Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS PENGGUNAAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI

UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI WISATA

(Studi Kasus pada Followers Akun Instagram @eksplorjogja)

Disusun Oleh :

Arrini Nur Fatimah 2006015054

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PROF.DR.HAMKA 2023
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengalami kemajuan yang


pesat. Ini terkait erat dengan kebutuhan informasi masyarakat, dan berbagai metode
transmisi digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Kebutuhan akan
informasi merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan dalam kehidupan manusia.
Salah satu dampak dari munculnya media baru adalah munculnya media sosial.
Teknologi komunikasi memungkinkan orang untuk berkomunikasi lebih banyak lagi,
menghilangkan hambatan ruang, waktu dan status sosial. Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia sebanyak
171.176.716 pada tahun 2018, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 10,12% atau
27.916.716. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia sangat banyak.
Internet sekarang menjadi alat yang dapat digunakan orang untuk mencari informasi. Di
kalangan mahasiswa, Internet digunakan untuk memenuhi kebutuhan emosional, kognitif,
integrasi sosial, imajinasi, dan integrasi pribadi mereka. Periklanan adalah proses
komunikasi pemasaran dan salah satu masalah periklanan adalah menyusun pesan yang
efektif. Konsep AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) merupakan konsep untuk
merancang periklanan yang efektif. Model AIDA terdiri dari empat bagian:

Media sosial yang tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi,


memegang peranan penting bagi pelajar, termasuk mahasiswa. Tren yang berkembang
menuju World Wide Web (WWW) telah membuat pertukaran dan pengiriman informasi
menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Orang-orang dari semua lapisan masyarakat kini
dapat dengan mudah berbagi informasi dan gambar, memposting pemikiran motivasi di
media sosial, dan memposting lowongan pekerjaan. Perkembangan lebih lanjut dalam
teknologi akan mempermudah melakukan semua ini dari tempat tidur atau kamar tidur
menggunakan ponsel cerdas, tablet, atau komputer Anda. Dengan menjamurnya media
sosial ini di seluruh dunia, banyak siswa yang menggunakan media dengan bijak untuk
memperoleh lebih banyak pengetahuan. Pada saat yang sama, banyak dari mereka
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan hal-hal yang tidak menambah
3
nilai bagi peneliti, seperti terus mengobrol dan mengunggah gambar yang berbeda. .
Media sosial mengacu secara eksklusif pada alat online yang dibuat untuk interaksi dan
berbagi konten antara orang-orang dalam komunitas.

Seperti halnya teknologi yang terus berkembang baik di Indonesia maupun di


seluruh dunia, teknologi media juga berkembang dengan sangat cepat. Berkaitan dengan
hal tersebut, khususnya di bangsa Indonesia, seperti yang telah kita lihat, penggunaan
media sosial melalui ponsel semakin meningkat, dan kita melihat proses penggunaan
yang berbeda dari sumber yang berbeda, dan Indonesia sedang berkembang.
meningkatkan. Saat ini, Indonesia menempati urutan ketiga dalam hal penggunaan media
sosial. Internet terbesar setelah China.

Dalam hal ini, media sosial digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat
Indonesia, antara lain mahasiswa, peneliti, mahasiswa, dan masyarakat umum. Media
sosial yang merasuk seperti YouTube yang notabene populer di kalangan masyarakat
Indonesia mendominasi sekitar 88%, disusul media sosial Whatsapp 84%, Instagram
90%, dan media sosial Facebook 84%. Itu 79% - dijelaskan di salah satu situsnya
databoks.com. Dapat kita lihat bahwa pengguna media sosial melalui jejaring online
sangat tinggi di Indonesia dan usia penggunanya berkisar antara 16 tahun hingga 64
tahun. Banyak orang menggunakan ponsel media sosialnya dengan minat dan kontak
yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan berbagai konsekuensi sosial, seperti terlalu
banyak berita bohong dan bahkan konten yang kurang mendidik.

Menurut Nasrullah (2018:273) salah satu ciri khalayak media baru adalah pemirsa
berinteraksi dengan media dan khalayak. Secara teknis, media menyisakan banyak ruang
untuk komentar dan kritik publik di akhir cerita. Salah satu media sosial yang paling
populer adalah Instagram, Walbeck dan Johansson (2014) (Sholikha & Sunarti,
2019:177) Instagram menggambarkannya sebagai cara yang menyenangkan dan unik
untuk menghubungkan dunia dengan foto dan berbagi kehidupan dengan teman melalui
foto, dengan potret opsi dan filter yang menyempurnakan dan mengubah foto Anda
menjadi kenangan.

