Anda di halaman 1dari 68

MPK 1

PENGARUH MEDIA SOSIAL INSTAGRAM


@princessyahrini TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA

Fachriza Rahma (2016041027)


Fitri Handayani (2016041033)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA


ILMU KOMUNIKASI 2016
PENGARUH MEDIA SOSIAL INSTAGRAM @PRINCESSYAHRINI
TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA

Fachriza Rahma, Fitri Handayani


Universitas Pembangunan Jaya
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas
Pembangunan Jaya
Jalan Cendrawasih Raya B7/P Bintaro Jaya Kel. Sawah Baru, Kec. Ciputat,
Kota Tangerang Selatan.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh media sosial
Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup remaja. Dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, di mana data dan informasi dikumpulkan melalui
survei dengan alat bantu kuesioner dan juga studi kepustakaan. Sampel dalam penelitian
ini adalah 100 responden di Kota Tangerang Selatan yang berusia 19-22 tahun yang diambil
dari populasi yang ada dengan menggunakan teknik rendom sampling. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat dengan menggunakan analisis
regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial Instagram
@princessyahrini memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap gaya hidup remaja.
Kata-kata Kunci: Pengaruh, Gaya Hidup, Remaja

ABSTRACT
This study aims to determine how the influence of social media Instagram
@princessyahrini to the lifestyle of adolescents. This research uses quantitative approach,
where data and information are collected through survey with questionnaire tool and also
library study. The sample in this research is 100 respondents in South Tangerang City aged
19-22 years taken from the existing population using rendom sampling technique. Data
analysis used in this research is bivariate analysis by using simple linear regression
analysis. The results showed that social media Instagram @princessyahrini have a
significant positive influence on adolescent lifestyle.
Keywords: Influence, Lifestyle, Teeneger.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman banyak sekali hal yang mengalami perkembangan.


Salah satunya adalah perkembangan teknologi. Dengan munculnya teknologi yang
semakin maju maka internet pun kian berkembang. Internet memiliki cara penggunaan,
lingkup layanan, isi, dan citra sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola
oleh sebuah badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung
secara intensional dan beroperasi berdasarkan protocol yang disepakati bersama. Sejumlah
organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan dalam operasi internet
(McQuail, 1992:28-29). Pada awalnya, internet dimulai sebagai alat komunikasi
nonkomersial dan pertukaran data diantara professional, tetapi perkembangan selanjutnya
adalah internet sebagai penyedia barang dan berbagai jasa, dan sebagai alternatif bagi alat
komunikasi pribadi dan antarpribadi (Castells,2001).

Internet sendiri merupakan jaringan komputer dunia yang mengembangkan


ARPANET, suatu sistem komunikasi yang terkait dengan pertahanan dan keamanan. Dan
dengan semakin berkembangnya internet dalam kehidupan masyarakat sekarang ini kita
mengenal istilah baru yaitu media baru (new media).
Istilah media baru (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup
seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. Editor
dari buku handbook of new media (Lievrouw dan Livingstone, 2006) menunjuk pada
kesulitan untuk menyebutkan apa saja yang termasuk dalam ‘media baru’. Mereka memilih
untuk mendefinisikannya dengan cara yang berbeda, menghubungkan antara teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) dengan konteks sosial yang berhubungan yang
menyatukan tiga elemen: alat dan artefak teknologi; aktivitas, praktik, dan penggunaan;
dan tatanan serta organisasi sosial yang terbentuk di sekeliling alat dan praktik tersebut.
Ciri utama dari media baru yang paling utama adalah kesaling terhubungan, aksesnya
terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya,
kegunaannya yang beragam sebagai karakter yang terbuka dan sifatnya yang ada ‘di mana-
mana’.
Livingstone (1999: 65) menulis “apa yang mengenai internet barangkali adalah
kombinasi dari interaktivitas dengan ciri yang inovatif bagi komunikasi massa – jenis
konten yang tidak terbatas, jangkauan khalayak, sifat global dari komunikasi”.
Perkembangan ini sejajar dengan berkembangnya teknologi seperti gadget, laptop,
smartphone, tablet dan lain sebagainya. Dari berbagai macam teknologi, yang paling
banyak digunakan masyarakat adalah smartphone. Smartphone saat ini telah dilengkapi
dengan jaringan internet sehingga mempermudah penggunanya untuk mengakses apa pun
melalui internet. Bahkan menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(2016) yaitu:

Tabel 1.1 Pengguna Internet Berdasarkan Perangkat Yang Dipakai

Tabel 1.1 Menggambarkan Pengguna Internet Berdasarkan Perangkat Yang Dipakai di


Indonesia. Diambil dari apji.or.id

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 63,1 Juta masyarakat di
Indonesia secara aktif menggunakan internet oleh perangkat mobile atau handphone. Hal
ini berarti kurang lebih 47,6% masyarakat di Indonesia secara aktif menggunakan internet
dengan menggunakan mobile atau handphone.
Alasan masyarakat lebih menggunakan perangkat mobile adalah karena bentuknya
yang fleksibel dan banyak fitur yang ditawarkan pada perangkat mobile, salah satunya
adalah media sosial. Media sosial adalah sarana pergaulan yang diakses secara online yang
terhubung melalui akses internet. Kehadiran media sosial memudahkan penggunanya
untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Jika ditinjau lebih spesifik lagi saat ini terdapat
jenis-jenis jejaring sosial berbentuk sebuah aplikasi yang menggolongkan fitur-fitur yang
dikhususkan, misalnya jejaring sosial mengirimkan pesan langsung atau lebih sering
dikenal dengan sebutan chat. Jejaring sosial ini memiliki fitur audio visual, dan juga dapat
mengirimkan pesan langsung dan rekam suara. Hal ini dapat didukung dengan data yang
dimiliki oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2016) yaitu:

Tabel 1.2 Data Pengguna Media Sosial Yang Sering Dikunjungi

Tabel 1.2 Data Pengguna Media Sosial Yang Sering Dikunjungi di Indonesia. Diambil dari
apji.or.id

Berdasarkan data di atas dapat terlihat beberapa jenis media sosial yang paling
sering dikunjungi oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data tersebut maka dapat
terlihat bahwa Instagram mendapatkan peringkat kedua media sosial yang paling sering
dikunjungi dengan total 19,9 juta atau 15% dari total populasi di Indonesia.
Instagram memang menjadi media yang digemari baik di luar negeri maupun di dalam
negeri Indonesia. Instagram dianggap sebagai media sosial yang paling fresh oleh para
remaja karena media sosial ini lebih fokus dengan foto dan video yang berdurasi pendek
dibanding dengan media sosial lain yang berfokus pada kicauan, perkataan atau status.
Sehingga instagram lebih mudah digunakan dan dinikmati, ditambah artis lokal maupun
mancanegara saat ini telah memiliki akun serta aktif di instagram sehingga para remaja
dapat mengetahaui kegiatan idolanya melalui foto dan video yang diunggah di Instagram.

Nama Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata
“insta” berasal dari kata “instan”, seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal
dengan sebutan “foto instan”. Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan,
seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata
“telegram”, dimana cara kerja telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi
kepada orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah
foto dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram berasal dari instan-telegram.

Semakin terkenalnya Instagram di masyarakat, berbagai macam pula karakter


masyarakat pengguna media sosial ini. Kebutuhan akan Instagram menuntut untuk
seseorang sebagai kebutuhan yang bersifat untuk mengabadikan dirinya melalui sebuah
dokumentasi foto dengan deskripsinya. Kebutuhan ini akan terus meningkat saat diikuti
dengan berbagai keinginan untuk mengeksistensikan diri atau menampilkan identitas diri
di tengah-tengah lingkungan. Hal ini berkaitan pula terhadap eksistensi diri dan bagaimana
seseorang tersebut ingin menunjukkan citra diri mereka di media sosial yaitu Instagram.
Sebagai sebuah media sosial yang digunakan oleh khalayak ramai, tentunya Instagram
memiliki beberapa dampak. Beberapa dampak positif Instagram yaitu untuk berkomunikasi
dengan kerabat dan sahabat. Selain itu Instagram menjadikan banyak sekali peluang untuk
berbisnis para penggunanya. Dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi pemasaran,
melalui share foto-foto maupun melalui snapgram yang berdurasi 15 detik. Tak hanya
dampak positif saja, tetapi Instagram memiliki banyak sekali dampak negatif.

Beberapa dampak negatif dari media sosial Instagram yaitu adanya cybercrime,
banyak sekali pengguna Instagram yang ditipu oleh online shop. Dan sering juga terjadinya
hatespeech atau yang sering disebut dengan ujaran kebencian. Banyak yang membuat akun
anonymous guna menjelek-jelekan orang. Selain itu pula, Instagram sering sekali
digunakan untuk mengunggah foto-foto maupun video yang berbau pornografi atau gaya
hidup yang tidak sewajarnya yang tentunya menimbulkan dampak bagi yang melihatnya,
khususnya remaja karena emosi remaja masih labil dan rasa ingin tahu pada remaja sangat
tinggi.
Kini penggunaan Instagram sangat melekat bagi remaja. Setiap momen, kejadian,
dan karya dalam hidup para remaja bisa difoto atau divideokan dan diunggah ke dalam
instagram. Dengan Instagram, remaja bisa mengaktualisasikan diri, mengeksiskan diri dan
memperluas pertemanan. Dan juga bisa mengambil foto maupun video, mengedit serta
mempublikasikan momen, serta menggunakan effect editing untuk menambah daya tarik
terhadap estetika editing foto maupun video yang telah diambil. Selain itu Instagram juga
dapat membagikan momen berupa video berdurasi 15 detik yang sering disebut snapgram.
Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukan masa remaja, menurut
Yulia Gunarsa dan Singgih Gunarsa (1991) antara lain adalah “puberteit atau puberty”.
Masyarakat Indonesia menyebutnya akhil baligh, pubertas, dan remaja. Pubertas berarti
kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian atau keperempuanan.
Sedangkan pubscence berasal dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada
daerah kemaluan, maka pubscence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya
rambut pada daerah kemaluan. DeBrun (1990) mendifinisikan “remaja sebagai periode
pertumbuhan masa kanak-kanak dan dewasa”. Sedangkan, Papalia dan Olds (2001)
mendifinisikan “masa remaja sebagai masa transisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun”. Masa remaja dimulai dari saat
sebelum akhil baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian besar ahli psikologi,
masa remaja berada dalam kisaran 11-19 tahun, adapula yang mengatakan antara usia 11-
24 tahun.
Berdasarkan penjelasan di atas, hubungan media sosial terutama Instagram dengan
remaja yaitu tidak dapat dipungkiri bahwa dua hal tersebut telah menjadi bagian yang tidak
dapat terpisahkan dalam kehidupan remaja masa kini. Hal tersebut tentunya membuat
Instagram memiliki peran yang besar dalam pembentukan kepribadian para remaja saat ini.
Remaja yang baik diharapkan memiliki kepribadian yang matang agar dimasa depan
mereka akan menjadi orang yang berguna bagi Nusa dan Bangsa. Dari masalah tersebut,
penulis tertarik untuk meneliti pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini
terhadap gaya hidup remaja.

1.2 Identifikasi Masalah


Karena kita dapat mengakses informasi apapun di media sosial instagram, hal ini
dapat dianggap bermasalah karena dapat mempengaruhi remaja yang melihatnya.
Seperti akun Instagram popular @princessyahrini, menghebohkan publik dengan
mengunggah foto-foto maupun video yang memamerkan gaya hidup yang berlebihan.
Contohnya seperti bergaya hidup hedonisme, syahrini sering memamerkan gaya hidup
yang mewah dengan memamerkan berbagai macam barang branded.
Syahrini gemar mengoleksi tas-tas branded dengan harga fantasis seperti tas-tas bermerek
Hermes. Bahkan begitu cintanya dengan brand Hermes, Syahrini juga mendapat hadiah
akses VIP ke Secret Garden of Hermes di Paris. Tak cukup hanya tas, Syahrini juga kerap
kali memamerkan koleksi sepatu berhak tinggi. Dengan begitu banyak koleksi sepatunya,
syahrini bahkan memiliki ruangan khusus yang menyimpan koleksi ratusan sepatu mahal
dari Louboutin, Channel, dan berbagai merek sepatu mahal lainnya. Selain tas dan sepatu,
syahrini pun selalu tampil dengan aksesoris yang menjadi perhatian netizen. Mulai cincin,
gelang, kalung dari perak, emas, sampai berlian semakin membuat penampilan sang
princes syahrini menjadi cetar membahana. (forum.detik.com, 2016).

Selain itu, berbagai koleksi mobil mewah yang sering dipamerkan pada akun
instagramnya dari mulai Porsche, Lamborghini, Mclaren, Vellvire, serta Mercedes Benz
tersebut menjadi koleksinya. Syahrini pun sering melakukan travelling ke luar negeri.
Dalam perjalanannya, Syahrini kerap memamerkan kemewahan seperti menggunakan
pesawat jet pribadi, pesawat first class, sampai berbelanja barang-barang mewah.
Gambar diatas terlihat @princessyahrini dengan gaya hidupnya yang sangat glamour dan
mewah.
Postingan pada akun media sosial Instagram @princessyahrini yang sangat
mewah tersebut dinilai kelewat batas oleh para netizen. Banyak netizen yang miris melihat
gaya hidup @princessyahrini ini. Lantaran gaya hidupnya yang sangat glamour dan sangat
mewah. Berbeda dengan gaya hidup pada zaman dahulu. Jika zaman dulu orang-orang
yang bisa dibilang memiliki harta yang lebih, hal tersebut tidak sampai dipamerkan kepada
orang banyak namun saat ini tren sudah berubah. Zaman sekarang ini orang-orang yang
memiliki harta yang lebih justru akan memamerkan gaya hidupnya yang mewah kepada
orang-orang. Hal tersebut tentu akan berpengaruh kepada orang-orang yang melihatnya.
Seperti selebitis syahrini ini yang sering memamerkan gaya hidupnya yang glamour dan
juga mewah. Apabila para followersnya tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk
mengontrol diri, tentu akan terpengaruh dengan apa yang dilakukan oleh Syahrini tersebut.
Sehingga jika hal itu terjadi akan menimbulkan gaya hidup hedonis dalam diri masing-
masing followersnya.

Maka remaja yang menggunakan media sosial dan mengikuti akun Instagram
@princessyahrini tidak menutup kemungkinan akan meniru gaya hidup dari selebgram
syahrini karena masa remaja merupakan masa yang sangat sangat kritis, dan sangat rentan.
Apabila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, maka kemungkinan ia akan
menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila
masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan
berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan
selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan
hidupnya.

Seperti selebgram (selebriti Instagram) yang ngefans dengan Syahrini yang


bernama Fachrit Mufama ia menirukan berbagai busana dan penampilan Syahrini
menggunakan alat rumah tangga, karena ia tidak bisa membeli barang-barang mewah yang
setara dengan Syahrini, akhirnya fans dari Syahrini ini menggunakan alat dan pakaian
sederhana untuk menirukan gaya Syahrini.
(Sumber: suratkabar.id)

1.3 Rumusan Masalah


Dari paparan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah pengaruh dari sosial media Instagram @princessyahrini terhadap gaya
hidup remaja?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi fenomena selebgram dikalangan remaja Indonesia dan untuk
mendeskripsikan pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup
remaja.

