twitter, Facebook dan Linkedin. Dari kelima
media sosial tersebut Qiqi paling sering mengakses Instagram untuk keperluan mencari
informasi dan berkomunikasi dengan kampus, teman dan keluarga. Durasi dalam ia mengakses
media sosial tersebut seharinya kurang lebih selama 5 hingga 6 jam secara on and off. Ia
merupakan narasumber ke 3 yang bersedia diwawancarai oleh kelompok kami karena Qiqi
bercerita bahwa ia pernah menjadi korban dari Catfishing di media sosialnya dan ia juga sering
melihat di lingkungan seperti keluarga dan pertemenannya banyak terjadinya kasus Catfishing
ini. Salah satu bentuk Catfishing yang terjadi pada narasumber adalah seringnya ia mendapat
pesan dari orang yang tidak dikenalnya di media sosial disertai dengan penggunaan identitas
yang tidak sesuai untuk mengaku sebagai orang lain, kedua bentuk Catfishing yang terjadi pada
teman dan keluarganya adalah adanya seseorang yang menggunakan identitas orang lain yang
mereka gunakan untuk menipu orang lain.
● Narasumber 4
Brigitta Amelia Putri Paramitha atau biasa dipanggil Gita merupakan perempuan berumur
20 tahun, ia adalah seorang mahasiswa S1 di Telkom University, Bojongsoang, Jawa Barat,
dengan jurusan yang diambilnya adalah Ilmu Komunikasi dan pendidikan terakhirnya adalah
SMA di kota Kudus sebagai tempat asalnya. Media Sosial yang ia miliki ada Instagram,
Twitter, Line, Tumblr dan Pinterest. Dari kelima media sosial tersebut Gita paling sering
mengakses Instagram dan Tumblr untuk keperluan mencari informasi dan berkomunikasi
dengan kampus, teman dan keluarga. Durasi dalam ia mengakses media sosial tersebut
seharinya maksimal kurang lebih selama 2 higga 3 jam secara on and off. Ia merupakan
narasumber ke 4 yang bersedia diwawancarai oleh kelompok kami karena Gita memiliki
pengalaman pernah menjadi korban dari Catfishing yang terjadi di media sosial yaitu BBM
saat ia masih SMP. Salah satu bentuk Catfishing yang dialaminya adalah berkenalan dengan
orang menggunakan roleplay chat yang mengaku beridentitas laki-laki tertanya adalah seorang
perempuan atau lebih tepatnya adalah penipuan identitas.
● Narasumber 5
Endang Triastuti Adianingsih atau biasa dipanggil Endang merupakan perempuan yang
berusia 21 tahun. Seorang mahasiswa di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Cirebon dengan
jurusan yang diambil adalah S1 Perbankan Syariah. Media sosial yang ia miliki adalah
Facebook, Instagram, WhatsApp, Telegram, Twitter, Tiktok. Dari keenam sosial media
tersebut yang paling sering diakses adalah WhatsApp, Tiktok, Instagram, dan Twitter dengan
durasi mengakses social media dalam satu hari yaitu lebih dari 4 jam. Narasumber ke 5 ini
bersedia diwawancarai oleh kelompok kami karena Endang memiliki pengalaman korban
Catfishing di sosial media yaitu Telegram. Salah satu bentuk Catfishing yang dialaminya
adalah berkenalan melalui akun roleplayer dengan orang yang mengaku identitasnya sebagai
laki - laki. Tidak hanya itu saja endang juga mengenalkan temannya kepada kami yang menjadi
korban Catfishing juga.
● Narasumber 6
Hera Andryyanti atau biasa dipanggil Hera merupakan perempuan berusia 20 tahun.
Seorang Mahasiswa di Universitas Galuh Ciamis dengan jurusan yang diambil adalah S1
Management, Media sosial yang ia miliki adalah Instagram, WhatsApp, Telegram, Twitter,
Tiktok. Dari kelima sosial media yang paling sering diakses adalah WhatsApp, Tiktok,
Telegram, Twitter dengan durasi mengakses social media dalam satu hari yaitu lebih dari 4
jam. Hera ini adalah teman dari Endang yang menjadi korban Catfishing di sosial media yaitu
Telegram dan bersedia diwawancarai oleh kelompok kami. Salah satu bentuk Catfishing yang
dialaminya adalah berkenalan melalui Anonymous chat dengan seseorang yang mengakui
identitasnya sebagai laki - laki dan ternyata adalah seorang perempuan atau lebih tepatnya
adalah penipuan identitas.
● Narasumber 7
Rica Al madhan atau biasa dipanggil Rika merupakan perempuan berusia 20 tahun.
Seorang mahasiswa di Telkom University dengan jurusan yang diambil adalah S1 Ilmu
Komunikasi. Sosial media yang ia miliki adalah Instagram, Line, WhatsApp, Tiktok. Dari
keempat sosial media yang paling sering diakses adalah Instagram dan WhatsApp dengan
durasi mengakses sosial media dalam 1 hari lebih dari 4 jam. Narasumber 6 ini bersedia
diwawancarai oleh kelompok kami karena Rika memiliki pengalaman korban Catfishing di
sosial media yaitu Tinder (dating apps). Salah satu bentuk Catfishing yang dialaminya adalah
berkenalan melalui Tinder dengan seorang laki - laki dan ternyata berbeda sekali identitas yang
di Tinder dengan aslinya atau bisa disebut dengan penipuan identitas.
● Narasumber 8
Shinta Aulia Rizqi L atau yang biasa dipanggil dengan Shinta merupakan perempuan
berusia 22 tahun. Pendidikan terakhir yang shinta tempuh adalah SMK dan saat ini ia bekerja
sebagai kasir, waitress, dan captain di kota Surabaya. Media sosial yang Shinta miliki saat ini
adalah Twitter, Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Dari keempat media sosial yang ia miliki
saat ini, yang paling sering ia gunakan adalah media sosial Twitter dan jika Shinta sedang
bekerja ia sering menggunakan media sosial WhatsApp untuk membantu dalam urusan
pekerjaannya. Rentang waktu yang dipakai Shinta saat bermain atau menggunakan media
sosial adalah kurang dari atau bisa 2 sampai 4 jam ketika ia sedang kerja, tetapi ketika ia sedang
libur atau ada waktu senggang ia bisa menggunakan media sosial lebih dari 8 jam, jika ia
bermain media sosial Twitter juga bisa sampai nonstop dan terus menerus menggunakan media
sosial tersebut. Shinta adalah narasumber dari Twitter yang bersedia diwawancarai karena ia
memiliki pengalaman pernah menjadi korban dari catfishing, ketika ia terkena catfishing
adalah pada saat ia menggunakan media sosial Facebook dan saat itu Facebook masih menjadi
media sosial yang digandrungi oleh banyak orang. Shinta menggunakan Facebook untuk
masuk ke dalam fanbase belieber (fans dari Justin Bieber) dan menjadi salah satu admin dari
fanbase tersebut, ia masuk ke dalam fanbase tersebut untuk berinteraksi dengan anggota
belieber lainnya. Tetapi sayangnya ia terkena tipu oleh salah satu anggota yang mendekati
dirinya untuk menjadikannya pasangan yang sudah berjalan hampir 7 tahun, pelaku
memalsukan identitasnya hingga kematiannya sendiri yang mengakibatkan Shinta menjadi
sedih dan kesal.
● Narasumber 9
Sely Mariatur R atau yang biasa dipanggil dengan Sely merupakan seorang perempuan
berusia 23 tahun yang berasal dari Kabupaten Badung, Bali. Pendidikan terakhir Sely adalah
S1 jurusan Ilmu Komunikasi dari sebuah universitas yang berada di Bandung, saat ini ia bekerja
sebagai freelancer. Media sosial yang Sely miliki adalah Instagram, Tiktok, dan Twitter. Lalu
media sosial yang paling Sely gunakan dan akses adalah Twitter, selain Twitter ada Instagram
yang juga sering diakses oleh Sely, durasi mengakses media sosial Sely diperkirakan bisa
sampai 2 hingga 3 jam. Sely adalah narasumber yang tidak pernah terkena Catfishing, ia
menjadi narasumber karena kami ingin melihat bagaimana perspektif dan tanggapan Sely
mengenai Catfishing yang terjadi di sosial media, selain itu Sely juga mempunyai kenalan yang
pernah menjadi korban dari Catfishing.
● Narasumber 10
Mei merupakan seorang perempuan berusia 20 tahun berasal dari Depok. Pendidikan
terakhir yang Mei tempuh adalah SMK dan saat ini ia bekerja sebagai Kedi atau pendamping
pemain golf. Media sosial yang Mei miliki adalah Instagram, Twitter, WhatsApp, dan Discord.
Dari keempat media sosial yang Mei miliki, yang paling sering ia gunakan adalah WhatsApp
lalu diikuti dengan Discord, Twitter, dan yang terakhir ada Instagram. Durasi Mei
menggunakan media sosial bisa lebih dari 4 jam penggunaan jika ia sedang berlibur atau diluar
hari kerja. Mei adalah narasumber yang ditemui pada media sosial Twitter, ia menjadi
narasumber dikarenakan ia memberi komentar pada salah satu postingan akun base di Twitter
yang berkata bahwa ia terkena tipu dengan hubungan virtual yang ia jalani dan secara tidak
langsung hal ini menjadikannya sebagai korban dari Catfishing. Ia mengenal kekasih onlinenya
ini saat ia bermain Role Player di Twitter, hubungan mereka berdua berjalan hampir 1,8 tahun
dan di tengah-tengah hubungan tersebut Mei mengetahui bahwa kekasihnya bukanlah seorang
laki-laki melainkan adalah seorang perempuan yang sedang memalsukan identitasnya. Mei
sempat melanjutkan hubungan tersebut walaupun ia sudah mengetahui bahwa pasangannya
adalah seorang perempuan, tetapi lama kelamaan Mei tidak betah karena ia mengaku bahwa
orientasi seksualnya bukan untuk menyukai sesama jenis.
Dari 9 narasumber kami telah memahami apa itu Catfishing, menurut mereka Catfishing
merupakan penipuan identitas diri mulai dari nama, umur, gender, atau foto sehingga
membuat orang lain percaya dengan persuasi bahwa identitas yang mereka berikan itu benar.
Menurut mereka kelompok usia yang paling rentan mengalami Catfishing adalah kelompok
usia remaja antara umur 14-21.
● Catfishing di sosial media :
5. “Sebenernya ga sering-
sering banget ya, mungkin
kalau misalnya yang aku tahu
itu cuma satu kali atau dua
kali gitu ya, aku paling inget
yang Adora Hilman”
Dan paling yang paling sering menemukan konten Catfishing ada pada sosial media Twitter
dan Telegram.
● Dampak Catfishing :
Semua narasumber berpendapat bahwa catfishing ini berbahaya karena pelaku catfishing
memiliki niat buruk yang akan merugikan orang lain seperti keamanan data pribadi yang
terganggu. Dampaknya menimbulkan trauma seperti tidak terlalu suka berkenalan dengan
orang lain secara virtual, menjadi kurang percaya diri untuk mengupload sesuatu di sosial
media mereka, dan terganggunya mental seseorang hingga menyakiti diri sendiri.
● Pencegahan Catfishing :
4. “...ngelakuin background
check gitu sih kak, ok ini
namanya siapa di media di
media sosial lain ada nggak dan
ngeliat ..”
5. Check validitas identitas di Tifany dan Sely. 1. “..di pendaftaran akun tuh kan
media sosial dia tuh biasanya ngisi identitas
identitas asli nah sebaiknya
media sosial itu kaya lebih itu
Intens lagi..”
Narasumber menjelaskan cara mengindari dan peran generasi muda dalam mencegah adanya
catfishing dengan lebih teliti dalam berkenalan di sosial media, mencari informasi yang jelas
terkait orang yang akan diajak berkenalan seperti memberikan pertanyaan lebih dalam, tidak
memberikan informasi pribadi kepada siapapun dengan mudah, dan jangan terlalu over sharing
dengan orang baru. Peran media untuk mengindari terjadinya catfishing menurut narasumber
kami dengan
● Pengalaman pribadi :
4. “...awalnya main
anonymous chat kan di
Telegram terus sering main
game mobile legend
bareng…”
4. “...ara-gara main
roleplayer itu loh itu bener-
bener nyebelin banget sih
parah”
3. “...akhirnya ketemu
bener sih ada dia nya
cuman ternyata yang
ngechat aku tuh temennya
dia. Jadia dia pake foto,
terus pake identitas
temannya itu”
Menurut narasumber kami pengalaman pribadi korban Catfishing ada pada media sosial :
1. BBM : Chatting dengan akun roleplayer yang memalsukan identitas asli
2. Instagram : Mendapat chat dari orang asing yang juga memalsukan identitas aslinya
dan dia menggunakan profil atau identitas orang lain tu jadi misalnya ngechat gitu mau
ngajak kenalan
3. Tinder : Mendapat chat dari orang asing dengan memalsukan identitasnya sampai tahap
tukeran WhatsApp
4. Telegram : Bermain anonymous chat dan roleplayer mendapatkan chat dari orang asing
yang memalsukan identitasnya sampai tahap pacaran
5. Twitter : Berkenalan dengan orang di Twitter lewat akun roleplayer dan akhirnya
berpacaran di luar dunia roleplayer, tetapi ternyata orang yang di Twitter tersebut
sedang memalsukan identitas aslinya
6. Facebook : Bergabung di fanbase dan berkenalan dengan salah satu anggota yang
sedang memalsukan identitasnya sampai ke tahap pacaran dan identitas palsu tidak
sesuai dengan aslinya seperti umur.
1. Media Sosial Annisya, Tifany, Sely, 1. “...rame banget di twitter banyak orang yang
dan Mei. ketemu ternyata dia nipu “
Pemalsuan identitas Tifany, Rizqi, Sely, 1. “..berkedok minta uang dia untuk beli Skin
dan Mei. Care karena itu udah kenal lama jadi jadi
kasih aja duitnya ternyata pas tau, itu beda
orang ternyata..”
2. Materiil Tifany dan Rizqi. 1. “..dia itu ke tipu sama cewek, ya tadi yang
berkedok minta uang dia untuk beli Skin
Care..”