Pesatnya perkembangan teknologi saat ini memudahkan aktivitas manusia dalam


hal komunikasi dan mendapatkan serta berbagi informasi yang diperlukan. Adanya media

4
yang memanfaatkan teknologi baru yang memanfaatkan internet memungkinkan untuk
memenuhi segala macam kebutuhan masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi
internet, masyarakat kini menjadi pengguna internet aktif yang dapat saling terhubung
satu sama lain. Media sosial adalah sesuatu yang dinikmati banyak orang Indonesia.
Dengan bantuan media sosial, masyarakat dapat dengan mudah bertukar informasi,
berkomunikasi, mencari hiburan dan berpartisipasi dalam kegiatan lainnya. Platform
media sosial yang aktif digunakan adalah Instagram. Semakin banyak orang
menggunakan Instagram, Instagram menjadi lebih baik dan lebih baik, tidak hanya
membagikan hasil posting dalam bentuk gambar dan video, tetapi juga memungkinkan
orang untuk mengekspresikan diri secara langsung melalui fitur-fitur yang ditawarkan
Instagram. Cerita, IGTV menggunakan efek yang disediakan platform.

Saat ini, dengan perkembangan pesat Instagram, media sosial tidak hanya
digunakan untuk hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk membawa manfaat bagi
penggunanya. Salah satunya bertindak sebagai sumber informasi. Menurut Yusup (2009)
(Liani, 2017:15) Informasi adalah hasil interaksi manusia dengan lingkungan dan orang
lain. Menurut We are Social, pengguna Instagram mencapai 86,6% di Indonesia,
menjadikan Instagram sebagai salah satu media sosial yang paling banyak dikunjungi.
Adanya Instagram memudahkan untuk mencari informasi wisata sebelum menentukan
tujuan wisata. Menurut Wardiyanto (2011) (Adhanisa & Fatchiya, 2017:451) Kata
“tourism” padanan kata bahasa Inggris “travel” yang berarti perjalanan terencana dari
satu tempat ke tempat lain.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah dengan beberapa tempat wisata


yang menarik. Sebagai kota wisata, Yogyakarta tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat
Indonesia tetapi juga oleh wisatawan mancanegara. Kota yang benar-benar istimewa dan
damai membuat wisatawan senang berkunjung ke Yogyakarta. Wisata Malioboro
merupakan simbol kota Yogyakarta. Terletak di lokasi yang asri dan terawat, Malioboro
wajib dikunjungi jika ingin merasakan suasana kota Yogyakarta. Pergilah ke timur dan
Anda tidak hanya akan menemukan Malioboro, tetapi Kabupaten Gunung Kidul, dengan
banyak pantai pasir putihnya. Keindahan Pantai Gunung Kidul masih menjadi hidden
gem yang layak untuk dipromosikan.

Yogyakarta memiliki berbagai peluang wisata, sehingga pengetahuan merupakan


5
faktor yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan informasi wisata Anda. Menurut
Belkin (selama Ramadhan 2020:1769), kebutuhan akan ilmu muncul ketika, dalam
situasi tertentu, seseorang merasakan keinginan untuk mengetahui kekurangan dari
situasi tersebut dan mengatasi kekurangan tersebut. Menurut Safi (2019) (Wardani et al.,
2018:105) Munculnya kebutuhan informasi menunjukkan bahwa informasi diarahkan
kepada mereka yang membutuhkannya. Informasi ini tersedia untuk siapa saja atau
orang-orang tertentu yang membutuhkan, termasuk informasi tentang pariwisata di
Yogyakarta.

Akun Instagram @explorjogja tidak hanya bermanfaat bagi Kota Yogyakarta,


tetapi juga bermanfaat bagi para followersnya sendiri, setidaknya para followers akun ini
dapat terus mengikuti perkembangan pariwisata di Yogyakarta. Ketersediaan informasi
ini dapat digunakan untuk mencari informasi wisata atau sekedar untuk hiburan.
Sehingga para penggemar akun Instagram @explorjogja tahu kemana harus mencari
ketika ingin mencari informasi tentang pariwisata di Yogyakarta tanpa harus repot
bertanya kepada orang-orang tentang wisata yang ingin mereka ikuti.

