Anda di halaman 1dari 6

Nama : Shannon Amadea

NIM : 362021102

Kelas : Bahasa Indonesia 2

PENTINGNYA KRITIS DALAM BERSELUNCUR DI MEDIA SOSIAL

Penggunaan sosial media sekarang sedang berkembang begitu pesat, karena semakin
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang bisa kita akses kapanpun dan
dimanapun. Sosial media ini merupakan sebuah platform bagi para penggunanya untuk bisa
memperoleh dan menyampaikan berbagai berita/ informasi ke publik, platform kita bisa
mendapat hiburan yang menghibur ketika kita lelah dengan perkerjaan, sekolah, maupun
urusan lainnya. Bahkan dari berbagai kalangan usia yaitu dari anak-anak, remaja, hingga para
orang tua suka mengakses social media karena kemudahan yang didapatkan dalam
mengakses sosial media, serta internet yang mudah untuk diakses. Hal tersebut memudahkan
kita dalam berbagi informasi, dan bisa menghubungkan kita dengan banyak orang yang
berbeda tempat.

Media sosial adalah media daring yang digunakan untuk kebutuhan komunikasi jarak
jauh, proses interaksi antara user satu dengan user lain, serta mendapatkan sebuah informasi
melalui perangkat aplikasi khusus menggunakan jaringan internet. Lalu, adapun pengertian
media sosial menurut ahli yaitu M. Terry, menurut beliau definisi media sosial adalah suatu
media komunikasi dimana pengguna dapat mengisi kontennya secara bersama dan
menggunakan teknologi penyiaran berbasis internet yang berbeda dari media cetak dan media
siaran tradisional. Tujuan dari adanya social media sendiri adalah sebagai sarana komunikasi
untuk menghubungkan antar pengguna dengan cakupan wilayah yang sangat luas. Agar para
pengguna bisa mengakses sosial media dengan mudah dan cepat, maka dibutuhkan koneksi
internet, yang bisa dengan mudahnya kita akses. Selain itu media sosial juga merupakan
wadah untuk kita penggunanya dapat bebas berkreasi sesuai minat bakat. Zaman sekarang
banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk berkreasi, seperti menjadi youtuber,
content creator, selebgram dan lain sebagainya.

Instagram, Tiktok, Facebook, Line, Twitter, Whatsapp, merupakan beberapa contoh


sosial media yang sering digunakan berbagai kalangan usia. Dari sosial media tersebut kita
dapat saling mengirim kabar dengan pacar, teman, dan juga keluarga yang sedang berada
jauh dengan kita. Selain dalam kita bermedia social dapat mendapatkan informasi-informasi
yang hangat dengan cepat. Pada awalnya media sosial merupakan wadah yang aman dan
nyaman untuk kita berkreasi, tetapi lama kelamaan terdapat beberapa oknum yang membuat
media sosial menjadi wadah yang kurang aman untuk digunakan. Namun, jika kita kritis
bermedia sosial kita pasti terhindar dari hal yang negatif, tetapi jika tidak kritis, ada beberapa
dampak negatif yang ditimbulkan dan banyaknya hal yang kurang baik yang akan terserap
jika tidak kritis bermedia sosial, dan dampak negatifnya nantinya akan dirasakan oleh diri
sendiri.

Bersikap kritis dalam bermedia sosial tentu sangat penting, agar masyarakat lebih
cerdas menggunakan sosial media. Ada beberapa akibat dari kurangnya sikap kritis dalam
bermedia sosial. Pertama, mudah percaya akan berita hoaks, karena rendahnya minat literasi
masyarakat Indonesia. Kurangnya minat baca ini disebabkan kurangnya sikap kritis, tidak
menelusuri dahulu sumber berita yang beredar. Di Indonesia sendiri, 81,7 persen hoaks
menyebar melalui Facebook dan  sekitar 57 persen menyebar melalui Whatsapp. Hoaks juga
menyebar melalui Instagram, Line, dan Twitter. Paling tidak dua tahun terakhir, berdasarkan
catatan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), hoaks membanjiri masyarakat melalui
media sosial. Pada 2019, bersamaan dengan pelaksanaan pemilihan umum, rata-rata terdapat
100 hoaks per bulan, 60 persen di antaranya soal politik. Saat ini, rata-rata lebih dari 100
hoaks per bulan, sebagian besar terkait pandemi Covid-19. Itulah perlunya kritis dalam
bermedia social. Apalagi orangtua yang masih bisa dibilang buta teknologi seringkali
mendapat ataupun mengirimkan berita dan informasi yang berpotensi menjadi berita hoaks,
kira sebagai anak muda yang sudah mengerti cara membedakan berita hoaks dan benar harus
mengajarkan orangtua agar tidak termakan berita hoaks.

