ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh media sosial
Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup remaja. Dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, di mana data dan informasi dikumpulkan melalui
survei dengan alat bantu kuesioner dan juga studi kepustakaan. Sampel dalam penelitian
ini adalah 100 responden di Kota Tangerang Selatan yang berusia 19-22 tahun yang diambil
dari populasi yang ada dengan menggunakan teknik rendom sampling. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat dengan menggunakan analisis
regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial Instagram
@princessyahrini memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap gaya hidup remaja.
Kata-kata Kunci: Pengaruh, Gaya Hidup, Remaja
ABSTRACT
This study aims to determine how the influence of social media Instagram
@princessyahrini to the lifestyle of adolescents. This research uses quantitative approach,
where data and information are collected through survey with questionnaire tool and also
library study. The sample in this research is 100 respondents in South Tangerang City aged
19-22 years taken from the existing population using rendom sampling technique. Data
analysis used in this research is bivariate analysis by using simple linear regression
analysis. The results showed that social media Instagram @princessyahrini have a
significant positive influence on adolescent lifestyle.
Keywords: Influence, Lifestyle, Teeneger.
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 63,1 Juta masyarakat di
Indonesia secara aktif menggunakan internet oleh perangkat mobile atau handphone. Hal
ini berarti kurang lebih 47,6% masyarakat di Indonesia secara aktif menggunakan internet
dengan menggunakan mobile atau handphone.
Alasan masyarakat lebih menggunakan perangkat mobile adalah karena bentuknya
yang fleksibel dan banyak fitur yang ditawarkan pada perangkat mobile, salah satunya
adalah media sosial. Media sosial adalah sarana pergaulan yang diakses secara online yang
terhubung melalui akses internet. Kehadiran media sosial memudahkan penggunanya
untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Jika ditinjau lebih spesifik lagi saat ini terdapat
jenis-jenis jejaring sosial berbentuk sebuah aplikasi yang menggolongkan fitur-fitur yang
dikhususkan, misalnya jejaring sosial mengirimkan pesan langsung atau lebih sering
dikenal dengan sebutan chat. Jejaring sosial ini memiliki fitur audio visual, dan juga dapat
mengirimkan pesan langsung dan rekam suara. Hal ini dapat didukung dengan data yang
dimiliki oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2016) yaitu:
Tabel 1.2 Data Pengguna Media Sosial Yang Sering Dikunjungi di Indonesia. Diambil dari
apji.or.id
Berdasarkan data di atas dapat terlihat beberapa jenis media sosial yang paling
sering dikunjungi oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data tersebut maka dapat
terlihat bahwa Instagram mendapatkan peringkat kedua media sosial yang paling sering
dikunjungi dengan total 19,9 juta atau 15% dari total populasi di Indonesia.
Instagram memang menjadi media yang digemari baik di luar negeri maupun di dalam
negeri Indonesia. Instagram dianggap sebagai media sosial yang paling fresh oleh para
remaja karena media sosial ini lebih fokus dengan foto dan video yang berdurasi pendek
dibanding dengan media sosial lain yang berfokus pada kicauan, perkataan atau status.
Sehingga instagram lebih mudah digunakan dan dinikmati, ditambah artis lokal maupun
mancanegara saat ini telah memiliki akun serta aktif di instagram sehingga para remaja
dapat mengetahaui kegiatan idolanya melalui foto dan video yang diunggah di Instagram.
Nama Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata
“insta” berasal dari kata “instan”, seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal
dengan sebutan “foto instan”. Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan,
seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata
“telegram”, dimana cara kerja telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi
kepada orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah
foto dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram berasal dari instan-telegram.
Beberapa dampak negatif dari media sosial Instagram yaitu adanya cybercrime,
banyak sekali pengguna Instagram yang ditipu oleh online shop. Dan sering juga terjadinya
hatespeech atau yang sering disebut dengan ujaran kebencian. Banyak yang membuat akun
anonymous guna menjelek-jelekan orang. Selain itu pula, Instagram sering sekali
digunakan untuk mengunggah foto-foto maupun video yang berbau pornografi atau gaya
hidup yang tidak sewajarnya yang tentunya menimbulkan dampak bagi yang melihatnya,
khususnya remaja karena emosi remaja masih labil dan rasa ingin tahu pada remaja sangat
tinggi.
Kini penggunaan Instagram sangat melekat bagi remaja. Setiap momen, kejadian,
dan karya dalam hidup para remaja bisa difoto atau divideokan dan diunggah ke dalam
instagram. Dengan Instagram, remaja bisa mengaktualisasikan diri, mengeksiskan diri dan
memperluas pertemanan. Dan juga bisa mengambil foto maupun video, mengedit serta
mempublikasikan momen, serta menggunakan effect editing untuk menambah daya tarik
terhadap estetika editing foto maupun video yang telah diambil. Selain itu Instagram juga
dapat membagikan momen berupa video berdurasi 15 detik yang sering disebut snapgram.
Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukan masa remaja, menurut
Yulia Gunarsa dan Singgih Gunarsa (1991) antara lain adalah “puberteit atau puberty”.
Masyarakat Indonesia menyebutnya akhil baligh, pubertas, dan remaja. Pubertas berarti
kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian atau keperempuanan.
Sedangkan pubscence berasal dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada
daerah kemaluan, maka pubscence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya
rambut pada daerah kemaluan. DeBrun (1990) mendifinisikan “remaja sebagai periode
pertumbuhan masa kanak-kanak dan dewasa”. Sedangkan, Papalia dan Olds (2001)
mendifinisikan “masa remaja sebagai masa transisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun”. Masa remaja dimulai dari saat
sebelum akhil baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian besar ahli psikologi,
masa remaja berada dalam kisaran 11-19 tahun, adapula yang mengatakan antara usia 11-
24 tahun.
Berdasarkan penjelasan di atas, hubungan media sosial terutama Instagram dengan
remaja yaitu tidak dapat dipungkiri bahwa dua hal tersebut telah menjadi bagian yang tidak
dapat terpisahkan dalam kehidupan remaja masa kini. Hal tersebut tentunya membuat
Instagram memiliki peran yang besar dalam pembentukan kepribadian para remaja saat ini.
Remaja yang baik diharapkan memiliki kepribadian yang matang agar dimasa depan
mereka akan menjadi orang yang berguna bagi Nusa dan Bangsa. Dari masalah tersebut,
penulis tertarik untuk meneliti pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini
terhadap gaya hidup remaja.
Selain itu, berbagai koleksi mobil mewah yang sering dipamerkan pada akun
instagramnya dari mulai Porsche, Lamborghini, Mclaren, Vellvire, serta Mercedes Benz
tersebut menjadi koleksinya. Syahrini pun sering melakukan travelling ke luar negeri.
Dalam perjalanannya, Syahrini kerap memamerkan kemewahan seperti menggunakan
pesawat jet pribadi, pesawat first class, sampai berbelanja barang-barang mewah.
Gambar diatas terlihat @princessyahrini dengan gaya hidupnya yang sangat glamour dan
mewah.
Postingan pada akun media sosial Instagram @princessyahrini yang sangat
mewah tersebut dinilai kelewat batas oleh para netizen. Banyak netizen yang miris melihat
gaya hidup @princessyahrini ini. Lantaran gaya hidupnya yang sangat glamour dan sangat
mewah. Berbeda dengan gaya hidup pada zaman dahulu. Jika zaman dulu orang-orang
yang bisa dibilang memiliki harta yang lebih, hal tersebut tidak sampai dipamerkan kepada
orang banyak namun saat ini tren sudah berubah. Zaman sekarang ini orang-orang yang
memiliki harta yang lebih justru akan memamerkan gaya hidupnya yang mewah kepada
orang-orang. Hal tersebut tentu akan berpengaruh kepada orang-orang yang melihatnya.
Seperti selebitis syahrini ini yang sering memamerkan gaya hidupnya yang glamour dan
juga mewah. Apabila para followersnya tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk
mengontrol diri, tentu akan terpengaruh dengan apa yang dilakukan oleh Syahrini tersebut.