3. Respon kesal Tifany, Rizqi, Endang, 1. “Agak kesal sih soalnya bodoh banget gitu,
dan Hera. belum pernah ketemu tapi udah ngasih ngasih
itu kan harusnya kan ketemu dulu yang nyata
kaya gitu”
5. Respon saran Sely dan Mei. 1. “Mungkin kayak mewanti-wanti biar dia ga
ketipu lagi, biar dia enggak mudah
terpengaruh atau nggak terlena”
Berdasarkan pengalaman teman atau keluarga dari narasumber didapatkan hasil bahwa mereka
rata-rata terkena catfishing pada media sosial BBM, Tinder, Telegram dan Facebook dimana
bentuknya berupa penipuan identitas yang juga berdampak secara materiil. Respon mereka
terhadap kenalan mereka yang terkena serta melakukan Catfishing adalah mereka berusaha
membantu, beberapa narasumber juga merasa kesal, dan memberikan saran kepada pelaku atau
korban Catfishing ini.
● Pemahaman gender :
4. Gerakan kesetaraan Annisya, Tifany, 1. “engga juga sih karena kadang ada cowo
gender tidak Endang, Hera, Shinta, yang dia bukan dominan cewenya yang
berhubungan Sely, dan Mei. dominan terhadap si cowonya jadi ya kataku
meminimalisir sih kurang efektif untuk meminimalisir itu.”
catfishing
2. “Belum tentu juga sih karena korban
catfishing itu kan bukan wanita aja gitu laki-
laki juga nggak sedikit yang mengalami
catfishing ..”
Menurut narasumber kami kelompok gender yang paling rentan mengalami catfishing adalah
perempuan. Karena menurut mereka mudah terbawa perasaan terutama terhadap lawan jenis
yang mereka temui di sosial media tersebut seperti saat melihat foto profil pelaku Catfishing
yang dianggap tampan. Adanya perbedaan pendapat dari narasumber tentang gerakan
kesetaraan gender untuk meminimalisir Catfishing di media sosial. Mereka yang beranggapan
bahwa kesataraan gender dapat meminimalisir tetapi kembali lagi kepada individu itu sendiri
bagaimana mereka menghadapinya dan beberapa beranggpan tidak karena menurut mereka
kasus Catfishing tidak ada tiktik temu dengan kesetaraan gender tersebut.
Stereotype adalah pemberian citra baku atau label/cap kepada seseorang atau kelompok yang
didasarkan pada suatu anggapan yang salah dan adanya pelabelan atau pandangan terhadap
suatu kelompok/seks tertentu yang sering kali bersifat negatif. Jika dilihat dari narasumber
kami adanya stereotype yang beranggapan bahwa perempuan paling mudah terbawa perasaan
sehingga mudah untuk terkena Catfishing.
Identitas gender yang ada di internet cenderung tidak stabil, dapat berubah-ubah seiring waktu
dan tidak dapat dipercaya. Jika dilihat dari narasumber kami adanya kasus yang dialami oleh
narasumber dan kenalan mereka dimana menjadi korban dari penipuan identitas di internet atau
biasa disebut dengan Catfishing.
4. Cybersex
V. KESIMPULAN
Dari hasil analisis kami disimpulkan bahwa narasumber kami sudah mengetahui tentang
Catfishing serta ada beberapa pengalaman yang juga dibagikan oleh narasumber sebagai bahan
tambahan analisa kami. Menurut mereka dampak yang diakibatkan dari Catfishing sangat
berbahaya karena merugikan materil dan moril korban. Jika dianalisis narasumber kami
memaparkan Catfishing adalah tindakan pemalsuan identitas di dunia digital, berdasarkan
kajian kelompok kami dari materi mata kuliah gender dengan pemaparan narasumber yang
telah diberikan bahwa tindakan Catfishing memiliki keterkaitan dengan online dating dan hal
ini merupakan sebuah temuan yang menarik karena adanya sebuah kesamaan terhadap
fenomena permasalahan yang terjadi yaitu identitas online berdasarkan gender dan seks. Maka
sudah tak heran jika dari 10 narasumber yang kami wawancara memiliki kesamaan referensi
aplikasi atau media yang menjadi mayoritas terjadinya kegiatan Catfishing yaitu adalah dating
Apps, tapi tidak menutup kemungkinan media sosial yang lain menjadi tempat terjadinya
Catfishing. Dengan kata kunci identitas online yang dapat ditransaksikan tanpa terbukti
kredibilitas identitas tersebut. Selanjutnya narasumber kami menjelaskan melalui pengalaman
dan pengetahuan baik itu dari narsum itu sendiri maupun dari pengalaman orang lain dengan
rata-rata yang menjadi korban adalah perempuan dan pasti menurut narasumber kami
korbannya adalah perempuan jika dikaji berdasarkan materi gender yaitu stereotype maka telah
muncul sebuah persepsi perempuan selalu menjadi korban dari tindakan kejahatan online dan
patut digaris bawahi laki-laki direpresentasikan adalah pelaku, kenyataannya rata-rata
narasumber menjawab tidak ada kaitannya Catfishing dengan gender.
VI. PERAN ANGGOTA KELOMPOK
Anisha Halimah S :
Aprilia Shesarita :
Diptya Ramadani :
VII. REFERENSI
Bunga, D. (2019). Politik hukum pidana terhadap penanggulangan. Jurnal Legislasi Indonesia,
Vol.16(No. 1), 1–15. Retrieved from https://e-
jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/456
Dewi, N. S. P. S., & Irwansyah, I. (2021). Regulasi terhadap Penipuan Identitas: Studi
Fenomena ‘Catfish’ pada Social Networking Sites (SNS). Jurnal Studi Komunikasi
(Indonesian Journal of Communications Studies), 5(1), 267.
https://doi.org/10.25139/jsk.v5i1.2612
Rahminawati, N. (2001). Isu Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan (Bias Gender). Mimbar:
Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 17(3), 273–283. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/154027-ID-isu-kesetaraan-laki-laki-dan-
perempuan-b.pdf
Abidin, N. Z., Kamaluddin, M. R., Shaari, A. H., Din, N., & Ramasamy, S. (2018).
Pengetahuan dan amalan perlindungan pengguna facebook wanita terhadap penipuan cinta di
Malaysia. Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication, 34(4), 113–133.
Angkupi, P. S., Ki Hajar Dewantara No, J., & Metro, K. (2014). KEJAHATAN MELALUI
MEDIA SOSIAL ELEKTRONIK DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN SAAT INI 1 (Vol. 2, Issue 1). Bulan Mei.
Soni, S., Afdhil Hafid, & Didik Sudyana. (2019). ANALISIS KESADARAN MAHASISWA
UMRI TERKAIT PENGGUNAAN TEKNOLOGI & MEDIA SOSIAL TERHADAP
BAHAYA CYBERCRIME. JURNAL FASILKOM, 9(3), 28–34.
https://doi.org/10.37859/jf.v9i3.1664
Angkupi, P. S., Ki Hajar Dewantara No, J., & Metro, K. (2014). KEJAHATAN MELALUI
MEDIA SOSIAL ELEKTRONIK DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN SAAT INI 1 (Vol. 2, Issue 1). Bulan Mei.
Khairil, M. (n.d.). National Conference of Creative Industry: Sustainable Tourism Industry for
Economic Development ANALISIS PEMANFAATAN NEW MEDIA MELALUI JARINGAN
MEDIA SOSIAL.
Nurdin, R. S. (2021). False Identity dalam Media Online Dating (Fenomenologi pada Pelaku
Catfishing Media Online Dating Tinder). Journal of Education, Humaniora and Social
Sciences (JEHSS), 3(3), 1011–1022. https://doi.org/10.34007/jehss.v3i3.493\
● Narasumber 1
Profil responden :
4.Usia : 20 tahun
5.Pekerjaan : Mahasiswa
6.Telepon/HP : 082142382059
7.Email : brigittamelia@gmail.com
Narasumber : Aku punya instagram twitter line tumblr trus sama pinterest
Pewawancara : Itu sehari mengaksesnya berapa lama, berapa jam atau berapa menit?
Narasumber : enggak nonstop sih putus-putus, tapi kalo ditotal bisa segituan
Narasumber : Setau aku sih ya sebenarnya kaya penipuan gitu kan ya biasanya di
online dating Apps atau pokoknya ya media sosial gitu, jadi orang pake identitas orang lain
kaya foto atau nama samaran ya buat itu, nipu orang lain gitu.
Pewawancara : iya betul, selanjutnya termasuk dengan catfishing dan kenapa itu
terjadi?
Pewawancara : Roleplay itu biasanya nemuinnya di sosial media apa, dan kalau ada
akun serta bentuk postingannya?
Narasumber : Aku engga begitu ngeh nama spesifik usernamenya ya, tapi paling di
Twitter sih masih banyak jadi mereka biasanya gapake nama dari si artis itu jadi kaya nama-
nama lokal atau mungkin nama penggantilah, tapi profile picture dan the way they act dimirip-
miripin sama si artis itu. Kalau aku dulu malah nemunya di sosmed kaya line gitu.
Narasumber : Menurutku berbahaya sih, soalnya kita kan pake nama , pake identitas
orang ya kalau disisi pelaku ya dia membahayakan orang lain dong, berarti dia secara langsung
itu mereka nipu orang lain gitu dan bagi orang yang identitasnya dipake juga engga aman,
mereka pengen bersosial media dengan senyaman mungkin pengen berekspresi sebebas
mungkin tapi malah identitasnya dipake orang lain gaenak gitu.
Pewawancara : Selanjutnya ada engga tips atau langkah untuk menghindari dari
terjadinya catfishing ini?
Narasumber : Ya paling jangan cepet percaya sama orang ya kalau kita engga pernah
ketemu di dunia nyata ya dan engga pernah liat face to face gitu kan sekarang dunia makin
canggih gitu lhoh, kaya misalnya kalian gapernah video call bahkan orang yang pernah voice
call tapi gapernah videocall ya gimana ya kaya mencurigakan gitu lhoh apalagi kalau ngakunya
engga punya HP kaya engga masuk akal, itu sih jangan gampang percaya intinya.
Narasumber : Jadi aku dulu pernah main roleplay gitu kan, itu udah lama banget,
yang di BBM itu, makannya aku kangen banget BBM. Aku lupa jadi siapa, pokoknya kalo
gasalah artis Korea atau gimana aku lupa, terus adalah satu kaya couple aku atau partner aku
dia ngakunya dia cowok aku masih inget namanya tapi aku gamau sebut dia pake nama asli
gitu cuma ternyata dia cewek gitu, jadi dia ngaku nama misalnya namanya kaya Bagas gitu
ya, dia ngaku namanya Bagas pake foto ini terus kalo ngirim VN suaranya cowok gitu, tapi
setelah aku kaya apa ya, kadang itu soalnya typingannya dia sama orang yang aku kenal itu
sama dan kalo bales chat tipis-tipis gitu lhoh beda semenit dua menit kalo engga antara beda
semenit dua menit kalo ga ga bales sama sekali gitu kan, kaya makin lama makin aneh dan oh
iya orang yang aku kenal selain Bagas ini itu ngakunya saudaranya Bagas sepupunya Bagas
gitu kan. Aku iseng-iseng aja cari Instagramnya saudaranya Bagas ini dan aku cari namanya
Bagas dong di following kok ga follow-followan gitu terus aku juga nyari nama Bagas di
Instagram itu emang ada dan emang fotonya ya foto yang sama gitu, tapi aku cari followingnya
si saudaranya itu gaada dia ga ngefollow dan kayanya emang ga kenal satu sama lain.
Narasumber : Iya soalnya mencurigakan agak aneh, makin lama kelakuan keliatan.
Pewawancara : Selanjutnya ada engga kenalan atau keluarga yang mengalami atau
melakukan catfishing?
Narasumber : Kayanya engga, engga pernah ada sih kalau temen atau keluarga
gapernah sih mereka.
Pewawancara : Terus respon Anda apa pas kena catfishing itu, marah atau kesel atau
gimana?
Narasumber : Sebenernya waktu itu ya masih SMP jadi ya masih labil gitu lah kaya
sedihlah kok dibohongin soalnya dia baik ke aku ,aku baik ke dia juga kaya ngapain pake
boong, tapi ya kesel juga tapi yaudahlah ya mau gimana konsekuensi media sosial gitu kan
sebagai orang yang gampang percaya ya udah ya emang udah, udah nasibnyalah yaudah biarin.
Narasumber : bisa jadi trauma sih jujur, soalnya emm sekarang kan teknologi makin
canggih kan ya kaya mau sedeket apapun orang di sosial media kaya call-callan, mau telfonan
tiap hari atau apa itu tetep aja rasanya kaya kurang percaya gitu lhoh, aku aja rasanya kaya
punya trust issue kurang percaya sama orang apalagi baru kenal dan beda jenis kelamin jadi ya
bisa bikin trauma dan dampaknya kita sebagai pengguna media sosial juga ngerasa gaaman
dong bisa aja identitas kita di pake orang lain, itu sih paling.
Pewawancara : Jadi dampaknya kita lebih hati-hati ya kalau kenalan sama orang ya
Narasumber : Kalau aku sendiri sih sekarang lebih ke apa ya sebisa mungkin engga
ngeshare identitas pribadi ke medsos gitu, trus kalau misalnya foto A itu namanya bukan
misalnya ada orang pake fotony Niki Zefanya tapi dia ngaku namanya bukan Niki misalnya
namanya Mawar jadi aku bisa kasih tau ke orang-orang atau ke temen aku sendiri misalnya
kalau orang ini nipu nih dia pake identitas ini padahal dia bukan Niki kaya gitu.
Pewawancara : Kelompok usia apa yang paling rentan terkena catfishing dan kenapa?
Narasumber : Menurut ku sih remaja ya paling 14 atau 20an tahun ya, soalnya kan
mereka istilahnya masih labil gitu lhoh apalagi remaja yang baru-baru anak sebelasan tahun
gitu mereka yang masih merasakan asiknya bersosial media terus sekalinya ketemu orang
artinya mereka merasa berhasil bersosialisasi di media sosial gitu.
Narasumber : Bisa sih, tapi aku belum pernah nemu ya, mungkin kaya orang-orang
speakup kaya nunjukin ke orang lain kalo orang atau username ini identitasnya palsu gitu lhoh,
itu mungkin bisa sih bisa aja korbannya laki-laki bisa aja perempuan jadi engga memandang
gender gitu
Pewawancara : Oke, yang terakhir bagaimana sebaiknya peran media khsusnya media
sosial dalam menghadapi catfishing menurut Anda?