Berdasarkan uraian paparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti fenomena


tersebut dengan judul penelitian “Analisis Penggunaan Instagram sebagai Media
Komunikasi untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi Wisata (Studi Kasus pada Followers
Akun Instagram @eksplorjogja).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peran instagram sebagai media komunikasi untuk memenuhi


kebutuhan informasi wisata?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui peran indtagram sebagai media komunikasi untuk memenuhi


kebutuhan infomasi wisata

6
1.4 Batasan Masalah

1.4.1 Informasi wisata yang akan diteiti hanya opada instgaram @eksplorjogja
1.4.2 Informasi wisata mayoritas mengacu pada wisata yang terletak di Kabupaten
Gunung Kidul
1.4.3 Followers merupakan sumber informasi sebagai media wawancara.

1.5 Signifikasi / Kontribusi Penelitian


1.5.1 Signifikansi Praktis
Penelitian mengenai penggunaan Instagram sebagai media komunikasi untuk
memenuhi kebutuhan informasi wisata memiliki signifikansi praktis yang penting. Dalam
konteks ini, penelitian ini dapat memberikan manfaat langsung bagi individu, masyarakat,
dan organisasi terkait. Salah satu manfaat praktisnya adalah meningkatnya kemampuan
komunikasi antarbudaya. Dalam era globalisasi ini, penggunaan Instagram sebagai platform
komunikasi budaya memungkinkan individu untuk memahami dan menghargai perbedaan
budaya. Dengan mengamati konten yang diposting oleh pengguna Instagram, baik itu
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, kita dapat mengembangkan keterampilan
komunikasi yang lebih efektif dalam berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang
budaya yang berbeda. Hal ini dapat mengurangi kesalahpahaman, konflik, dan ketegangan
antarbudaya yang mungkin terjadi dalam konteks pariwisata.

1.5.2 Signifikansi Akademik


Penelitian ini juga memiliki signifikansi metodologis yang berarti. Melalui analisis
penggunaan Instagram sebagai media komunikasi untuk memenuhi kebutuhan informasi
wisata, penelitian ini mengembangkan metode penelitian survei yang relevan. Dalam
konteks ini, metode survei dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang preferensi,
perilaku, dan kebutuhan pengguna Instagram dalam mencari informasi wisata. Selain itu,
penelitian ini juga memanfaatkan analisis konten untuk memahami bagaimana informasi
wisata disajikan dan berbagi melalui platform Instagram. Pendekatan metodologis yang
mendalam ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam
tentang konteks budaya dalam penggunaan Instagram sebagai media komunikasi untuk
informasi wisata.
Kedua, penelitian ini akan memberikan signifikansi pada penelitian dan literatur
akademik terkait penggunaan media sosial, khususnya Instagram, dalam konteks pariwisata.
7
Temuan dan pemahaman baru yang dihasilkan dari penelitian ini akan memperkaya
pengetahuan yang ada tentang peran dan pengaruh media sosial dalam industri pariwisata.
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika penggunaan media sosial dalam
mempromosikan destinasi pariwisata, mengidentifikasi tren baru, dan mengenali potensi
pengembangan strategi pemasaran yang inovatif. Dengan demikian, penelitian ini akan
memberikan kontribusi berarti dalam pemahaman tentang penggunaan Instagram dalam
konteks pariwisata di Yogyakarta serta memperkaya penelitian dan literatur akademik
terkait penggunaan media sosial dalam industri pariwisata secara umum.

1.5.3 Signifikansi Sosial


Penelitian tentang penggunaan Instagram sebagai sumber informasi wisata memiliki
signifikansi sosial yang penting. Ini memudahkan akses informasi wisata bagi masyarakat
dan membantu pengembangan sektor pariwisata di Yogyakarta dan Indonesia. Melalui akun
Instagram, promosi destinasi wisata dapat dilakukan dengan lebih efektif, meningkatkan
daya tarik dan ekonomi lokal. Selain itu, penelitian ini mendorong partisipasi masyarakat
dalam berbagi pengalaman wisata, membangun ikatan sosial, dan meningkatkan rasa
memiliki terhadap destinasi mereka. Dalam era digital dan globalisasi, penggunaan media
sosial seperti Instagram memiliki potensi besar untuk memperluas informasi wisata,
mempromosikan destinasi, dan membangun komunitas yang berbagi minat.