Sehingga jika hal itu terjadi akan menimbulkan gaya hidup hedonis dalam diri masing-
masing followersnya.
Maka remaja yang menggunakan media sosial dan mengikuti akun Instagram
@princessyahrini tidak menutup kemungkinan akan meniru gaya hidup dari selebgram
syahrini karena masa remaja merupakan masa yang sangat sangat kritis, dan sangat rentan.
Apabila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, maka kemungkinan ia akan
menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila
masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan
berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan
selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan
hidupnya.
Aspek paling mendasar dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah
digitalisasi, proses di mana semua teks (makna simbolik dalam bentuk yang telah direkam
dan dikodekan) dapat dikurangi menjadi kode biner dan dapat mengalami proses produksi,
distribusi, dan penyimpanan yang sama. Konsekuensi potensial yang paling terkenal dari
lembaga media adalah konvergensi antara semua bentuk media dalam kaitannya dengan
pengaturan, distribusi, penerimaan, dan regulasi mereka (McQuail, 2011)
Karekteristik untuk membedakan media lama dengan media baru dari perspektif pengguna
(McQuail, 2011)
a. Interaktivitas (interactivity): sebagaimana ditunjukkan oleh rasio respons atau
inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap 'penawaran' sumber atau
pengirim.
b. Kehadiran sosial (sosiabilitas): dialami oleh pengguna, berarti kontak personal
dengan orang lain dapat dimunculkan oleh penggunaan media.
c. Kekayaan media (media richness): jangkauan di mana media dapat
menjembatani kerangka referensi yang berbeda, mengurangi ambiguitas,
memberikan lebih banyak petunjuk, melibatkan lebih banyak indra, dan lebih
personal.
d. Otonomi (autonomy): derajat di mana seorang pengguna merasakan kendali
atas konten dan penggunaan. mandiri dari sumber.
e. Unsur bermain-main (playfulness): kegunaan untuk hiburan dan kesenangan,
sebagai lawan dari sifat fungsi dan alat.
f. Privasi (privacy): berhubungan dengan kegunaan media dan/atau konten
tertentu.
g. Personalisasi (personalization): derajat dimana konten dan penggunaan
menjadi personal dan unik.
Dengan banyaknya media baru yang muncul membuat media lama tergeser oleh
hadirnya media baru. Munculnya media baru membuat masyarakat dapat menggunakannya
sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, membuat msyarakat cenderung untuk
mellakukan komunikasi melalui dunia maya. Oleh sebab itu, media baru memiliki
karakteristik yang berbeda dengan media lama (konvensional).
Editor buku Handbook of New Media dan Livingstone, 2006. Menunjuk pada
kesulitan untuk menyebutkan apa saja yang termasuk dalam media baru. Dua kekuatan
utama perubahan awalnya adalah komunikasi satelit dan pemanfaatan komputer. Kunci
untuk kekuatan komputer yang besar sebagai sebuah mesin komunikasi terletak pada
proses digitalisasi yang memungkinkan segala bentuk informasi dibawa dengan efisien dan
saling berbaur. Pada prinsipnya, tidak ada kebutuhan untuk dimasukkan ke dalam jaringan
komunikasi komputer dan pusat penerimaan yang sama.
Sejauh ini, hal tersebut belum terjadi karena merupakan proses yang berangsur-
angsur jika hal itu memang akan terjadi. Akan tetapi, kita telah melihat tanda tanda dari
banyak surat kabar yang berpindah kebentuk digital. Seiring dengan teknologi berbasis
komputer terdapat pula berbagai inovasi yang dalam beberapa hal mengubah aspek
komunikasi (Carey, 2003). Alat baru penyiaran oleh kabel, satelit dan radio telah sangat
banyak meningkatkan kemampuan penyiaran. Bentuk-bentuk penyimpanan baru, termasuk
perekam video pribadi, CD-ROM, CD DVD, iPod, dan yang seterusnya juga memperluas
kemungkinan, dan bahkan alat pengontrol jarak jauh juga turut andil.
Adanya media baru juga ditandai dengan faktor-faktor berikut ini (McQuail,2011):
a) Computer-mediated communications: email, chat room, voice image
transmissions, blog, social network, world wide web, dan lain-lain.
b) Cara baru untuk distribusi dan konsumsi pesan: media dikemas dalam bentuk yang
interaktif dalam forat hypertextual, seperti world wide web, podcasts, dan berbagai
permainan di komputer.
c) Realita yang ada direpresentasikan dalam bentuk virtual: berbagai peristiwa dan
fenomena yang terjadi dibuat dalam bentuk virtual sehingga penyebaran informasi
dilakukan dengan lebih mudah.
Adanya transformasi berbagai bentuk media dalam berbagai bidang seperti fotografi,
jurnalisme, film, dan lain-lain. Beberapa teknologi yang di kategorikan sebagai media baru
seringkali diidentifikasikan sebagai teknologi digital.
Menurut McManus (Severin & Tankard, 2010 : 4) beberapa ciri lingkungan media baru
adalah:
a) Teknologi yang dahulu berbeda dan terpisah, seperti percetakan dan penyiaran,
namun pada masa sekarang teknologi tersebut bergabung.
b) Kita sedang bergeser dari kalangan media yang langka menuju media yang
melimpah.
c) Kita sedang mengalami pergeseran dari mengarah kepuasan khalak banyak
kolektif menuju kepuasaan grup tertentu dan individu.
d) Kita sedang mengalami pergeseran dari media satu arah menuju kepada media
interaktif yang feedback nya bisa langsung dirasakan.
Memang tak bisa dipungkiri, bahwa manusia modern saat ini sangat tergantung
hidupnya pada teknologi. Kehadiran internet yang diikuti dengan munculnya media sosial
di dalamnya membawa pula berbagai masalah etika berkomunikasi. Penggunaan identitas
palsu untuk kepentingan yang “negatif”, penyebaran dan pengunduhan materi yang
dilindungi hak cipta atau materi yang dilarang, merupakan hal yang melanggar etika dan
dilarang. Namun kebebasan yang ditawarkan internet terutama dalam hal ini media sosial,
seolah membuat matinya kepekaan etika. Apa yang harusnya tidak dilakukan, menjadi
“nampak wajar” dilakukan. Bahkan tak jarang ada yang menganggapnya bukan suatu
kesalahan dengan berbekal berbagai pembenaran yang dimunculkan.
Dalam kehidupan keseharian manusia modern, interaksi adalah kebutuhan, dimana
jarak dan waktu tidak lagi menjadi penghalang. Sosial media hadir membantu manusia
menjawab segala tantangan dan memenuhi kewajibannya sebagai makhluk sosial. Abugaza
(2013). Kondisi ini terlihat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya new
media, khususnya new media sosial yang menjadi trend baru dalam new media dewasa ini.
Ardianto (2011). Hal ini berakar dari potensi media baru bagi akses yang terbuka dan
konektivitas yang saat ini semakin menjadi realitas. McQuail (2011).
Menurut Gunelius (2011) media sosial adalah penerbitan online dan alat-alat
komunikasi, situs, dan tujuan dari Web 2.0 yang berakar pada percakapan, pekerlibatan,
dan partisipasi. Selain itu menurut Evans (2008) definisi media sosial diperluas bahwa
media sosial adalah demokratisasi informasi, mengubah orang dari pembaca konten ke
penerbit konten. Berdasarkan definisi tersebut diketahui unsur-unsur penting dari media
sosial yaitu; pertama, media sosial melibatkan saluran yang berbeda dan online menjadi
saluran utama. Kedua, media sosial berubah dari waktu ke waktu, artinya media sosial terus
berkembang. Ketiga, media sosial adalah partisipatif, artinya “penonton” dianggap kreatif
sehingga dapat memberikan komentar.
Dari berbagai definisi media sosial tersebut dapat terlihat bahwa kini media sosial
sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia karena dengan media sosial manusia
dapat mengubah peran manusia sebagai penikmat konten dan pembuat konten. Selain itu,
dengan media sosial juga manusia dapat mengekspresikan diri, namun terkadang kurang
memperhatikan dampak yang ditimbulkan apabila menyalahgunakan fungsi dari media
sosial tersebut.
Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein (2010) membagi berbagai jenis media sosial ke
dalam 6 jenis, yaitu (Mulyati, 2014):
1 Proyek Kolaborasi (Collaborative Projects)
Suatu media sosial yang dapat membuat konten dan dalam pembuatannya dapat
diakses oleh khalayak secara global. Ada dua sub kategori yang termasuk kedalam
collaborative project dalam media sosial, yaitu:
• Wiki adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk menambahkan,
menghapus, dan mengubah konten berbasis teks. Contoh: wikipedia, wiki
ubuntu-id, wakakapedia, dll.
• Aplikasi bookmark sosial, yang dimana memungkinkan adanya pengumpulan
berbasis kelompok dan rating dari link internet atau konten media. Contoh:
social bookmark (del.icio,us, stumblepon,digg, reddit, technorati, lintas berita,
infogue), writing (cerpenista, kemudian.com), reviews (amazon, goodreads,
yelp).
2 Blog dan Mikroblog (Blogs and Microblogs)
Blog dan mikroblog merupakan aplikasi yang dapat membantu
penggunanya untuk tetap posting mengenai pernyataan apapun sampai seseorang
mengerti. Blog sendiri ialah sebuah website yang menyampaikan mengenai penulis
atau kelompok penulis baik itu sebuah opini, pengalaman, atau kegiatan sehari-
hari. Contoh: blog (blogspot, wordpress, multiply, livejournal, blogsome,
dagdigdug, dll), microblog (twitter, tumblr, posterous, koprol, plurk, dll)
3 Konten (Content)
Content communities atau konten masyarakat merupakan sebuah aplikasi
yang bertujuan untuk saling berbagi dengan seseorang baik itu secara jarak jauh
maupun dekat, berbagi seperti video, e-book, gambar, dan lain-lain. Contoh: image
and photo sharing (flickr, photobucket, deviantart, dll), video sharing (youtube,
vimeo, mediafire, dll), audio and music sharing (imeem, last.fm, sharemusic,
multiply), file sharing and hosting (4shared, rapidshare, indowebster.com).
4 Situs Jejaring Sosial (Social Networking Sites)
Situs jejaring sosial merupakan situs yang dapat membantu seseorang
untuk membuat sebuah profil dan kemudian dapat menghubungkan dengan
pengguna lainnya, situs jejaring sosial adalah aplikasi yang memungkinkan
pengguna untuk terhubung menggunakan profil pribadi atau akun pribadinya.
Contoh: Friendster, Facebook, Linkedin, Foursquare, Myspace, Twitter, Line,
Path, Instagram, Snapchat, Askfm dll.
5 Virtual Game Worlds
Dunia virtual, dimana mereplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa
muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan
orang lain selayaknya didunia nyata. Contohnya game online: travian, three
kingdoms, second life, e-republik, world of warcraft, dll.
6 Virtual Social Worlds
Virtual social worlds merupakan aplikasi yang mensimulasikan kehidupan
nyata melalui internet. Virtual social worlds adalah situs yang memungkinkan
pengguna untuk berinteraksi dalam platform tiga dimensi dengan menggunakan
avatar yang mirip dengan kehidupan nyata. Contoh: map (wikimapia, google
earth), 3-commerce (enay, alibaba, juale.com, dll).
Selain itu kekhawatiran tidak dapat dihindari akibat menggunakan media sosial. Media
sosial dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan mental penggunanya. Berikut adalah
beberapa hal yang menyebabkan media sosial merusak kesehatan mental penggunanya
(healthmeup.com):
1) Membuat individu merasa tak mampu
Memiliki akun di media sosial membuat individu selalu ingin mengetahui
kehidupan orang lain. Melihat orang yang memilki kehidupan yang lebih sukses
darinya akan membuat individu ini merasa tak mampu dan berharga, yang akhirnya
membuat individu ini merasa kurang percaya diri.
2) Kekuatan kehilangan interaksi
Pengguna aktif media sosial cenderung ingin selalu mengikuti interaksi pada media
sosial yang mereka ikuti. Oleh karena nya, mereka akan selalu ingin membuka
akun media sosialnya secara terus menerus agar tak selalu kehilangan atau
ketinggalan interaksi dan informasi di dunia maya.
3) Terpisah dari dunia nyata
Pemilik akun media sosial sering kali menggambarkan diri ideal mereka di media
sosial. Pengguna juga akan merasa jauh lebih nyaman untuk berinteraksi di media
sosial, tetapi jika mereka kembali ke dunia nyata mereka akan cenderung pendiam
dan merasa gelisah.
4) Menyebabkan kecanduan
Media sosial merupakan hal yang bersifat adiktif. Pengguna akan selalu ingin
memenuhi kebutuhan mereka untuk masuk ke dalam dunia maya.
5) Takut akan kesendirian
Saat individu menghabiskan sebgian besar waktu untuk media sosial, maka secara
otomatis individu ini tak pernah ingin menghabiskan waktunya sendiri. Hal ini
dapat membuat seolah-olah dia takut sendirian.
Pada akhirnya setiap apa yang kita lakukan pasti memiliki dampak positif dan
negatifnya, begitu pula dengan media sosial. Kita harus bisa membedakan hal-hal apa saja
yang seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan di media sosial.
Chris Heuer seseorang yang mengagas social media club dalam buku Engagement
yang dibuat oleh Solis (2010) mengemukakan bahwa terdapat 4C dalam mengopreasikan
sosial media, yaitu:
a. Context
Cara atau bentuk dalam menyampaikan suatu pesan kepada publik
b. Communication
Praktek dalam menyampaikan atau membagikan dan mendengarkan,
merespon, dan mengembangkan pesan kepada publik.
c. Collaboration
Bekerjasama antara pengirim dan penerima agar pesan yang disampaikan
efektif dan efisien.
d. Connection
Hubungan yang terjalin akibat aktivitas yang dilakukan antara pengirim dan
penerima pesan.
(sumber: citrix.com)
Berdasarkan data di atas dapat terlihat bahwa media sosial Instagram paling sering
digunakan untuk photo sharing.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa
remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja
akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat
bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Setiap keputusan yang diambil oleh remaja dalam pencarian identitas diri dapat
langsung berakibat pada sikap dan perilaku maupun pada perkembangan selanjutnya. Hal
tersebut didukung oleh teori perkembangan dari Erikson (Feist dan Feist, 2014) bahwa
identitas diri merupakan hal yang sangat penting pada remaja karena akan menjawab
pertanyaan “siapa saya”. Pencarian identitas diri juga menentukan nilai dan ideologi yang
cenderung menetap pada perkembangan selanjutnya. Nilai dan ideologi ini akan menjadi
dasar bagi remaja untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan.
Pencarian identitas diri pada remaja bersumber pada dua hal yaitu hasil
perkembangan sebelumnya dan nilai dari teman sebaya (Erickson dalam Feist dan Feist,
2014). Masa anal-anak, sebagai tahapan perkembangan sebelum remaja adalah masa yang
menghasilkan pola dasar dalam perkembangan kepribadian dan minat pada remaja.
Pengaruh teman sebaya sangat penting dalam membentuk konsep, nilai dan ideologi pada
remaja. pembentukan konsep tersebut diambil dari konsep yang ada pada kelompoknya.
Harlock (2003) menjelaskan bahwa pola kepribadian pada remaja mencerminkan konsep
kelompok terhadap dirinya. Remaja cenderung mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang
diterima dan diakui oleh kelompoknya. Hal ini disebabkan karena remaja secara emosional
lebih dekat dengan teman sebaya.
Kedekatan remaja dengan teman sebayanya berasal dari perasaan yang sama dalam
merasakan kebingungan akan identitas diri. Remaja melihat diri sendiri dan lingkungan
berdasarkan keinginan mereka. Hal ini menyebabkan remaja menjadi tak realistis dan
memiliki tingkat emosi yang tinggi. Penolakan dari teman sebaya pun merupakan sumber
stres terbesar pada remaja (Platt, 2013). Sangat dimungkinkan, remaja cenderung
mengambil keputusan yang salah karena pengaruh teman sebaya. Hal tersebut pada
akhirnya akan sangat berdampak besar terhadap keputusannya dalam pembentukan konsep
diri.