Tidak berpikir panjang dalam mengikuti trend di media social menjadi salah 1
dampak tidak kritis bermedia social. Banyak trend yang beredar di media social, membuat
para pengguna tertarik mengikuti trend yang ada. Dengan adanya trend-trend pada media
social kita harus lebih selektif lagi dalam mengikuti trend. Beberapa trend mungkin tidak
menimbulkan dampak yang kurang baik jika diikuti. Tetapi, beberapa trend juga
menimbulkan hal-hal yang tidak diiinginkan seperti contoh kasus baru-baru ini yang terjadi
ketika kita tidak kritis dalam bermedia social. Saya mengambil contoh dari kasus beberapa
waktu lalu, instagram sedang ramai dengan trend share stiker "Add yours" yang diunggah di
instagram story. Berbagai challenge bertebaran dengan menggunakan stiker ini, Setelah hal
tersebut banyak di ikuti oleh pengguna instagram muncul kasus pertama yang terjadi karna
adanya trend add yours. salah satu akun twitter dengan nama akun @ditamoechtar_
membagikan pengalaman buruk dimana dalam postingannya ia mengatakan " pagi tadi teman
saya telfon, nangis-nangis abis ditipu katanya. biasalah, penipuan yang telfon minta transfer
gitu. yang bikin teman saya percaya si penipu memanggil dia (pim). Pim adalah panggilan
kecil teman saya, yang hanya orang dekat yang tau. terus dia inget dia abis ikutan ini" kata
sang pengguna akun. Kasus tersebut merupakan 1 dari banyaknya dampak yang tidak kita
inginkan yang dapat merugikan kita juga, jika kita tidak selektif mengikuti trend.

Mudahnya melakukan pencemaran nama baik dan berlindung dibalik akun palsu. Hal
tersebut sudah menjadi hal yang tidak mengagetkan lagi ketika bermedia social. Pencemaran
nama baik seringkali menjadi masalah atau kasus yang terjadi di media social. Bahkan tak
jarang, kasus tersebut terbawa sampai ranah hukum. Seperti kasus pada tahun 2020, ketika
salah 1 akun instagram melakukan pencemaran nama baik Basuki Tjahja Purnama. Polda
Metro Jaya telah memeriksa EJ (47), satu dari dua pelaku yang melakukan pencemaran nama
baik terhadap Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang
ditangkap di Medan, Sumatera Utara, pada Kamis (30/7/2020) lalu. Dari hasil pemeriksaan,
pelaku yang memiliki akun @an7a_s679 sempat mengubah nama akun Instagram sebelum
ditangkap polisi. Sebelumnya, Ahok melaporkan kasus pencemaran nama baik yang
dialalminya pada jejaring media sosial. Ia melaporkan kasus tersebut melalui kuasa
hukumnya, Ahmad Ramzy ke Polda Metro Jaya dengan nomor LP/2885/V/YAN
25/2020/SPKT PMJ pada 17 Mei 2020 lalu. Kasus tersebut salah 1 contoh pencemaran nama
baik yang terjadi di media social karena tidak kritis bermedia sosial.

Dari beberapa kasus di atas, merupakan hal yang akan terjadi ketika kita tidak kritis
bermedia social. Karena terjadi kasus pelanggaran-pelangaran dalam bermedia social,
ditegakannya UU ITE untuk mengawasi tingkah masyarakat dalam bermedia social. Polri
akan menjerat penyebar hoax di media sosial atau internet dengan pasal 28 ayat 1 Undang
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). "Setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam Transaksi Elektronik," demikian ketentuan ayat 1 pasal 28 UU ITE. Dengan
adanya hal itu diharapkan masyarakat akan lebih baik dan kritis lagi dalam bermedia social.
Lantas, bagaimana cara agar dapat bermedia social dengan baik dan kritis?

Pertama, jangan asal posting konten, kita harus menyadari bahwa akun media sosial
bisa diakses oleh publik. Oleh dari itu kita harus bisa lebih selektif dalam membuat konten.
Walaupun terdapat fitur privasi yang bisa kita atur, tidak ada salahnya kita harus tetap selektif
membuat konten. Selanjutnya, bersikap waspada dan tidak mudah percaya. Dikarenakan hoax
kini dapat menyebar dengan mudah, kita harus memilah informasi yang kita terima. Pastikan
terlebih dahulu bahwa informasi tersebut berasal dari sumber yang terpercaya. Berhati-hati
juga ketika di chat dengan seseorang yang tidak dikenal, untuk menghindari modus penipuan
dan hal yang tidak diinginkan lainnya. Lalu kita harus menjaga etika, dalam bermedia sosial
emang kita dipebolehkan untuk bebas berekspresi, tetapi tetap harus menjaga etika, sopan
santun. Jangan sampai dari kebebasan tersebut kita jadi semena-mena, dan dapat
menyinggung pihak lain.