1.5.3 Signifikansi Metodologi


Penelitian tentang penggunaan Instagram sebagai media komunikasi dalam
memenuhi kebutuhan informasi wisata memiliki signifikansi metodologis yang relevan.
Dalam konteks ini, penggunaan metode penelitian yang mendalam, seperti observasi,
wawancara, dan analisis konten, memungkinkan peneliti untuk memahami konteks budaya
dan perilaku pengguna media sosial secara holistik. Metode ini memberikan wawasan
mendalam tentang penggunaan Instagram sebagai sumber informasi wisata, pola interaksi,
dan preferensi pengguna. Signifikansi metodologis ini dapat meningkatkan pemahaman
kita tentang peran media sosial dalam memenuhi kebutuhan informasi dan memberikan
dasar untuk pengembangan strategi komunikasi yang lebih efektif dalam sektor pariwisata.

8
9
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Table 1: Penelitian Terdahulu

Peneliti dan Tahun


(Agam et al., 2022)

Judul Pemanfaatan Wisata Virtual Tour Sebagai


Media Komunikasi Digital melalui Instgram
Dalam Penyebaran Informasi Di Museum
Konferensi Asia Afrika Pada Masa Pandemi
Hasil Penelitian . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Museum Kongres Asia Afrika menggunakan
media komunikasi digital untuk penyebaran
informasi, terutama di masa pandemi
COVID-19, dan ini menunjukkan bahwa
media komunikasi digital tersebut -
Tercermin dari konsistensi konten yang
diunggah ke platform. Museum Konferensi
Asia Afrika. Konten yang diunggah ke
media digital memiliki kemiripan yang
besar, sehingga tidak terjadi ketimpangan
distribusi informasi lintas platform.
Penyebarluasan informasi di Museum
Kongres Asia Afrika terdiri dari tiga tahap:
pengumpulan data, pengolahan data, dan
publikasi. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah, dalam kondisi seperti ini,
transformasi digital menjadi solusi terbaik
untuk menyebarkan informasi kepada
pengguna. Museum Konferensi Asia Afrika
10
menekankan pentingnya mengembangkan
alat komunikasi digital seperti Instagram,
Facebook, Twitter, Youtube dan virtual tour.
Hingga saat ini, Museum Konferensi Asia
Afrika terus berinovasi dan mengembangkan
alat komunikasi digital. Pemanfaatan
perangkat komunikasi bergerak virtual
merupakan solusi yang memungkinkan
pengguna untuk memenuhi kebutuhan
informasinya di sekitar Museum KAA
miliknya. Sebagai kajian lebih lanjut, kami
berencana untuk melakukan kajian yang
lebih mendalam tentang virtual tour
teknologi informasi Asian Museum Virtual
Tour untuk memahami sistem operasi di
balik website Asian Museum Virtual Tour.
konferensi Afrika.

Peneliti dan Tahun (Septiana & Sudradjat, 2023)


Judul Pengaruh Penggunaan Media Sosial
Instagram @Explorebangka Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Wisata di
Pulau Bangka

11
Hasil Penelitian Hasil penelitian berdasarkan pengujian di
atas menunjukkan bahwa meskipun
persentase kebutuhan informasi pariwisata di
Pulau Bangka berfluktuasi, sisanya sebesar
14,1% merupakan faktor yang tidak
diperhatikan oleh peneliti dalam penelitian
ini.

Nama Peneliti
(Kurniawati, 2017)

Judul Pemanfaatan Instagram Oleh Komunitas


Wisata Grobogan Dalam Mempromosikan
Potensi Pariwisata Daerah

Hasil Penelitian Hasil kajian menunjukkan bahwa promosi


potensi wisata daerah dapat dilakukan
dengan baik dan lancar melalui empat
tahapan yaitu sarana komunikasi,
komunikasi, media dan media. Pemanfaatan
media sosial Instagram juga memberikan
banyak keuntungan dan manfaat bagi
masyarakat wisata Grobogan yang
mempromosikan potensi wisata daerah
tersebut. Dengan menggunakan fungsi unik
Instagram, ada kelebihan seperti
memudahkan pengiriman informasi
perjalanan dan menarik perhatian pengguna
lain.