1.5 Signifikasi Penelitian

1.5.1 Signikansi Akademis


Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi pengetahuan tentang gaya
hidup yang wajar atau pun yang tidak wajar terkait sosial media Instagram
@princessyahrini di kalangan remaja.
1.5.2 Signifikansi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bahan evaluasi konten
Instagram bagi komunitas instagramers dalam memilih konten yang seharusnya diikuti
maupun yang harus dihindari.
1.5.3 Signifikansi Sosial
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada remaja mengenai
gaya hidup mewah yang wajar untuk ditiru sesuai dengan tingkatan ekonomi dari masing-
masing individu.

1.6 Sistematika Penelitian


Pada skripsi dengan judul pengaruh dari media sosial Instagram @princessyahrini
terhadap gaya hidup hedonisme remaja terbagi menjadi tiga bab.
1.6.1. BAB I PENDAHULUAN
Bab I akan memaparkan latar belakang permasalahan yang akan diteliti. Peneliti
akan menguraikan permasalahan, tujuan, serta signifikansi dari penelitian. Pada penelitian
ini, peneliti akan mengangkat permasalahan mengenai Pengaruh media sosial Instagram
@princessyahrini terhadap gaya hidup hedonisme remaja.

1.6.2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab II akan memaparkan tinjauan pustaka yang terkait dengan penelitian ini.
Peneliti akan membahas mengenai teori-teori dan konsep yang akan membantu penelitian.
Fokus pada penelitian ini akan menguraikan mengenai sosial media dan gaya hidup.

1.6.3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab III akan memaparkan metodologi penelitian yang digunakan peneliti. Peneliti
akan menguraikan paradigma penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini,
informan/unit analisis, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode pengujian
data, dan keterbatasan penelitian.

1.6.4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab IV akan memaparkan hasil dari penelitian yang diteliti oleh peneliti. Peneliti
akan menguraikan dan membahas keterkaitan antara hasil yang didapatkan pada saat
pengumpulan data dengan teori dan konsep yang sudah diterangkan pada bab 2.

1.6.5. BAB V PENUTUP


Bab V akan memaparkan kesimpulan dan saran dari penelitian peneliti. Peneliti
akan menguraikan secara singkat kesimpulan dari penelitian ini dengan kemudian
memberikan saran kepada berbagai pihak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi dalam Media Baru


Media baru terus berkembang, mulai dari sisi kecanggihan teknologi komunikasi
dan informasi, hingga semakin meningkatnya penggunaan internet dan media sosial
dikalangan masyarakat. Adanya perkembangan media baru juga turut menggantikan media
lama dalam dunia komunikasi.
McQuail mengatakan (2011, p, 148) media baru adalah “berbagai perangkat
teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang mana selain baru dimungkinkan
dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat
komunikasi. Sebagaimana kita lihat media baru sangat beragam dan tidak mudah
didefinisikan, tetapi kita tertarik pada media baru dan penerapannya yang dalam berbagai
wilayah memasuki ranah komunikasi massa atau secara langsung atau tidak langsung
memiliki dampak terhadap media massa tradisional yang fokus utamanya pada aktivitas
kolektif bersama yang berjudul internet, terutama pada penggunaan publik”

Aspek paling mendasar dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah
digitalisasi, proses di mana semua teks (makna simbolik dalam bentuk yang telah direkam
dan dikodekan) dapat dikurangi menjadi kode biner dan dapat mengalami proses produksi,
distribusi, dan penyimpanan yang sama. Konsekuensi potensial yang paling terkenal dari
lembaga media adalah konvergensi antara semua bentuk media dalam kaitannya dengan
pengaturan, distribusi, penerimaan, dan regulasi mereka (McQuail, 2011)

Poster dalam McQuail (2011) mengatakan “media baru mengabaikan batasan


percetakan dan model penyiaran dengan memungkinkan terjadinya percakapan antar
banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara simultan, perubahan, dan penyebaran
kembali objek-objek budaya, mengganggu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya,
dari hubungan kewilayahan dari modernitas, menyediakan kontak global secara instan, dan
mesin aparat yang berjaringan” ‘Media elektronik baru’ dapat dilihat awalnya sebagai
tambahan atas spektrum yang sudah ada alih-alih sebagai pengganti. Di lain pihak, kita
harus mempertimbangkan bahwa digitalisasi dan konvergensi dapat memiliki konsekuensi
yang lebih revolusioner.
Perubahan utama yang berkaitan dengan munculnya media baru (McQuail, 2011):
a. Digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media.
b. Interaktivitas dan konektivitas jaringan yang makin meningkat.
c. Mobilitas dan delokasi untuk mengirim dan menerima.
d. Adaptasi terhadap peranan publikasi dan khalayak.
e. Munculnya beragam bentuk baru pintu media.
f. Pemisahan dan pengaburan dari lembaga media.

Karekteristik untuk membedakan media lama dengan media baru dari perspektif pengguna
(McQuail, 2011)
a. Interaktivitas (interactivity): sebagaimana ditunjukkan oleh rasio respons atau
inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap 'penawaran' sumber atau
pengirim.
b. Kehadiran sosial (sosiabilitas): dialami oleh pengguna, berarti kontak personal
dengan orang lain dapat dimunculkan oleh penggunaan media.
c. Kekayaan media (media richness): jangkauan di mana media dapat
menjembatani kerangka referensi yang berbeda, mengurangi ambiguitas,
memberikan lebih banyak petunjuk, melibatkan lebih banyak indra, dan lebih
personal.
d. Otonomi (autonomy): derajat di mana seorang pengguna merasakan kendali
atas konten dan penggunaan. mandiri dari sumber.
e. Unsur bermain-main (playfulness): kegunaan untuk hiburan dan kesenangan,
sebagai lawan dari sifat fungsi dan alat.
f. Privasi (privacy): berhubungan dengan kegunaan media dan/atau konten
tertentu.
g. Personalisasi (personalization): derajat dimana konten dan penggunaan
menjadi personal dan unik.

Dengan banyaknya media baru yang muncul membuat media lama tergeser oleh
hadirnya media baru. Munculnya media baru membuat masyarakat dapat menggunakannya
sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, membuat msyarakat cenderung untuk
mellakukan komunikasi melalui dunia maya. Oleh sebab itu, media baru memiliki
karakteristik yang berbeda dengan media lama (konvensional).
Editor buku Handbook of New Media dan Livingstone, 2006. Menunjuk pada
kesulitan untuk menyebutkan apa saja yang termasuk dalam media baru. Dua kekuatan
utama perubahan awalnya adalah komunikasi satelit dan pemanfaatan komputer. Kunci
untuk kekuatan komputer yang besar sebagai sebuah mesin komunikasi terletak pada
proses digitalisasi yang memungkinkan segala bentuk informasi dibawa dengan efisien dan
saling berbaur. Pada prinsipnya, tidak ada kebutuhan untuk dimasukkan ke dalam jaringan
komunikasi komputer dan pusat penerimaan yang sama.

Sejauh ini, hal tersebut belum terjadi karena merupakan proses yang berangsur-
angsur jika hal itu memang akan terjadi. Akan tetapi, kita telah melihat tanda tanda dari
banyak surat kabar yang berpindah kebentuk digital. Seiring dengan teknologi berbasis
komputer terdapat pula berbagai inovasi yang dalam beberapa hal mengubah aspek
komunikasi (Carey, 2003). Alat baru penyiaran oleh kabel, satelit dan radio telah sangat
banyak meningkatkan kemampuan penyiaran. Bentuk-bentuk penyimpanan baru, termasuk
perekam video pribadi, CD-ROM, CD DVD, iPod, dan yang seterusnya juga memperluas
kemungkinan, dan bahkan alat pengontrol jarak jauh juga turut andil.

Adanya media baru juga ditandai dengan faktor-faktor berikut ini (McQuail,2011):
a) Computer-mediated communications: email, chat room, voice image
transmissions, blog, social network, world wide web, dan lain-lain.
b) Cara baru untuk distribusi dan konsumsi pesan: media dikemas dalam bentuk yang
interaktif dalam forat hypertextual, seperti world wide web, podcasts, dan berbagai
permainan di komputer.
c) Realita yang ada direpresentasikan dalam bentuk virtual: berbagai peristiwa dan
fenomena yang terjadi dibuat dalam bentuk virtual sehingga penyebaran informasi
dilakukan dengan lebih mudah.

Adanya transformasi berbagai bentuk media dalam berbagai bidang seperti fotografi,
jurnalisme, film, dan lain-lain. Beberapa teknologi yang di kategorikan sebagai media baru
seringkali diidentifikasikan sebagai teknologi digital.
Menurut McManus (Severin & Tankard, 2010 : 4) beberapa ciri lingkungan media baru
adalah:
a) Teknologi yang dahulu berbeda dan terpisah, seperti percetakan dan penyiaran,
namun pada masa sekarang teknologi tersebut bergabung.
b) Kita sedang bergeser dari kalangan media yang langka menuju media yang
melimpah.
c) Kita sedang mengalami pergeseran dari mengarah kepuasan khalak banyak
kolektif menuju kepuasaan grup tertentu dan individu.
d) Kita sedang mengalami pergeseran dari media satu arah menuju kepada media
interaktif yang feedback nya bisa langsung dirasakan.

2.2 Media Sosial


Media sosial atau yang dikenal juga dengan jejaring sosial merupakan bagian dari
media baru. Terpaan media, interaksi dalam media di abad informasi saat ini, seringkali
membuat diri orang yang terlibat di dalamnya tak lebih dari bentukan media. Christoper
Wulf dalam artikelnya “The Temporaly of World- View dan Self Image” mengatakan
bahwa pandangan dunia dan citra diri memang tak bisa dipisahkan. Cara manusia
memandang dunia dalah cara menusia memandang dirinya, dan cara manusia memahami
dirinya adalah cara manusia memahami dunia. Heidegger, dalam artikelnya “The Age Of
World Picture” mengungkapkan bahwa dengan berkembangbiaknya citraan di dunia, maka
dunia tempat manusia hidup tak lebih dari sebuah ontology citraan. Citraan-citraan yang
disajikan media, pada akhinya menjadi cermin tempat kita berkaca, menunjukkan
ekssistensi kita. (Piliang, 2004:166- 167).

Memang tak bisa dipungkiri, bahwa manusia modern saat ini sangat tergantung
hidupnya pada teknologi. Kehadiran internet yang diikuti dengan munculnya media sosial
di dalamnya membawa pula berbagai masalah etika berkomunikasi. Penggunaan identitas
palsu untuk kepentingan yang “negatif”, penyebaran dan pengunduhan materi yang
dilindungi hak cipta atau materi yang dilarang, merupakan hal yang melanggar etika dan
dilarang. Namun kebebasan yang ditawarkan internet terutama dalam hal ini media sosial,
seolah membuat matinya kepekaan etika. Apa yang harusnya tidak dilakukan, menjadi
“nampak wajar” dilakukan. Bahkan tak jarang ada yang menganggapnya bukan suatu
kesalahan dengan berbekal berbagai pembenaran yang dimunculkan.
Dalam kehidupan keseharian manusia modern, interaksi adalah kebutuhan, dimana
jarak dan waktu tidak lagi menjadi penghalang. Sosial media hadir membantu manusia
menjawab segala tantangan dan memenuhi kewajibannya sebagai makhluk sosial. Abugaza
(2013). Kondisi ini terlihat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya new
media, khususnya new media sosial yang menjadi trend baru dalam new media dewasa ini.
Ardianto (2011). Hal ini berakar dari potensi media baru bagi akses yang terbuka dan
konektivitas yang saat ini semakin menjadi realitas. McQuail (2011).

Menurut Gunelius (2011) media sosial adalah penerbitan online dan alat-alat
komunikasi, situs, dan tujuan dari Web 2.0 yang berakar pada percakapan, pekerlibatan,
dan partisipasi. Selain itu menurut Evans (2008) definisi media sosial diperluas bahwa
media sosial adalah demokratisasi informasi, mengubah orang dari pembaca konten ke
penerbit konten. Berdasarkan definisi tersebut diketahui unsur-unsur penting dari media
sosial yaitu; pertama, media sosial melibatkan saluran yang berbeda dan online menjadi
saluran utama. Kedua, media sosial berubah dari waktu ke waktu, artinya media sosial terus
berkembang. Ketiga, media sosial adalah partisipatif, artinya “penonton” dianggap kreatif
sehingga dapat memberikan komentar.

Dari berbagai definisi media sosial tersebut dapat terlihat bahwa kini media sosial
sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia karena dengan media sosial manusia
dapat mengubah peran manusia sebagai penikmat konten dan pembuat konten. Selain itu,
dengan media sosial juga manusia dapat mengekspresikan diri, namun terkadang kurang
memperhatikan dampak yang ditimbulkan apabila menyalahgunakan fungsi dari media
sosial tersebut.

Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein (2010) membagi berbagai jenis media sosial ke
dalam 6 jenis, yaitu (Mulyati, 2014):
1 Proyek Kolaborasi (Collaborative Projects)
Suatu media sosial yang dapat membuat konten dan dalam pembuatannya dapat
diakses oleh khalayak secara global. Ada dua sub kategori yang termasuk kedalam
collaborative project dalam media sosial, yaitu:
• Wiki adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk menambahkan,
menghapus, dan mengubah konten berbasis teks. Contoh: wikipedia, wiki
ubuntu-id, wakakapedia, dll.
• Aplikasi bookmark sosial, yang dimana memungkinkan adanya pengumpulan
berbasis kelompok dan rating dari link internet atau konten media. Contoh:
social bookmark (del.icio,us, stumblepon,digg, reddit, technorati, lintas berita,
infogue), writing (cerpenista, kemudian.com), reviews (amazon, goodreads,
yelp).
2 Blog dan Mikroblog (Blogs and Microblogs)
Blog dan mikroblog merupakan aplikasi yang dapat membantu
penggunanya untuk tetap posting mengenai pernyataan apapun sampai seseorang
mengerti. Blog sendiri ialah sebuah website yang menyampaikan mengenai penulis
atau kelompok penulis baik itu sebuah opini, pengalaman, atau kegiatan sehari-
hari. Contoh: blog (blogspot, wordpress, multiply, livejournal, blogsome,
dagdigdug, dll), microblog (twitter, tumblr, posterous, koprol, plurk, dll)
3 Konten (Content)
Content communities atau konten masyarakat merupakan sebuah aplikasi
yang bertujuan untuk saling berbagi dengan seseorang baik itu secara jarak jauh
maupun dekat, berbagi seperti video, e-book, gambar, dan lain-lain. Contoh: image
and photo sharing (flickr, photobucket, deviantart, dll), video sharing (youtube,
vimeo, mediafire, dll), audio and music sharing (imeem, last.fm, sharemusic,
multiply), file sharing and hosting (4shared, rapidshare, indowebster.com).
4 Situs Jejaring Sosial (Social Networking Sites)
Situs jejaring sosial merupakan situs yang dapat membantu seseorang
untuk membuat sebuah profil dan kemudian dapat menghubungkan dengan
pengguna lainnya, situs jejaring sosial adalah aplikasi yang memungkinkan
pengguna untuk terhubung menggunakan profil pribadi atau akun pribadinya.
Contoh: Friendster, Facebook, Linkedin, Foursquare, Myspace, Twitter, Line,
Path, Instagram, Snapchat, Askfm dll.
5 Virtual Game Worlds
Dunia virtual, dimana mereplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa
muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan
orang lain selayaknya didunia nyata. Contohnya game online: travian, three
kingdoms, second life, e-republik, world of warcraft, dll.
6 Virtual Social Worlds
Virtual social worlds merupakan aplikasi yang mensimulasikan kehidupan
nyata melalui internet. Virtual social worlds adalah situs yang memungkinkan
pengguna untuk berinteraksi dalam platform tiga dimensi dengan menggunakan
avatar yang mirip dengan kehidupan nyata. Contoh: map (wikimapia, google
earth), 3-commerce (enay, alibaba, juale.com, dll).