Pada dasarnya gaya hidup merupakan pola perilaku, di mana pola perilaku tersebut
tercermin dari consumers’ AIOs yaitu Activities, Interest, dan Opinion (Assael, 1984).
Activitas mewakili salah satu bagian perilaku dari gaya hidup, dimana berkaitan dengan
penggunaan waktu yang dimiliki oleh setiap individu (Gonzalez dan Bello, 2006).
Aktivitas mengacu pada bagaimana setiap individu menghabiskan waktu dan uang yang
mereka miliki (Ahmad, Omar, & Ramayah, 2011).
Interest atau minat mengacu pada tingkat kegairahan yang disertai perhatian
khusus maupun terus menerus terhadap suatu objek, peristiwa, ataupun topik tertentu
(Engel, Blackwell, & Miniard,1994). Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran,
harapan, dan evaluasi, seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi
sehubungan dengan peristiwa di masa yang akan datang, dan pertimbangan konsekuensi
yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif (Engel,
Blackwell, & Miniard, 1994).
Menurut Miller dan Dollard (dalam Bandura 1971) supaya proses belajar dengan
meniru terjadi, pengamat harus termotivasi untuk bertindak, harus ditampilkan kepada
mereka contoh dari perilaku yang ingin dipelajari, harus melakukan respon yang cocok
dengan contohnya, dan perilaku meniru mereka harus diperkuat secara positif.
Teori belajar sosial atau disebut juga observasional learning adalah sebuah teori belajar
yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan
penganut behaviorisme lainnya, Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata
refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond) melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil nteraksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan
perilaku sosial mana yang perlu dilakukan (Yudhawati dan Haryanto, 2011)
Belajar mengobservasi telah memberikan dampak yang cukup kuat terhadap tingkah laku
sosial-antisosial anak atau remaja.
Dalam hal ini, Bandura telah merancang tiga dampak utama dari pengamatan
terhadap tingkah laku individu yang dijadikan model yaitu (1) remaja memperoleh pola-
pola respons baru, ketika dia berfungsi sebagai pengamat, (2) pengamatan terhadap tingkah
laku model dapat memperkuat atau memperlemah respons-respons yang tidak diharapkan
(yang ditolak), dan (3) mengamati tingkah laku yang lain dapat mendorong remaja atau
anak untuk melakukan kegiatan yang sama (Yusuf, 2011).
Dalam kaitannya dengan ketiga dampak di atas, interaksi sosial remaja dalam
kelompok sebaya dapat merangsang atau menstimulasi pola-pola respons baru melalui
belajar dengan cara mengamati (observational learning). Di sini kelompok sebaya telah
memberikan kesempatan belajar kepada remaja untuk mengimitasi berbagai tingkah laku
para anggota kelompok lainnya. Pengaruh teman sebaya yang menjadi model dapat
mencegah atau membolehkan pola-pola tingkah laku yang relatif tidak pasti (kebiasaan)
dalam seting yang terstruktur. Walaupun begitu, pengalaman pengalaman baru dapat
mencegah atau memperkuat dampaknya terhadap kegiatan moral atau sosial (Yusuf 2011).
2. Retention process
Seseorang tidak bisa dipengaruhi oleh pengamatan perilaku model jika ia tidak
mengingatnya. Fungsi besar kedua dalam perilaku modeling meliputi ingatan jangka
panjang mengenai aktivitas yang telah ditunjukkan pada suatu waktu. Jika seseorang ingin
mereproduksi perilaku model saat modelnya sendiri sudah tidak ada untuk bertindak
sebagai pemandu, pola respon harus direpresentasikan dalam memori dalam bentuk
simbolis. Setelah aktivitas yang telah ditunjukkan diubah menjadi gambaran- gambaran
dan simbol verbal yang bisa digunakan, kode-kode memori ini bertindak sebagai panduan
untuk mereproduksi respon yang cocok secara berurutan. Selain pengkodean simbolis,
repetisi juga membantu memperkuat ingatan orang yang secara mental merepetisi atau
benar-benar melakukan peniruan perilaku cenderung sulit melupakan perilaku tersebut
dibandingkan dengan orang yang tidak memikirkan atau melatih apa yang mereka lihat.
4. Motivational process
Seseorang bisa mendapatkan, mengingat, dan memiliki kemampuan untuk
melakukan perilaku yang ditampilkan, tapi perilaku itu mungkin tidak keluar jika perilaku
tersebut tidak disangsikan secara positif dan tidak diterima dengan baik.
2.7.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku modeling
Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku modeling
antara lain sebagai berikut (Bandura, 197)
1. Self-control
Untuk berperilaku secara efektif, seseorang harus bisa mengantisipasi akibat yang
mungkin muncul dalam peristiwa yang berbeda-beda dan mengatur perilakunya sesuai
dengan akibat dari peristiwa tersebut. Tanpa kemampuan tersebut, seseorang akan
bertindak secara tidak produktif, atau beresiko. Informasi mengenai akibat yang mungkin
muncul di dari stimuli lingkungan, misalnya lampu lalu lintas, komunikasi verbal, pesan
gambar, tempat yang mencolok, orang, atau benda, atau perilaku orang lain. Self control
yang dimaksud bukan hanya dalam segi perilaku saja, tapi juga dari segi kognitif dan juga
emosinya.
2. Self-concept
Tindakan role model yang memiliki status lebih besar kemungkinannya untuk
berhasil dan memiliki nilai fungsional yang lebih besar bagi pengamatnya dari pada role
model yang memiliki kemampuan intelektual, kejuruan, dan sosial yang lebih rendah.
Dalam situasi dimana orang tidak yakin dengan pemahaman tentang tindakan yang ditiru,
mereka mengandalkan karakteristik role-model dan simbol yang menunjukkan status
(misalnya gaya berpakaian) yang menunjukkan penanda nyata kesuksesan di masa lalu
(Bandura, 1971).
3. Lingkungan
Hampir semua proses pembelajaran yang didapat dari pengalaman langsung bisa
dipelajari melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain. Kemampuan manusia untuk
belajar melalui observasi membantu dia untuk mendapatkan berbagai macam perilaku
tanpa harus membentuk pola perilaku melalui proses trial and error (coba-coba). Begitu
juga dengan respon emosional bisa didapatkan melalui observasi terhadap reaksi afektif
orang lain saat mereka menghadapi pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan.
Respon-respon perilaku baru bisa dibentuk dengan cara menampilkan contoh yang
menjelaskan bagaimana cara suatu kegiatan dilakukan dengan cara yang benar. Contohnya,
remaja paling banyak dipengaruhi oleh internet, seperti video di situs-situs, film Korea,
pertunjukkan konser artis Korea di Indonesia. Dari berbagai media tersebut remaja bisa
mengetahui bagaimana cara berpakaian dan berpenampilan seperti artis Korea.
4. Adanya reinforcement (penguatan)
Proses pembelajaran yang berasal dari pengalaman langsung sebagian besar
dipengaruhi oleh reward atau punishment yang mengikuti setiap tindakan. Melalui reward
ataupun punishment yang akan diterima dari setiap tindakan yang dilakukan, individu bisa
membuat dugaan-dugaan tentang perilaku seperti apa yang akan menghasilkan hasil yang
menguntungkan bagi individu yang bersangkutan. Selain itu, reinforcement bisa berfungsi
sebagai motivator individu dalam kegiatan yang dilakukan di masa depan.
Kaitan antara Teori Modeling dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah
salah satu efek dari media massa atau media sosial adalah terjadinya pengimitasian yang
dilakukan pengguna media sosial yang didasarkan pada apa yang ia lihat di media massa
atau media sosial. Dalam hal ini, efek dari media sosial instagram yang berhubungan
dengan gaya hidup hedonis dari akun instagram @princessyahrini menarik perhatian dari
para followersnya sehingga terjadilah pengimitasian. Dalam kaitannya dengan penelitian
ini, maka teori modeling dapat menjelaskan bagaimana pengaruh gaya hidup hedonis ke
dalam gaya hidup mereka sehari-hari.