Narasumber : Kalo dari segi aplikasi lebih di perketat kali ya bagi yang pake chat,
kalo sebagai pengguna kita harus hati-hati dalam bermedia sosial kaya menjaga privasi, dan
harus milih-milih kalau mau posting sesuatu kalo sebisa mungkin jangan langsung di update
karena kita engga tau ada yang foto kita atau apa.
Narasumber : iya\
Pewawancara : oke, sekian aja terima kasih yaa
● Narasumber 2
Profil responden :
4.Usia : 19 tahun
5.Pekerjaan : Mahasiswa S1
6.Telepon/HP : 082281797108
7.Email : tifanyynd@gmail.com
Narasumber : Line
Pewawancara : Durasi dalam mengakses sosial media tersebut dalam sehari bisa
berapa jam atau berapa menit?
Pewawancara : Ok kalau begitu saya akan mencoba membantu, jadi catfishing ini
adalah fenomena yang menggambarkan kasus penipuan di dunia maya yang dilakukan oleh
orang yang berpura-pura menunjukkan ketertarikan kepada orang lain namun memiliki maksud
tersembunyi. Jadi dari sini apakah sudah mengerti Mbak?
Pewawancara : Ok selanjutnya menurut mbak apa aja yang termasuk catfishing dan
kenapa hal itu bisa terjadi, dari penjelasan tadi?
Narasumber : Dari penjelasan mbak yang tadi yang saya dapat, catfishing itu kaya
penipuan identitas kayak itu kan, biasanya tuh dia tuh untuk membalas dendam, kayak
contohnya kencan online terus dia memalsukan identitasnya untuk membalaskan dendam gitu.
Pewawancara : Di sosial media apa saja biasanya mbak menemui catfishing dan jika
boleh dijelaskan kalau ketemu akunnya serta bentuk postingannya?
Narasumber : Kalau akunnya itu udah lupa karena udah lama kayak di Twitter orang
suka buat cerita-cerita kayak pengalaman dia itu dicatfishing kaya gitu
Pewawancara : Biasanya orang di Twitter itu di akun apa biasanya dia kena di
catfishing itu?
kayak misalnya itu di Tinder, dia itu main Tinder kan terus dia itu ketemu orang, nah orang itu
ngebohongin dia ternyata dengan memasukkan identitasnya kayak misalnya muka aslinya itu
nggak kayak gitu jadi orang tuh mau sama dia terus ketipu kaya gitu cerita di Twitter
pengalamannya.
Pewawancara : Berarti bentuk postingan yaitu berupa chat di tinder gitu ya?
Narasumber : Ada chat ada yang dia cerita kayak paragraf kaya gitu
Pewawancara : Seberapa sering anda menemui konten koefisien pada Akun tersebut,
pada akun Twitter yang dijelaskan tadi?
Narasumber : Jarang sih soalnya kalau lewat di timeline aja, kalau enggak lewat
engga ketemu
Pewawancara : Apakah Mbak menemukan catfishing pada akun Line selain di Twitter?
Pewawancara : Menurut mbak apakah catfishing ini termasuk sesuatu yang berbahaya
atau gimana?
Narasumber : Berbahaya soalnya kan itu kan penipuan-penipuan itu bukan berupa
apa sih penipuan bisa juga penipuan uang kayak memperdaya seseorang yang gak kita kenal
dengan membohongi penampilan, kayak misalnya aslinya itu jelek tapi dia cantik terus Minta
uang buat beli kebutuhan skincarenya, berbahaya sih gitu
Narasumber : Kalau saya sendiri sih belum pernah mengalaminya, amit-amit juga
semoga tidak terkena catfishing ini
Pewawancara : Apakah ada kenalan, dari teman atau keluarga yang pernah melakukan
atau mengalami ke catfishing ini?
Narasumber : Kalau teman atau keluarga nggak ada, adanya pacar saya punya teman
nah temannya itu punya aplikasi kencan online aku lupa namanya tapi bukan Tinder, jadi dia
itu ke tipu sama cewek, ya tadi yang berkedok minta uang dia untuk beli Skin Care karena itu
udah kenal lama jadi jadi kasih aja duitnya ternyata pas tau, itu beda orang ternyata
Narasumber : Agak kesal sih soalnya bodoh banget gitu, belum pernah ketemu tapi
udah ngasih ngasih itu kan harusnya kan ketemu dulu yang nyata kaya gitu
Pewawancara : Biasanya saat terjadi hal yang seperti ini, selain habis kesel itu biasanya
mbak akan memposting sesuatu enggak di sosial media?
Narasumber : Kalau aku sih enggak Aku kurang suka bercerita cerita di media sosial
kaya gitu
Narasumber : Kaya ngasih tau ini ada temennya pacar aku kayak ini harus lebih hati-
hati itu kalau mau main kencan online
Narasumber : Sebagai generasi muda peran saya dalam mencegah catfishing ini yang
pertama itu ya hati-hati dalam bermain media sosial, yang kedua pakai akal logika, masa sih
belum ketemu tapi udah ngasih ngasih materi kan harusnya nampakin dulu orang itu di depan
kita itu baru kita mau kasih kasih, jangan langsung pakai hati
Pewawancara : Oke selanjutnya menurut Mbak kelompok gender mana yang paling
rentan mengalami catfishing dan mengapa alasannya?
Narasumber : Menurut saya semua gender sih, tergantung mereka nya sendiri makai
logikanya atau enggak saat bermain media sosial itu, nggak ada keterbatasan antara laki-laki
dan perempuan
Narasumber : heem
Pewawancara : Selanjutnya menurut mbak kelompok usia apa yang paling rentan
mengalami catfishing dan alasannya kenapa?
Narasumber : Usia remaja sih, kayak belasan tahun karena mereka itu kan belum
cukup dewasa gitu jadi pemikirannya juga tuh masih apa namanya tuh masih belum bisa mikir
dengan matang kayak gitu, jadi kalau misalnya diminta apapun sama cowo kenalan mereka di
sosial media itu dikasih-kasih aja
Narasumber : Belum tentu juga sih karena korban catfishing itu kan bukan wanita aja
gitu laki-laki juga nggak sedikit yang mengalami catfishing jadi menurut saya nggak
meminimalisir
Pewawancara : Selanjutnya bagaimana sebaiknya peran dari media sosial khususnya
peran media khususnya media sosial dalam menghadapi fenomena catfishing ini?
Narasumber : Sebaiknya kan kalau misalnya di pendaftaran akun tuh kan dia tuh
biasanya ngisi identitas identitas asli nah sebaiknya media sosial itu kaya lebih itu Intens lagi
untuk apa formulirnya itu loh untuk form pendaftarannya itu mungkin dia bisa mendeteksi asli
atau enggaknya foto kita atau itu diambil dari media sosial lain fotonya kaya gitu sih, biar
mencegah penipuan identitas
Narasumber : Iya, soalnya kasihan juga orang yang dipakai mukanya kan nama
baiknya juga nanti kan tercoreng begitu
Pewawancara : Mungkin keamanan pribadi lebih di itu yang lebih ditambah lagi di
sosial media?
Narasumber : Iya..
Narasumber : okei
● Narasumber 3
Profil responden :
4. Usia : 20 tahun
5. Pekerjaan : Mahasiswa S1
6. Telepon/HP : 082175235179
7. Email : rizqimnii@gmail.com
Narasumber : Aku sendiri kalau media sosial itu ada Instagram, terus ada Tiktok, ada
Twitter, ada Facebook tapi nggak aktif di Facebook sama Linkedin.
Narasumber : Kalau dihitung dalam jam mungkin sekitar 5 jam, 5 sampe 6 jam
Instagram on and off.
Pewawancara : Menurut Anda apa saja yang termasuk dengan catfishing dan kenapa
hal itu terjadi?
Narasumber : Apa aja yang masuk Catfishing sebenarnya dengan dia memasang foto
profil yang bukan dirinya, Jadi kalau misalnya kalau menurut aku apa yang termasuk ke
Catfishing ya sesederhana Dia menggunakan foto profil yang bukan dirinya itu Catfishing,
terus dia menggunakan nama menggunakan identitas lain seperti panggilan atau misalnya
nomor handphone yang bukan diri yang bukan milik pribadinya dia itu, itu termasuk Catfishing
dan kenapa orang itu melakukan Catfishing mungkin ada tujuan-tujuan tertentu kali ya kak,
Dia pengen kenal dengan orang itu tapi mungkin dia malu untuk approach orang itu atau
mungkin ada tindak kriminal yang ingin dilakukannya tapi dia tidak ingin identitasnya
terbongkar makanya melakukan Catfishing, mungkin ke arah lebih ke arah itu sih kak untuk
alasan kenapa dia itu sampai mau melakukan Catfishing yang aku pahami.
Pewawancara : Di sosmed apa saja biasanya Anda menemui catfishing dan boleh
dijelaskan akun serta bentuk postingannya.
Narasumber : Oke kalau aku paling umum aku pasti ketemunya di ini ya ketemunya
di Instagram Kenapa kayak gitu soalnya aku udah dua atau tiga kali dalam dua bulan terakhir
itu di chat sama orang tapi ternyata identitas yang dipakainya di Instagram itu bukan identitas
aslinya gitu kak, dan kalau untuk media sosial lain aku karena nggak seaktif itu terutama di
kaya di Tiktok di Facebook aku nggak seaktif itu untuk menggunakan sampai berinteraksi
sesama orang lain, jadi aku belum pernah nemuin kasus aku pribadi sih tapi teman aku dia
lewat Facebook pernah ada yang di Catfish gitu jadi kayak mau ada study group abroad gitu
tapi ternyata itu kayak penipuan ternyata study grupnya itu bukan untuk hal yang positif.
Pewawancara : Contoh bentuk postingan dari Catfishing yang sering Anda lihat seperti
apa?
Narasumber : Kalau bentuk postingannya dia itu lebih ke posting apa ya kaya
interaksi pribadi gitu sih kak, dia pertama kaya approach dengan follback terus dia pasang apa
ya snap snap gram atau snap Story yang mungkin dia, aku nggak tahu itu foto asli Dia Atau
mungkin diedit nya atau gimana mungkin dalam beberapa kasus yang aku tahu itu temen-temen
aku dia ketemunya postingannya itu diambil dari media lain atas postingan orang lain dan dia
pos gitu di Instagram atau di akun pribadinya gitu, terus apa ya kalau yang approach pribadi
itu lebih seram sih kak jadi kayak dia minta kenalan nanti dia cuma say hi aja ya gitu deh kak
itu udah mengganggu.
Pewawancara : Seberapa sering Anda menemui konten catfishing pada akun tersebut?
Narasumber : Lumayan sering sih soalnya aku juga sendiri aku punya media sosial
pribadi aku yang untuk aku sendiri gitu untuk ngekepoin, nah mungkin itu juga jadi salah satu
alasan lain sih kak kenapa orang catfishing dengan menggunakan kaya third Instagram, fourth
Instagram akun-akun tambahan kayak gitu sih kak.
Narasumber : Iya punya aku hehe tapi aku enggak aku enggak pakai untuk hal-hal
negatif sih, aku pakainya untuk olshop gitu kalau untuk aku pribadi.
Narasumber : Aku paling sering di Instagram sih kak, karena aku kalau di Tiktok itu
informasi yang kita dapet itu lebih terbatas gitu paling cuma nama nama akun sama foto
profilnya aja jadi enggak bisa ngeliat temen-temennya gitu kalau misalnya enggak diaccept
atau gimana gitu beda sama Instagram lebih mudah untuk terlihat menipu gitu dan hampir
nggak pernah menyadari bukan nggak pernah menemukan.
Menurut aku iya sih, lumayan berbahaya dan kultur yang ada di masyarakat sekarang itu yang
menggunakan media sosial lebih dari satu itu lumayan berbahaya sih karena kita nggak pernah
tahu kita berinteraksi dengan orang itu genuinely secara tulus atau mungkin dia ada niat lain
dan iya sih kaya serem aja sih kak kita jadinya kita enggak tahu kita berinteraksi sama siapa.
Pewawancara : Bagaimana langkah atau tips dari Anda untuk menghindari catfishing?
Narasumber : Kalau aku pribadi aku pakai fitur yang udah disediain dari media sosial
itu kaya misalnya pakai lock account yang kita kunci pribadi akun pribadi kita biar siapapun
yang bisa follow atau berteman sama kita itu yang benar-benar kita accept dan kita tahu, dan
aku biasanya ngelakuin background check gitu sih kak, ok ini namanya siapa di media di media
sosial lain ada nggak dan ngeliat temen aku ada yang ngefollow atau nggak kalau misalnya
temen aku ada yang follow ya asumsi aku ya berarti itu orang yang mungkin teman aku kenal
dan aku nanti aku bakal nanya juga ke temen aku kaya ok kamu kenal enggak sama si A kayak
gitu, kalau buat cara lain untuk menghindari aku sendiri terjerumus ke dalam korban catfishing
sampai parah banget gitu lebih ke apa ya aware sih dan coba cari tahu gitu kaya benar-benar
background chek ke orang lain itu menurut aku penting.
Pewawancara : Bagaimana respon Anda terhadap kenalan atau Anda yang mengalami
catfishing bisa respon kemarahan atau sedih dan biasanya saat terjadi hal yang membuat marah
atau sedih itu apakah akan memposting sesuatu di sosial media kakak atau bagaimana?
Narasumber : Kalau aku pribadi marah nggak sih tapi lebih ke kayak kesel, eh mirip
ya jadinya ya, lebih ke kaya Kenapa sih harus harus menggunakan akun itu untuk approach
orang lain kalau mau temanan gitu kan, kecuali kalau mau ngepoin olshop atau mau ngepoin
yang lain gitu, cuma kalau dia gitu ngerasa dibohongin sih, jadi kayak aku niatnya temenan
ternyata kamunya bohong gitu aku niatnya pengen kenalan ternyata ternyata kamu nya bukan
kamu yang asli kayak gitu dan lebih kekecewa lebih marah sih lebih ke kesel, kaya kenapa sih
kenapa harus kayak gitu tindakannya terus kalau untuk aku bereaksi langsung kayak misalnya
aku hati-hati ini orangnya menipu yang kayak gitu enggak sih cuma Ayah aku sendiri pernah
kayak di catfishing gitu orang lain menggunakan nama dan identitas dia untuk di Facebook deh
kalau nggak salah dan itu kalau Ayah aku sendiri dia kemana-mana kayak gitu hati-hati nomor
ini nomor saya itu bukan nomor saya dan akun saya itu hanya yang ini kayak gitu lebih kaya
gitu sih Kak menghindari orang-orang catfishing itu karena kita enggak bisa membatasi
tindakan orang lain kan.