12
B. Paradigma Penelitian

Menurut Lexy J. Moleong, paradigma adalah gambaran tentang bagaimana


sesuatu dikonstruksikan (bagian-bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian
berfungsi (perilaku dalam konteks atau dimensi waktu tertentu). pola atau model.
Menurut Profesor Casiram, paradigma adalah referensi independen penelitian terhadap
asumsi, proposisi, dan aksioma dalam bentuk postulat dan konsep yang menjadi pedoman
penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan paradigma penelitian kualitatif dari
Moleong-nya (2012, hlm. 50-51), yang merepresentasikan paradigma konstruktivis.
Paradigma penelitian kualitatif biasanya dipadukan dengan analisis deskriptif,
perbandingan, dan penelitian kualitatif yang berorientasi pada makna untuk memperoleh
informasi yang diperoleh melalui observasi dan analisis dokumen. Paradigma ini
menganggap bahwa realitas adalah hasil konstruksi atau pembentukan diri manusia.
Paradigma konstruktivis tidak menganggap realitas kehidupan sosial sebagai realitas
alamiah, melainkan dibentuk oleh hasil konstruksi. Dengan demikian, fokus analisis
paradigma konstruktivis adalah menjelaskan bagaimana peristiwa dan realitas
dikonstruksikan dan bagaimana konstruksi itu memanifestasikan dirinya. Dalam kajian
komunikasi, paradigma konstruktivis ini sering disebut sebagai paradigma produksi dan
pertukaran. Ini sering dibandingkan dengan positivisme atau paradigma transmisi.

C. Teori Konteks Komunikasi

I. Komunikasi Massa

Sulit untuk secara empiris membahas masalah komunikasi massa hanya


berdasarkan konsep yang ditulis oleh para ahli sebelum tahun 2000. Hal ini
karena pada saat itu media massa masih menggunakan kekuatannya sebagai unit
yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Televisi, radio,
dan surat kabar dianggap media massa dengan pengaruh terbesar pada masyarakat
umum. Beberapa generalisasi dari penelitian sebelum tahun 2000-an
menunjukkan bahwa teori efek media yang kuat (the power effect theory) dan
teori peluru dan jarum suntik telah menjadi daya tarik utama bagi pembuat
kebijakan dalam konteks komunikasi massa. menunjukkan manfaat

13
(Panuju,2018:121).
Joseph T. Dominick mendefinisikan "komunikasi massa" memperkenalkan
konsep komunikasi massa. Ini pada dasarnya merupakan gambaran dari konsep
crowd dan media massa yang digunakannya. Ia memaparkan definisinya dalam
dua cara Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
khalayak yang besar. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang
dimediasi oleh pemancar pendengaran dan penglihatan. Komunikasi massa dapat
menjadi lebih sederhana dan lebih logis ketika didefinisikan dalam bentuk-bentuk
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan film. Berdasarkan definisi
tersebut, Bapak Lakhmat mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi
yang diarahkan kepada khalayak luas yang terdistribusi, heterogen, anonim
melalui media cetak atau elektronik, yang mampu menerima pesan yang sama
pada waktu yang sama dan sekaligus. mengklaim didefinisikan sebagai jenis.
(Panuju, 2018:121) Kata kunci yang disorot adalah Terorganisir, memiliki
kelompok sasaran yang besar, heterogen dan tersebar. Saat ini media massa
sedang mengalami perubahan bukti bahwa jumlah penonton semakin berkurang
akibat peralihan ke media internet dan media sosial, serta karakteristik media
massa yang sangat parah. Akibatnya, perusahaan media harus memilih
audiensnya yang semakin terfragmentasi. Definisi 'menyebar' juga telah ditinjau
kembali, karena banyak media, terutama televisi, menunjukkan peningkatan
konsentrasi penonton. Keterlibatan khalayak didasarkan pada karakteristik media
penyiaran itu sendiri. (Panuju, 2018:121-122)

D. Teori Utama

I. Teori Use and Gratification

Uses and Gratification merupakan salah satu teori paling populer dalam
penelitian komunikasi massa. Teorinya adalah bahwa perbedaan individu
menyebabkan pemirsa mencari, menggunakan, dan menanggapi konten media
secara berbeda berdasarkan faktor sosial dan psikologis masing-masing pemirsa.
Teori penggunaan dan kepuasan berfokus pada audiens sebagai konsumen media
daripada pesan yang disampaikan. Teori ini mendalilkan bahwa publik
berorientasi pada tujuan, proaktif, dan non-tradisional ketika berinteraksi dengan
14
media. Masyarakat diharapkan mengetahui dan memahami kebutuhannya serta
bertanggung jawab dalam memilih media yang sesuai dengan kebutuhannya
(Humaizi, 2018:11).