2.8 Kerangka Berfikir
• Editing Process
• Motivational Proces
Ø Faktor Perilaku Modelling
• Self-control
• Self-concept
• Lingkungan
• Reinforcement
Ø Jenis Peniruan
• Peniruan Langsung
• Peniruan Tidak Langsung
• Peniruan Gabungan
• Peniruan Sesaat atau
Seketika
• Peniruan Berkelanjutan
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam hal ini, peneliti menggunakan paradigma positivisme. Hal ini dikarenakan,
peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini
terhadap gaya hidup remaja. (Bungin, 2008 : 237)
Di dalam positivisme memiliki landasan filosofis yaitu dalam pandangan ontologi sendiri
berakar dari bahasa Yunani. Onto berarti ada dan logos berarti ilmu. Dengan demikian,
ontologi dimaknai sebagai ilmu yang membahas tentang keberadaan. Atau dengan kata
lain, ontologi berarti cara untuk memahami hakikat dari jenis ilmu komunikasi.
Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang asal, sifat,
metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi sendiri dinamakan sebagai teori
pengetahuan. Kata epistemologi berakar dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari dua
gabungan kata yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang artinya ilmu. Jika diartikan
secara keseluruhan, epistemologi adalah ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan
membangun ilmunya.
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini terdiri dari dua gabungan kata
yaitu axios dan logos. Axios berarti nilai, sedangkan logos bermakna ilmu atau teori. Jika
diartikan keseluruhan maka artinya adalah “teori tentang nilai”. Aksiologi adalah teori nilai
yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang didapatkan.
Diantara lima jenis strategi penelitian kuantitatif diatas, yang paling tepat untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penelitian survei.
Survey yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data
dalam satu waktu saja atau disebut dengan cross-sectional. Penelitian ini menggunakan
cross-sectional karena pengambilan datanya hanya dalam satu waktu saja tidak terjadi
berulang-ulang.
3.2.3 Populasi dan Sample Size
1. Populasi
Menurut Creswell (2014) populasi yakni sejumlah keseluruhan unit analisis yang
ciri-cirinya sudah diduga. Dalam hal ini populasi biasanya berbentuk kelompok dan media
massa. Menurut Siregar (2013) bahwa populasi dalam penelitian adalah serumpun atau
objek yang menjadi sasaran penelitian.
Sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan, pupulasinya adalah kota Tangerang
Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah kota Tangerang Selatan karena remaja di kota
Tangerang Selatan termasuk yang aktif pada media sosial.
2. Simple Size
Menurut Sugiyono (2008: 109) "sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi dapat diambil dari populasi yang memiliki ciri
atau karakteristik yang sama.
Untuk menentukan ukuran sampel menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
rumus Slovin:
Sumber: (Siregar, 2013)
n= 233.581
233.581x 0,01 + 1
233.581
233,6
= 99,9 . Jika dibulatkan menjadi 100 sampel.
Jadi dalam penelitian ini jumlah sample-nya adalah 100 responden.
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. Studi
pustakamerupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan
informasi melalui dokumen- dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun
dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Studi pustaka
merupakan Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka dapat memengaruhi kredibilitas
hasil penelitian yang dilakukan (Noor, 2015).
c. Dokumentasi
Berikut merupakan data frekuensi atau waktu berapa kalikah responden melihat
akun media sosial Instagram @princessyahrinni, sebanyak 10% melihat akun media sosial
Instagram @princessyahrini sebanyak satu kali, lalu 31% responden melihat akun media
sosial Instagram @princessyahrini sebanyak dua kali dan 57% responden melihat akun
media sosial Instagram @princessyahrini lebih dari dua kali. Dan 2% yang tidak pernah
melihat sama sekali.
Tabel 4.4
Diagram Pie Chart Frekuensi Melihat Media sosial ig Syahrini
4.2.2 Deksripsi Wilayah Penyebaran Kuesioner
Peneliti melakukan penyebaran kuesioner di daerah-daerah Tangerang Selatan.
Penyebaran di setiap daerah-daerah di Tangerang Selatan menghasilkan kuesioner yang
valid yaitu dari Pamulang berjumlah 11% responden, lalu Bintaro berjumlah 37%
responden, lalu Ciputat berjumlah 29% responden, Serpong berjumlah 23% responden.
Tabel 4.5
Diagram Pie Chart Frekuensi Penyebaran Kuesioner
Berdasarkan hasil kuesioner yang diterima, maka total valid berjumlah 100 kuesioner valid.
Angka tersebut sudah dapat mewakili seluruh populasi yang sudah ditentukan yaitu sebesar
100 responden.
2 Saya tertarik melihat video yang Syahrini posting di instagram 16% 75% 9% 0%
3 Saya tertarik melihat snapgram Syahrini karena dapat 17% 71% 11% 1%
mengetahui kehidupannya sehari-hari
5 Saya tertarik untuk mengunjungi setiap lokasi yang Syahrini 11% 72% 17% 0%
datangi dalam setiap postingannya
6 Saya tertarik dengan kendaraan yang digunakan syahrini pada 30% 59% 11% 0%
postingan di instagram
7 Saya tertarik dengan tas branded yang syahrini gunakan pada 35% 52% 13% 0%
postingan instagram
8 Saya tertarik dengan aksesoris yang digunkan syahrini pada 25% 58% 17% 0%
postingan di instagram
9 Saya tertarik dengan produk make-up yang digunkan syahrini 32% 58% 10% 0%
pada postingan instagram
10 Saya tertarik dengan pencahayaan yang Syahrini gunakan pada 31% 59% 10% 0%
postingan di akun ig
11 Saya tertarik dengan filter yang Syahrini gunakan pada 25% 54% 20% 0%
postingan di akun instagramnya
12 Saya tertarik dengan sticker pada snapgram yang syahrini 20% 56% 24% 0%
gunakan pada instagramnya
Selanjutnya, hasil item tiga variabel X pada urutan tiga di tabel atas menunjukkan
bahwa 17% responden sangat setuju, 71% responden setuju, 11% responden tidak setuju
dan 1% responden sangat tidak setuju dengan melihat snapgram Syahrini karena dapat
mengetahui kehidupannya sehari-hari. Angka ini pun menunjukkan bahwa tidak seluruh
responden ingin mengetahui kehidupan sehari-hari Syahrini. Diikuti dengan hasil item
empat variabel X pada urutan empat di tabel atas menunjukkan bahwa 21% responden
sangat setuju, 72% setuju, dan 7% tidak setuju, lalu yang jawab sangat tidak setuju tidak
ada dengan tempat-tempat yang dikunjungi Syahrini pada setiap postingannya. Lalu, hasil
item lima variabel X pada tabel lima menunjukan 11% responden sangat setuju, 72%
setuju, lalu 17% responden menjawab tidak setuju untuk mengunjungi setiap lokasi yang
Syahrini datangi dalam setiap postingannya.
Selanjutnya, hasil item enam variabel X pada tabel enam menunjukan 30%
responden menjawab sangat setuju, 59% responden setuju dan 11% responden menjawab
tidak setuju dengan kendaraan yang digunakan syahrini pada postingan di instagram.
Selanjutnya, hasil item tujuh variabel X pada tabel tujuh menunjukan 35% responden
menjawab sangat setuju, 52% responden menjawab setuju dan 13% responden menjawab
tidak setuju dengan tas branded yang syahrini gunakan pada postingan instagram. Lalu
selanjutnya, hasil item delapan variabel X pada tabel delapan menunjukan 25% responden
menjawab sangat setuju, 58% responden menjawab setuju lalu 17% responden menjawab
tidak setuju pada aksesoris yang digunkan syahrini pada postingan di instagram.
Selanjutnya, hasil item sembilan variabel X pada tabel sembilan di tabel atas menunjukan
bahwa 32% responden menjawab sangat setuju, 58% responden menjawab setuju dan 10%
responden menjawab tidak setuju pada produk make-up yang digunkan syahrini pada
postingan instagram. Selanjutnya, hasil item sepuluh variabel X pada tabel sepuluh di tabel
atas menunjukan bahwa 31% responden menjawab sangat setuju, 59% responden
menjawab setuju, lalu 10% responden menjawab tidak setuju dengan pencahayaan yang
Syahrini gunakan pada postingan di akun instagram pribadi miliknya. Selanjutnya, hasil
item sebelas variabel X pada tabel sebelas di atas menunjukan bahwa, 25% responden
menjawab sangat setuju, 54% responden menjawab setuju dan 20% responden menjawab
tidak setuju dengan filter yang Syahrini gunakan pada postingan di akun instagramnya.