Narasumber : Kalau dampak yang merugikan, yang merugikan itu secara materiil
untungnya aku nggak ada aku nggak kehilangan uang aku nggak kehilangan akun aku sendiri
gitu belum pernah sih sampai segitunya aku di catfish sama orang, tapi yang aku tahu dari ayah
itu kemarin apa ya kemarin itu rekening eh bukan rekening, orang yang menggunakan nama
nama ayah dan identitas Ayah itu menghubungi temen-temen yang juga ngefollow Ayah di
Facebook minta tolong kamu bisa nolong aku nggak butuh uang kayak gitu dan jadinya kan
penipuannya ya kalau kayak gitu jadi lebih ke situ sih dan untungnya nggak sampai rugi
materiil sih orang-orang yang dihubungin sama si catfish itu kalau aku sendiri sih nggak pernah
ngalamin cuma temen aku pernah ditipu dia itu olshop dan ketika dihubungin si orang yang
mengaku-ngaku sebagai olshop itu kayak bilang barang kamu nggak bisa dikirim karena
ternyata salah input terus ternyata uangnya katanya nggak masuk atau apa gitu terus akhirnya
ini deh dia transfer ulang dan untungnya nominalnya nggak gede ya tapi ya itu jadinya ketipu
juga akhirnya banyak penipuan sih kak jadinya karena si catfisher itu.
Narasumber : Mencegah catfishing menurut aku kita harus cerdas kita harus tahu
kapan kita berinteraksi sama orang, ada batasan berinteraksi sama orang kayak gitu, Jangan
semuanya kamu ceritakan dan jangan juga mudah percaya lebih ke skeptis menurut aku pribadi
skeptis sedikit sama orang lain itu nggak ada masalahnya selagi kita belum tahu orang itu dan
belum pernah ketemu tatap langsung kayak gitu sih kak, dan apa ya apa ya jangan percaya sih
sama sosial media orang lain lebih ke apa ya mungkin kalau misalnya sebagai generasi muda
lebih bukan mengadakan camping ya tapi lebih memberikan orang-orang di sekitar kita ajak
adek kakak atau teman sebaya tentang ok kamu harus hati-hati ketika memberikan
mencantumkan identitas kamu misalnya kan kayak di Instagram ada sebenarnya biasanya
nyantumin nomor kan dan kalau kita nggak sadar itu aku pernah ke orang ngechat hai boleh
kenalan kayak gitu dan itu harus hati-hati karena identitas pribadi kita itu sih kak, terus apa lagi
ya kalau misalnya foto, foto juga apapun yang masuk ke sosial media itu kita harus tahu dulu
kenapa kita pakai kenapa kita pakai foto itu kenapa kita harus foto publish foto-foto itu yang
kayak kayak gitu.
Pewawancara : Menurut Anda, kelompok gender dan kelompok usia apa yang paling
rentan mengalami catfishing dan mengapa?
Pewawancara : Mungkin karena yang kemarin itu masih pengen itu kali ya ingin
menambah teman baru.
Narasumber : iya.. pengen nyari teman baru dan pengen eksis gitu kan jadi kayak
umur-umur mereka masih terlalu labil buat bisa main sosial media sebenarnya kan kalau di
sosial media harus age restriction untuk bisa pakai gitu, dan itu harus dipatuhin, harusnya.
Pewawancara : Untuk kelompok gender yang paling sering terkena catfishing ini apa
menurut anda?
Narasumber : Mungkin lebih ke perempuan kali ya karena kalau cowok dia lebih ke
cuek sih kalau dari pengalaman aku cowo itu lebih cuek kayak ok kamu ngefollow ya udah,
Yang aku tahu teman-teman aku yang cowo itu nggak seheboh itu main sosial media.
Narasumber : Sepenangkapan aku bisa sih tapi bentuknya gimana aku nggak nggak
terlalu tahu gitu yang apakah dia nanti bentuknya akan berbentuk campain atau yang kayak
gimana cuma dengan memberikan pengetahuan untuk lebih apa ya eh lebih considered sama
orang lain lebih oke Kamu tuh nggak boleh nggak boleh kayak gini, Kamu tuh harus
menghargai orang lain, kamu itu harus menghargai cewek, harus menghargai cowok, harus
menghargai siapapun yang kamu interaksi, kayaknya bisa sih kalau kayak gitu.
Narasumber : Iya parah banget sih kak either itu positif either itu negatif melakukan
catfishing di sosial medi, untuk mencegah si catfishing itu juga harus melalui sosial media jadi
eh jadi berbanding eh bukan berbanding terbalik, tapi setara gitu.
● Narasumber 4
Profil responden :
Usia : 22 tahun
Telepon/HP : 083830270542
Email : shintaauliag@gmail.com
Narasumber : “saya pakai banyak sih hampir semua media sosial saya pakai kayak
Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp, dan lain-lain”
Pewawancara : “Social media apa yang paling sering kak Shinta gunakan?”
Narasumber : “Untuk saat ini saya pakai yang Twitter sih, kalau kerja saya pakai
WhatsApp”
Pewawancara : “Berapa jam atau menit biasanya kak Shinta menggunakan social
media?”
Narasumber : “kalau lagi kerja mungkin kurang dari atau bisa 2 sampai 4 jam tapi
kalau lagi libur bisa 8 jam lebih sih, nonstop ya bisa ke Twitter terus kadang masih kerja juga
jadi nonstop sih”
Pewawancara : “Apakah Kak Shinta mengetahui apa itu catfishing? Jika kak Shinta
mengetahui bisakah kak Shinta menjelaskan sedikit tentang apa itu catfishing?”
Narasumber : “Yang saya tahu catfishing adalah kegiatan penggunaan identitas palsu
mulai dari nama, gender hingga foto di dunia maya”
Pewawancara : “Menurut Kak Shinta apa saja yang termasuk dengan catfishing? dan
mengapa?”
Pewawancara : “Di sosmed apa saja biasanya Kak Shinta menemui catfishing?”
Narasumber : “Di semua sosial media menurut saya banyak ditemukan catfishing
ini... tetapi kebanyakan mungkin di aplikasi pencarian jodoh karena lebih mudah mendapatkan
korban, saya kurang tahu apakah ini juga disebut catfish tetapi saya sendiri mengalami hal yang
cukup mengesalkan di sosial media ketika saya masih SMK, saya termasuk salah satu manusia
yang susah bersosialisasi di dunia nyata, untuk teman sendiri saya hanya punya 5 hingga
sekarang hanya bertambah 3... saat saya SMK, saya sangat aktif di sosial media facebok, saat
itu pun facebook menjadi salah satu sosial media yang digandrungi, saya adalah salah satu
admin di fanbase beliebers, dimana saya bisa berinteraksi dengan banyak beliebers lain yang
join disana... dan saat itu ada sesi untuk saling berteman dengan admin, salah satunya kaun K...
akun K ini mendekati saya dan karena saat itu saya juga dalam keaadaan sedang patah hati,
saya menerima K ini untuk mendekati saya dan saya juga nyambung untuk ngobrol dengan
dia... karena saya pribadi tidak terlalu memikirkan fisik dan materi untuk seorang pasangan,
saya hanya mementingkan perasaan, ketika saya nyaman dengan seseorang saya akan
mencintai dia... dan saat itu tumbuh rasa sayang kepada si K ini, saya tidak pernah telepon
dengan dia, saya tidak pernah melakukan komunikasi selain via chat. Saya tidak ada pikiran
yang aneh aneh saat itu...
Dan one day mantan K si P ini datang dan mulai menghancurkan hubungan kami tetapi karena
saya tidak terlalu peduli saya mengabaikan si P ini, dan si K ini punya teman si C. Kita saling
berhubungan karena si P dan C ini salah satu teman dekat si K. SI K ini mengaku pernah
bergabung di sebuah dance crew dan hanya punya facebook saja. Instagram pun sudah dihapus
katanya. Saya pun percaya karena saya mengetik namanya pun tidak ada. Lalu, suatu saat si K
bilang kalau dia kena turor otak dan akan operasi, dan pada malam harinya saya dikabari oleh
si P kalau si K ini meninggal karena gagal operasi. Saya dikirimi foto orang di ruang rawat
ketika dikabari bahwa si k akan menjalani operasi. Dengan bodohnya saya percaya dan saya
jelas sedih sesedih sedihnya, karena saya sudah terlanjur sayang dan finally moving on Tetapi,
2 hari setelahnya saya sedang kangen dengan si K ini dan saya searching nama crew dia karena
tiba tiba teringat karena saya pikir saya akan mendapatkan lebih banyak foto K untuk saya
simpan
Tetapi... ketika saya membuka akun dance crew nya, saya menemukan foto yang ditag di
sebuah akun dengan foto si K tetapi tidak dengan nama K melainkan nama orang lain. Ketika
saya membuka akun tersebut saya tekejut karena postingan terakhimya beberapa jam yang lalu,
saya akhirnya komen dan memastikan apakah itu K tetapi dia menjawab bukan, dan ada satu
akun lagi yang menjawab bukan, ketika saya membuka akun tersebut saya terkejut lagi karena
itu adalah foto si P tetapi dengan nama yang lain, sama halnya dengan si K. Lalu saya
mengkonfirmasi ke C tentang akun akun tersebut tetapi saya malah diblock. Akhimya saya
tanya si P dan si P pun mengaku bahwa tidak ada yang namanya K, si K ini hanyalah sebuah
akun yang dijalankan si P dan C dengan teman teman yang lain untuk bersenang senang. Si P
bilang dia tidak menyangka saya akan jatuh lebih dalam kepada karakter K ini, jadi mereka
mengakhiri dengan kematian karakter K ini. Saya kesal sekali karena saya merasa tertipu
karena saya pikir saya menemukan orang yang tepat. Tetapi saya justru dibohongi Saya tau ini
kesalahan saya karena percaya begitu saja dan saya sangat menyesali perbuatan saya saat itu,
saya sangat berhati-hati sejak saat itu”
Pewawancara : “Seberapa sering Kak Shinta menemui konten catfishing pada akun
tersbut? Apakah ada akun lain yang juga memiliki konten catfishing?”
Narasumber : “Untuk saat ini saya hanya menemukan di beberapa akun saja dan
itupun dari berita yang ada”
Narasumber : “Menurut saya sangat berbahaya ya, kalau yang saya alami kan baru
cuma main-main aja kan... kalau main-main aja ga pernah ketemu, tapi kalau misalnya saya
kayak udah terlanjur bodoh banget ya, terus diajak ketemuan... eh mau tapi kita kan gatau ya
itu orang kayak gimana, meraka ada niat buruk apa kan kita gatau... kalau misal tiba-tiba
mereka menyerang kita tuh bahaya banget, apalagi jaman sekarang kan berbahaya gitu kan...
dikit-dikit udah baper gitu, apalagi kalau awalnya minta duit terus lama-lama minta ketemu”
Pewawancara : “Apakah ada kenalan Kak Shinta misalnya seperti teman atau keluarga
kak Shinta yang melakukan atau mengalami catfishing?”
Narasumber : “Di sekitar saya tidak ada dan jangan sampai ada ya”
Pewawancara : “Bagaimana respon Kak Shinta terhadap kenalan Kak Shinta yang
melakukan atau mengalami catfishing?”
Narasumber : “Jika ada yang mengalaminya, jelas saya akan berusaha untuk
membantu mereka dan dengan cepat mengarahkan mereka untuk tidak bertindak lebih jauh,
melaporkannya jika sudah kejadian diluar kemampuan kami”
Narasumber : “Menurut saya salah satu dampaknya adalah memiliki trust issue, saya
sendiri memiliki trust issues yang sangat besar, saya benar-benar tidak memakai foto saya di
sosial media karena terlalu takut jika terjadi sesuatu karena dari foto dan nomor saja sekarang
sudah bisa dicari identitiasnya dan itu sangat mengerikan”
Narasumber : “Karena kita tidak bisa mencegah hal ini secara besar-besaran karena
saya sendiri pun menyembunyikan identitas saya di sosial media, saya sebagai generasi muda
hanya berharap semua orang lebih berhari-hati dan selalu waspada jika bermain sosial media”
Pewawancara : “Menurut Kak Shinta, kelompok gender mana yang paling rentan
mengalami catfishing? dan mengapa?”
Narasumber : “Menurut saya perempuan yang paling rentan karena kebanyakan dari
mereka terlalu menggunakan perasaan dan akhirnya jatuh dalam perangkap, tetapi untuk
kejahatan media online ini tidak memkak Shintang gender... semua gender bisa menjadi korban
catfishing”
Pewawancara : “Menurut Kak Shinta, kelompok usia apa yang paling rentan
mengalami catfishing? dan mengapa?”
Narasumber : “Menurut saya yang paling rentan mengalami catfishing adalah minor,
kebanyakan anak-anak di bawah umur menurut saya sangat rentan terkena catfishing karena
kebanyakan dari mereka masih dalam masa pubertas dan pemikiran mereka masih belum bisa
membedakan mana yang tulus dengan mereka dan mana yang tidak tulus... tetapi dalam kasus
catfishing ini pun tidak memkak Shintang usia, bahkan yang dewasa pun juga tidak kalah sering
mengalami catfishing”
Narasumber : “Menurut saya tidak, karena ada atau tidaknya kesetaraan gender
catfishing sangat sulit untuk dibasmi selain dari diri kita sendiri harus bisa membatasi diri dan
aware atas semua kejahatan sosial media”
Narasumber : “Jelas lebih diperketat, seperti anak dibawah umur tidak bisa
mengakses sosial media atau jika ada orang asing yang menambahkan kita sebagai teman,
mereka tidak melihat akun kita selain kita tambahkan merka juga.. mungkin seperti itu, tetapi
sangat sulit karena kemajuan jaman ini, semua bisa dihack.. se secure apapun sosial media,
banyak orang jahat yang pintar, that’s why kita yang harus aware dengan kejahatan-kejahatan
yang bisa kapan saja terjadi”
● Narasumber 5
Profil responden :
Usia : 23 tahun
Pekerjaan : Freelancer
Telepon/HP : 0895366571140
Email : shelyriax@gmail.com
Pendidikan terakhir : S1
Pewawancara : “Social media yang dimiliki kak Sely apa aja nih?”