2.2.1 Peran Dan Dampak Media Sosial


Pada kenyataannya, saat ini pengguna media sosial menjadi salah satu mediator
yang banyak digunakan. Beberapa acara televisi misalnya, banyak penonton yang
memberikan komentar terhadap suatu topik melalui akun facebook, twitter, Instagram dan
sebagainya, begitupun dengan iklan-iklan yang ditayangkan di televisi, kini banyak
menyertakan akun media sosial sebagai salah satu sarana untuk memberi dan memperoleh
informasi mengenai suatu produk yang dipasarkan. Disisi lain, ada juga berita mengenai
penipuan melalui jejaring sosial facebook, twitter ataupun Instagram yakni dengan modus
menjual suatu produk, berkenalan melalu chatting kemudian diajak bertemu dan diculik.

Selain itu kekhawatiran tidak dapat dihindari akibat menggunakan media sosial. Media
sosial dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan mental penggunanya. Berikut adalah
beberapa hal yang menyebabkan media sosial merusak kesehatan mental penggunanya
(healthmeup.com):
1) Membuat individu merasa tak mampu
Memiliki akun di media sosial membuat individu selalu ingin mengetahui
kehidupan orang lain. Melihat orang yang memilki kehidupan yang lebih sukses
darinya akan membuat individu ini merasa tak mampu dan berharga, yang akhirnya
membuat individu ini merasa kurang percaya diri.
2) Kekuatan kehilangan interaksi
Pengguna aktif media sosial cenderung ingin selalu mengikuti interaksi pada media
sosial yang mereka ikuti. Oleh karena nya, mereka akan selalu ingin membuka
akun media sosialnya secara terus menerus agar tak selalu kehilangan atau
ketinggalan interaksi dan informasi di dunia maya.
3) Terpisah dari dunia nyata
Pemilik akun media sosial sering kali menggambarkan diri ideal mereka di media
sosial. Pengguna juga akan merasa jauh lebih nyaman untuk berinteraksi di media
sosial, tetapi jika mereka kembali ke dunia nyata mereka akan cenderung pendiam
dan merasa gelisah.
4) Menyebabkan kecanduan
Media sosial merupakan hal yang bersifat adiktif. Pengguna akan selalu ingin
memenuhi kebutuhan mereka untuk masuk ke dalam dunia maya.
5) Takut akan kesendirian
Saat individu menghabiskan sebgian besar waktu untuk media sosial, maka secara
otomatis individu ini tak pernah ingin menghabiskan waktunya sendiri. Hal ini
dapat membuat seolah-olah dia takut sendirian.

Pada akhirnya setiap apa yang kita lakukan pasti memiliki dampak positif dan
negatifnya, begitu pula dengan media sosial. Kita harus bisa membedakan hal-hal apa saja
yang seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan di media sosial.

2.2.3 Karakteristik Media Sosial


Media sosial mempunyai beberapa karakteristik khusus diantaranya: (Purnama, 2011)
1) Jangkauan (reach): daya jangkauan sosial media dari skala kecil hingga khalayak
global.
2) Aksesibilitas (accessibility): sosial media lebih mudah diakses oleh publik dengan
biaya yang terjangkau.
3) Penggunaan (usability): sosial media relative mudah digunakan kerena tidak
memerlukan keterampilan dan pelatihan khusus.
4) Aktualitas (immediacy): sosial media dapat memancing respon khalayak lebih
cepat.
5) Tetap (permanence): sosial media dapat menggantikan komentar secara instan atau
mudah melakukan proses pengeditan.

Chris Heuer seseorang yang mengagas social media club dalam buku Engagement
yang dibuat oleh Solis (2010) mengemukakan bahwa terdapat 4C dalam mengopreasikan
sosial media, yaitu:
a. Context
Cara atau bentuk dalam menyampaikan suatu pesan kepada publik
b. Communication
Praktek dalam menyampaikan atau membagikan dan mendengarkan,
merespon, dan mengembangkan pesan kepada publik.
c. Collaboration
Bekerjasama antara pengirim dan penerima agar pesan yang disampaikan
efektif dan efisien.
d. Connection
Hubungan yang terjalin akibat aktivitas yang dilakukan antara pengirim dan
penerima pesan.

Kaum konvensional menilai bahwa media sosial tidak membuat manusia


bertumbuh secara komunikatif dengan manusia lainnya. Teori medium berpendapat bahwa
ketika teknologi terintegrasikan ke dalam suatu ‘cara hidup’, maka manusia mungkin akan
sulit untuk hidup. (David Holmes. 2012: 383).
McLuhan (David Holmes. 2012: 382) mengatakan bahwa dalam masyarakat
media, individu-indivdu dimana-mana menemui diri sendiri dalam dunia yang menjadi
tertutup dan tervirtualisasi, seperti kisah Narcissus, membutuhkan pesona dengan media
yang bisa memperluas gelembung tertutup ini dimana orang lain menjadi terlarut ke dalam
gambar kita sendiri. Katarsis, demikian kata yang tepat untuk diberikan kepada pengguna
media sosial yang aktif dan intens. Katarsis adalah upaya untuk menyalurkan emosi dan
mendapatkan perhatian. Bahasa psikologi yang menarik untuk diteliti berbagai akademisi
yang begelut dibidang psikologi komunikasi dan komunikasi media.

2.3 Media Photo Sharing


Photo Sharing merupakan sebuah kegiatan dimana individu mempublish atau
mentransfer foto berbentuk digital secara online, dan membagi foto mereka kepada orang
lain. Banyak aplikasi photo sharing bermunculan semenjak perkembangan internet
semakin pesat. Hal tersebut melahirkan timbulnya sebuah tren dimana banyak orang
senang untuk mendokumentasikan kegiatan yang dilakukannya dan diperlihatkan kepada
banyak orang.
Photo sharing juga banyak dilakukan pengguna internet untuk banyak hal seperti
mengiklankan produk, memberikan informasi acara, pemberian motivasi dan banyak hal
lainnya. Contohnya pada instagram, kemunculan instagram diawali dengan banyaknya
situs-situs photo sharing seperti Flickr, Photobucket dan Picasa yang lebih dahulu banyak
digunakan oleh pengguna internet. Pada instagram, fitur yang ditawarkan sebenarnya
sangatlah sederhana. Penggunanya dapat mengupload foto atau video pendek yang hanya
berdurasi beberapa detik saja, fitur love dan komentar. Namun instagram menjadi salah
satu situs photo sharing yang paling banyak diminati oleh pengguna internet di dunia.
2.3.1Perkembangan Photo Sharing
Situs photo sharing merupakan situs yang digunakan menyimpan dan menshare
foto. Pengguna situs dapat mengupload foto mereka ke situs tersebut yang dimana
tersimpan di server. Salah satu situs photo sharing generasi awal adalah Ofoto. Ofoto
diluncurkan pada tahun 1999 dan dijalankan oleh Kodak di tahun 2001, lalu diubah
namanya menjadi Kodak EasyShare Gallery. Lalu mulai berkembang juga banyak situs-
situs photo sharing yang sekarang paling banyak digunakan seperti Flickr, Photobucket,
Picasa dan Instagram.

(sumber: citrix.com)

Berdasarkan data di atas dapat terlihat bahwa media sosial Instagram paling sering
digunakan untuk photo sharing.

2.4 Media Sosial Instagram


Instagram berdiri pada tahun 2010 perusahaan Burbn, Inc. merupakan sebuah
teknologi start-up yang hanya berfokus kepada pengembangan aplikasi untuk telepon
genggam. Pada awalnya Burbn, Inc. sendiri memiliki fokus yang terlalu banyak di dalam
HTML5 mobile (hiper text markup language 5), namun kedua CEO (chief executive
officer), Kevin Systrom dan juga Mike Krieger, memutuskan untuk lebih fokus pada satu
hal saja.
Setelah satu minggu mereka mencoba untuk membuat sebuah ide yang bagus, pada
akhirnya mereka membuat sebuah versi pertama dari Burbn, namun di dalamnya masih ada
beberapa hal yang belum sempurna. Versi Burbn yang sudah final, aplikasi yang sudah
dapat digunakan di dalam iPhone, yang dimana isinya terlalu banyak dengan fitur-fitur.
Sulit bagi Kevin Systrom dan Mike Krieger untuk mengurangi fitur-fitur yang ada, dan
memulai lagi dari awal, namun akhirnya mereka hanya memfokuskan pada bagian foto,
komentar, dan juga kemampuan untuk menyukai sebuah foto, itulah yang akhirnya menjadi
awal mula munculnya media sosial Instagram. Namun saat in instagram tidak hanya dapat
mengunggah foto saja namun juga video serta instagram stories. Instagram tidak hanya
muncul di iPhone, pengguna smartphone berbasis android juga bisa menggunakan aplikasi
instagram.
Nama instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata
‘insta’ berasal dari kata ‘instan’, seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal
dengan sebutan ‘foto instan’. Sedangkan untuk kata ‘gram’ berasal dari kata ‘telegram’, di
mana cara kerja telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi kepada orang lain
dengan cepat. Jadi, instagram berasal dari instan- telegram. Sama halnya dengan jejaring
sosial lain, instagram dapat mengunggah foto dengan menggunakan jaringan internet,
sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat.

2.4.1 Fitur pada Instagram:


Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan mengambil gambar atau foto
yang menerapkan filter digital untuk mengubah tampilan efek foto, dan membagikannya
ke berbagai layanan media sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Instagram memiliki
lima menu utama yang semuanya terletak dibagian bawah (Atmoko, 2012:28) yaitu sebagai
berikut :
a) Home Page
Home page adalah halaman utama yang menampilkan (timeline) foto-foto terbaru
dari sesama pengguna yang telah diikuti. Cara melihat foto yaitu hanya dengan menggeser
layar dari bawah ke atas seperti saat scroll mouse di komputer. Kurang lebih 30 foto terbaru
dimuat saat pengguna mengakses aplikasi, Instagram hanya membatasi foto-foto terbaru.
b) Comments
Sebagai layanan jejaring sosial Instagram menyediakan fitur komentar, foto-foto
yang ada di Instagram dapat dikomentar di kolom komentar. Caranya tekan ikon bertanda
balon komentar di bawah foto, kemudian ditulis kesan-kesan mengenai foto pada kotak
yang disediakan setelah itu tekan tombol send.
c) Explore
Explore merupakan tampilan dari foto-foto populer yang paling banyak disukai
para pengguna Instagram. Instagram menggunakan algoritma rahasia untuk
menentukan foto mana yang dimasukkan ke dalam explore feed.
d) Profil
Profil pengguna dapat mengetahui secara detail mengenai informasi pengguna,
baik itu dari pengguna maupun sesama pengguna yang lainnya. Halaman profil bisa diakses
melalui ikon kartu nama di menu utama bagian paling kanan. Fitur ini menampilkan jumlah
foto yang telah diupload, jumlah follower dan jumlah following.
e) News Feed
New feed merupakn Fitur yang menampilkan notifikasi terhadap berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh pengguna Instagram. News feed memiliki dua jenis tab yaitu
“Following” dan “News”. Tab “following” menampilkan aktivitas terbaru pada user yang
telah pengguna follow, maka tab “news” menampilkan notifikasi terbaru terhadap aktivitas
para pengguna Instagram terhadap foto pengguna, memberikan komentar atau follow maka
pemberitahuan tersebut akan muncul di tab ini.

Menurut pendapat ahli Atmoko, Bambang Dwi (2012:28-63) dalam bukunya


Instagram Handbook yang menyatakan indikator dari sebuah media sosial Instagram yaitu:
1. Hastag
Suatu label (tag) berupa kata yang diberikan awalan simbol tanda #. Fitur pagar
(tanda pagar) ini penting karena sangat memudahkan pengguna untuk menemukan foto-
foto yang tersebar di instagram dengan label tertentu.
2. Lokasi/geotag
Smarphone telah dilengkapi fitur geotag yang berguna untuk mengetahui lokasi
tempat pengambilan gambar.
3. Follow
Suatu sistem dengan menjadi mengikuti suatu akun pengguna lainnya, atau
memiliki pengikut instagram.
4. Share
Kejejaring sosial lain, juga tidak hanya dapat membaginya dalam instagram saja,
melainkan foto tersebut dapat dibagi juga melalui jejaring sosial lainnya.s
5. Like
Sebagai penanda bahwa pengguna yang lain menyukai foto yang telah diunggah
oleh pengguna lain.
6. Komentar
Bagian dari interaksi dalam instagram memberi komentar berupa saran, pujian atau
kritikan.
7. Mention
Menyinggung pengguna lainnya di dalam judul foto dan juga pada bagian komentar foto,
bertujuan untuk berkomunikasi dengan pengguna yang disinggung.
2.5 Remaja
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti
Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat
(1990: 23) adalah Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini
anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara
berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa
remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja
akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat
bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)

2.5.1 Tahap – Tahap Perkembangan Remaja


Sa’id (2015), membagi usia remaja menjadi tiga fase sesuai tingkatan umur yang
dilalui oleh remaja. Menurut Sa’id, setiap fase memiliki keistimewaannya tersendiri.
Ketiga fase tingkatan umur remaja tersebut antara lain:
a) Remaja awal (early adolescent)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan- perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis
ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan
dimengerti orang dewasa.
b) Remaja madya (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak
teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam
kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-
ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri
pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.
c) Remaja akhir (late adolescent)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal yaitu:
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

Periode masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan


periode sebelum dan sesudahnya. Monks (2001: 11) menyatakan masa remaja merupaka
periode peralihan, peralihan ini lebih dirasakan pada masa awal remaja. Masa awal remaja
juyga dirasakan sebagai masa perubahan.
Berdasarkan pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja
merupakan awal mula dimana penemuan dan perubahan baru dapat cepat ditangkap oleh
remaja, sehingga mereka mudah sekali terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat semu.
Pencarian identitas diri merupakan konflik terpenting dalam perkembangan remaja.
Harlock (2013) menjelaskan bahwa tahap perkembangan remaja memiliki efek langsung
terhadap sikap, perilaku dan tahapan perkembangan selanjutnya.