Selanjutnya, hasil item duabelas variabel X pada tabel dua belas diatas menunjukan
bahwa, 20% responden menjawab sangat setuju, 56% responden menjawab setuju, dan
24% menjawab tidak setuju dengan sticker pada snapgram yang syahrini gunakan pada
instagramnya. Sesuai dengan hasil item-item pertanyaan pada variabel X, terlihat bahwa
dari komponen pertanyaan, followers pada akun instagram Syahrini tertarik pada setiap
konten postingan Syahrini pada instagramnya. Angka yang paling menonjol dapat dilihat
dari item pertanyaan satu yaitu melihat foto yang Syahrini posting dalam instagram , 22%
setuju dan 73% sangat setuju, tetapi ada 5% responden yang menjawab tidak setuju dengan
konten foto yang Syahrini posting pada akun instagramnya.
2 Saya meniru untuk menggunakan tas yang mewah setelah 11% 73% 15% 1%
melihat akun instagramnya syahrini
3 Saya meniru untuk menggunakan aksesoris yang syahrini 16% 71% 12% 1%
gunakan setelah melihat akun instagramnya
4 Saya meniru untuk menggunakan produk kecantikan yang 17% 62% 19% 2%
Syahrini gunakakan setelah melihat postingan akun
instagramnya
5 Saya meniru untuk menggunakan barang branded yang syahrini 12% 63% 24% 1%
gunakan setelah melihat postingan instagram
6 Saya suka meniru pakaian mewah syahrini kerena dipengaruhi 14% 67% 19% 0%
oleh postingan Instagramnya syahrini
7 Saya meniru untuk menggunakan produk kecantikan yang 12% 71% 17% 0%
ditawarkan syahrini karena memiliki nilai fungsional
8 Saya mengikuti akun Instagram syahrini untuk mengarahkan 13% 77% 10% 0%
citra diri saya untuk terlihat tampil mewah setelah melihat akun
instagramnya
9 Saya meniru gaya berpakaian syahrini karena terkenal dengan 17% 72% 11% 0%
citra diri yang mewah
10 Saya meniru gaya hidup syahrini dengan mengobservasi 9% 77% 14% 0%
terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan yang saya miliki
11 Saya meniru gaya hidup syahrini karena menganggap sesuai 16% 64% 19% 1%
dengan gaya hidup dalam lingkungan sosial saya
12 Saya meniru kegiatan hidup syahrini yang mewah karena 18% 72% 10% 0%
dianggap kegiatannya positif
13 Saya mencontohkan langsung gaya berpakaian syahrini setelah 12% 72% 16% 0%
melihat posingan instagramnya
14 Saya berimajinasi untuk membeli kendaraan mewah setelah 27% 58% 15% 0%
melihat postingan Instagram syahrini
15 Saya berimajinasi untuk membeli tas branded setelah melihat 26% 54% 10% 0%
postingan Instagram syahrini
16 Saya berimajinasi untuk membeli aksesoris yang syahrini 25% 65% 10% 0%
gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini
17 Saya berimajinasi untuk membeli produk kecantikan yang 27% 63% 10% 0%
syahrini gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini
Pada pertanyaan di variabel Y, peneliti melihat tahapan gaya hidup remaja yang
dialami oleh followers akun media sosial Instagram Syahrini yang dipengaruhi oleh media
sosial inatagram Syahrini. Hasil item satu variabel Y pada urutan satu di tabel atas
menunjukkan bahwa 16% responden sangat setuju, 58% responden setuju, 26% responden
tidak setuju dengan meniru untuk menggunakan kendaraan yang mewah setelah melihat
akun instagramnya syahrini. Dilanjutkan lagi dengan hasil item dua variabel Y pada urutan
dua di tabel atas menunjukkan bahwa 11% responden sangat setuju, 73% responden setuju,
15% responden tidak setuju dan 1% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan
bahwa responden meniru untuk menggunkan tas yang mewah setelah melihat akun
instagramnya syahrini.
Pada variabel ini responden ternyata meniru untuk menggunakan tas yang mewah
setelah melihat akun instagram Syahrini. Pada item tiga variabel Y pada urutan tiga di tabel
atas menunjukkan bahwa 16% responden sangat setuju, 71% responden setuju, 12%
responden tidak setuju dan 1% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan responden
meniru untuk menggunakan aksesoris yang Syahrini gunakan setelah melihat akun
instagramnya. Item pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa ternyata lebih dari 50%
responden meniru untuk menggunakan aksesoris yang Syahrini gunakan setelah melihat
akun instagramnya.
Pertanyaan dilanjutkan dengan hasil item empat variabel Y pada urutan empat di
tabel atas menunjukkan bahwa 17% responden sangat setuju, 62% responden setuju, 19%
responden tidak setuju dan 2% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa
responden meniru untuk menggunakan produk kecantikan yang Syahrini gunakakan
setelah melihat postingan akun instagram . Berbeda dengan item pertanyaan sebelumnya,
pada item ini responden lebih suka produk kecantikan yang Syahrini gunakan
dibandingkan aksesoris yang Syahrini gunakan.
Pada pertanyaan selanjutnya, hasil item 5 variabel Y pada urutan lima di tabel atas
menunjukkan bahwa 12% responden sangat setuju, 63% responden setuju, 24% responden
tidak setuju dan 1% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden
meniru untuk menggunakan barang branded yang syahrini gunakan setelah melihat
postingan instagram. Pada variabel Y, komponen mengenai gaya hidup remaja dilihat dari
hasil item enam variabel Y pada urutan enam di tabel atas menunjukkan bahwa 14%
responden sangat setuju, 67% responden setuju, 19% responden tidak setuju dengan
pernyataan bahwa responden meniru pakaian mewah syahrini kerena dipengaruhi oleh
postingan Instagramnya syahrini.
Hasil item tujuh variabel Y pada urutan tujuh di tabel atas menunjukkan bahwa
12% responden sangat setuju, 71% responden setuju, 17% responden tidak setuju dengan
pernyataan bahwa responden meniru untuk menggunakan produk kecantikan yang
ditawarkan syahrini karena memiliki nilai fungsional. Selanjutnya, hasil item delapan
variabel Y pada urutan delapan di tabel atas menunjukkan bahwa 13% responden sangat
setuju, 77% responden setuju, 10% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa
responden mengikuti akun Instagram syahrini untuk mengarahkan citra diri nya untuk
terlihat tampil mewah setelah melihat akun instagram Syahrini.
Pada pertanyaan selanjutnya, Hasil item sembilan variabel Y pada urutan sembilan
di tabel atas menunjukkan bahwa 17% responden sangat setuju, 72% responden setuju,
11% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden meniru gaya berpakaian
syahrini karena terkenal dengan citra diri yang mewah. Angka ini mengindikasikan bahwa
responden meniru gaya berpakaian Syahrini karena agar kelihatan mempunyai citra diri
yang mewah. Selanjutnya, Hasil item sepuluh variabel Y pada urutan sepuluh di tabel atas
menunjukkan bahwa 9% responden sangat setuju, 77% responden setuju, 14% responden
tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden meniru gaya hidup syahrini dengan
mengobservasi terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan yang di milikinya. Angka
responden terhadap item ini juga rata-rata setuju bahwa mereka harus mengobservasi
terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Hasil item sebelas variabel Y pada urutan 11 di tabel atas menunjukkan bahwa
16% responden sangat setuju, 64% responden setuju, 19% responden tidak setuju dan 1%
responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden meniru gaya hidup
syahrini karena menganggap sesuai dengan gaya hidup dalam lingkungan sosial. Hasil item
dua belas variabel Y pada urutan 12 di tabel atas menunjukkan bahwa 18% responden
sangat setuju, 72% responden setuju, 10% responden tidak setuju dengan pernyataan
bahwa responden meniru kegiatan hidup syahrini yang mewah karena dianggap
kegiatannya positif . Hasil item tiga belas variabel Y pada urutan 13 di tabel atas
menunjukkan bahwa 12% responden sangat setuju, 72% responden setuju, 16% responden
tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden mencontohkan langsung gaya berpakaian
syahrini setelah melihat posingan instagramnya.