Pewawancara : “Okei, lalu durasi mengakses sosial media kak Sely kira-kira berapa
jam ya kak?”
Pewawancara : “Ooh 2 jam sampai 3 jam ya... oke deh, lanjut ke pertanyaan berikutnya
mengenai persepsi catfishing ya kak, pertanyaan pertama apakah kak Sely mengetahui apa itu
catfishing? Jika tahu bisakah kak Sely menjelaskan sedikit tentang apa itu catfishing”
Narasumber : “Menurut sepemahaman aku aja ya, yang aku tahu itu kayak orang
yang lagi nipu dengan menggunakan identitas orang lain buat menarik perhatian orang lain
misalnya ketika aku nih kenalan sama orang lewat Tinder atau lewat Twitter pura-pura jadi
orang lain biar orang yang aku targetin itu tertarik sama aku atau mungkin suka sama aku gitu
ya, itu sih ya aku pahamin”
Pewawancara : “Oke lanjut ke pertanyaan kedua menurut kak Sely apa saja yang
termasuk dengan catfishing dan mengapa?”
Narasumber : “Yang aku tahu tentang catfishing itu tadi yang pertama menipu orang
dengan menggunakan identitas orang lain, kemudian yang kedua bisa jadi ketika dia kenal
sama orang lain, dia nipu seolah-olah dirinya misalnya nih dia bukan pengusaha tapi dia pura-
pura jadi pengusaha itu kan sama dengan menipu ga sih, itu juga sepemahamanku tentang
catfishing sih gitu, karena catfishing itu tadi usaha orang untuk menipu orang lain dengan
menggunakan identitas atau menggunakan hal lain gitu... terus menggunakan foto orang lain,
berbohong tentang jati diri (pekerjaan, latar belakang keluarga, ekonomi, dll). Karena kedua
hal tersebut merupakan aksi penipuan yang punya tujuan menarik partner untuk
menjalin/terlibat hubungan lebih jauh dengannya”
Pewawancara : “Oh gitu ya kak, oke deh lanjut ke pertanyaan ke-3 di sosmed apa saja
biasanya kak Sely menemui catfishing?”
Narasumber : “Di sosmed Twitter sama mungkin di dating apps gitu ya, kalau tinder
itu cuma denger dari cerita-cerita orang aja sih nggak yang nemuin sendiri gitu”
Narasumber : “Iyess, rame banget sampai trending kan. Yang split bill kemarin aja
rame banget kan, tahu ga sih yang masalah itu?”
Pewawancara : “Kurang tahu deh kalau yang itu kak, aku ngikutin yang cowo dari
tinder yang pakai kacamata terus kumisan, nah yang itu”
Pewawancara : “Jadi dia tuh nipu cewek gitu sampai minta uang ke si ceweknya juga,
dan udah banyak cewek yang jadi korban dia”
Narasumber : “Oh gitu, aku ga ngikutin sih, aku kemarin sempet ngikutinnya yang
kasus soal Adora-Alina-Hilman beberapa tahun lalu”
Pewawancara : “Oke deh kak, lanjut ke pertanyaan ke-5 menurut kak Sely apakah
catfishing berbahaya?
Narasumber : “Berbahaya sih, karena kan yang kamu bilang tadi itu sampai dimintain
duit sama dengan itu kan merugikan orang lain ya, dan mungkin juga itu merugikan sampai
mungkin apa ya kayak menyangkutnya nyawa orang atau gimana gitu negatif sih menurut aku”
Pewawancara : “Bentar deh kak, kayaknya tadi nomor empatnya belum ya hahaha, ke
nomor empat dulu deh kak seberapa sering menemui konten catfishing pada akun tersebut?”
Pewawancara : “Oh oke, terus lanjut ke pertanyaan ke-6 ya kak bagaimana langkah
kak Sely untuk menghindari catfishing?
Narasumber : “Langkahnya pasti yang pertama itu lebih teliti ya kayak lebih cek dan
Ricek lagi aja gitu kalau misalkan kenal sama orang lewat Twitter atau lewat aplikasi yang lain
gitu, Kan biasanya dikasih tahu ya sosial medianya apa gitu kan nah searching aja tuh lewat
sosial media atau lewat nama yang kita tahu di Google kan dia kan suka muncul ya, nah kita
bisa tahu dari situ kalau misalnya dari sosial media, kita bisa tahu dari siapa aja orang yang
mungkin komen komen di postingannya terus bisa langsung cross check ke temen-temennya
gitu, gitu sih”
Pewawancara : “Iya bener kak, jangan sampai kena, terus ke pertanyaan ke-8 apakah
teman kak Sely pernah ada yang kena?”
Narasumber : “pernah sih cuman dia, nggak aku udah lupa ya karena kejadiannya
udah dari jaman aku SMA pas tahun 2015/2016 jadi udah lama banget cuman intinya dia tuh
seolah-olah kenal sama orang baru mungkin dari BBM atau apa gitu kan pada saat itu BBM itu
masih ada ya, terus jadi orang ini tuh nyaman gitu kan jadi cowok, aku lupa namanya siapa,
Udah tuh deket sama temen aku ini, cuman yang pada dasarnya mungkin mudah dikibulin juga
ya, orangnya juga bener-bener polos gitu dan ternyata setelah beberapa waktu ternyata ini ni
apa sih namanya… yang kenal sama temen aku ini ternyata temen dekat teman aku sendiri
cewek pura-pura jadi cowok gitu”
Pewawancara : “Terus bagaimana respon kak Sely terhadap kenalan kak Sely yang
mengalami catfishing?”
Narasumber : “Mungkin kayak mewanti-wanti biar dia ga ketipu lagi, biar dia enggak
mudah terpengaruh atau nggak terlena atau apa gitu cuman mungkin pada saat itu dengan aku
ngasih tau kayak gitu mungkin kesannya kayak aku menggurui ya, jadi responku lebih kayak
gitu sih ngasih tahu begini kalau misalnya nanti lebih cross check lagi begitu”
Pewawancara : “Oke deh kak terus lanjut ke pertanyaan ke-10 menurut kak Sely
dampak dari catfsihing itu apa ya kak?
Narasumber : “Apa ya…. Oh ini tadi sih menurut aku ya dampaknya itu bisa jadi
orang itu jadi kayak trauma gitu kan kenalan sama orang lewat sosial media kayak Twitter
karena dia udah punya trust issue sendiri ya ngga sih”
Narasumber : “Padalah mungkin dengan kita kenalan sama orang baru kayak
misalnya aku sama kamu, kita bisa saling membantu gitu kan, nggak selalu ujung-ujungnya
negatif tapi kalau misal udah keburu kena catfishing nanti kan dia trauma, dia takutnya kayak
takut ah nanti ditipu lagi, takutnya dia punya niat buruk sama aku gitu”
Pewawancara : “Jadi tuh dampaknya lebih jadi punya trust issue dan cemas sama orang
lain gitu ya kak”
Narasumber : “He’em”
Pewawancara : “Terus yang ke-11 sebagai generasi muda bagaimana peran kak Sely
dalam mencegah catfishing?”
Narasumber : “Yang pertama itu tadi yang tentang lebih diriset lagi, apa ya bahasa
santai sih cek dan ricek tentang orang yang kita kenal dari sosial media lewat google juga dan
jangan nyepelein google gitu kan karena bisa dapat info yang lebih banyak lagi gitu kan, terus
yang kedua caranya mungkin dengan apa ya kalau misalnya kita kenal orang terus orang itu
apa sih yang mengaku dia sebagai seorang yang kerjaannya mungkin kedokteran atau apa nah
untuk ngbuktiin itu sendiri mungkin diajak ngobrol yang mengidentifikasikan kalau dia tuh
bener-bener dengan sesuai apa yang dia bilang begitu, dan ini mungkin bisa juga dengan voice
call atau video call biar kita tahu ini cowok atau cewek gitu”
Narasumber : “He’eh, biar ga kayak temenku tadi itu kan dia ga pernah voice call
jadinya gatau kalau ternyata cewek”
Pewawancara : “Okei, terus lanjut ke nomor 12, menurut kak Sely kelompok mana
yang paling rentan mengalami catfishing dan mengapa?”
Narasumber : “Sejauh ini yang aku tahu cewek ya, karena cewek itu mudah terbuai
dengan segala rayuan”
Narasumber : “He’eh bener banget, apalagi misalnya kalau cowoknya pakai foto
yang ganteng, sama ini sih yang sering aku lihat cowok yang orientasi seksualnya gay, itu juga
cukup beberapa kali aku lihat dan aku temuin juga mudah tertipu juga sih, kalau menurut aku
ya”
Pewawancara : “Okei deh kak, terus ke pertanyaan nomor 13 menurut kak Sely,
kelompok usia apa yang paling rentan mengalami catfishing dan mengapa?”
Narasumber : “18 sampai 21 tahun karena menurut aku usia tersebut masih terlalu
polos dan merupakan masa-masa percobaan jadi mudah tertipu”
Pewawancara : “Terus nomor 14 menurut kak Sely dengan adanya gerakan kesetaraan
gender atau feminisme dapat meminimalisir catfishing di media sosial?
Narasumber : “Mungkin aku salah atau gimana cuman pendapat aku pribadi gerakan
kesetaraan gender sama catfishing ini menurut aku kayak kurang sinkron sih, karena kalau
misalnya kayak catfishing tuh pada dasarnya menipu dengan identitas orang untuk
mengatasinya itu kan butuh ketelitian terus juga mungkin apa sih biar nggak mudah nggak
mudah percaya gitu loh terus kalau misalnya dihubungin sama kesetaraan gender itu aku belum
belum menemukan titik temunya sih”
Pewawancara : “Berarti kayak kurang match sama kesetaraan gender gitu ya kak”
Narasumber : “He’eh kurang match, jadi aku pikir tidak karena yang menjadi
masalah utama menurutku kurangnya ketelitian, mudah dipengaruhi, kurang riset sehingga
yang seharusnya dilakukan adalah edukasi tentang bagaimana menjalin pertemanan/hubungan
dengan orang di media social
Pewawancara : “Okeii, terus yang terakhir nih kak nomor 15 menurut kak sely
bagaimana sebaiknya peran media khususnya media sosial dalam menghadapi fenomena
catfishing?”
Narasumber : “Menurut aku media lebih getol (rajin) ya untuk ngasih tahu, mungkin
bikin kampanye atau bikin konten edukasi karena kan misalnya kayak catcalling ya, dulu kan
catcalling nggak tahu kan kita-kita tuh, tapi sekarang banyak orang yang tahu, biar catfishing
itu juga sama kayak catcalling, biar banyak orang yang tahu , banyak orang yang lebih hati-
hati gitu, jadi harus lebih ada tindakan preventif maupun represif untuk menghadapi catfishing
supaya tidak semakin marak serta banyak korban, gitu sih”
● Narasumber 6
Profil responden :
Nama : Mei
Alamat : Depok
Usia : 20 tahun
Telepon/HP : 081381160162
Email : hello.meiitamong@gmail.com
Pewawancara : “Social media apa yang paling sering kak Mei gunakan?”
Pewawancara : “Berapa jam atau menit biasanya kak Mei menggunakan social
media?”
Pewawancara : “Apakah Kak Mei mengetahui apa itu catfishing? Jika kak Mei
mengetahui bisakah kak Mei menjelaskan sedikit tentang apa itu catfishing?”
Narasumber : “Kalau aku sejujurnya kurang begitu paham mengenai catfishing tapi
menurut yang aku baca catfishing itu tuh penipuan identitas diri di media sosial atau platform
online lainnya dan kebanyakan terjadi dalam hubungan romansa... gituu yang aku baca-baca”
Pewawancara : “Menurut Kak Mei apa saja yang termasuk dengan catfishing? dan
mengapa?”
Pewawancara : “Di sosmed apa saja biasanya Kak Mei menemui catfishing?”
Pewawancara : “Seberapa sering Kak Mei menemui konten catfishing pada akun
tersebut? Apakah ada akun lain yang juga memiliki konten catfishing?”
Narasumber : “Aku jarang banget sih, karena aku juga udah bodo amat sama sesuatu
yang aku liat di medsos juga dan ga kepo sama hal-hal yang kayak gituan lagi, jadi akun kayak
gitu tuh jarang muncul... tapi aku ada beberapa mutualan di Twitter tuh yang masih main
roleplayer (RP) kadang dia ada gitu yang... cerita-cerita kalau pacarnya gtiu-gitu lah atau dia
nglike sesuatu hal yang kayak gitu”
Narasumber : “Kalau aku sebenarnya ada banyak cara, cuma yang aku lakuin kurang
lebih stop dari permainan roleplayer itu, terus gak terlalu percaya sama orang apalagi yang
cuma kenal di sosial media dan gak terlalu mendewakan media sosial kayak misal oversharing
atau overaddict karena bisa jadi ada orang yang sengaja pake muka kita tanpa pengetahuan
kita”
Narasumber : “Pernah dua kali, dua kali malah gila ya... gara-gara main roleplayer
itu loh itu bener-bener nyebelin banget sih parah, jadi tuh kalau yang pertama itu biasa aja
karena baru sebentar dan pelakuanya masih di bawah umur gitu loh jadi gampang ketahuan
jadi biasa aja gitu, nah kalau yang kedua ini nih aku ngejalanin sampe 1,8 tahun deh hampir
mau 2 tahun... dan itu tuh ketahuannya tuh pas aku kirim paket ke rumah dia dan ternyata gaada
pemilik nama itu di rumahnya itu...dan pas dicari sama temen aku tuh... nomornya ternyata
perempuan, kata temen aku nih aku ketemu nih perempuan ini nih, ini nomor dia kan itu nomor
perempuan dan pas aku hubungi dia bener-bener langsung ngblock aku gitu, aku tuh waktu itu
kalau gasalah.... kan dia suka banget kan ya sama matcha, aku juga tolol banget sih dia tuh
ulang tahun dan dia tuh suka banget sama matcha... nih aku cerita sedikit gapapa ya?”
Narasumber : “Jadi tuh aku ngirim semua makanan matcha kesukaan dia, dan itu satu
kardus beratnya 1 eh 3 kilo, ampe pas sampe ke perumahannya itu di daerah mana ya aku lupa,
bukan lupa sih sebutannya tuh apa sih yang bahasanya melayu tuh bukan Medan tapi...