Setiap keputusan yang diambil oleh remaja dalam pencarian identitas diri dapat
langsung berakibat pada sikap dan perilaku maupun pada perkembangan selanjutnya. Hal
tersebut didukung oleh teori perkembangan dari Erikson (Feist dan Feist, 2014) bahwa
identitas diri merupakan hal yang sangat penting pada remaja karena akan menjawab
pertanyaan “siapa saya”. Pencarian identitas diri juga menentukan nilai dan ideologi yang
cenderung menetap pada perkembangan selanjutnya. Nilai dan ideologi ini akan menjadi
dasar bagi remaja untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan.
Pencarian identitas diri pada remaja bersumber pada dua hal yaitu hasil
perkembangan sebelumnya dan nilai dari teman sebaya (Erickson dalam Feist dan Feist,
2014). Masa anal-anak, sebagai tahapan perkembangan sebelum remaja adalah masa yang
menghasilkan pola dasar dalam perkembangan kepribadian dan minat pada remaja.
Pengaruh teman sebaya sangat penting dalam membentuk konsep, nilai dan ideologi pada
remaja. pembentukan konsep tersebut diambil dari konsep yang ada pada kelompoknya.
Harlock (2003) menjelaskan bahwa pola kepribadian pada remaja mencerminkan konsep
kelompok terhadap dirinya. Remaja cenderung mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang
diterima dan diakui oleh kelompoknya. Hal ini disebabkan karena remaja secara emosional
lebih dekat dengan teman sebaya.

Kedekatan remaja dengan teman sebayanya berasal dari perasaan yang sama dalam
merasakan kebingungan akan identitas diri. Remaja melihat diri sendiri dan lingkungan
berdasarkan keinginan mereka. Hal ini menyebabkan remaja menjadi tak realistis dan
memiliki tingkat emosi yang tinggi. Penolakan dari teman sebaya pun merupakan sumber
stres terbesar pada remaja (Platt, 2013). Sangat dimungkinkan, remaja cenderung
mengambil keputusan yang salah karena pengaruh teman sebaya. Hal tersebut pada
akhirnya akan sangat berdampak besar terhadap keputusannya dalam pembentukan konsep
diri.

2.6 Gaya Hidup


Menurut Assael (1984) gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by
how people spend their time (activities), whatthey consider important in their environment
(interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”. Yang
maksudnya adalah bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting
orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri
sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan
dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk
merefleksikan status sosialnya.
Menurut Solomon (2009) pembagian gaya hidup dilihat dari segmentasi pasar,
yaitu gaya hidup tradisional (traditional life style), gaya hidup orientasi diri (self oriented
life style), gaya hidup konservatif (conservative life style) dan gaya hidup hemat dan
praktis (frugal andpractical lifestyle).
2.6.1 Gaya Hidup Hedonisme
Gaya hidup hedonis menurut Solomon (2009) merupakan perilaku atau kebiasaan
seorang individu untuk menghabiskan waktunya hanya demi bersenang-senang bersama
teman sepermainan dan ingin menjadi pusat perhatian di lingkungannya.
Atribut kecenderungan gaya hidup hedonis meliputi lebih senang mengisi waktu luang di
mall, kafe, dan restoran makanan siap saji, serta memiliki sejumlah barang dengan merek
prestisius (Susanto, 2001). Segmentasi yang mengikuti gaya hidup hedonis salah satunya
ialah pada diri anak muda atau remaja. Karaketeristik anak muda yang termasuk dalam
kategori experiences yang dicirikan sebagai individu yang antusias, impulsif, dan
pemberontak. Mereka mencari kegembiraan, mencoba hal- hal baru, dan berani mengambil
resiko. Mereka menghabiskan uangnya untuk pakaian, fast food, musik, film, dan
kesenangan anak muda lainnya.

Pada dasarnya gaya hidup merupakan pola perilaku, di mana pola perilaku tersebut
tercermin dari consumers’ AIOs yaitu Activities, Interest, dan Opinion (Assael, 1984).
Activitas mewakili salah satu bagian perilaku dari gaya hidup, dimana berkaitan dengan
penggunaan waktu yang dimiliki oleh setiap individu (Gonzalez dan Bello, 2006).
Aktivitas mengacu pada bagaimana setiap individu menghabiskan waktu dan uang yang
mereka miliki (Ahmad, Omar, & Ramayah, 2011).

Interest atau minat mengacu pada tingkat kegairahan yang disertai perhatian
khusus maupun terus menerus terhadap suatu objek, peristiwa, ataupun topik tertentu
(Engel, Blackwell, & Miniard,1994). Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran,
harapan, dan evaluasi, seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi
sehubungan dengan peristiwa di masa yang akan datang, dan pertimbangan konsekuensi
yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif (Engel,
Blackwell, & Miniard, 1994).

2.7 Teori Modelling Albert Bandura


Definisi perilaku modeling Modeling (Steinberg, 2001) adalah "The process af
learning by watching others: a therapeutic technique used to effect behavioral change."
Suatu proses belajar dengan cara mengamati orang lain; sebuah teknik terapeutik yang
digunakan mempengaruhi perubahan perilaku. Perilaku modeling adalah bagian dari teori
social learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Bandura sependapat dengan
Skinner bahwa perilaku kita lebih banyak dipelajari melalui pengkondisian operan, tetap
Bandura melihat pengaruh utama terhadap perilaku adalah hasil dari meniru perilaku model
(Jarvis, 2010).
Kebanyakan perilaku yang ditampilkan orang dipelajari, baik secara disengaja
ataupun tidak, dari pengaruh contoh. Ada beberapa alasan kenapa modeling mempengaruhi
pembelajaran manusia dalam kehidupan sehari-hari. Saat kesalahan bisa menjadi
berbahaya dan beresiko, respon-respon baru bisa dibentuk tanpa melakukan kesalahan
yang tidak diperlukan dengan cara menampilkan model yang bisa mendemonstrasikan
bagaimana suatu aktivitas tertentu dilakukan dengan benar. Beberapa perilaku rumit hanya
bisa dilakukan melalui pengaruh dari model. Sebaga contoh, jika anak tidak punya
kesempatan untuk mendengarkan pembicaraan, akan menjadi mustahil untuk mengajarkan
kepada mereka kemampuan linguistik yang membentuk bahasa. Modeling adalah aspek
dalam pembelajaran yang tidak bisa dipisahkan. Proses pembelajaran perilaku baru bisa
disingkat dengan cara menyediakan model yang sesuai. Dalam kebanyakan situasi, contoh
yang baik merupakan guru yang jauh lebih baik Menurut Miller dan Dollard (dalam
Bandura, 1971)

Menurut Miller dan Dollard (dalam Bandura 1971) supaya proses belajar dengan
meniru terjadi, pengamat harus termotivasi untuk bertindak, harus ditampilkan kepada
mereka contoh dari perilaku yang ingin dipelajari, harus melakukan respon yang cocok
dengan contohnya, dan perilaku meniru mereka harus diperkuat secara positif.
Teori belajar sosial atau disebut juga observasional learning adalah sebuah teori belajar
yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan
penganut behaviorisme lainnya, Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata
refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond) melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil nteraksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

Prinsip dasar belajar menurut teori ini bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan
perilaku sosial mana yang perlu dilakukan (Yudhawati dan Haryanto, 2011)
Belajar mengobservasi telah memberikan dampak yang cukup kuat terhadap tingkah laku
sosial-antisosial anak atau remaja.
Dalam hal ini, Bandura telah merancang tiga dampak utama dari pengamatan
terhadap tingkah laku individu yang dijadikan model yaitu (1) remaja memperoleh pola-
pola respons baru, ketika dia berfungsi sebagai pengamat, (2) pengamatan terhadap tingkah
laku model dapat memperkuat atau memperlemah respons-respons yang tidak diharapkan
(yang ditolak), dan (3) mengamati tingkah laku yang lain dapat mendorong remaja atau
anak untuk melakukan kegiatan yang sama (Yusuf, 2011).

Dalam kaitannya dengan ketiga dampak di atas, interaksi sosial remaja dalam
kelompok sebaya dapat merangsang atau menstimulasi pola-pola respons baru melalui
belajar dengan cara mengamati (observational learning). Di sini kelompok sebaya telah
memberikan kesempatan belajar kepada remaja untuk mengimitasi berbagai tingkah laku
para anggota kelompok lainnya. Pengaruh teman sebaya yang menjadi model dapat
mencegah atau membolehkan pola-pola tingkah laku yang relatif tidak pasti (kebiasaan)
dalam seting yang terstruktur. Walaupun begitu, pengalaman pengalaman baru dapat
mencegah atau memperkuat dampaknya terhadap kegiatan moral atau sosial (Yusuf 2011).

Dari beberapa definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa perilaku modeling


adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan individu melalui pengamatan terhadap
perilaku yang ditunjukkan objek yang lain selain dirinya. Dari pengamatan tersebut,
individu akan memper pengetahuan banu mengenai suatu perilaku yang diamatinya dan
individu akan mencoba untuk mereproduksi perilaku tersebut. Selain itu, supaya perilaku
modeling ini bisa muncul, individu harus termotivasi untuk bertindak dan tindakannya
diperkuat secara positif.

2.7.1 Proses dalam Perilaku Modeling


Perilaku modeling dipengaruhi oleh empat proses (Bandura, 1971)
1. Attentional process
Seseorang tidak bisa banyak belajar dengan observasi jika dia tidak
memperhatikan, atau mengenali fitur-fitur penting dari perilaku model. Hanya sekedar
menampilkan model kepada seseorang bukan berarti orang tersebut akan memperhatikan
modelnya, mereka akan memilih karakteristik karakteristik model yang paling relevan, atau
mereka akan merasakan secara akurat aspek-aspek yang kebetulan saja mereka sadari.
Beberapa bentuk modeling secara intinsik menguatkan sampai mereka bisa
mempertahankan perhatian orang dari semua usia dalam waktu yang luas. Contoh yang
paling baik untuk menggambarkan ini adalah modeling dari televisi. Model-model yang
ditampilkan di televisi sangat efektif dalam menangkap perhatian penontonnya, sampai
penontonnya mempelajari perilaku yang ditunjukkan tanpa diberikan penguatan untuk
melakukannya (Bandura, Grusec, & Menlove, dalam Bandura, 1971),

2. Retention process
Seseorang tidak bisa dipengaruhi oleh pengamatan perilaku model jika ia tidak
mengingatnya. Fungsi besar kedua dalam perilaku modeling meliputi ingatan jangka
panjang mengenai aktivitas yang telah ditunjukkan pada suatu waktu. Jika seseorang ingin
mereproduksi perilaku model saat modelnya sendiri sudah tidak ada untuk bertindak
sebagai pemandu, pola respon harus direpresentasikan dalam memori dalam bentuk
simbolis. Setelah aktivitas yang telah ditunjukkan diubah menjadi gambaran- gambaran
dan simbol verbal yang bisa digunakan, kode-kode memori ini bertindak sebagai panduan
untuk mereproduksi respon yang cocok secara berurutan. Selain pengkodean simbolis,
repetisi juga membantu memperkuat ingatan orang yang secara mental merepetisi atau
benar-benar melakukan peniruan perilaku cenderung sulit melupakan perilaku tersebut
dibandingkan dengan orang yang tidak memikirkan atau melatih apa yang mereka lihat.

3. Motoric reproduction process


Proses ketiga meliputi proses dimana representasi simbolis bertindak sebagai
panduan dalam tindakan terang-terangan. Untuk bisa mereproduksi perilaku, seseorang
harus menggabungkan serangkaian respon sesuai dengan pola yang telah ditampilkan.
Meskipun representasi simbolis dari perilaku yang telah ditampilkan telah didapat dan
diingat, seseorang mungkin masih tidak bisa mereproduksi perilaku tersebut karena
keterbatasan fisik. Seorang anak bisa belajar melalui pengamatan tentang perilaku
mengendarai mobil, tapi jika ia terlalu pendek untuk mengoperasikan kemudinya ia tidak
akan bisa mengendarai kendaraan tersebut.

4. Motivational process
Seseorang bisa mendapatkan, mengingat, dan memiliki kemampuan untuk
melakukan perilaku yang ditampilkan, tapi perilaku itu mungkin tidak keluar jika perilaku
tersebut tidak disangsikan secara positif dan tidak diterima dengan baik.
2.7.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku modeling
Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku modeling
antara lain sebagai berikut (Bandura, 197)
1. Self-control
Untuk berperilaku secara efektif, seseorang harus bisa mengantisipasi akibat yang
mungkin muncul dalam peristiwa yang berbeda-beda dan mengatur perilakunya sesuai
dengan akibat dari peristiwa tersebut. Tanpa kemampuan tersebut, seseorang akan
bertindak secara tidak produktif, atau beresiko. Informasi mengenai akibat yang mungkin
muncul di dari stimuli lingkungan, misalnya lampu lalu lintas, komunikasi verbal, pesan
gambar, tempat yang mencolok, orang, atau benda, atau perilaku orang lain. Self control
yang dimaksud bukan hanya dalam segi perilaku saja, tapi juga dari segi kognitif dan juga
emosinya.
2. Self-concept
Tindakan role model yang memiliki status lebih besar kemungkinannya untuk
berhasil dan memiliki nilai fungsional yang lebih besar bagi pengamatnya dari pada role
model yang memiliki kemampuan intelektual, kejuruan, dan sosial yang lebih rendah.
Dalam situasi dimana orang tidak yakin dengan pemahaman tentang tindakan yang ditiru,
mereka mengandalkan karakteristik role-model dan simbol yang menunjukkan status
(misalnya gaya berpakaian) yang menunjukkan penanda nyata kesuksesan di masa lalu
(Bandura, 1971).
3. Lingkungan
Hampir semua proses pembelajaran yang didapat dari pengalaman langsung bisa
dipelajari melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain. Kemampuan manusia untuk
belajar melalui observasi membantu dia untuk mendapatkan berbagai macam perilaku
tanpa harus membentuk pola perilaku melalui proses trial and error (coba-coba). Begitu
juga dengan respon emosional bisa didapatkan melalui observasi terhadap reaksi afektif
orang lain saat mereka menghadapi pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan.
Respon-respon perilaku baru bisa dibentuk dengan cara menampilkan contoh yang
menjelaskan bagaimana cara suatu kegiatan dilakukan dengan cara yang benar. Contohnya,
remaja paling banyak dipengaruhi oleh internet, seperti video di situs-situs, film Korea,
pertunjukkan konser artis Korea di Indonesia. Dari berbagai media tersebut remaja bisa
mengetahui bagaimana cara berpakaian dan berpenampilan seperti artis Korea.
4. Adanya reinforcement (penguatan)
Proses pembelajaran yang berasal dari pengalaman langsung sebagian besar
dipengaruhi oleh reward atau punishment yang mengikuti setiap tindakan. Melalui reward
ataupun punishment yang akan diterima dari setiap tindakan yang dilakukan, individu bisa
membuat dugaan-dugaan tentang perilaku seperti apa yang akan menghasilkan hasil yang
menguntungkan bagi individu yang bersangkutan. Selain itu, reinforcement bisa berfungsi
sebagai motivator individu dalam kegiatan yang dilakukan di masa depan.