Teori ini menekankan pendekatan manusia ketika menggunakan media.


Dengan kata lain, orang tersebut memiliki hak untuk menggunakan media.
Masyarakat memiliki kebebasan untuk menggunakan media. Selain itu, teori ini
membahas khalayak aktif secara keseluruhan. Media massa. Khalayak
memutuskan media mana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
informasi, pendidikan, dan hiburan mereka (Humaizi, 2018:11)
Teori penggunaan dan kepuasan adalah salah satu teori yang paling
populer dalam penelitian komunikasi massa. Teori ini berpendapat bahwa
perbedaan individu dalam cara pemirsa mencari, menggunakan, dan menanggapi
konten media disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda
antara individu dan pemirsa. Inti dari teori use and gratification adalah bahwa
orang pada umumnya menggunakan media untuk alasan tertentu. Media massa
berusaha memuaskan motif publik. Ketika motif ini terwujud, kebutuhan audiens
terpenuhi. Warga negara diharapkan untuk mengetahui kebutuhan mereka,
mengenali media yang memenuhi kebutuhan tersebut, dan bertanggung jawab
untuk itu. Masyarakat dipandang sebagai peserta aktif dalam proses komunikasi.
Namun, kinerja setiap individu tidak sama. Penggunaan media didasarkan pada
kebutuhan dan tujuan yang ditentukan sendiri oleh pemirsa.
Menurut Fisher (1986) (Humaiz 2018:21) Model adalah analogi yang
mengabstraksikan dan menyeleksi bagian-bagian penting, unsur-unsur, sifat-sifat
atau komponen-komponen dari keseluruhan fenomena yang dijadikan model.
Teori penggunaan dan kepuasan dianggap sebagai salah satu teori paling populer
dalam penelitian komunikasi massa. Teori ini menegaskan bahwa perbedaan
individu dalam cara pemirsa mencari, menggunakan, dan menanggapi konten
media disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda dari
satu pemirsa ke pemirsa lainnya. Sebagian besar penelitian tentang teori
penggunaan dan kepuasan bertujuan untuk mengeksplorasi apa yang ada di balik
penggunaan media oleh pemirsa. Teori ini tidak berfokus pada dampak langsung
media terhadap pemirsa, melainkan pada motivasi dan perilaku pemirsa terhadap
15
media, atau bagaimana dan mengapa mereka menggunakan atau mengkonsumsi
media. Jadi teori ini mencoba menjelaskan apa yang dilakukan orang dengan
media.

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian & Jenis Penilitan

Metode penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam jenis penelitian


ini, aturan belajar dijelaskan dengan menggunakan data deskriptif seperti bahasa tertulis
dan lisan serta perilaku yang dapat diamati dari subjek penelitian. Demikian pula menurut
Sugiseno (2003), penelitian yang didasarkan pada tingkat penjelasan (degree of clarity)
adalah penelitian deskriptif, yaitu variabel independen atau satu atau lebih variabel
(independen) yang seharusnya tidak ada. Ini dapat didefinisikan sebagai penelitian yang
dilakukan untuk menemukan nilai. Bandingkan dan putuskan Atau ikat ke variabel lain..

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian


kualitatif ini diyakini paling cocok untuk merinci masalah terkait penggunaan Instagram
sebagai alat komunikasi untuk memberikan informasi pariwisata dan pertanyaan
terperinci yang selaras dengan tujuan penelitian..

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah area umum yang terdiri dari subjek atau objek dengan ukuran dan
sifat tertentu, yang dimaksudkan untuk diidentifikasi, dipelajari, dan disimpulkan oleh
para peneliti. Pengertian ini menunjukkan bahwa populasi tidak hanya mementingkan
perangkat, tetapi juga benda dan benda alam lainnya. Selanjutnya, populasi bukan
sekedar jumlah objek atau subjek yang diteliti, tetapi mencakup semua sifat atau
karakteristik dari objek atau subjek tersebut (Sugiyono, 2013:80).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah jumlah followers akun
Instagram @explorejogja. Per 17 Mei 2023, jumlah pengikutnya adalah 782.000.
Pemilihan demografi followers @explorejogja didasarkan pada keputusan mereka
mengikuti akun tersebut untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka terkait
pariwisata di Yogyakarta.