Pertanyaan selanjutnya adalah item empat belas pada urutan 14 di tabel atas
menunjukkan bahwa 27% responden sangat setuju, 58% setuju, 15% tidak setuju dengan
pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli kendaraan mewah setelah
melihat postingan Instagram syahrini. Pertanyaan selanjutnya adalah item lima belas pada
urutan 15 di tabel atas menunjukkan bahwa 25% responden sangat setuju, 65% setuju,
10% tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli tas
brended yang syahrini gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini. Pertanyaan
selanjutnya adalah item enam belas pada urutan 16 di tabel atas menunjukkan bahwa 25%
responden sangat setuju, 65% setuju, 10% tidak setuju dengan pernyataan bahwa
responden berimajinasi untuk membeli aksesoris yang syahrini gunakan setelah melihat
postingan Instagram syahrini. Pertanyaan selanjutnya adalah item tujuh belas pada urutan
17 di tabel atas menunjukkan bahwa 27% responden sangat setuju, 63% setuju, 10% tidak
setuju dengan pernyataan bahwa responden berimajinasi untuk membeli produk kecantikan
yang syahrini gunakan setelah melihat postingan Instagram syahrini.
Selanjutnya adalah analisis regresi linear yang digunakan peneliti untuk melihat
seberapa besar nilai X mempengaruhi Y dan memprediksi kekuatan hubungan antara X
dan Y. Hal ini digunakan guna mendapatkan angka tidak hanya untuk melihat pengaruh
saat ini, namun untuk masa yang akan datang, apakah, angka tersebut searah dan akan
bertambah sesuai dengan variabel X.
Dari tabel signifikansi pada tabel nilai sig sebesar 0,00, maka pada kasus ini α :
0,01 Sehingga sig = 0,00 < α = 0,01 Sehingga keputusan Ho ditolak maka hipotesis yang
teruji dan sesuai dengan hasil data adalah : media sosial Instagram @princessyahrini
mempengaruhi gaya hidup remaja di Tangerang Selatan.
4.2.5.2 Koefisen Korelasi
Sesuai dengan tabel korelasi bahwa angka korelasi r terhitung 0,361 dan sudah
signifikan, Maka lewat tabel koefisien korelasi:
Tabel 4.9
Tabel Koefisien Korelasi
No Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
1 0,00-0,199
Sangat Lemah
2 0,20-0,399 Lemah
3 0,40-0,599 Cukup
4 0,60-0,799 Kuat
Sumber : Diambil dari Metode Perhitungan kuantitatif dan SPSS yang ditulis oleh Siregar,
2013
Berdasarkan tabel koefisien korelasi, nilai hubungan antara variabel X yaitu
pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini terhadap Y gaya hidup remaja,
tergolong pada klasifikasi hubungan cukup.
Angka tersebut berarti bahwa, kontribusi yang diberikan media sosial Instagram
@princessyahrini terhadap gaya hidup remaja di angka 25,8% saja. Maka dapat dikatakan
bahwa pengaruh variabel pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya
hidup remaja sebesar 25,8% sedangkan 74,2% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang
diluar dari variabel penelitian. Hal ini dibutuhkan analisis lebih lanjut apa sajakah variabel-
variabel dari luar variabel penelitan yang ternyata lebih mempengaruhi gaya hidup remaja.
4.2.5.4 Analisis Regresi Linear Sederhana
Tidak hanya melihat pengaruh dan juga klasifikasi hubungan variabel, namun
peneliti ingin melihat di masa yang akan datang mengenai hubungan antar variabel apakah
searah atau tidak. Berdasarkan hasil kuesioner yang sudah dilakukan, peneliti
menggunakan analisis regresi linier sederhana unutk melihat pengaruh dan juga prediksi
hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Sesuai dengan rumus yang sudah
dimasukkan lewat SPSS maka tabel regresi linear memiliki output sebagai berikut :
Tabel 4.10
Model Summary Regresi Linear
Model Summaryb
M R R Adjuste Std. Change Statistics
od Squa d R Error of R F df1 df2 Sig. F
el re Square the Square Chan Change
Estimate Change ge
1 .508 .258 .250 4.378 .258 34.06 1 98 .000
a
5
a. Predictors: (Constant), Pengaruh Media Sosial Instagram Syahrini
b. Dependent Variable: Gaya hidup Reaja
Dari tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa ada hubungan searah dari variabel X
dan Y bahwa apabila X meningkat maka Y juga akan meningkat, namun, dari hasil
perhitungan angka masih tergolong positif dengan pengaruh lemah yaitu angka r = 0,361.
Sama halnya dengan hasil yang didapatkan menggunakan rumus pearson product moment
bahwa sebenarnya pengaruh dari variabel X ke Y bersifat searah namun tergolong lemah.
Dalam hal ini angka r adalah angka yang menunjukkan korelasi antar variabel.
Tabel 4.11
Tabel Koefisien Regresi Linear
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize t Sig.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 25.316 4.455 5.683 .000
Pengaruh Media Sosial .694 .119 .508 5.836 .000
Instagram Syahrini
a. Dependent Variable: Gaya hidup Reaja
Persamaan regresi sesuai dengan rumus yang sudah ditentukan di bab sebelumnya
maka, dari angka ditabel, Y = 25.361+ 0.694 X. Angka a dan b didapatkan dari hasil tabel
koefisien regresi linear, yaitu dari variabel dependen dan independen. Maka Persamaan ini
digunakan untuk memperkirakan media sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya
hidup remaja. Untuk menentukan apakah rumus dapat digunakan, caranya adalah dengan
membandingkan F tabel dan F hitung serta Sig dan α.
F hitung merupakan angka yang digunakan dari hasil tabel ANOVA yaitu sebuah
tabel yang menunjukkan angka variasi dan rata-rata dari korelasi dua variabel. F hitung
yang ada pada tabel tersebut merupakan angka yang menunjukkan angka hasil regresi
untuk melihat hubungan seberapa besar nilai variabel x dengan variabel y. Lalu angka
signifikan dan F hitung tadi digunakan untuk melihat apakah persamaan yang sudah dibuat
tadi bisa dipakai untuk memprediksi nilai variabel y yang dipengaruhi oleh variabel x.
Tabel 4.12
Tabel Anova Regresi Linear
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regressio 652.945 1 652.945 34.065 .000b
n
Residual 1878.445 98 19.168
Total 2531.390 99
a. Dependent Variable: Gaya hidup Reaja
b. Predictors: (Constant), Pengaruh Media Sosial Instagram Syahrini
F hitung yang ada pada tabel berjumlah 34.065 dan F tabel yang sudah dihitung
berjumlah 2,76. Angka tersebut didapatkan dari rumus F tabel : F (α)( k, dk) alphanya
adalah = 0,05, n adalah jumlah responden, dan k adalah jumlah variabel bebas tambah
terikat maka :
F (0,01)(1, 100-2-1) = F (0,01) (1, 397) = 2,76 ( dari tabel F, Siregar,2013).
Fhitung : 43.065 > Ftabel =2,76 maka 0,000<0,01
4.3 Pembahasan
Setelah data sudah menunjukkan hubungan antara variabel X dan Y pada penelitian
ini, maka, peneliti akan mengkaji dan menganalisis lebih dalam, mengenai kaitan konsep
dan juga teori yang digunakan dengan masing-masing item pertanyaan dengan penemuan-
penemuan yang menarik dan bisa dijadikan bahan evaluasi dalam melihat pengaruh media
sosial instagram Syahrini terhadap gaya hidup remaja. Dalam hal ini, di kajian teori bab 2,
dan sesuai dengan operasionalisasi konsep. Hal ini terdiri dari, komponen utama media
sosial instagram baik itu dari posting, lokasi, follow, editing, hingga teori modelling dari
Albert Bandura yang berkaitan dengan gaya hidup remaja.