2.7.3 Jenis – jenis peniruan (Modeling):


1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social
Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase
dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan langsung sesuatu melalui demonstrasi
bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh
model melalui proses perhatian. Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru
mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan
yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis
dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh: Meniru
Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: Pelajar
meniru gaya bahasa gurunya.
Ada beberapa tahap seseorang membentuk perilaku sebagai pengaruh dari pesan-
pesan tayangan media. Bila teori modeling ini diaplikasikan kedalam bentuk pengaruh
penampilan akibat terpaan media massa/media sosial, maka secara esensial berproses:
(Hamidi, 2007).
1 Individu yang menonton penampilan orang (model) memperhatikan bentuk
perilaku tertentu dari model tersebut.
2 Pemirsa lalu mengidentifikasikan diri dengan model tersebut. Jika dia
berpenampilan seperti model tersebut maka dia akan merasa tampak menarik dan
baik.
3 Pemirsa baik secara sadar atau tidak ketika berpenampilan seperti model yang
ditiru merasa memperoleh sesuatu yang fungsional seperti diharapkan, ketika
digunakan atau ditampilkan dalam situasi tertentu.
4 Apa yang diperoleh pemirsa dengan mengidentifikasi dari model yang ditiru dapat
digunakan sebagai media dalam merespons situasi yang relevan.
5 Tindakan yang dihasilkan dari mengidentifikasi-diri dengan model dirasakan dapat
menimbulkan kepuasan, ganjaran, sehingga tindakan meniru tersebut seakin
dikukuhkan.
6 Tindakan pengukuhan tersebut lalu akan selalu diulang dalam merespons setiap
situasi yang dihadapi.

Kaitan antara Teori Modeling dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah
salah satu efek dari media massa atau media sosial adalah terjadinya pengimitasian yang
dilakukan pengguna media sosial yang didasarkan pada apa yang ia lihat di media massa
atau media sosial. Dalam hal ini, efek dari media sosial instagram yang berhubungan
dengan gaya hidup hedonis dari akun instagram @princessyahrini menarik perhatian dari
para followersnya sehingga terjadilah pengimitasian. Dalam kaitannya dengan penelitian
ini, maka teori modeling dapat menjelaskan bagaimana pengaruh gaya hidup hedonis ke
dalam gaya hidup mereka sehari-hari.
2.8 Kerangka Berfikir

Pengaruh Media Sosial Gaya Hidup

Teori Modelling (Peniruan) dari


Fitur-fitur Media Albert Bandura
Sosial Ø Proses Perilaku Modelling
• Posting • Attentional Process

• Lokasi • Retention Process

• Konten • Motoric Reproduction

• Editing Process
• Motivational Proces
Ø Faktor Perilaku Modelling
• Self-control
• Self-concept
• Lingkungan
• Reinforcement
Ø Jenis Peniruan
• Peniruan Langsung
• Peniruan Tidak Langsung
• Peniruan Gabungan
• Peniruan Sesaat atau
Seketika
• Peniruan Berkelanjutan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

3.1.1 Definisi Paradigma


Paradigma adalah suatu kerangka konseptual, termasuk nilai, teknik dan metode,
yang disepakati dan digunakan oleh suatu komunitas dalam memahami atau mempersepsi
segala sesuatu. Dengan demikian, fungsi utama paradigma adalah sebagai acuan dalam
mengarahkan tindakan, baik tindakan sehari-hari maupun tindakan ilmiah. Sebagai acuan,
maka lingkup suatu paradigma mencakup berbagai asumsi dasar yang berkaitan dengan
aspek ontologis, epistemologis dan metodologis. Dengan kata lain, paradigma dapat
diartikan sebagai cara berpikir atau cara memahami gejala dan fenomena semesta yang
dianut oleh sekelompok masyarakat (world view). Seorang pribadi dapat mempunyai
sebuah cara pandang yang spesifik. tetapi cara pandang itu bukanlah paradigma, karena
sebuah paradigma harus dianut oleh suatu komunitas.

3.1.2 Jenis-Jenis Paradigma


Menurut Dedy N. Hidayat (1999) yang mengacu pada pemikiran Guba dan Lincoln
(1994) ada tiga paradigma :
1. Paradigma klasik yang mencakup positivism.
2. Paradigma kritis
3. Paradigma konstruktivisme
Paradigma positivisme yaitu pandangan yang mengukur sebab dan akibat, dan
biasanya menguji teori. Lalu paradigma kontsruktivisme, yaitu pandangan untuk
memahami dan melakukan analisis makna pada penelitian. Paradigma Advokasi yaitu
pandangan yang bersifat politis, dan pandangan pragmatisme, pandangan yang sifatnya
tindakan dan pluralistik.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan paradigma positivisme. Hal ini dikarenakan,
peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini
terhadap gaya hidup remaja. (Bungin, 2008 : 237)
Di dalam positivisme memiliki landasan filosofis yaitu dalam pandangan ontologi sendiri
berakar dari bahasa Yunani. Onto berarti ada dan logos berarti ilmu. Dengan demikian,
ontologi dimaknai sebagai ilmu yang membahas tentang keberadaan. Atau dengan kata
lain, ontologi berarti cara untuk memahami hakikat dari jenis ilmu komunikasi.

Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang asal, sifat,
metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi sendiri dinamakan sebagai teori
pengetahuan. Kata epistemologi berakar dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari dua
gabungan kata yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang artinya ilmu. Jika diartikan
secara keseluruhan, epistemologi adalah ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan
membangun ilmunya.

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini terdiri dari dua gabungan kata
yaitu axios dan logos. Axios berarti nilai, sedangkan logos bermakna ilmu atau teori. Jika
diartikan keseluruhan maka artinya adalah “teori tentang nilai”. Aksiologi adalah teori nilai
yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang didapatkan.

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian


3.2.1 Pendekatan Penelitian
Berdasarkan pendekatan yang mendasarinya, secara garis besar dapat dibedakan dua
macam penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Kedua pendekatan tersebut
memiliki asumsi, tujuan, karakteristik, dan prosedur yang berbeda.

Pendekatan kualitatif merupakan cara pandang peneliti dengan mengadopsi desain


kualitatif dalam menyelengarakan studi. Desain penelitian kualitatif memiliki beberapa
karakteristik, yaitu lebih bersifat umum, fleksibel, dinamis, eksploratif, dan mengalami
perkembangan selama proses penelitian berlangsung. Dari aspek tujuannya, pendekatan
kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih mendalam, untuk
mengembangkan teori, dan untuk mendeskripsikan realitas serta kompleksitas fenomena
yang diteliti.
Ditinjau dari aspek teknik pengumpulan datanya, pendekatan kualitatif umumnya
mengadopsi teknik observasi partisipatoris dan wawancara mendalam. Instrumen
penelitian yang digunakan juga menyesuikan. Biasnya berupa buku catatan, alat rekam,
dan kapasitas peneliti itu sendiri untuk melakukan interpretasi.
Pendekatan kuantitatif di sini bisa didefinisikan sebagai cara pandang peneliti
dengan mengadopsi desain penelitian kuantitatif. Kita juga akan melihat karakteristiknya
untuk memahami definisinya. Karakteristik desain penelitian kuantitatif meliputi fokus
riset yang lebih terperinci, kaku, statis, dan prosesnya sesuai laur yang sudah disusun sejak
awal dan tidak dapat diubah. Kematangan dalam perencanaan adalah kuncinya.

Dari aspek pengumpulan datanya, pendekatan kuantitatif menggunakan cara survey


atau wawancara terstruktur. Sesuai metode pengumpulan datanya, maka instrumen yang
sering digunakan antara lain kuesioner atau angket, buku tes, dan sebagainya. Pendekatan
kuantitatif menggunakan perpaduan anatara ilmu sosial dan ilmu statistik dalam analisis
datanya. Riset sosial yang menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya bersifat
deduktif. Analisis deduktif artinya gambaran besar yang berupa hipotesis atau teori diuji
kebenarannya dengan proses pengujian variabel yang lebih detail.
Jika hipotesis ditolak, maka peneliti menemukan hipotesis baru berupa penjelasan tentang
hubungan antar variabel yang bisa diterima.

Penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kuantitatif, karena dapat


mengukur secara jelas pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya
hidup remaja melalui perbandingan angka. Dengan perbandingan angka akan
mempermudah dalam menganalisis dan menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah.
Jenis survey cross sectional adalah jenis penelitian yang dilakukan satu kali dan serentak
terhadap objek yang berbeda.

3.2.2 Strategi Penelitian


Strategi penelitian dalam kuantitatif ada 5 jenis, yaitu:
1. Penelitian Survei
Penelitian survei merupakan strategi penelitian yang berusaha memaparkan secara
kuantitaif mengenai kecendrungan, opini, atau sikap dari suatu populasi tertentu dengan
meneliti satu sampel dari populasi tersebut. Penelitian survei meliputi studi cross-sectional
dan longitudinal yang menggunakan isntrumen kuesioner atau wawancara terencana dalam
pengumpulan data, yang bertujuan untuk menggeneralisasi populasi berdasarkan sampel
yang telah ditentukan.
2. Penelitian Eksperimen
Penelitian ini merupakan strategi penelitian yang berusaha menentukan apakah
suatu perlakuan atau treatment mempengaruhi hasil sebuah penelitian. Untuk mengukur
pengaruh ini dilakukan dengan cara menerapkan suatu perlakuan atau treatment kepada
suatu kelompok yang disebu kelmopok treatment dan tidak memberikannya pada
kelompok lain yang disebut kelompok kontrol, kemudian menentukan bagaimana kedua
kelompok itu menentukan hasil akhir. Penelitian eksperimen meliputi eksperimen aktual
dengan penugasan acak atau random assigment terhadap subejk yang diberikan treatment
dalam kondisi tertentu, dan kuasi eksperimen dengan prosedur non acak. Termasuk di
dalam kuasi eksperimen yaitu rancangan single subject.
3. Expost Facto Expost facto adalah penelitian kasual komperatif karna usaha
mencari informasi tentang hubungan sebab akibat dalam kejadian tertentu.
4. Historis Menurut Louis Gottchalk, metode historis adalah proses dan
analisis untuk menemukan data yang autentik dan dapat dipercaya, dan juga data
sintetik dari data sejarah yang dapat dipercaya.
5. Observasi Observasi merupakan metode penelitian yang dapat digunakan
untuk memahami gejala komunikasi yang sesuai dengan survei, eksperimen,
analisis jaringan, dan grounded.

Diantara lima jenis strategi penelitian kuantitatif diatas, yang paling tepat untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penelitian survei.

Sugiyono (2011:6) berpendapat bahwa metode penelitian survey digunakan untuk


mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner,
tes, wawancara, terstruktur, dan sebagainya. Sukardi (2007: 194) berpendapat bahwa
pelaksanaan penelitian survey mungkin bervariasi dalam hal tingkat kompleksitasnya, dari
yang hanya dengan menggunakan teknik analisis frekuensi sederhana sampai dengan
penggunaan perhitungan analisis hubungan antar variabel kompleks.

Survey yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data
dalam satu waktu saja atau disebut dengan cross-sectional. Penelitian ini menggunakan
cross-sectional karena pengambilan datanya hanya dalam satu waktu saja tidak terjadi
berulang-ulang.
3.2.3 Populasi dan Sample Size
1. Populasi
Menurut Creswell (2014) populasi yakni sejumlah keseluruhan unit analisis yang
ciri-cirinya sudah diduga. Dalam hal ini populasi biasanya berbentuk kelompok dan media
massa. Menurut Siregar (2013) bahwa populasi dalam penelitian adalah serumpun atau
objek yang menjadi sasaran penelitian.

Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah


0 22.350 22.120 44.470
1-2 42.247 40.762 83.009
3-4 39.910 37.908 77.818
5-6 37.805 35.896 73.701
7-12 94.662 90.202 184.864
13-15 43.184 42.972 86.156
16-18 48.281 49.739 98.020
19-23 118.539 115.041 233.581
24-44 396.828 381.611 778.439
45+ 201.307 185.740 387.047
Jumlah 1.045.113 1.001.992 2.047.105

(Sumber: Bps Tangerang Selatan)

Sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan, pupulasinya adalah kota Tangerang
Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah kota Tangerang Selatan karena remaja di kota
Tangerang Selatan termasuk yang aktif pada media sosial.

2. Simple Size
Menurut Sugiyono (2008: 109) "sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi dapat diambil dari populasi yang memiliki ciri
atau karakteristik yang sama.
Untuk menentukan ukuran sampel menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
rumus Slovin:
Sumber: (Siregar, 2013)

n= 233.581
233.581x 0,01 + 1
233.581
233,6
= 99,9 . Jika dibulatkan menjadi 100 sampel.
Jadi dalam penelitian ini jumlah sample-nya adalah 100 responden.

3.3 Metode Operasionalisasi Konsep


3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajari sehingga didapatkan informasi
mengenai hal tersebut dan ditariklah sebuah kesimpulan.
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel X dan variabel Y.
Variabel X (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini
variabel X yaitu pengaruh media sosial Instagram.
Variabel Y (variabel terkait) adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini adalah
gaya hidup remaja.

3.3.2 Operasionalisasi Konsep


Menurut Wrench (2013), operasionalisasi konsep merupakan proses pendefinisian
variabel sehingga menjabarkan indikator dari sebuah variabel Definisi ini bersifat konkrit
sehingga dapat diamati.
VARIABEL DIMENSI SUB DIMENSI INDIKATOR KATEGORI

Posting Foto SS, S, TS, STS


Video SS, S, TS, STS
Snapgram SS, S, TS, STS
Feed SS, S, TS, STS
Pengaruh Konten SS, S, TS, STS
Media Sosial Instagram Lokasi Tempat SS, S, TS, STS
Instagram Di Kunjungi SS, S, TS, STS
@princessyah Mengunjungi SS, S, TS, STS
rini Editing Pencahayaan SS, S, TS, STS
Filter SS, S, TS, STS
GIF SS, S, TS, STS
Sticker SS, S, TS, STS
Attentional Process Memperlihatkan SS, S, TS, STS
Proses
Prilaku Retention Process Dipengaruhi SS, S, TS, STS
Modeling Motivational Positive/Baik SS, S, TS, STS
Process

Self-Control Mengarahkan citra SS, S, TS, STS


diri
Faktor yang
Self-Concept Citra Diri SS, S, TS, STS
Gaya Hidup Membentuk
Nilai Fungsional SS, S, TS, STS
Remaja Prilaku
Lingkungan Pengamatan SS, S, TS, STS
Modeling
Reinforcement Observasi SS, S, TS, STS
Peniruan Langsung Mencontohkan SS, S, TS, STS
Jenis-Jenis Langsung
Prilaku Peniruan Tidak Imajinasi SS, S, TS, STS
Modeling Langsung

Peniruan Situasi Tertentu SS, S, TS, STS


Sesaat/Sementara
3.3.3 Hipotesis Penelitian
H0 adalah tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
H1 adalah ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Hasil penelitian sementara adalah H1 diterima H0 ditolak. Ada pengaruh media sosial
Instagram syahrini terhadap gaya hidup remaja.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Juliansyah Noor (2011:138)
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan beberapa cara, yaitu:
a. Kuisioner
Apakah jumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden tentang dirinya atau hal-hal yang dirasakan oleh karyawan selama terikat dengan
perjanjian yang telah disepakati dengan organisasi tersebut dengan cara membagi langsung
dengan responden yang bersangkutan, angket dapat mengajukan pertanyaan atau
pernyataan tertutup atauterbuka, dapat diberikan pada responden secara langsung atau
dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2008)
b. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. Studi
pustakamerupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan
informasi melalui dokumen- dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun
dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Studi pustaka
merupakan Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka dapat memengaruhi kredibilitas
hasil penelitian yang dilakukan (Noor, 2015).