Kritis bukan hanya diperlukan dalam kita menjalankan pendidikan, tetapi juga
diperlukan dalam bermedia social agar kita berada dalam lingkungan bermedia social yang
positif. Kritis dapat diterapkan dalam bermedia sosial dengan memperbanyak literasi digital.
Seringnya literasi akan membuat kita semakin kritis dalam memilah informasi yang paling
faktual. Maka dari itu, terdapat ungkapan "saring sebelum sharing". Kita harus saring terlebih
dahulu mana berita yang benar mana yang tidak baru kita bisa menyebarkan berita tersebut.
Kritis bermedia social merupakan hal yang sangat dibutuhkan sekarang apalagi seiring terus
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Agar tercipta lingkungan bermedia
social yang lebih aman dan lebih positif lagi bagi para penggunanya, buatlah media sosial
menjadi wadah yang aman untuk kita berkreasi, hindari hal-hal yang membuat kita tidak
nyaman untuk bermedia sosial. Sebagai generasi milenial kita harus sadar untuk tetap
menciptakan media sosial sebagai wadah yang positif dan terhindar dari hal-hal yang berbau
negatif. Kalau mau media sosial menjadi wadah yang aman itu harus dimulai dari diri sendiri.
Jadi, be smart dalam membuat konten dan berselancar di media sosial karena kita adalah
penerus bangsa, jika tidak dimulai dari diri kita, siapa lagi yang akan memulai?
DAFTAR PUSTAKA :

Prawiro, M. (2018, June 21). Pengertian Media Sosial Adalah, Fungsi, Tujuan, Jenis Sosial
Media. Maxmanroe.com. Retrieved December 13, 2021, from
https://www.maxmanroe.com/vid/teknologi/internet/pengertian-media-sosial.html

Adani, M. R. (2020, November 19). Media Sosial: Pengertian, Dampak, Jenis, dan Manfaat
bagi Bisnis. Sekawan Media. Retrieved December 13, 2021, from
https://www.sekawanmedia.co.id/media-sosial-untuk-bisnis/

Hardika, Y. (2021, November 25). Tren Stiker "Add Yours" di Instagram dan Risiko
Pencurian Data, Hati-hati, Ini Pesan Pengamat - Serambinews.com. Serambinews.com.
Retrieved December 13, 2021, from https://aceh.tribunnews.com/2021/11/25/tren-stiker-add-
yours-di-instagram-dan-risiko-pencurian-data-hati-hati-ini-pesan-pengamat

First Media. (2020, December 3). Cara Bijak Menggunakan Media Sosial yang Perlu Kamu
Ketahui. First Media. Retrieved December 13, 2021, from
https://www.firstmedia.com/article/cara-bijak-menggunakan-media-sosial-yang-perlu-kamu-
ketahui

Arika, Y. (2020, June 12). Kritis Bermedia Sosial. Kompas.id. Retrieved December 13, 2021,
from https://www.kompas.id/baca/dikbud/2020/06/12/kritis-bermedia-sosial

Setyowati, A. (2021, February 19). Kritik dan Bersikap Kritis dalam Keseharian Kita
Halaman all. Kompas.com. Retrieved December 13, 2021, from
https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/19/190433565/kritik-dan-bersikap-kritis-dalam-
keseharian-kita?amp=1&page=2

Bustomi, M. I. (2020, August 6). Sebelum Ditangkap, Pelaku Pencemaran Nama Baik Ahok
Sempat Ubah Nama Akun Instagramnya Halaman all - Kompas.com. Megapolitan. Retrieved
December 13, 2021, from
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/06/20273101/sebelum-ditangkap-pelaku-
pencemaran-nama-baik-ahok-sempat-ubah-nama-akun

VIVA.co.id. (2016, November 21). Deretan Pasal dan Ancaman Pidana bagi Penyebar Hoax.
Viva. Retrieved December 13, 2021, from https://www.viva.co.id/digital/digilife/850193-
deretan-pasal-dan-ancaman-pidana-bagi-penyebar-hoax

Anda mungkin juga menyukai