Pekanbaru! Nah di perumahan Pekanbaru tuh satpamnya sampe ngomong ini gaada atas nama
Sanzio Michael Chandra gitu gaada, ini paketannya mau dikemanain? Akhirnya yaudah deh
pak buat bapak aja, mana malu kan itu isi kardusnya lope-lope gitu pokoknya jijik banget
hahaha kalau inget hal itu... terus 3 hari setelah itu dia muncul lagi tuh jelasin lah segala macem
lah, lu itu parah banget sih akhirnya mau gamau kan aku yang namanya aku kebiasaan ada dia
gitu kan akhirnya aku jalanin hubungan sama dia meskipun aku dia cewek gitu... terus udah”
Narasumber : “He’eh, akhirnya aku tetep ngejalanin hubungan sama dia selama
beberapa bulan sampai akhirnya aku kayak capek sendiri, kan aku kan maksudnya lesbi kan
bukan ini aku kan... bukan apa bukan orientasi seksual aku kan dari awal... jadi pas aku tahu
begitu dia perempuan ni gak lama sama dia aku langsung sama laki-laki gitu, jadi udahan sama
dia... bener-bener udahan gitu”
Pewawancara : “Terus Kak Mei sebelumnya bilang hal yang sebenarnya ke dia ga?
Kayak ngelabrak oh ternyata kamu tuh cewek ya”
Narasumber : “Iya aku bilang sebenernya ke dia, aku ga ngelabrak aku lebih kayak
ngasih tahu kalau misalnya oh jadi lu tuh kayak gini ya... gue dah ngasih segalanya ke lu dan
gini lu cara lu balikin ke gue gitu, lu gamau jujur sama gue dari awal gitu.. terus dan aku tuh
ketemu nih cewek nipu aku tuh dari Twitter, dari Tubir.. aku cari minta tolong, ada yang kenal
foto ini gak... ada yang ngtag akunnya ini ini ini, nah aku langsung kayak masih ada kok
chatnya sampe sekarang juga, sama si cowo itu terus aku tanya kamu kenal sama cewek ini ga?
Cewek ini pake foto-foto buat kayak gini-gini... dan ternyata si cewek ini mantannya si cowok
ini gitu, dan mereka sama-sama kenal di RP terus putus, dan si cewek ini masih nyimpen foto-
foto si cowok ini dan akhirnya dipake lah... emang fotonya tuh kayak bener-bener real keadaan
hari itu gitu kayak malem-malem ngpap gitu, bilangnya lagi di gereja ada fotonya kayak bener-
bener sama semua gitu itunya... udah gitu kan si cowok ini sering ngpost foto di Twitter kan,
jadi si cewek ini mungkin gampang ngambilinnya gitu, tinggal ngambil tinggal ngambil...
jadinya gitu”
Narasumber : “Kalo telfon sih.. aku kan orangnya dari awal kan menghargai ini ya
kayak namanya RP, yaudah lah ga boleh telfon ga boleh VC gitu... cuma ada beberapa dia
ngasih VN sama video lagi di pantai dan itu ada suara cowoknya gitu, suara cowoknya manggil
nama aku lah apa lah, kan aku jadi percaya-percaya aja gitu... padahal kan kayak nggak pernah
VC kek bego banget sumpah, bego banget kalau dipikir-pikir”
Pewawancara : “Apakah ada kenalan Kak Mei misal temannya atau keluarga yang
pernah mengalami catfishing atau melakukan catfishing selain Kak Mei?”
Narasumber : “Ada yang pertama itu ada sahabat aku yang korbannya terus kakak
(sepupu) aku yang jadi pelakunya gitu, tapi mereka ga berhubungan cuma beda-beda gitu loh
kasusnya, tapi kakak aku pelakunya dan sahabat aku korbannya”
Narasumber : “Cewek”
Pewawancara : “Berarti kakaknya Kak Mei ngfaker jadi cowok gitu? Dan pernah ga
Kak Mei nanyain kenapa dia ngelakuin kayak gitu?”
Narasumber : “Iya... pernah sih katanya tuh dia tuh seru aja karena kalau di RP itu
kan yang real cowok tuh bener-bener didewain banget lah, banyak yang suka, banyak yang
senengin... tapi aku gatau gimana kakakku itu suaranya jadi laki-laki, ga ngerti sumpah pake
aplikasi apa hahaha”
Pewawancara : “Terus bagaimana respon Kak Mei terhadap kenalan Kak Mei yang
melakukan atau mengalami catfishing?”
Narasumber : “Kalau sahabat aku sih cuma bisa nguatin dia ya, minta ke dia untuk
ga terlalu berhubungan sama pelaku juga gitu... kalau kakak aku lebih ke kan dia yang
melakukan, aku cuma bilang ke dia jangan gitu lagi kasian bat orang kena tipu sama muka
palsunya, yaudah kita udah sama-sama keluar dari dunia itu gitu, kita sama-sama fokus
palingan main game doang”
Pewawancara : “Terus pas kak Mei tahu kalau kak Mei dicatfishing sama cewek tadi
responnya gimana, emosi apa yang dikeluarkan pada saat itu sedih atau kecewa?”
Narasumber : “Jujur itu feeling yang paling blank banget ya, pas aku tahu kalau dia
itu perempuan... aku tuh kayak berkali-kali ngdenial kayak oh ini gak nyata gak mungkin kayak
gini, gak mungkin dia setega ini dan ternyata beneran tuh orang nipu gitu... dan aku tuh
bingung, nih perasaan aku mau dibawa kemana kan aku jatuh cinta sama orang yang
tampangnya kayak gini gitu terus tiba-tiba pas udah ketemua, orang yangnya tuh bukan yang
kayak gitu jadi orang yang aku temuin itu bahkan gak kenal aku siapa, jadi aku bingung ini
perasaan aku dibawa kemana ke siapa gitu... bener-bener kayak feeling gitu desperate banget
deh tapi aku ga sampe nyakitin diri ya untungnya, aku masih nyadar Cuma emang bener-bener
depresi banget, kayak aku sampe posisinya waktu itu aku lagi kerja di ini kan di Giant... aku
harus ngelayanin orang-orang yang belanja jadi aku bener-bener masang muka palsu, kayak
aku dikit-dikit minta istirahat kayak aku bener-bener desperate banget samapai 3 hari, pas dia
dateng aku yang ga pernah berantem sama dia kasar... pas begitu dia muncul di hadapan aku
setelah dia ngilang gitu aku katain semuanya! Bener-bener aku... gila dah pokoknya, marah
aku ngeluapin semuanya terus dia kayak iya gapapa kamu marah aja”
Narasumber : “Mungkin buat sebagian orang jadi punya trust issue atau kurangnya
rasa percaya sama orang yang di sosmed atau real life, kadang ada yang sampai kena mental
atau bahkan perahnya ngorbanin diri sendiri”
Pewawancara : “Sebagai generasi muda, bagaimana peran Kak Mei dalam mencegah
catfishing?”
Narasumber : “Lebih ke dari diri kitanya sih karena kita gak akan bisa buat ngelarang-
larang orang supaya ga nipu pake identitas orang lain hahaha, jadi dari kitanya harus lebih
mawas diri buat ga terlalu banyak main di sosial media yang kebanyakan isinya pelaku
catfishing, gak gampang percaya orang dan gak terlalu oversharing lah”
Pewawancara : “Menurut Kak Mei, kelompok gender mana yang paling rentan
mengalami catfishing? dan mengapa?”
Narasumber : “Susah sih karena kebanayakan dari pengalaman aku pribadi itu
pelakunya perempuan dan korbannya pun juga perempuan. Jadi mungkin yang paling rentan
kena itu anak perempuan karena perempuan itukan kebanyakan perasa gitu ya hahaha jadi
gampang baperan dan gampang percaya sama orang”
Pewawancara : “Menurut Kak Mei, kelompok usia apa yang paling rentan mengalami
catfishing? dan mengapa?”
Narasumber : “Dulu sih aku kena pas masih SMK, umur 16-18 tahun kalau ga salah
itu salah satu faktornya karena kurangnya pengwasan orang tua yang belum bisa bertanggung
jawab sama sosial media kemungkinan yang kena anak usia di bawah umur atau yang baru
beranjak dewasa
Pewawancara : “Menurut Kak Mei, apakah dengan adanya gerakan kesetaraan gender
dan aktivitas feminisme lainnya dapat meminimalisir catfishing di media sosial?”
Narasumber : “Menurut aku kalau soal hal itu sih aku kurang yakin ya sama
kesetaraan gender doang karena kayak mau gendernya setara kalau misal orang mau nipu ya
nipu aja gitu, karena mungkin aku kurang tahu juga sih sama hal itu gitu hahaha”
Narasumber : “Menurut aku kalau dari media sosialnya lebih bijak gitu, misal ada
peringatan untuk usia berapa sampai berapa tahun keatas baru bisa akses”
● Narasumber 7
Catatan Lapangan :
Adapun untuk wawancara sendiri dilakukan pada hari minggu tanggal 10 Desember 2021
kemarin jam 16:30 melalui google meet dan rencananya hendak mewawancara dua orang
narasumber langsung akan tetapi salah satu narasumber yang bernama Anissa Zahwatul Ummi
tidak bisa mengikuti karena terkendala cuaca dan jaringan sehingga interview dengan beliau
tidak bisa dilakukan selain itu untuk narasumber yang satunya lagi bernama Annisya Dhia
Fasya sedang di dalam mobil mungkin lagi di perjalanan akan tetapi terlihat sedang berhenti
sebentar jadi tidak menganggu proses jalannya interview. Untuk kedua narasumber ini
memiliki latar belakang sebagai Staff BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Universitas Telkom
Kementrian Pemberdayaan Perempuan sehingga memungkinkan dapat membahas topik lebih
mendalam lagi.
Profil responden:
Usia : 19 tahun
Pekerjaan : mahasiswi
Telepon/HP : 081952420705
Email : annisyadhia10@gmail.com
Kahfi : “Okey jadi kita bakal membahas yang namanya catfishing di sosial media, Jadi
gw bakal mulai dulu sama anisya dulu ya nah kira-kira anisya tau gak apa itu catfishing di
sosial media ?”
Anisya : (sempat berpikir terlebih dahulu) “eeeee… setau aku catfishing itu jadi
seseorang itu dia menggunakan identitas orang lain untuk attrach orang lain jadi pelaku
mencuri identitas orang.
Kahfi : “ oke jadi kek ada fake account atau fake identity berarti ya ? “
Kahfi : “ Ada Anisa, Anisa Zahwatul … keknya ga ada ini ya yaudah gpp untuk
mempersingkat waktu juga. Oke kalau menurut anisya sendiri adanya fake identity atau ada
fake account emang bener kek gitu umumnya tapi dominannya sih tuh biasanya topiknya
berbau-bau romantisme atau biasanya mau nyari pacar atau pacar online, temen dating biasanya
suka fake account sok cool foto profilnya kek artis siapa gitu buat memikat aja sih sebenarnya
Kahfi : “Oke terus eee menurut anisya sendiri apa aja sih bentuk-bentuk dari
catfishing, misalkan apa gitu just in case ?”
Anisya : “Kalau yang aku tau ya biasanya dari instagram misalnya dia menggunakan
profil atau identitas orang lain tu jadi misalnya ngechat gitu mau ngajak kenalan terus atau ga
ini mungkin sekarang lagi heboh tinder.”
Kahfi : “ (Berpikir sebentar) hemmm…. Apa tuh gara-gara dia bikin fake account gitu
ya ? “
Anisya : “Iya.. iya.. Dan keknya rame banget di twitter banyak orang yang ketemu
ternyata dia nipu ternyata bukan umurnya bukan segitu yang kek gitu-gitu sih banyaknya
hahaaha (sambil sedikit terawa)”.
Kahfi : “Oh iya bener bener bener… oke anisa sudah hadir keknya tadi keluar masuk
sinyal keknya. Halo anisa …(masih diam dan belum menjawab) masih belum gpp, oke habis
itu eeee (sedikit berpikir) biasanya tadi kan udah disebut ya instagram ya atau ga tinder gitu.
Kira-kira sosial media lain apa sih atau aplikasi apa Annisa suka nemu yang gitu selain dua
yang itu”
Kahfi : “Facebook iya bener, ada contohnya ga gitu ada contohnya gak ?”
Anisya : “ (Berpikir dulu sebentar) eee…contohnya eee…. Mungkin bisa disitu dia bilang
umurnya 18 taunya umurnya 30 ngaku-ngaku 18 tahun kek gitu-gitu sih biasanya aku…akuu (
Sedikit gugup) bacanya sih yang kek gitu biasanyaa”
Kahfi : “Oke-oke biasanya itu eee.. Apa ya…. Intensitas nemuinnya selalu kah? Sering
kah? Atau kadang-kadang nemu gitu ? “
Anisya : oohh kadang-kadang sih, kadang-kadang tiba-tiba lewat aja gitu ada orang ada
temen soalnya ngelike gitu kan kalo di twitter itu apalagi kan ngelike itu masuk ke akun kita
juga di beranda di homenya itu terus aku baca oh ternyata (sedikit terkejut) ada korban lagi
yang kaya gini-gini gitu dan itu cukup sering aku baca gitu cukup banyak.”
Kahfi : “Cukup sering baca dan cukup sering nemuin berarti ya?”
Anisya : “iya dan kasusnya tu rata-rata sama semuanya, kadang mereka diperas
uangnya atau ya kayak gitu.”
Kahfi : “Key eee…(sedikit berpikir) menurut eee…anisya tadi kan udah disebutin juga
kalau eeee…. Sampai meres uang berarti bisa dibilang itu tuh berbahaya berarti ya.”
Anisya : “Sangat bangat bahaya sih karena merugikan kita juga heeh.”
Kahfi : “oke, kalo Anisya sendiri aga ga sih ini apa eee… biasanya ngapain aja sih
supaya enggak apa sih namanya eee.. Engga kena lah gitu,”
Anisya : “Kalau aku biasanya banyak membaca banyak mencari tahu tentang informasi
catfishing ini ciri-cirinya orangnya gimana sih terhindar dari catfishing ini. Jadi kan kalo yang
aku baca kan aku pernah baca kata2nya orang catfishing ini menghindari face to face ketemu
orang langsung karena dia kurang percaya diri dengan identitas aslinya mungkin dari situ aku
taunya dan banyak jiwa stalking kita harus berkembang”.
Kahfi : ”Betul…. Betul (mengiyakan dari pernyataan anisya sedari awal berbicara)
widih membahas stalking juga ya, jadi ga coman mantan doang yang bisa stalking ya jadi kita
buat keamanan juga harus bisa stalking
Kahfi : “hehehe (sedikit tertawa karena membahas yang tadi) tapi lo belum pernah
ngalamin berarti ya ehh ehh (takutnya salah ngomong) tadi udah…(langsung dipotong sama
anisya)
Kahfi : “Jangan sampe, betul banget kalau bisa jangan sampe tuh bahaya banget kalau
sampe”
Anisya : “iya”
Kahf i: “eeee….(Sedikit berpikir untuk melontarkan lelucon) artis korea gitu ppnya
tau2nya pas ngomongnya indo gamungkin ya”
Anisya : “heeeeh (Sedikit tertawa karena lelucon yang saya lontarkan) iyaa gamungkin”
Anisya : “Iya”
Kahfi : “oke eeeee (mikir sebentar buat ngomong) tapi apa ya kalo temen-temen
pernah denger ga temen-temen atau sanak keluarga gitu kena catfishing gitu?”
Kahfi : “oh iya bener jangan sampai juga, betul-betul belum dan jangan sampai
terjadi… eeeee….. Terus gimana sih kalau menurut lo nih dampak dari catfishing selain dari
yang tadi sempat lo sebutin kayak pemerasan tindakan-tindakan kejahatan ada lagi dampak
atau kena mental gitu misalkan hehehehe (sedikit tertawa)
Anisya : “oooo kalau itu kek kalau mungkin ya kalau untuk konten mungkin trust issue,
jadi trust issue terhadap orang lain”
Kahfi : “betul…betul okey eeeee… kalau menurut anisya sendiri ada gak sih apasih
kayak namanya itu eee kita nih masih yang muda-muda ya lo kan berarti lo 19 ya eh 19 kan ?’
Kahfi : “sebagai generasi muda nih ada ga sih eeee… kita tuh harus take actionnya tuh
gimana sih supaya catfishing ini tuh supaya tidak semakin marak, tidak semakin menyerbak
ada gak yang dari lo pikir?”
Anisya : “kalau karena catfishing ini sifatnya ada di media sosial yah…. Aga susah juga
ya eee..menghindari itu karena ya gitu jiwa stalking kita harus dii… eee hehehe (ketawa karena
melihat saya juga sedikit ketawa)”
Kahfi : “betul…betul”
Anisya : “karena kita harus eee misalnya kita nemu orang ini jadi kita harus nyari dulu
informasinya ini orang siapa sih yang kek gitu sihh… lebih ke arah kita harus mencari orangnya
siapa”
Kahfi : “betul banget… jadi emang harus diulik ya kalo ga diulik rada-rada riskan”
Kahfi : “nah ini mungkin kita akan menyinggung soal gender nih widiih kan lo masuk
PP ya jadi harus tau dong hehehhe (sedikit tertawa) duh udah kayak kuliah aja nih serasa
interview eeee… (sedikit mikir) oke gapapa nah terus kira-kira paling dominan tuh gender yang
paling korban apasih eh.. Siapasih cowo atau cewe yang paling dominan”
Kahfi : “Oh cewe korban ya ee.. Cowo pelaku lah kayak gitu”
Anisya : “iyaa….. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau cowo juga bakal jadi korban
jugaaa …iya “
Kahfi : “nah siapa tau PPnya eeee… inikan eee… (lumayan mikir) siapa tuh blackpink
siapa tuh lupaa aku lupa el le el …. Siapa namanya tuh”
Anisya : “lisa”
Kahfi : “Lisa ppnya gitu ngomongnya pakai bahasa indonesia apalagi bahasa sunda”
Kahfi : “oke..gw buka chatnya anisa ya keknya ada sesuatu yang dia kirim…oooo oke
deh gpp gpp nanti anisa boleh menyusul aja deh tenang gw bukan dosen kok nanti di infoin
sama caca ya, oke sip. Nah selanjutnya adalah eee.. Kira-kira nih kan udah sempat kita
singgung ya kalau paling dominan itu korban perempuan lah nah perempuannya itu usia berapa
sih anak abg kah?”
Anisya : “iya kalau menurut aku abg sih karena baru-nyoba-nyoba iya kan mereka…”
Anisya : “iya ya banyak ….(ga jelas audionya) banyak godaannya juga sih (audio ga
jelas) coman cover-cover doang gitu.”
Kahfi : “haduh anak abg emang susah nah…eee mungkin gini ya tadi kan kita
perempuan dengan rentang usia abg. Apakah dengan kesetaraan gender itu gender equality
udah mulai ya masuk (sedikit tertawa) misalkan katakanlah cowo dan cewe gitukan (maaf
kurang paham dengan audionya) sama-sama balance gitu apakah itu bisa apa ya namanya tuh
eeee… (sedikit berpikir) meminimalisir (maaf kurang jelas auidonya) karena kalau kita
ibaratkan sebagai seorang pelaku pasti ada relasi kuasanya, relasi kuasa yang wah ini keknya
gw eeeee…(sedikit berpikir) menyamar deh kek orang siapa gitu yang ganteng gitu kan terus
dengan caption-caption yang paling bagus seolah dia itu kayak kesannya tuh kayak wah gw
yang all star lah apakah dengan kesetaraan gender ini bisa meminimalisir itu kalau menurut
anisya tuh gimana?”
Anisya : “engga juga sih karena kadang ada cowo yang dia bukan dominan cewenya
yang dominan terhadap si cowonya jadi ya kataku sih kurang efektif untuk meminimalisir itu.”
Kahfi : “oh jadi kesetaraan gender itu ga efektif keknya lebih ke tindakan apa ya
tindakan preventif gitu ya atau tindakan eee…. Yang istilahnya itu kek misalkan yang tadi kek
lo sebutin seperti literasi digital lah dikasih pemahaman terus pengetahuan digital dan lebih
mengarah ke kognitif ya soal isu dan kesetaraan.”
Kahfi : “oke dan bagaimana sih kita tuh eee.. Sebagai seorang pengguna media kita
memberikan sebuah masukan untuk gimana sih cocoknya media ini dalam menggambarkan
atau ehmmm… mengdisplay fenomena catfishing ini tau gak gimana?
Kahfi : “kan kalau eee sebuah media ini kan medianya apa aja media sosial media
masa gitu kan bagaimana sih media itu idealnya mem…..(sedikit mikir) memberitakan atau
menampilkan fenomena catfishing ini harus ini nih bahaya nih eeee pokoknya harus hati-hati
atau ada juga yang kayak semacam eeee peringatan aja gitu hati-hati ya jangan sampai kaya
gitu ….jadi kayak ..”
Anisya : “oo oke oke ngerti kalau menurut aku karena ini fenomenanya udah mulai
banyak orang yang kena dan pelakunya dah pelakunya udah ga ada kapok2nya juga jadi ya
harus apa ya harus disuarakan eee bukan cuman peringatan aja gitu memang harus apa ya
memang harus beri waspada kepada orang-orang kalau misalkan catfishing ini berbahaya dari
bentuk dari segi apapun berbahaya.”
Kahfi : “jadi tindakannya tuh lebih ini ya lebih besar lagi skalanya bukan peringatan
doang atau himbauan gitu karena harus…oke2 nah menarik-menarik jadi eee mungkin itu aja
ya buat qna kita tentang catfishing di sosial media bisa jadi bahan buat pp ya talkshow atau
webinar karena berhubung anisa masih belum sampai rumah kehujanan pasti pakai motor
hehehe (ketawa sedikit) gpp deh nanti buat selanjutnya nanti ada reschedule buat anisa eh btw
ini anisya ini lagi bawa mobil ya”
Kahfi : “kirain nyetir gitu, oke makasih buat waktunya anisya mungkin itu aja buat
qna kita
● Narasumber 8
Profil Responden :
Alamat : Dsn. Sidamulya RT 003/RW 001, Ds. Sukamukti Kec. Pamarican Kab.
Ciamis
Usia : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Telepon / HP : 085795496462
Email : endangta07@gmail.com
Social Media yang dimiliki : Facebook, Instagram, WhatsApp, Telegram, Twitter, Tiktok
Social Media yang paling sering diakses : WhatsApp, Tiktok, Instagram, dan Twitter.
“setau saya catfishing itu ga beda jauh kaya orang bohong secara apa ya… ngefaker mulai
dari memakai identitas orang, memakai muka orang juga kaya buat ngebohongin atau nipu
orang – orang. Sebenernya aku sendiri juga pernah ditipu kaya gitu, kita kenalan dulu kan tuh
dulu di telegram terus dia ngakunya cowo cuman lama – lama kaya ngerasa curiga karena
sering pap tangan juga kok beda – beda. Jadi menurut aku catfishing itu ga beda jauh
ngebohongin identitas dia buat kenalan sama orang lain”
“ya itu dari yang pertama tadi identas dia terus kaya ngebohongin gender dia terus
ngebohongin foto, terus sekarang udah banyak anak – anak tiktok main eum… sebut aja anak
RP (roleplayer) meskipun sekarang udah ga jaman sih main roleplayer, di tiktok banyak
banget konten kaya gitu jadi mereka tuh ngakunya anak SMA ternyata anak SMP itu tuh
banyak banget di tiktok yang jadi korban, kaya pake foto orang juga biar dipandang ganteng
kali ya padahal aslinya jelek, Sebenernya itu ngerugiin sih ya, tapi balik lagi ke kita
nanggepinnya mau gimana kalo percaya percaya aja sama orang ya gaakan ke tipu”
“dari jaman SMA aku udah nemeuin di twitter udah banyak banget korbannya, di platform
tiktok juga banyak banget korbannya, di telegram juga kan ada eumm… kaya semacam grup
gitu yang ngasih tau “nih orang ini tukan nipu” ntar di spill foto nya biar gamakan korban
lagi”
Seberapa sering anda menemi konten catfishing pada akun tsb? Apakah ada akun lain yang
juga memiliki konten catfishing?
“waahh dulu sering banget nemuin konten kaya gitu dari aku jaman SMA kalo sekarang sih
aku udah tobat ya gamau percaya sama orang lagi, jadi gapernah liat lagi udah eneg juga
kaya apaansi gitu”
“menurut pribadi sih ya balik lagi ke kita nya kan lebih berhati – hati lagi main sosmed nya,
misalnya kenalan sama orang baru di twitter, telegram, apalagi di dating apps kaya lebih hati
– hati lagi jangan langsung percaya tentang identitas dia, gender dia, foto dia, kita lihat dulu
tuh di beranda dia, cari taulah kaya fotonya beneran dia apa engga, lebih di selidiki lagi
apalagi cewe kan jago stalking orang. eum… iya sih gasopan cuman alahkah baiknya kaya
gitu, kalo kita ga hati – hati takutnya kedepannya kaya aku gampang ke hasut sama orang
padahal itu cuman kenalan lewat ketikan doang kaya bingung kenapa aku bisa percaya sama
orang dulu tuh tapi yang namanya cewe ya mudah baper shay”
“Jujur pernah, aku kan orangnya kepoan terus main roleplayer di telegram. Disitu aku dapet
banyak temen virtual kan, ada nih yang sering banget ngechatin aku terus dia itu ngakunya
orang Jakarta ya percaya dong karena aku tipe orang yang gampang percaya sama orang
maksudnya ga terlalu mikirin yang engga engga gitu loh ga kepikiran nyampe sana juga. Kita
sering banget tuh chatan terus akhirnya nyampe ke real life dari telegram pindah ke Whatsapp
ya nyaman dong terus dia nembak gitu aku terima lah. Terus pas lagi chatan dia suka bilang
“ayo ketemu, ayo main” waktu itu aku pernah ke Jakarta nyamperin sodara seminggu disan
aku minta ketemuan sama dia. Dia awalnya tuh katanya gabisa pas ngajak kedua kalinya tetep
gabisa juga ketiga kali gabisa juga ada aja alesannya tuh. Sodara aku curiga kan kayanya ini
cuman main main deh gitu gitu tapi kalo dipikir – pikir lagi terus dibaca ulang chatannya liat
liat lagi galeri kok kaya iya. Aku tuh gapernah video call sering nya telfon biasa, dia juga
gapernah pap mukanya gitu aku tau nya cuman di profile dia aja. Profile Telegram sama
Whatsapp kan beda gitu tapi sama orangnya. Dia pernah bikin snap wa cuman ga keliatan
wajah nya terus pas diliat – liat lagi tangannya badannya kok aga beda disitu makin mulai
curiga lah. Pas aku malem nya mau pulang, dia ngechat tuh ngajak ketemuan dia bilang mau
bawa temen yaudah aku bawa sodaraku kan. Akhirnya ketemu bener sih ada dia nya cuman
ternyata yang ngechat aku tuh temennya dia. Jadia dia pake foto, terus pake identitas temennya
itu. Kaget lah shock mau marah gimana lagi banyak orang kan disitu aku cuman diem, dia
ngejelasin juga cuman kaya males gitu ngerti ga sih malah yang emosi tuh sodara aku gitu.
Abis itu sodara aku langsung narik tangan buat keluar dia ngechatin terus tapi aku blok. Kaya
kaget shock kok ada orang yang begini jahat banget gitu lah pokoknya kalo diinget suka kek
bodoh banget”
“waktu awal marah sih marah cuman engga yang kaya diluapin gitu, tapi lebih ke ketawa
sendiri, ngomong sendiri kaya “kok bego banget, kok tolol banget, kok bodoh banget udah
gede masih bisa dibohongin” kaya sering banget kalo diinget – inget terus aku ditipu masalah
percintaan gitu bukan uang jadi ya enmosinya kesel cuman ga terlalu dibawa serius kecuali
mungkin kalo aku ditipunya uang berapa juta misalnya bisa tuh aku laporin ke polisi”
“Ada temen aku dua orang sama juga pernah ngalamin catfishing makanya aku ngajak satu
temenku yang bersedia juga jadi narasumber, cuman yang satunya dia gamau nginget nginget
lagi, kalo keluarga kayanya setau aku gaada sih yang pernah mengalami catfishing”
Bagaimana respon anda terhadap kenalan anda yang melakukan atau mengalami catfishing?