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah Pengambilan data melalui dokumen tertulis mamupun elektronik


dari lembaga/institusi. Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang lain.

3.5 Keterbatasan penelitian


Keterbatasan pada penelitian ini adalah hanya membahas mengenai gaya hidup
remaja setelah mengikuti media sosial Instagram @princessyahrini, padahal sebenarnya
masih banyak faktor-faktor yang dapat dipengaruhi bukan hanya mengenai gaya hidup
pada remaja saja. Hal tersebut bisa menjadi kesempatan bagi peneliti-peneliti selanjutnya
untuk meneliti faktor lainnya diluar dari gaya hidup remaja akibat mengikuti media sosial
Instagram @princessyahrini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Media Sosial Instagram


Instagram merupakan salah satu media sosial yang banyak diminati saat ini. Alasan
mengapa Instagram berhasil meraih kepopulerannya tak lain karena kebiasaan masyarakat
sekarang yang cenderung ‘narsis’. Dimana pun dan kapan pun kita dapat berfoto lalu
menguploadnya di Instagram. Bukan hanya foto pribadi, foto makanan dan tempat-tempat
umum yang biasanya memiliki daya tarik juga menjadi incaran para pengguna Instagram
untuk difoto kemudian diupload pada media sosial Instagram. Dengan demikian, media
sosial Instagram memiliki pengaruh bagi para penggunanya. Biasanya para remaja yang
mudah terkena dampak tersebut.
Seperti yang dikemukakan oleh Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini
membahas dampak dari media sosial Instagram terhadap remaja yang ditargetkan berada
pada wilayah Tangerang Selatan Populasi karena remaja di kota Tangerang Selatan
termasuk yang aktif pada media sosial.

4.2 Hasil Penelitian


Penyebaran kuesioner telah dilakukan oleh peneliti sesuai dengan jumlah sampel
dan karakteristik responden yang sudah ditentukan di empat tempat di Tangerang Selatan.
Penyebaran kuesioner dilakukan dalam dua cara yaitu offline. Kuesioner offline dilakukan
dengan cara menyebarkan langsung ke tempat-tempat yang sudah ditentukan. Dalam hal
ini data nominal yang menunjukkan demografis dan data interval yang menunjukkan nilai
masing-masing variabel diterakan dalam data dibawah ini.

4.2.1 Deskripsi Responden


Jumlah sampel sesuai dengan populasi yang diberikan oleh dinas kependudukan
Tangerang Selatan berjumlah 99,9 dan dibulatkan menjadi 100 sesuai penyebaran di
wilayah kota Tangerang Selatan, telah tersebar dengan jumlah kuesioner 100 dari
penyebaran offline yang tergolong valid. Peneliti melakukan penyebaran dimana dari 100
kuesioner yang sudah valid, berikut ini merupakan usia dari responden yang sudah mengisi
kuesioner peneliti yaitu usia 19 tahun berjumlah 16% lalu usia 20 tahun berjumlah 43%
lalu usia 21 tahun berjumlah 30% lalu usia 22 tahun berjumlah 11%
Tabel 4.1
Diagram Pie Chart Usia Responden

Karakterisik dari responden sesuai dengan yang ditargetkan sudah menggunakan


internet dan memiliki media sosial yang aktif dimana dari responden yang mengisi
kuesioner, 11% responden menggunakan internet lebih dari dua jam, lalu dengan
persentase 30% responden menggunakan internet dengan durasi tiga jam, lalu dengan
persentase 59% responden menggunakan internet dengan durasi lebih dari tiga jam dalam
satu hari.
Tabel 4.2
Diagram Pie Chart Durasi Penggunaan Internet Per-hari

Selain menggunakan internet, dari responden yang sudah mengisi kuesioner


berikut media sosial yang digunakan secara aktif oleh responden. 49% dari responden aktif
menggunakan Instagram lalu hanya 2% orang yang aktif menggunakan twitter lalu 4%
responden aktif menggunakan facebook saja atau 45% responden menggunakan ke-empat
media sosial tersebut secara aktif.
Tabel 4.3
Diagram Pie Chart Pengguna Media Sosial

Berikut merupakan data frekuensi atau waktu berapa kalikah responden melihat
akun media sosial Instagram @princessyahrinni, sebanyak 10% melihat akun media sosial
Instagram @princessyahrini sebanyak satu kali, lalu 31% responden melihat akun media
sosial Instagram @princessyahrini sebanyak dua kali dan 57% responden melihat akun
media sosial Instagram @princessyahrini lebih dari dua kali. Dan 2% yang tidak pernah
melihat sama sekali.
Tabel 4.4
Diagram Pie Chart Frekuensi Melihat Media sosial ig Syahrini
4.2.2 Deksripsi Wilayah Penyebaran Kuesioner
Peneliti melakukan penyebaran kuesioner di daerah-daerah Tangerang Selatan.
Penyebaran di setiap daerah-daerah di Tangerang Selatan menghasilkan kuesioner yang
valid yaitu dari Pamulang berjumlah 11% responden, lalu Bintaro berjumlah 37%
responden, lalu Ciputat berjumlah 29% responden, Serpong berjumlah 23% responden.
Tabel 4.5
Diagram Pie Chart Frekuensi Penyebaran Kuesioner

Berdasarkan hasil kuesioner yang diterima, maka total valid berjumlah 100 kuesioner valid.
Angka tersebut sudah dapat mewakili seluruh populasi yang sudah ditentukan yaitu sebesar
100 responden.

4.2.3 Deksripsi Hasil Kuesioner Variabel X


Variabel X pada penelitian ini, merupakan pengaruh media sosial instagram
Syahrini, dimana sebagai variabel bebas yang bisa menunjukkan komponen dan juga
karakteristik media sosial instagram yang digunakan oleh Syahrini sebagai media untuk
berbagi kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, ada 12 pertanyaan yang
disebarkan peneliti, ini merupakan deksripsi dalam bentuk tabel dan narasi dari ke-12
pertanyaan pada variabel X yaitu pengaruh media sosial instagram Syahrini.
Tabel 4.6
Persentase Penilaian Responden Pertanyaan Variabel X

No Pertanyaan Variabel X Valid Percent Penilaian Responden


(Skala Likert)
SS S TS STS
1 Saya tertarik melihat foto yang Syahrini posting dalam 22% 73% 5% 0%
instagram

2 Saya tertarik melihat video yang Syahrini posting di instagram 16% 75% 9% 0%

3 Saya tertarik melihat snapgram Syahrini karena dapat 17% 71% 11% 1%
mengetahui kehidupannya sehari-hari

4 Saya tertarik dengan tempat-tempat yang dikunjungi Syahrini 21% 72% 7% 0%


pada setiap postingannya

5 Saya tertarik untuk mengunjungi setiap lokasi yang Syahrini 11% 72% 17% 0%
datangi dalam setiap postingannya

6 Saya tertarik dengan kendaraan yang digunakan syahrini pada 30% 59% 11% 0%
postingan di instagram

7 Saya tertarik dengan tas branded yang syahrini gunakan pada 35% 52% 13% 0%
postingan instagram

8 Saya tertarik dengan aksesoris yang digunkan syahrini pada 25% 58% 17% 0%
postingan di instagram

9 Saya tertarik dengan produk make-up yang digunkan syahrini 32% 58% 10% 0%
pada postingan instagram

10 Saya tertarik dengan pencahayaan yang Syahrini gunakan pada 31% 59% 10% 0%
postingan di akun ig
11 Saya tertarik dengan filter yang Syahrini gunakan pada 25% 54% 20% 0%
postingan di akun instagramnya

12 Saya tertarik dengan sticker pada snapgram yang syahrini 20% 56% 24% 0%
gunakan pada instagramnya

Pada variabel X, peneliti mendapatkan hasil persentase mengenai pengaruh media


sosial instagram syahrini. Hasil item satu variabel X pada urutan satu menunjukkan bahwa
22% responden sangat setuju, 73% responden setuju, 5% responden tidak setuju dan
responden yang menjawab sangat tidak setuju itu tidak ada, dengan melihat foto yang
Syahrini posting dalam instagram. Lalu pada item dua variabel X pada urutan dua di tabel
atas menunjukkan bahwa 16% responden sangat setuju, 75% responden setuju, 9%
responden tidak setuju dan responden yang menjawab sangat tidak setuju itu tidak ada,
dengan melihat video yang Syahrini posting di instagram, hal ini menunjukkan secara garis
besar responden tertarik dalam melihat foto atau video yang diposting oleh akun instagram
Syahrini.

Selanjutnya, hasil item tiga variabel X pada urutan tiga di tabel atas menunjukkan
bahwa 17% responden sangat setuju, 71% responden setuju, 11% responden tidak setuju
dan 1% responden sangat tidak setuju dengan melihat snapgram Syahrini karena dapat
mengetahui kehidupannya sehari-hari. Angka ini pun menunjukkan bahwa tidak seluruh
responden ingin mengetahui kehidupan sehari-hari Syahrini. Diikuti dengan hasil item
empat variabel X pada urutan empat di tabel atas menunjukkan bahwa 21% responden
sangat setuju, 72% setuju, dan 7% tidak setuju, lalu yang jawab sangat tidak setuju tidak
ada dengan tempat-tempat yang dikunjungi Syahrini pada setiap postingannya. Lalu, hasil
item lima variabel X pada tabel lima menunjukan 11% responden sangat setuju, 72%
setuju, lalu 17% responden menjawab tidak setuju untuk mengunjungi setiap lokasi yang
Syahrini datangi dalam setiap postingannya.

Selanjutnya, hasil item enam variabel X pada tabel enam menunjukan 30%
responden menjawab sangat setuju, 59% responden setuju dan 11% responden menjawab
tidak setuju dengan kendaraan yang digunakan syahrini pada postingan di instagram.
Selanjutnya, hasil item tujuh variabel X pada tabel tujuh menunjukan 35% responden
menjawab sangat setuju, 52% responden menjawab setuju dan 13% responden menjawab
tidak setuju dengan tas branded yang syahrini gunakan pada postingan instagram. Lalu
selanjutnya, hasil item delapan variabel X pada tabel delapan menunjukan 25% responden
menjawab sangat setuju, 58% responden menjawab setuju lalu 17% responden menjawab
tidak setuju pada aksesoris yang digunkan syahrini pada postingan di instagram.
Selanjutnya, hasil item sembilan variabel X pada tabel sembilan di tabel atas menunjukan
bahwa 32% responden menjawab sangat setuju, 58% responden menjawab setuju dan 10%
responden menjawab tidak setuju pada produk make-up yang digunkan syahrini pada
postingan instagram. Selanjutnya, hasil item sepuluh variabel X pada tabel sepuluh di tabel
atas menunjukan bahwa 31% responden menjawab sangat setuju, 59% responden
menjawab setuju, lalu 10% responden menjawab tidak setuju dengan pencahayaan yang
Syahrini gunakan pada postingan di akun instagram pribadi miliknya. Selanjutnya, hasil
item sebelas variabel X pada tabel sebelas di atas menunjukan bahwa, 25% responden
menjawab sangat setuju, 54% responden menjawab setuju dan 20% responden menjawab
tidak setuju dengan filter yang Syahrini gunakan pada postingan di akun instagramnya.

Selanjutnya, hasil item duabelas variabel X pada tabel dua belas diatas menunjukan
bahwa, 20% responden menjawab sangat setuju, 56% responden menjawab setuju, dan
24% menjawab tidak setuju dengan sticker pada snapgram yang syahrini gunakan pada
instagramnya. Sesuai dengan hasil item-item pertanyaan pada variabel X, terlihat bahwa
dari komponen pertanyaan, followers pada akun instagram Syahrini tertarik pada setiap
konten postingan Syahrini pada instagramnya. Angka yang paling menonjol dapat dilihat
dari item pertanyaan satu yaitu melihat foto yang Syahrini posting dalam instagram , 22%
setuju dan 73% sangat setuju, tetapi ada 5% responden yang menjawab tidak setuju dengan
konten foto yang Syahrini posting pada akun instagramnya.

4.2.4 Deskripsi Hasil Kuesioner Variabel Y


Variabel Y pada penelitian ini, merupakan gaya hidup remaja, dimana sebagai
variabel terikat yang bisa menunjukkan pengaruh gaya hidup remaja terhadap postingan
Syahrini pada instagramnya. Dalam hal ini, ada tujuh belas pertanyaan yang disebarkan
peneliti. Dalam hal ini, ke- 17 pertanyaan ini memiliki hasil angka yang unik dan
memberikan temuan-temuan baru terkait variabel Y pada penelitian yaitu gaya hidup
remaja. Maka dari itu, ini merupakan deksripsi dalam bentuk tabel dan narasi dari ke- 17
pertanyaan pada variabel Y yaitu gaya hidup remaja.
Tabel 4.7
Persentase Penilaian Responden Pertanyaan Variabel Y

No Pertanyaan Variabel Y Valid Percent Penilaian


Responden (Skala Likert)
SS S TS STS
1 Saya meniru untuk menggunakan kendaraan yang mewah 16% 58% 26% 0%
setelah melihat akun instagramnya syahrini.

2 Saya meniru untuk menggunakan tas yang mewah setelah 11% 73% 15% 1%
melihat akun instagramnya syahrini

3 Saya meniru untuk menggunakan aksesoris yang syahrini 16% 71% 12% 1%
gunakan setelah melihat akun instagramnya

4 Saya meniru untuk menggunakan produk kecantikan yang 17% 62% 19% 2%
Syahrini gunakakan setelah melihat postingan akun
instagramnya

5 Saya meniru untuk menggunakan barang branded yang syahrini 12% 63% 24% 1%
gunakan setelah melihat postingan instagram

6 Saya suka meniru pakaian mewah syahrini kerena dipengaruhi 14% 67% 19% 0%
oleh postingan Instagramnya syahrini

7 Saya meniru untuk menggunakan produk kecantikan yang 12% 71% 17% 0%
ditawarkan syahrini karena memiliki nilai fungsional

8 Saya mengikuti akun Instagram syahrini untuk mengarahkan 13% 77% 10% 0%
citra diri saya untuk terlihat tampil mewah setelah melihat akun
instagramnya

9 Saya meniru gaya berpakaian syahrini karena terkenal dengan 17% 72% 11% 0%
citra diri yang mewah
10 Saya meniru gaya hidup syahrini dengan mengobservasi 9% 77% 14% 0%
terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan yang saya miliki

11 Saya meniru gaya hidup syahrini karena menganggap sesuai 16% 64% 19% 1%
dengan gaya hidup dalam lingkungan sosial saya

12 Saya meniru kegiatan hidup syahrini yang mewah karena 18% 72% 10% 0%
dianggap kegiatannya positif

13 Saya mencontohkan langsung gaya berpakaian syahrini setelah 12% 72% 16% 0%
melihat posingan instagramnya

14 Saya berimajinasi untuk membeli kendaraan mewah setelah 27% 58% 15% 0%
melihat postingan Instagram syahrini

15 Saya berimajinasi untuk membeli tas branded setelah melihat 26% 54% 10% 0%
postingan Instagram syahrini

16 Saya berimajinasi untuk membeli aksesoris yang syahrini 25% 65% 10% 0%
gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini

17 Saya berimajinasi untuk membeli produk kecantikan yang 27% 63% 10% 0%
syahrini gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini

Pada pertanyaan di variabel Y, peneliti melihat tahapan gaya hidup remaja yang
dialami oleh followers akun media sosial Instagram Syahrini yang dipengaruhi oleh media
sosial inatagram Syahrini. Hasil item satu variabel Y pada urutan satu di tabel atas
menunjukkan bahwa 16% responden sangat setuju, 58% responden setuju, 26% responden
tidak setuju dengan meniru untuk menggunakan kendaraan yang mewah setelah melihat
akun instagramnya syahrini. Dilanjutkan lagi dengan hasil item dua variabel Y pada urutan
dua di tabel atas menunjukkan bahwa 11% responden sangat setuju, 73% responden setuju,
15% responden tidak setuju dan 1% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan
bahwa responden meniru untuk menggunkan tas yang mewah setelah melihat akun
instagramnya syahrini.
Pada variabel ini responden ternyata meniru untuk menggunakan tas yang mewah
setelah melihat akun instagram Syahrini. Pada item tiga variabel Y pada urutan tiga di tabel
atas menunjukkan bahwa 16% responden sangat setuju, 71% responden setuju, 12%
responden tidak setuju dan 1% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan responden
meniru untuk menggunakan aksesoris yang Syahrini gunakan setelah melihat akun
instagramnya. Item pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa ternyata lebih dari 50%
responden meniru untuk menggunakan aksesoris yang Syahrini gunakan setelah melihat
akun instagramnya.

Pertanyaan dilanjutkan dengan hasil item empat variabel Y pada urutan empat di
tabel atas menunjukkan bahwa 17% responden sangat setuju, 62% responden setuju, 19%
responden tidak setuju dan 2% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa
responden meniru untuk menggunakan produk kecantikan yang Syahrini gunakakan
setelah melihat postingan akun instagram . Berbeda dengan item pertanyaan sebelumnya,
pada item ini responden lebih suka produk kecantikan yang Syahrini gunakan
dibandingkan aksesoris yang Syahrini gunakan.

Pada pertanyaan selanjutnya, hasil item 5 variabel Y pada urutan lima di tabel atas
menunjukkan bahwa 12% responden sangat setuju, 63% responden setuju, 24% responden
tidak setuju dan 1% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden
meniru untuk menggunakan barang branded yang syahrini gunakan setelah melihat
postingan instagram. Pada variabel Y, komponen mengenai gaya hidup remaja dilihat dari
hasil item enam variabel Y pada urutan enam di tabel atas menunjukkan bahwa 14%
responden sangat setuju, 67% responden setuju, 19% responden tidak setuju dengan
pernyataan bahwa responden meniru pakaian mewah syahrini kerena dipengaruhi oleh
postingan Instagramnya syahrini.

Hasil item tujuh variabel Y pada urutan tujuh di tabel atas menunjukkan bahwa
12% responden sangat setuju, 71% responden setuju, 17% responden tidak setuju dengan
pernyataan bahwa responden meniru untuk menggunakan produk kecantikan yang
ditawarkan syahrini karena memiliki nilai fungsional. Selanjutnya, hasil item delapan
variabel Y pada urutan delapan di tabel atas menunjukkan bahwa 13% responden sangat
setuju, 77% responden setuju, 10% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa
responden mengikuti akun Instagram syahrini untuk mengarahkan citra diri nya untuk
terlihat tampil mewah setelah melihat akun instagram Syahrini.
Pada pertanyaan selanjutnya, Hasil item sembilan variabel Y pada urutan sembilan
di tabel atas menunjukkan bahwa 17% responden sangat setuju, 72% responden setuju,
11% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden meniru gaya berpakaian
syahrini karena terkenal dengan citra diri yang mewah. Angka ini mengindikasikan bahwa
responden meniru gaya berpakaian Syahrini karena agar kelihatan mempunyai citra diri
yang mewah. Selanjutnya, Hasil item sepuluh variabel Y pada urutan sepuluh di tabel atas
menunjukkan bahwa 9% responden sangat setuju, 77% responden setuju, 14% responden
tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden meniru gaya hidup syahrini dengan
mengobservasi terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan yang di milikinya. Angka
responden terhadap item ini juga rata-rata setuju bahwa mereka harus mengobservasi
terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Hasil item sebelas variabel Y pada urutan 11 di tabel atas menunjukkan bahwa
16% responden sangat setuju, 64% responden setuju, 19% responden tidak setuju dan 1%
responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden meniru gaya hidup
syahrini karena menganggap sesuai dengan gaya hidup dalam lingkungan sosial. Hasil item
dua belas variabel Y pada urutan 12 di tabel atas menunjukkan bahwa 18% responden
sangat setuju, 72% responden setuju, 10% responden tidak setuju dengan pernyataan
bahwa responden meniru kegiatan hidup syahrini yang mewah karena dianggap
kegiatannya positif . Hasil item tiga belas variabel Y pada urutan 13 di tabel atas
menunjukkan bahwa 12% responden sangat setuju, 72% responden setuju, 16% responden
tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden mencontohkan langsung gaya berpakaian
syahrini setelah melihat posingan instagramnya.

Pertanyaan selanjutnya adalah item empat belas pada urutan 14 di tabel atas
menunjukkan bahwa 27% responden sangat setuju, 58% setuju, 15% tidak setuju dengan
pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli kendaraan mewah setelah
melihat postingan Instagram syahrini. Pertanyaan selanjutnya adalah item lima belas pada
urutan 15 di tabel atas menunjukkan bahwa 25% responden sangat setuju, 65% setuju,
10% tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli tas
brended yang syahrini gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini. Pertanyaan
selanjutnya adalah item enam belas pada urutan 16 di tabel atas menunjukkan bahwa 25%
responden sangat setuju, 65% setuju, 10% tidak setuju dengan pernyataan bahwa
responden berimajinasi untuk membeli aksesoris yang syahrini gunakan setelah melihat
postingan Instagram syahrini. Pertanyaan selanjutnya adalah item tujuh belas pada urutan
17 di tabel atas menunjukkan bahwa 27% responden sangat setuju, 63% setuju, 10% tidak
setuju dengan pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli produk kecantikan
yang syahrini gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini.

4.2.5 Uji Hipotesis dan Analisis Data


Dalam pertanyaan penelitian, peneliti ingin melihat hubungan ataupun pengaruh
yang dihasilkan dari media sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup remaja.
Uji yang digunakan untuk melihat hubungan atau pengaruh dari variabel X dan Y itu adalah
pearson product moment selanjutnya, koefisien korelasi untuk melihat adakah atau tidak
adakah pengaruh, dan seberapa kuat pengaruh tersebut. Ketiga yaitu koefisien determinasi
untuk melihat berapa persentase pengaruh variabel X ke Y, peneliti membutuhkan angka
dalam bentuk persentase agar terlihat berapa persenkah angka pengaruh yang sudah diuji
lewat pearson product moment dari variabel X terhadap variabel Y.

Selanjutnya adalah analisis regresi linear yang digunakan peneliti untuk melihat
seberapa besar nilai X mempengaruhi Y dan memprediksi kekuatan hubungan antara X
dan Y. Hal ini digunakan guna mendapatkan angka tidak hanya untuk melihat pengaruh
saat ini, namun untuk masa yang akan datang, apakah, angka tersebut searah dan akan
bertambah sesuai dengan variabel X.

4.2.5.1 Analisis Korelasi Pearson Product Moment


Peneliti ingin melihat hubungan yang dihasilkan dari variabel X yaitu pengaruh
media sosial Instagram @princessyahrini terhadap pengaruhnya ke variabel Y yaitu gaya
hidup remaja. Berikut merupakan hasil output yang sudah dilakukan peneliti dalam
menghitung korelasi variabel X terhadap Y dengan menggunakan rumus pearson product
moment.
Tabel 4.8
Tabel Korelasi Pengaruh Media Sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup
remaja
Correlations
pengaruh media gaya hidup
sosial instagram remaja
syahrini

pengaruh media sosial Pearson Correlation 1 ,508**


instagram syahrini Sig. (2-tailed) ,000
N 100 100
gaya hidup remaja Pearson Correlation ,508** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel correlations diatas, menunjukkan bahwa hubungan antara Pengaruh


Media Sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup remaja tergolong lemah
positif yaitu dengan r hitung 0,361. Arti positif adalah hubungan antara variabel X dan Y
adalah searah maka semakin sesuai pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini
yang ditayangkan maka semakin meningkat pula pengaruhnya terhadap gaya hidup remaja.
Sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu dibagi menjadi Ho dan Ha,
Ho : pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini Tidak mempengaruhi gaya hidup
remaja di Tangerang Selatan.
Ha : media sosial Instagram @princessyahrini mempengaruhi gaya hidup remaja di
Tangerang Selatan.

Dari tabel signifikansi pada tabel nilai sig sebesar 0,00, maka pada kasus ini α :
0,01 Sehingga sig = 0,00 < α = 0,01 Sehingga keputusan Ho ditolak maka hipotesis yang
teruji dan sesuai dengan hasil data adalah : media sosial Instagram @princessyahrini
mempengaruhi gaya hidup remaja di Tangerang Selatan.
4.2.5.2 Koefisen Korelasi
Sesuai dengan tabel korelasi bahwa angka korelasi r terhitung 0,361 dan sudah
signifikan, Maka lewat tabel koefisien korelasi:
Tabel 4.9
Tabel Koefisien Korelasi
No Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
1 0,00-0,199 
 Sangat Lemah

2 0,20-0,399 
 Lemah

3 0,40-0,599 
 Cukup

4 0,60-0,799 
 Kuat

5 0,80-0,100 
 Sangat Kuat

Sumber : Diambil dari Metode Perhitungan kuantitatif dan SPSS yang ditulis oleh Siregar,
2013
Berdasarkan tabel koefisien korelasi, nilai hubungan antara variabel X yaitu
pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini terhadap Y gaya hidup remaja,
tergolong pada klasifikasi hubungan cukup.

4.2.5.3 Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R) digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan
yang diberikan variabel X terhadap Y (Siregar, 2013). Maka dari tabel yang sudah
didapatkan dari hasil kuesioner dan tabel regresi linear, maka :
R = R2 x 100%
KD = 0,508 x 0,508 x 100%
= 0,258064 x 100% = 0,2580649 = 25,8%

Angka tersebut berarti bahwa, kontribusi yang diberikan media sosial Instagram
@princessyahrini terhadap gaya hidup remaja di angka 25,8% saja. Maka dapat dikatakan
bahwa pengaruh variabel pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya
hidup remaja sebesar 25,8% sedangkan 74,2% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang
diluar dari variabel penelitian. Hal ini dibutuhkan analisis lebih lanjut apa sajakah variabel-
variabel dari luar variabel penelitan yang ternyata lebih mempengaruhi gaya hidup remaja.
4.2.5.4 Analisis Regresi Linear Sederhana

Tidak hanya melihat pengaruh dan juga klasifikasi hubungan variabel, namun
peneliti ingin melihat di masa yang akan datang mengenai hubungan antar variabel apakah
searah atau tidak. Berdasarkan hasil kuesioner yang sudah dilakukan, peneliti
menggunakan analisis regresi linier sederhana unutk melihat pengaruh dan juga prediksi
hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Sesuai dengan rumus yang sudah
dimasukkan lewat SPSS maka tabel regresi linear memiliki output sebagai berikut :

Tabel 4.10
Model Summary Regresi Linear
Model Summaryb
M R R Adjuste Std. Change Statistics
od Squa d R Error of R F df1 df2 Sig. F
el re Square the Square Chan Change
Estimate Change ge
1 .508 .258 .250 4.378 .258 34.06 1 98 .000
a
5
a. Predictors: (Constant), Pengaruh Media Sosial Instagram Syahrini
b. Dependent Variable: Gaya hidup Reaja

Dari tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa ada hubungan searah dari variabel X
dan Y bahwa apabila X meningkat maka Y juga akan meningkat, namun, dari hasil
perhitungan angka masih tergolong positif dengan pengaruh lemah yaitu angka r = 0,361.
Sama halnya dengan hasil yang didapatkan menggunakan rumus pearson product moment
bahwa sebenarnya pengaruh dari variabel X ke Y bersifat searah namun tergolong lemah.
Dalam hal ini angka r adalah angka yang menunjukkan korelasi antar variabel.
Tabel 4.11
Tabel Koefisien Regresi Linear
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize t Sig.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 25.316 4.455 5.683 .000
Pengaruh Media Sosial .694 .119 .508 5.836 .000
Instagram Syahrini
a. Dependent Variable: Gaya hidup Reaja

Persamaan regresi sesuai dengan rumus yang sudah ditentukan di bab sebelumnya
maka, dari angka ditabel, Y = 25.361+ 0.694 X. Angka a dan b didapatkan dari hasil tabel
koefisien regresi linear, yaitu dari variabel dependen dan independen. Maka Persamaan ini
digunakan untuk memperkirakan media sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya
hidup remaja. Untuk menentukan apakah rumus dapat digunakan, caranya adalah dengan
membandingkan F tabel dan F hitung serta Sig dan α.

F hitung merupakan angka yang digunakan dari hasil tabel ANOVA yaitu sebuah
tabel yang menunjukkan angka variasi dan rata-rata dari korelasi dua variabel. F hitung
yang ada pada tabel tersebut merupakan angka yang menunjukkan angka hasil regresi
untuk melihat hubungan seberapa besar nilai variabel x dengan variabel y. Lalu angka
signifikan dan F hitung tadi digunakan untuk melihat apakah persamaan yang sudah dibuat
tadi bisa dipakai untuk memprediksi nilai variabel y yang dipengaruhi oleh variabel x.
Tabel 4.12
Tabel Anova Regresi Linear
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regressio 652.945 1 652.945 34.065 .000b
n
Residual 1878.445 98 19.168
Total 2531.390 99
a. Dependent Variable: Gaya hidup Reaja
b. Predictors: (Constant), Pengaruh Media Sosial Instagram Syahrini

F hitung yang ada pada tabel berjumlah 34.065 dan F tabel yang sudah dihitung
berjumlah 2,76. Angka tersebut didapatkan dari rumus F tabel : F (α)( k, dk) alphanya
adalah = 0,05, n adalah jumlah responden, dan k adalah jumlah variabel bebas tambah
terikat maka :
F (0,01)(1, 100-2-1) = F (0,01) (1, 397) = 2,76 ( dari tabel F, Siregar,2013).
Fhitung : 43.065 > Ftabel =2,76 maka 0,000<0,01

Artinya Model regresi linear sederhana dapat digunakan untuk memprediksi


pengaruh pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup remaja.
Persamaan regresi linear yaitu Y = 25.361+ 0.694 X maka, ketika nilai pada variabel X
bertambah atau jawaban responden bertambah satu poin, maka tingkat pengaruh media
sosial instagram akan bertambah. X = 69 ,
Maka, Y = 25.361 + 0,694. 69 = 1.798 nilai skor minat belanja.
Jadi angka tersebut mengindikasikan, besaran pengaruh media sosial instagram yang
semakin bertambah apabila skor pengaruh terhadap gaya hidup remaja semakin bertambah
juga. Semakin meningkat nilai X maka semakin meningkat juga nilai Y.

4.3 Pembahasan

Setelah data sudah menunjukkan hubungan antara variabel X dan Y pada penelitian
ini, maka, peneliti akan mengkaji dan menganalisis lebih dalam, mengenai kaitan konsep
dan juga teori yang digunakan dengan masing-masing item pertanyaan dengan penemuan-
penemuan yang menarik dan bisa dijadikan bahan evaluasi dalam melihat pengaruh media
sosial instagram Syahrini terhadap gaya hidup remaja. Dalam hal ini, di kajian teori bab 2,
dan sesuai dengan operasionalisasi konsep. Hal ini terdiri dari, komponen utama media
sosial instagram baik itu dari posting, lokasi, follow, editing, hingga teori modelling dari
Albert Bandura yang berkaitan dengan gaya hidup remaja.

4.3.1. Postingan media sosial instagram Syahrini terhadap gaya hidup remaja
Posingan balala
Pada variabel X sub dimensi posting pada item hasil kuesioner menunjukkan
bahwa 22% responden sangat setuju, 73% responden setuju, 5% responden tidak setuju dan
responden yang menjawab sangat tidak setuju itu tidak ada, tetapi dominan dari 95%
responden tersebut menjawab setuju dengan melihat foto yang Syahrini posting dalam
instagram. Lalu pada item dua variabel X sub dimensi posting pada kuesioner menunjukkan
bahwa 16% responden sangat setuju, 75% responden setuju, 9% responden tidak setuju dan
responden yang menjawab sangat tidak setuju itu tidak ada, dengan melihat video yang
Syahrini posting di instagram, hal ini menunjukkan secara garis besar responden tertarik
dalam melihat foto atau video yang diposting oleh akun instagram Syahrini.

Selanjutnya, hasil item tiga variabel X sub dimensi posting pada urutan tiga di tabel
atas menunjukkan bahwa 17% responden sangat setuju, 71% responden setuju, 11%
responden tidak setuju dan 1% responden sangat tidak setuju, secara garis besar dengan
jumlah total 88% responden menjawab setuju dengan melihat snapgram Syahrini karena
dapat mengetahui kehidupannya sehari-hari. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa postingan
yang paling di sukai untuk di lihatnya postingan foto. Walaupun postingan video dan insta
story instagram angkanya juga tinggi tetapi lebih besar dari postingan foto instagram
Syahrini. Sesuai dengan pembahasan di tinjauan pustaka bahwa postingan berupa foto,
video, dan insta story di instagram dapat memberikan ketertarikan yang kuat di dalam
followers instagram Syahrini.

4.3.2. Lokasi yang dikunjungi Syahrini setiap di posting di instagram


Menurut ahli Atmoko, Bambang Dwi (2012:28-63) dalam bukunya Instagram
Handbook, smartphone telah dilengkapi fitur geotag yang berguna untuk mengetahui lokasi
tempat pengambilan gambar.
Hasil item empat variabel X sub dimensi lokasi pada kuesioner menunjukkan bahwa, 21%
responden sangat setuju, 72% setuju, dan 7% tidak setuju, lalu yang menjawab sangat tidak
setuju tidak ada, dengan tempat-tempat yang dikunjungi Syahrini pada setiap postingannya.
Lalu, hasil item lima variabel X sub diensi posting pada kuesioner menunjukan, 11%
responden sangat setuju, 72% setuju, lalu 17% responden menjawab tidak setuju untuk
mengunjungi setiap lokasi yang Syahrini datangi dalam setiap postingannya.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa lokasi yang sering dikunjungi oleh Syahrini
membuat ketertarikan kepada responden untuk mengunjunginya untuk di lihatnya
postingan foto. Walaupun responden untuk mengunjungi setiap lokasi yang Syahrini
datangi angkanya besar, tetapi yang lebih besar adalah hanya melihat lokasi yang
dikunjungi saja pada Syahrini dengan angka 93% responden menjawab setuju. Sesuai
dengan pembahasan di tinjauan pustaka bahwa lokasi yang dikunjungi dan mengunjungi di
instagram Syahrini dapat memberikan ketertarikan yang kuat di dalam followers instagram
Syahrini.

4.3.3. Konten media sosial instagram Syahrini


Menurut Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein (2010) Content communities
atau konten masyarakat merupakan sebuah aplikasi yang bertujuan untuk saling berbagi
dengan seseorang baik itu secara jarak jauh maupun dekat, berbagi seperti video, e-book,
gambar, dan lain-lain. Contoh: image and photo sharing (flickr, photobucket, deviantart,
dll), video sharing (youtube, vimeo, mediafire, dll), audio and music sharing (imeem,
last.fm, sharemusic, multiply), file sharing and hosting (4shared, rapidshare,
indowebster.com).

Hasil item enam variabel X sub dimensi konten pada kuesioner menunjukan 30%
responden menjawab sangat setuju, 59% responden setuju dan 11% responden menjawab
tidak setuju dengan kendaraan yang digunakan syahrini pada postingan di instagram.
Selanjutnya, hasil item tujuh variabel X pada tabel tujuh menunjukan 35% responden
menjawab sangat setuju, 52% responden menjawab setuju dan 13% responden menjawab
tidak setuju dengan tas branded yang syahrini gunakan pada postingan instagram. Lalu
selanjutnya, hasil item delapan variabel X pada tabel delapan menunjukan 25% responden
menjawab sangat setuju, 58% responden menjawab setuju lalu 17% responden menjawab
tidak setuju pada aksesoris yang digunkan syahrini pada postingan di instagram.
Selanjutnya, hasil item sembilan variabel X pada tabel sembilan di tabel atas menunjukan
bahwa 32% responden menjawab sangat setuju, 58% responden menjawab setuju dan 10%
responden menjawab tidak setuju pada produk make-up yang digunkan syahrini pada
postingan instagram.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa konten yang sering Syahrini posting membuat
ketertarikan kepada followersnya untuk melihatnya postingan foto maupun video.
Walaupun responden untuk tertarik pada konten kendaraan mewah, aksesoris mewah
maupun produk kecantikan yang Syahrini posting, tetapi yang lebih besar adalah produk
make-up yang digunakan oleh Syahrini dengan angka 90% responden menjawab setuju.
Sesuai dengan pembahasan di tinjauan pustaka bahwa konten yang membahas barang
mewah di instagram Syahrini dapat memberikan ketertarikan yang kuat di dalam followers
instagram Syahrini pada remaja.

4.3.4. Editing foto dan video didalam media sosial instagram Syahrini
edit adalah
Hasil item sepuluh variabel X sub dimensi editing pada kuesioner menunjukan
bahwa 31% responden menjawab sangat setuju, 59% responden menjawab setuju, lalu 10%
responden menjawab tidak setuju dengan pencahayaan yang Syahrini gunakan pada
postingan di akun instagram pribadi miliknya. Selanjutnya, hasil item sebelas variabel X
sub dimensi editing pada kuesioner menunjukan bahwa, 25% responden menjawab sangat
setuju, 54% responden menjawab setuju dan 20% responden menjawab tidak setuju dengan
filter yang Syahrini gunakan pada postingan di akun instagramnya. Selanjutnya, hasil item
duabelas variabel X sub dimensi editing pada kuesioner menunjukan bahwa, 20%
responden menjawab sangat setuju, 56% responden menjawab setuju, dan 24% menjawab
tidak setuju dengan sticker pada snapgram yang Syahrini gunakan pada instagramnya.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa editing yang sering Syahrini gunakan untuk
membuat foto dan videonya menarik dimata followers akun instagram Syahrini. Walaupun
responden tertarik pada editing yang menggunakan filter dan sticker yang digunakan
Syahrini untuk mengedit foto maupun videonya, tetapi yang lebih besar angkanya adalah
pencahayaan pada foto maupun video Syahrini dengan angka 90% responden menjawab
setuju. Sesuai dengan pembahasan di tinjauan pustaka bahwa editing sebagai pelengkap
foto maupun video di instagram Syahrini dapat memberikan ketertarikan yang kuat di
dalam followers instagram Syahrini pada remaja.

4.3.5 Proses perilaku Modelling di dalam pengaruh gaya hidup remaja


Peneliti mengambil satu sub dimensi Retention Process pada indikator dipengaruhi
karena peneliti melihat hasil kuesioner indikator dipengaruhi yang paling menonjol pada
responden yaitu hasil item enam variabel Y pada urutan enam tabel Y diatas menunjukkan
bahwa 14% responden sangat setuju, 67% responden setuju, 19% responden tidak setuju
dengan pernyataan bahwa responden meniru pakaian mewah syahrini kerena dipengaruhi
oleh postingan Instagramnya syahrini.

4.3.6 Faktor yang Membentuk Prilaku Modeling di dalam pengaruh gaya hidup
remaja
Peneliti mengambil satu sub dimensi Self-Control pada indikator mengarahkan
citra diri karena peneliti melihat hasil kuesioner indikator mengarahkan citra diri yang
paling menonjol pada responden yaitu hasil item delapan variabel Y pada urutan delapan
tabel Y diatas menunjukkan bahwa 13% responden sangat setuju, 77% responden setuju,
10% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden mengikuti akun
Instagram syahrini untuk mengarahkan citra diri nya untuk terlihat tampil mewah setelah
melihat akun instagram Syahrini.

4.3.7 Jenis-Jenis Prilaku Modeling di dalam pengaruh gaya hidup remaja


Peneliti mengambil satu sub dimensi Self-Control pada indikator mengarahkan
citra diri karena peneliti melihat hasil kuesioner indikator mengarahkan citra diri yang
paling menonjol pada responden yaitu hasil item delapan variabel Y pada urutan delapan
tabel Y diatas menunjukkan bahwa 13% responden sangat setuju, 77% responden setuju,
10% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden mengikuti akun
Instagram syahrini untuk mengarahkan citra diri nya untuk terlihat tampil mewah setelah
melihat akun instagram Syahrini.

4.3.8 Jenis-Jenis Prilaku Modeling di dalam pengaruh gaya hidup remaja


Peneliti mengambil satu sub dimensi Peniruan Tidak Langsung pada indikator
Imajinasi karena peneliti melihat hasil kuesioner indikator Imajinasi yang paling menonjol
pada responden yaitu hasil item empat belas pada urutan 14 tabel Y diatas menunjukkan
bahwa 27% responden sangat setuju, 58% setuju, 15% tidak setuju dengan pernyataan
bahwa responden berimajinasi untuk membeli kendaraan mewah setelah melihat postingan
Instagram syahrini. Pertanyaan selanjutnya adalah item lima belas pada urutan 15 di tabel
atas menunjukkan bahwa 25% responden sangat setuju, 65% setuju, 10% tidak setuju
dengan pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli tas brended yang
syahrini gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini.
Pertanyaan selanjutnya adalah item enam belas pada urutan 16 di tabel atas
menunjukkan bahwa 25% responden sangat setuju, 65% setuju, 10% tidak setuju dengan
pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli aksesoris yang syahrini gunakan
setelah melihat postingan Instagram syahrini. Pertanyaan selanjutnya adalah item tujuh
belas pada urutan 17 di tabel atas menunjukkan bahwa 27% responden sangat setuju, 63%
setuju, 10% tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli
produk kecantikan yang syahrini gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan dari hasil analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan
bahwa: (1) Berdasarkan tabel 4.8 korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Pengaruh
Media Sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup remaja tergolong lemah
positif yaitu dengan r hitung 0,361. Arti positif adalah hubungan antara variabel X dan Y
adalah searah maka semakin sesuai pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini
yang ditayangkan maka semakin meningkat pula pengaruhnya terhadap gaya hidup remaja.
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. (2) Berdasarkan table 4.9
koefisien korelasi, nilai hubungan antara variabel X yaitu pengaruh media sosial Instagram
@princessyahrini terhadap Y gaya hidup remaja, tergolong pada klasifikasi hubungan yang
cukup.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka beberapa hal yang
dapat dijadikan saran adalah:

1. Saran Akademis

Bagi para remaja yang memiliki akun di Instagram, hendaknya menggunakan Instagram
dengan bijak untuk hal-hal positif dengan memperhatikan dampak dari penggunaan media
sosial sendiri. Remaja harus pandai memilih konten-konten yang baik dan sesuai usia.
Dengan memilih konten yang baik, maka para remaja akan memiliki kepribadian yang baik
pula.

2. Saran Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan keilmuan
di bidang Ilmu Sosial dan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan peneltian ini di lokasi
lain dengan jumlah populasi dan jumlah sampel yang lebih besar, dengan kata lain penulis
menyarankan peneliti selanjutnya untuk menggunakan responden yang lebih banyak.
Referensi:

1. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)


2. Atmoko, Bambang Dwi. 2012. Instagram Handbook. Jakarta: Media Kita
3. Australian Communications and Media Authority (ACMA). (2008). Internet use
and social networking by young people. Australia: ACMA.
4. Bandura, Albert. 2007. Social Learning Theory. Prentice-Hall, Inc., New Jersey
5. Berger, A. A. (n.d.). Media and Communication Research Methods (Fourth ed.).
6. Feist, J. Feist, G. J. (2014) Teori Kepribadian Edisi Tujuh Buku Satu. Jakarta:
Salemba Humanika.
7. Gunarsa, Singgih D dan Singgih D. gunarsa. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: P.T.
BPK Gunung Mulia.
8. Hazisah, D. S. (2017, Juli). PENGARUH INSTAGRAM STORIES TERHADAP
EKSISTENSI DIRI DI KALANGAN SISWA-SISWI SMAN 1 MAKASSAR .
9. Hurlock, Elizabeth 2006. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga,
10. Mahendra, I. T. (2017, Februari 27). Peran Media Sosial Instagram Dalam
Pembentukan Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di Kelurahan Kebalen
Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi
11. McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1. Jakarta:
Salemba Humanika.
12. Nasrullah, Dr.Rulli. (2014). Teori dan Riset Media Siber (Pertama ed.).
13. Putri, E. A. (2013). APLIKASI INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA
KOMUNIKASI PEMASARAN ONLINE SHOP.
14. Pratama, A. K. (2015, September). ANALISIS PENGARUH GAYA HIDUP,
PROMOSI, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN SMARTPHONE SAMSUNG.
15. Rahamni, R. A. (2017). GAYA HIDUP HEDONIS DI KALANGAN REMAJA.
16. Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta:
ERLANGGA.

Anda mungkin juga menyukai