b. Sampel
17
Metode pengambilan sampel dapat dibagi menjadi dua kelompok: pengambilan
sampel probabilistik dan pengambilan sampel non-probabilistik. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan probabilistic sampling. Menurut Sugiseno (2017), probabilistic
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang sama dengan probabilitas atau
peluang terpilih sebagai sampel untuk setiap item atau anggota populasi. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan simple random sampling. Menurut Sugiseno
(2017), sampel acak sederhana adalah sampel yang diambil secara acak dari populasi
tanpa memperhatikan kelas populasi.

C. Subyek Penelitian
Adapun kriteria subyek penelitian yang akan diteliti, yaitu :
a. Memiliki sosial media, khususnya Instagram
b. Sudah mengikuti atau follow akun sosial media @explorejogja
c. Responden memiliki rentang usia 15 sampai dengan 45 tahun. Dimana dalam rentang
usia ini menjadi golongan usia yang produktif serta aktif dalam penggunaan sosial
media.

D. Pemilihan Media

Pemilihan media oleh Instagram Media. Instagram adalah layanan berbagi foto
dan video dari American Meta Platforms. Aplikasi ini memungkinkan pengguna
mengunggah media yang dapat diedit menggunakan filter dan diatur berdasarkan tagar
dan kode geografis. Unggahan dapat dibagikan secara publik atau dengan pengikut yang
telah disetujui sebelumnya. Pengguna dapat mencari konten pengguna lain berdasarkan
tag dan lokasi, melihat konten yang sedang tren seperti foto, dan mengikuti orang lain
untuk menambahkan konten mereka sendiri ke feed pribadi mereka. Kontak narasumber
pada contoh kriteria yang dijelaskan adalah follower Instagram @explorejogja.

E. Keabsahan Data
Sugiyono (2015: 92) menyatakan bahwa teknik pemeriksaan keabsahan data
adalah derajat kepercayaan atas data penelitian yang diperoleh dan bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa untuk pemeriksaan

18
keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas (credibility), uji
transferabilitas (transferability), uji dependabilitas (dependability) dan terakhir uji
obyektivitas(confirmability).
1. Uji Kredibilitas
Uji Kredibilitas (credibility) merupakan uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif (Prastowo, 2012: 266). Moleong (2016: 324) menyatakan
bahwa uji kredibilitas ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi pertama untuk
melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa tingkat kepercayaan penemuan kita
dapat dicapai, dan fungsi yang kedua untuk mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap
kenyataan ganda yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini untuk uji kredibilitas
(credibility) peneliti menggunakan triangulasi. Moleong (2016: 330) menjelaskan
bahwa triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan data, atau
sering disebut bahwa triangulasi sebagai pembanding data. Dijelaskan juga oleh
Sugiyono (2015: 372) triangulasi merupakan teknik pemeriksanaan keabsahan
data yang menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang ada, triangulasi ini memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
penelitian, dengan tujuan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data penelitian yang diperoleh.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Sugiyono (2015:373) mengungkapkan bahwa triangulasi sumber adalah
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Penerapan metode ini dapat dicapai dengan cara membandingkan data hasil
observasi dengan data hasil wawancara, dan dokumentasi. Maksudnya
membandingkan apa yang dilakukan (responden), dengan keterangan wawancara
yang diberikannya dalam wawancara tetap konsisten dan di tunjang dengan data
dokumentasi berupa foto serta data lainnya seperti jurnal ilmiah, penelitian
terdahulu dan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
2. Uji Transferabilitas (Transferability)
Sugiyono (2015: 376) menjelaskan bahwa uji transferabilitas (transferability)
19
adalah teknik untuk menguji validitas eksternal didalam penelitian kualitatif. Uji
ini dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian
ke populasi dimana sampel itu diambil. Kemudian Moleong (2016: 324)
menjelaskan bahwa tranferabilitas merupakan persoalan empiris yang bergantung
pada kesamaan konteks pengirim dan penerima. Untuk menerapkan uji
transferabilitas didalam penelitian ini nantinya peneliti akan memberikan uraian
yang rinci, jelas, dan juga secara sistematis terhadap hasil penelitian.
Diuraikannya hasil penelitian secara rinci, jelas dan sistematis bertujuan supaya
penelitian ini dapat mudah dipahami oleh orang lain dan hasil penelitiannya dapat
diterapkan ke dalam populasi dimana sampel pada penelitian ini diambil.

3. Uji Dependabilitas (Dependability) Prastowo (2012: 274) uji Dependabilitas


(Dependability) ini sering disebut sebagai reliabilitas didalam penelitian
kuantitatif, uji dependabilitas didalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
melakukan audit terhadap keseluruhan proses didalam penelitian. Dijelaskan juga
oleh Sugiyono (2015: 377) bahwa uji dependabilitas dilakukan dengan cara
mengaudit segala keseluruhan proses penelitian. Pada penelitian ini nantinya
peneliti akan melakukan audit dengan cara peneliti akan berkonsultasi kembali
kepada pembimbing, kemudian pembimbing akan mengaudit keseluruhan proses
penelitian. Disini nanti peneliti akan berkonsultasi terhadap pembimbing untuk
mengurangi kekeliruan-kekeliruan dalam penyajian hasil penelitian dan proses
selama dilakukannya penelitian.
4. Uji Konfirmabilitas/Objektivitas (Confirmability) Sugiyono (2015: 377)
menjelaskan bahwa uji konfirmabilitas merupakan uji objektivitas di dalam
penelitian kuantitatif, penelitian bisa dikatakan objektif apabila penelitian ini telah
disepakati oleh orang banyak. Prastowo (2012: 275) mengatakan bahwa menguji
konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang dihubungkan dengan proses
penelitian dilakukan. Di dalam uji ini nantinya peneliti akan menguji kembali data
yang didapat tentang manajemen sarana dan prasaran Penjasorkes di SD Negeri
Kota Bengkulu. Prastowo (2012: 276) menjelaskan bahwa ada empat teknik
untuk melaksanakan uji konfirmabilitas, yaitu: 1) meningkatkan ketekunan, 2) 59
triangulasi, triangulasi sumber, 3) diskusi teman sejawat, 4) menggunakan bahan
20
referensi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nasrullah, M.Si., D. R. (2018). Riset Khalayak Digital: Perspektif Khalayak Media Dan Realitas

Virtual Di Media Sosial. Jurnal Sosioteknologi, 17(2), 271.

https://doi.org/10.5614/sostek.itbj.2018.17.2.9

Panuju, R. (2018). Pengantar Studi (Ilmu) Komunikasi. Jakarta: Prenadamedia Grup

Ramadhani, H. D. D. M. (2020). Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram @visitbogor

Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Followers. E- Proceeding of Management,

7(1), 1768–1776.

Riani, N. (2017). Model Perilaku Pencarian Informasi Guna Memenuhi Kebutuhan Informasi

(Studi Literatur). Publication Library and Information Science, 1(2), 14.

https://doi.org/10.24269/pls.v1i2.693

Rizky, M. M., Rizky, M. M., & Sari, T. N. (2020). The Influence of Instagram Social Media

Against Traveling Interest. Proceedings of The ICECRS, 8, 1– 12.

https://doi.org/10.21070/icecrs2020479

Rossza, D. A. (2020). Pengaruh Media Sosial Instagram @halodoc Terhadap Pemenuhan

Kebutuhan Informasi Kesehatan Followers. Jom Fisip, 7(I), 1–11.

Sari, A. C., Hartina, R., Awalia, R., Irianti, H., & Ainun, N. (2018). Komunikasi dan Media

Sosial. Jurnal The Messenger, 3(2), 69. https://journals.usm.ac.id/index.php/the-

messenger/article/view/270

Sari, M. P. (2017). Fenomena Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Komunikasi

Pembelajaran Agama Islam Oleh Mahasiswa Fisip Universitas Riau. Fenomena Penggunan
Media Sosial Instagram Sebagai Komunikasi Pembelajaran Agama Islam Oleh Mahasiswa

Fisip Universitas Riau, 53(9), 1–13.

Sholikha, E. A., & Sunarti. (2019). Pengaruh Media Sosial Terhadap Minat Berkunjung

Followers (Survei Pada Followers Akun Instagram @batuflowergarden.Cobanrais). Jurnal

Administrasi Bisnis (JAB), 70(1), 11

18.http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view /2809

Anda mungkin juga menyukai