“Oh respon aku sih bakalan lebih ngomong ke korbannya, besok jangan diulangin lagi hal
kaya gitu tapi bisa aja sih main lagi kalo orang nya kecanduan. Tapi beneran loh kenalan
secara online tuh mereka lebih jadi pendengar yang baik makanya kita tuh jadi apa ya… lebih
percaya gitu daripada kita curhat ke temen yang secara langsung ada orangnya cuman kalo
mereka tuh kalo dengerin curhatan kurang ngerespon, beda lagi kalo curhat ke orang yang ga
aku kenal mereka ngasih responnya, nasihatnya lebih nguatin lagi. Ternyata kenalan virtual
enak juga ya kaya udah deh jangan ada orang lain lagi yang kena catfishing”
“Dampaknya mungkin ya itu tadi kita jadi tidak terlalu suka berkenalan dengan orang lain
secara online lagi, jadi lebih was – was aja sih sebenernya ketika mau berkenalan dengan
orang baru secara virtual. Sebenernya kalo pas udah ketipu nya jujur biasa aja pas udah tau
identitas aslinya dia, ya eum… soalnya kan cuman baper gitu doang belom ketahap nyampe
sayang tuh belum makanya kaya lebih ke ketawa sendiri aja. Terus malah aku tuh pengen
ngomongin ke orang nya kaya “udah jangan bohong lagi kesian yang kena korban” kesian
juga sama yang punya foto aslinya yang dia pake kaya dirugikan banget gitu”
“Mencegah catfishing apa ya eum… alahkah baiknya kita harus lebih bijak lagi menggunakan
social media dan lebih teliti lagi ketika berkenalan dengan orang baru secara online”
Menurut anda, kelompok gender mana yang paling rentan mengalami catfishing? Mengapa?
(perempuan, laki – laki, queer,dll)
“Perempuan sih fix yang paling rentan kena catfishing, soalnya tuh kenalan mau secara virtual
padahal cuman ngetik doang itu mudah baper, yang begitu tuh sering ngeliat gitu”
Menurut anda, kelompok usia apa yang paling rentan mengalami catfishing? Mengapa?
“Mungkin sekitar dari umur 14 tahun kali ya anak SMP kan udah punya HP kan ya, udah bisa
main semua sosmed, apalagi tuh sekarang banyak yang main anonymous di telegram kayanya
makin banyak orang yang kena catfishing”
Menurt anda, apakah dengan adanya gerakan kesetaraan gender (dan aktivitas feminism
lainnya) dapat meminimalisir catfishing di social media?
“Menurut aku engga sih ya, dengan adanya kesetaraan gender kaya apa ya… ga ngaruh
banget, cuman bisa sih meminimalisir tapi ngaruh mah engga sih”
Menurut anda, bagaimana sebaiknya peran media (khususnya media sosial) dalam menghadapi
fenomena catfishing?
“Kalo perannya kata aku sih kaya aplikasi sosial media lebih dikuatin lagi dalam
keamanannya, harus di verifikasi 2 langkah atau apalah lebih mencegah lagi aja sih biar
gaada orang lagi yang terkena dampak catfishing”.
● Narasumber 9
Profil Responden :
Usia : 20 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Telepon / HP : 081313232003
Email : andryyantihera03@gmail.com
Social Media yang paling sering diakses : WhatsApp, Tiktok, Telegram, Twitter
“Setau aku ya kalo catfishing itu kaya penipuan yang di platform sosial media eum… baik itu
penipuan identitas palsu sehingga orang lain percaya kena bujuk rayuan yang melakukan
catfishing”
“Ya bisa menipu gender, memakai profile wajah orang lain padahal itu bukan wajahnya
sendiri, menggunakan identitas orang lain untuk kepentingan dia sendiri dan itu tentunya
sangat merugikan bagi orang yang ditipu nya terus juga merugikan untuk orang yang asli
punya wajahnya dipake sama orang tanpa sepengetahuan”
“Kalo yang pernah aku alami di instagram, di tiktok, di twitter sama di telegram. Tapi kalo
yang bener – bener real aku ngalamin di telegram”
4. Seberapa sering anda menemi konten catfishing pada akun tsb? Apakah ada akun lain yang
juga memiliki konten catfishing?
“Sangat sering, karena biasanya orang jaman sekarang sering menggunakan anonymous bot
atau menggunakan akun telegram untuk bermain Roleplayer untuk mencari mangsanya, dan
selain telegram biasanya saya menemui oknum catfishing ini ada di Facebook, Twitter, dan
Tiktok
“Mungkin kita harus lebih berhati hati ketika berkenalan dengan orang dimedia sosial media
agar tidak jadi korban catfishing”
“Kalo emosi jelas kesel tiap hari chatan chatan, ngasih perhatian ya baper lah. Ternyata
virtual tuh emang bahaya banget sih parah, jangan coba – coba deh”
“Ada temen aku yang mengalami catfishing kalo orang yang melakukannya engga ada sih
soalnya temen – temen aku pada baik, saking baiknya ngalamin catfishing juga”
10. Bagaimana respon anda terhadap kenalan anda yang melakukan atau mengalami
catfishing?
“Responnya ya paling eum… untuk yang melakukan catfishing karena aku cewe dan bisa
ngerti perasaan ya diomongin jangan sampe jadi orang penipu, pembohong, terus kalo untuk
yang mengalami jangan coba lagi untuk main – main kaya dating apps gaada gunanya juga
mending baca wattpad gitu”
11. Menurut anda bagaimana dampak dari catfishing?
“Dampaknya kalo yang pernah aku alamin sih jadi hati – hati ketika mau berkenalan dengan
orang baru secara virtual”
12. Sebagai generasi muda, bagaimana peran Anda dalam mencegah catfishing?
“Kalo dalam mencegah gausah deh main dating apps gausah macem – macem bahaya kalo
udah baper, kalo udah keburu main mending cari tau deh seluk beluk si identitas nya ini
beneran dia atau palsu”
13. Menurut anda, kelompok gender mana yang paling rentan mengalami catfishing?
Mengapa? (perempuan, laki – laki, queer,dll)
“Perempuan sama laki – laki bisa aja sih kena catfishing, aku pernah nemuin juga tuh di
twitter korbannya cowo deket udah berapa tahun terus mau nikah padahal mereka belum
sempet ketemu, pas udah hari h pernikahan kok ternyata pelaku cewe nya beda sama yang di
foto, beda nama juga, beda lah sama identitasnya. Apalagi kalo korbannya cewe itu banyak
banget sih yang berseliweran di fyp tiktok”
14. Menurut anda, kelompok usia apa yang paling rentan mengalami catfishing? Mengapa?
“16 tahun – 30 tahunan mungkin karena usia segitu rata rata orang lebih sering bermain
sosial media dan lebih sering berinteraksi dengan orang baru secara online
15. Menurt anda, apakah dengan adanya gerakan kesetaraan gender (dan aktivitas feminism
lainnya) dapat meminimalisir catfishing di social media?
“Menurut saya tidak, karena pada dasarnya oknum catfishing ini biasanya tidak melihat
dengan adanya kesetaraan gender untuk menipu korbannya, jadi ada baiknya balik lagi ke diri
kita sendiri agar lebih berhati - hati dalam berkenalan dengan orang baru”
16. Menurut anda, bagaimana sebaiknya peran media (khususnya media sosial) dalam
menghadapi fenomena catfishing?
“Menurut saya ada baiknya kedepannya ada fiture aplikasinya dikembangkan lagi agar tidak
terus menambah adanya catfishing ini”
● Narasumber 10
Profil Responden :
Usia : 20 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Telepon / HP : 081328447340
Email : rikaalmadhan45@gmail.com
“Kalo menurut aku catfishing itu kaya pemalsuan identitas gitu kan, terus juga menggunakan
foto yang diambil dari mana misalkan punya nya siapa di edit lalu diambil sama dia untuk
dijadikan imformasi sebagai identitas dirinya sendiri tapi tanpa sepengetahuan milik aslinya
gitu”
“Menurut aku tuh kalo yang termasuk catfishing itu yang pemalsuan identitas kaya misalkan
foto orang dijadiin foto dia nya sendiri ngaku – ngaku kalo misalkan itu gue loh kaya gitu,
terus kaya contohnya di media sosial kaya penipuan supaya dia dapet sesuatu yang
menguntungkan mungkin
“Di media sosial banyak sih, kaya Instagram juga banyak tuh yang jadi korbannya, di tinder
katanya banyak paling itu sih yang biasanya aku temuin”
4. Seberapa sering anda menemi konten catfishing pada akun tsb? Apakah ada akun lain yang
juga memiliki konten catfishing?
“Ga sering sering banget sih jarang gitu, paling biasanya suka lewat di fyp tiktok gitu kan jadi
kaya ga sengaja ke tonton, terus dari orang – orang yang suka main tinder mereka suka cerita
gitu kan, di youtube katanya banyak yang ngebohong soal identitas diri padahal aslinya tuh
bukan dia orangnya tapi dia ngaku - ngaku misalnya kalo diajak ketemu dia gamau kaya gitu
sih paling”
“Bahaya sih karena kan eum… catfishing itu penipuan yah dan itu tuh menurut aku bisa bikin
trauma juga, jadi seseorang yang ngalaminnya suka gamau ngobrol lagi sama orang baru
yang dikenal lewat virtual karena dia juga udah pernah gagal kaya jadi males”
“Aku pernah ngalamin catfishing di tinder, jadi ceritanya aku pernah download tinder gara –
gara aku gabut kan terus disuruh juga sama temen “rik download tinder aja, lumayan bisa
dapet temen” kaya gitu kan eum… temen chat temen ngobrol maksudnya. Terus download lah
tinder abis itu dapet kaya orang banyak nah ada nih satu orang yang nyangkut kaya diajak
ngobrol asik, terus kaya ditinder kan ada bio eum… hobi nya apa gitu – gitu kan kaya cerita
tentang diri sendiri. Nah cerita dia sama cerita puny ague tuh nyambung sama dia cocoklah
kita ye kan, terus abis itu kita ngobrol panjang lebar di chat, udah nyaman juga karena tiap
hari chatan, lalu lanjut ke whatsapp lah. Abis lanjut whatsapp tuh dia ngechatin terus kan kaya
suka nanyain gimana kabarnya, lagi dimana, sama siapa, pokoknya mau kemana, terus kaya
di prioritasin gitu loh, kita kabar – kabaran kaya orang bucin gitu gimana sih, terus abis itu
eum… singkat cerita udah mulai sama – sama nyaman nih kan bosen ya virtual terus akhrinya
gue yang ngajak buat ketemu yu gitu kaya ngapain virtual doang. Karena selama deket gitu
dia gapernah mau videocall atau ngirim foto sama sekali dan selalu gue yang ngirim gitu kan.
Abis gue ngajak ketemuan tapi dia yang gamau da nada aja alesannya kaya “gue lagi sibuk,
lagi ada urusan ini” pokoknya tuh ada aja alesannya, terus eum… pas ditelusuri karena kan
dia ngasih instagram tapi intagram nya tuh isinya motor gaada identitas muka dia sama sekali
tapi kalo di tinder itu ada foto mukanya terpampang jelas, terus dia suka update gitu di
instagram tentang motor – motor nya kaya gitu gue ga curiga kan. Tapi pas minta diajak
ketemu dia gamau terus gue juga cape kan “lu kalo gamau ketemu gue yaudah” gitukan gamau
maksa juga, terus ada temennya yang ngetag foto gitu ke akun motornya tapi yang namanya
cewe maksudnya dikasih bukti modal satu juga bakal dicari nyampe keujung – ujungnya
ketemu. Akhirnya ketemu lah tuh eh tenyata eum… orangnya fotonya tuh beda ga sesuai sama
yang di profil tinder, terus abis itu langsung ngomong ngechat maksudnya ke dia kaya “lu
bohong yah, tukang tipu” gitu gitu lah pokonya gue spam tuh terus gue di blok dong. Foto di
instagram sama yang di tinder itu beda, abis itu udah deh ga terima orang – orang baru secara
virtual ya untung gue cuman baper doang belum ketahap sayang sih. Tapi asli ini sebenernya
gue nyeritain malu banget kok gue bodoh banget”
“Kalo kenalan deket gaada sih, cuman kalo kenalan di virtual itu ada juga yang kena
catfishing.
10. Bagaimana respon anda terhadap kenalan anda yang melakukan atau mengalami
catfishing?
“Responnya kita sering berbagi cerita aja gitu terus saling ngingetin jangan terlalu dalem
kaya gitu gitu aja sih sebenernya”
“Dampaknya itu kita jadi ga percaya diri lagi, lebih hati – hati, trauma juga sebenernya tapi
ya jadi susah bersosialisasi gitu”
12. Sebagai generasi muda, bagaimana peran Anda dalam mencegah catfishing?
“Eum… kalo peran menurut aku sih harusnya lebih bijak aja dalam menggunakan sosial
media, lebih milih – milih orang baru sih sebenernya kaya jangan terlalu dalem gitu kalo
kenalan secara virtual, kalo menggunakan aplikasi yang kita pernah gunain itu jangan terlalu
open banget gitu karena supaya bisa ngehindarin hal – hal yang merujuk kesana”
13. Menurut anda, kelompok gender mana yang paling rentan mengalami catfishing?
Mengapa? (perempuan, laki – laki, queer,dll)
“Kalo menurut aku sih sebenernya sama aja ya mau laki - laki ataupun perempuan, karena
kan kita gapernah tau siapa pelaku dibalik catfishing itu sendiri. Jadi kayanya sama aja kalo
paling rentan sih cewe biasanya”
14. Menurut anda, kelompok usia apa yang paling rentan mengalami catfishing? Mengapa?
“Kalo dari segi usia paling 10 tahun – 17 tahun kali ya yang paling rentan, karena kan mereka
belum punya KTP mungkin belum ngerti kesana asal mencoba – coba aja”
15. Menurut anda, apakah dengan adanya gerakan kesetaraan gender (dan aktivitas feminism
lainnya) dapat meminimalisir catfishing di social media?
“Kalo adanya kesetaraan gender eum… bisa sih tapi balik lagi ke individu itu sendiri kaya
gimana cara dia menghadapi catfishingnya, walaupun ada gerakan kaya gitu kalo misalkan
individu itu nya milih buat cari orang baru atau punya rasa penasaran udah beda lain cerita
kan”
16. Menurut anda, bagaimana sebaiknya peran media (khususnya media sosial) dalam
menghadapi fenomena catfishing?
“Peran media itu kaya sebaiknya ditingkatkan lagi gitu dalam keamanan di media sosialnya
paling gitu aja sih”