4.3.1. Postingan media sosial instagram Syahrini terhadap gaya hidup remaja
Posingan balala
Pada variabel X sub dimensi posting pada item hasil kuesioner menunjukkan
bahwa 22% responden sangat setuju, 73% responden setuju, 5% responden tidak setuju dan
responden yang menjawab sangat tidak setuju itu tidak ada, tetapi dominan dari 95%
responden tersebut menjawab setuju dengan melihat foto yang Syahrini posting dalam
instagram. Lalu pada item dua variabel X sub dimensi posting pada kuesioner menunjukkan
bahwa 16% responden sangat setuju, 75% responden setuju, 9% responden tidak setuju dan
responden yang menjawab sangat tidak setuju itu tidak ada, dengan melihat video yang
Syahrini posting di instagram, hal ini menunjukkan secara garis besar responden tertarik
dalam melihat foto atau video yang diposting oleh akun instagram Syahrini.
Selanjutnya, hasil item tiga variabel X sub dimensi posting pada urutan tiga di tabel
atas menunjukkan bahwa 17% responden sangat setuju, 71% responden setuju, 11%
responden tidak setuju dan 1% responden sangat tidak setuju, secara garis besar dengan
jumlah total 88% responden menjawab setuju dengan melihat snapgram Syahrini karena
dapat mengetahui kehidupannya sehari-hari. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa postingan
yang paling di sukai untuk di lihatnya postingan foto. Walaupun postingan video dan insta
story instagram angkanya juga tinggi tetapi lebih besar dari postingan foto instagram
Syahrini. Sesuai dengan pembahasan di tinjauan pustaka bahwa postingan berupa foto,
video, dan insta story di instagram dapat memberikan ketertarikan yang kuat di dalam
followers instagram Syahrini.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa lokasi yang sering dikunjungi oleh Syahrini
membuat ketertarikan kepada responden untuk mengunjunginya untuk di lihatnya
postingan foto. Walaupun responden untuk mengunjungi setiap lokasi yang Syahrini
datangi angkanya besar, tetapi yang lebih besar adalah hanya melihat lokasi yang
dikunjungi saja pada Syahrini dengan angka 93% responden menjawab setuju. Sesuai
dengan pembahasan di tinjauan pustaka bahwa lokasi yang dikunjungi dan mengunjungi di
instagram Syahrini dapat memberikan ketertarikan yang kuat di dalam followers instagram
Syahrini.
Hasil item enam variabel X sub dimensi konten pada kuesioner menunjukan 30%
responden menjawab sangat setuju, 59% responden setuju dan 11% responden menjawab
tidak setuju dengan kendaraan yang digunakan syahrini pada postingan di instagram.
Selanjutnya, hasil item tujuh variabel X pada tabel tujuh menunjukan 35% responden
menjawab sangat setuju, 52% responden menjawab setuju dan 13% responden menjawab
tidak setuju dengan tas branded yang syahrini gunakan pada postingan instagram. Lalu
selanjutnya, hasil item delapan variabel X pada tabel delapan menunjukan 25% responden
menjawab sangat setuju, 58% responden menjawab setuju lalu 17% responden menjawab
tidak setuju pada aksesoris yang digunkan syahrini pada postingan di instagram.
Selanjutnya, hasil item sembilan variabel X pada tabel sembilan di tabel atas menunjukan
bahwa 32% responden menjawab sangat setuju, 58% responden menjawab setuju dan 10%
responden menjawab tidak setuju pada produk make-up yang digunkan syahrini pada
postingan instagram.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa konten yang sering Syahrini posting membuat
ketertarikan kepada followersnya untuk melihatnya postingan foto maupun video.
Walaupun responden untuk tertarik pada konten kendaraan mewah, aksesoris mewah
maupun produk kecantikan yang Syahrini posting, tetapi yang lebih besar adalah produk
make-up yang digunakan oleh Syahrini dengan angka 90% responden menjawab setuju.
Sesuai dengan pembahasan di tinjauan pustaka bahwa konten yang membahas barang
mewah di instagram Syahrini dapat memberikan ketertarikan yang kuat di dalam followers
instagram Syahrini pada remaja.
4.3.4. Editing foto dan video didalam media sosial instagram Syahrini
edit adalah
Hasil item sepuluh variabel X sub dimensi editing pada kuesioner menunjukan
bahwa 31% responden menjawab sangat setuju, 59% responden menjawab setuju, lalu 10%
responden menjawab tidak setuju dengan pencahayaan yang Syahrini gunakan pada
postingan di akun instagram pribadi miliknya. Selanjutnya, hasil item sebelas variabel X
sub dimensi editing pada kuesioner menunjukan bahwa, 25% responden menjawab sangat
setuju, 54% responden menjawab setuju dan 20% responden menjawab tidak setuju dengan
filter yang Syahrini gunakan pada postingan di akun instagramnya. Selanjutnya, hasil item
duabelas variabel X sub dimensi editing pada kuesioner menunjukan bahwa, 20%
responden menjawab sangat setuju, 56% responden menjawab setuju, dan 24% menjawab
tidak setuju dengan sticker pada snapgram yang Syahrini gunakan pada instagramnya.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa editing yang sering Syahrini gunakan untuk
membuat foto dan videonya menarik dimata followers akun instagram Syahrini. Walaupun
responden tertarik pada editing yang menggunakan filter dan sticker yang digunakan
Syahrini untuk mengedit foto maupun videonya, tetapi yang lebih besar angkanya adalah
pencahayaan pada foto maupun video Syahrini dengan angka 90% responden menjawab
setuju. Sesuai dengan pembahasan di tinjauan pustaka bahwa editing sebagai pelengkap
foto maupun video di instagram Syahrini dapat memberikan ketertarikan yang kuat di
dalam followers instagram Syahrini pada remaja.
4.3.6 Faktor yang Membentuk Prilaku Modeling di dalam pengaruh gaya hidup
remaja
Peneliti mengambil satu sub dimensi Self-Control pada indikator mengarahkan
citra diri karena peneliti melihat hasil kuesioner indikator mengarahkan citra diri yang
paling menonjol pada responden yaitu hasil item delapan variabel Y pada urutan delapan
tabel Y diatas menunjukkan bahwa 13% responden sangat setuju, 77% responden setuju,
10% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa responden mengikuti akun
Instagram syahrini untuk mengarahkan citra diri nya untuk terlihat tampil mewah setelah
melihat akun instagram Syahrini.
Berdasarkan pembahasan dari hasil analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan
bahwa: (1) Berdasarkan tabel 4.8 korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Pengaruh
Media Sosial Instagram @princessyahrini terhadap gaya hidup remaja tergolong lemah
positif yaitu dengan r hitung 0,361. Arti positif adalah hubungan antara variabel X dan Y
adalah searah maka semakin sesuai pengaruh media sosial Instagram @princessyahrini
yang ditayangkan maka semakin meningkat pula pengaruhnya terhadap gaya hidup remaja.
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. (2) Berdasarkan table 4.9
koefisien korelasi, nilai hubungan antara variabel X yaitu pengaruh media sosial Instagram
@princessyahrini terhadap Y gaya hidup remaja, tergolong pada klasifikasi hubungan yang
cukup.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka beberapa hal yang
dapat dijadikan saran adalah:
1. Saran Akademis
Bagi para remaja yang memiliki akun di Instagram, hendaknya menggunakan Instagram
dengan bijak untuk hal-hal positif dengan memperhatikan dampak dari penggunaan media
sosial sendiri. Remaja harus pandai memilih konten-konten yang baik dan sesuai usia.
Dengan memilih konten yang baik, maka para remaja akan memiliki kepribadian yang baik
pula.
2. Saran Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan keilmuan
di bidang Ilmu Sosial dan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan peneltian ini di lokasi
lain dengan jumlah populasi dan jumlah sampel yang lebih besar, dengan kata lain penulis
menyarankan peneliti selanjutnya untuk menggunakan responden yang lebih banyak.
Referensi: