Dosen Pengampu
Disusun oleh
Kelompok 8 Kelas 58
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah – Nya kepada kita semua khususnya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
akhir semester yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Olah Kreativitas dan
Kewirausahaan serta untuk melaporkan projek aksi sosial yang telah kami laksanakan.
Dalam melaksanakan projek aksi sosial maupun proses penyusunan laporan ini, kami
menjumpai hambatan. Namun berkat dukungan material dari berbagai pihak, akhirnya kami
dapat menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait
yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami, bagi partisipan kegiatan
projek aksi sosial, dan bagi pembaca lain pada umumnya.
Desember 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah era transisi dari masa pubertas ke masa dewasa. Remaja memiliki
selera ingin tahu banyak tentang sesuatu yang dilakukan oleh orang dewasa, termasuk
masalah seksual (Sarwono, 2000). Rasa ingin tahu ini mendorong kaum muda
menggunakan media informasi. Menurut Santrock (2003), teknologi kini semakin maju.
Pasalnya, media elektronik dapat menyebabkan seseorang mendesain realitas melalui
simulasi manusia yang terperangkap antara kenyataan dan fantasi. Kemajuan media
elektronik yang sedang melanda saat ini membuat remaja menyerbu dan menikmati
memutar VCD dan internet, dengan tayangan dan berita yang kurang mendidik yaitu
pornografi (Sumiati, dkk., 2009). Jika remaja terus menerus menikmati tayangan
pornografi, dia akan terpaksa melakukan hubungan seks pada usia dini dan di luar
jangkauan pernikahan. Apalagi pornografi umumnya tidak mengajarkan gaya seks yang
bertanggung jawab, sehingga mendorong potensi menghasilkan perilaku seksual
kehamilan remaja. Kehamilan di luar pernikahan atau penyebaran penyakit ditularkan
melalui seks, seperti PMS, AIDS (Rumyeni & Lubis, E.V., 2013).
Semakin banyak remaja terkena elemen pornografi akan menjadi masalah besar yang
bisa berkontribusi meningkatnya pertumbuhan jumlah remaja yang berperilaku seksual.
Semakin meningkatkan insiden penyakit yang disebabkan oleh perilaku seksual aktif pada
remaja juga berpengaruh untuk masalah yang berkembang tentang kesehatan reproduksi
remaja. Informasi tentang efek paparan pornografi harus diberikan kepada remaja, dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang paparan pornografi untuk
menghindari perilaku seksual yang berisiko, yaitu melalui program komunikasi, informasi
dan pendidikan (KIE). Menurut Notoatmodjo (2007), menyampaikan materi tentang
program KIE dapat dilakukan dengan sedikit metode dan media. Media yang digunakan
sangat bervariasi dalam lingkup tradisional, yaitu (diucapkan), bunyi (kentongan),
menulis (mencetak), kepada elektronika modern yaitu televisi dan internet.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Memberikan edukasi mengenai pendidikan seksual kepada siswa pada jenjang
SMP/SLTP Sederajat dan SMA/SLTA Sederajat, dan masyarakat umum;
2. Seluruh sasaran yang telah ditargetkan memahami dan mengimplementasikan
mengenai pentingnya pendidikan seksual.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Kami memberi nama kegiatan aksi sosial ini dengan judul “Sex Edu Fair” yang
bertemakan pendidikan seksual. Dengan dipilihnya tema ini, dimaksudkan agar para
remaja di Indonesia tidak mudah terjerumus pada perilaku seks pranikah serta dapat
menambah pengetahuan dan pemahamannya mengenai sex education.
B. WAKTU KEGIATAN
Kegiatan projek aksi sosial ini dilaksanakan kurang lebih selama satu bulan, mulai
tanggal 13 November 2020 sampai dengan 10 Desember 2020. Kami melaksanakan
kegiatan tersebut sesuai dengan jadwal yang telah disepakati sebagai berikut.
C. MEDIA PELAKSANAAN
Kami memberikan pematerian melalui foto dan video animasi yang informatif. Foto
dan video animasi dipilih dengan tujuan agar partisipan tidak merasa bosan serta supaya
banyak orang yang tertarik dan menggugah rasa penasaran untuk melihatnya. Kemudian
foto dan video ini kami unggah pada akun Instagram @sexedufair yang telah kami buat
sebelumnya. Setelah seluruh kegiatan dilaksanakan, kami mengapresiasi para partisipan
dengan memberikan hadiah berupa apa …
D. SASARAN
Untuk aksi sosial ini, kami menargetkan kepada siswa-siswi SLTP/ Sederajat
sebanyak 20 orang dan siswa-siswi SLTA/ Sederajat sebanyak 20 orang. Namun,
dikarenakan kami juga menggunakan media sosial Instagram yang terbuka untuk
masyarakat umum maka siapa pun dapat menjadi partisipan lalu ikut berpartisipasi dalam
kegiatan ini. Bahkan akan lebih baik jika terdapat lebih banyak partisipan daripada yang
ditargetkan.
E. MATERI KEGIATAN
Dalam kamus pscychologi, sex adalah kualitas yang menentukan seseorang pria atau
wanita (Gulo 1982:265). Seks juga bisa diartikan pelajaran tentang organ-organ
reproduksi. Seks tidak harus selalu berarti hubungan seksual. Hubungan seks adalah
hubungan intim yang dilakukan pria dan wanita yang terikat dalam sebuah pernikahan
(Andika 2010:20).
Pencarian informasi tentang perilaku seksual remaja saat ini sangat didukung oleh
perkembangan dan kemajuan teknologi informasi berupa internet yang sedang diminati
dan digemari oleh remaja. Internet meliputi gadget dan smartphone yang banyak
digunakan remaja dalam interaksi sosial mereka. Kemajuan teknologi ibarat dua mata
pisau, di satu sisi sangat menguntungkan, di sisi lain bisa berbahaya. Salah satu dampak
negatif dari kemajuan teknologi berupa internet adalah mudahnya mengakses pornografi
dan pornoaksi yakni internet pornografi (Suyatno, 2011).
1) Membentuk pengertian dalam perbedaan seks antara pria dan wanita dalam
keluarga, pekerjaan dalam seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berbeda
dalam tiap masayarakat dan kebudayaan
2) Membentuk pengertian tentang peranan seks didalam kehidupan manusia dan
keluarga
3) Mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan
seks
4) Membantu murid dalam mengembangkan kepribadiannya sehingga mampu untuk
mengambil keputusan yang bertanggung jawaab, misalnya: memilih jodoh, hidup
berkeluarga, tindak kesusilaan dalam seks, dan lain-lain. Dari pendapat para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan seks ialah memberikan
pengertian tentang memperkenalkan anak tentang jenis kelamin dan cara
menjaganya, baik dari sisi kesehatan dan kebersihan, keamanan serta keselamatan
menghindarkan siswa dari pelecehan seksual dan mempersiapkan anak
menghadapi masa pubertas. Materi pendidikan seks disesuaikan dengan tugas
perkembangan siswa SD.
Dampak dari pergaulan bebas yang terkait dengan perilaku seksual juga menyebabkan
meninggkatnya kasus penyakit Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immune
Defesiency Virus Syndrome (HIV/AIDS) yang pada kelompok usia remaja faktor
perilaku seks bebas merupakan perilaku paling dominan (Azinar, 2013). Kasus kejadian
HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat secara signifikasi, berdasarkan data Direktoriat
Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) jumlah kasus baru HIV
positif hingga 2015 yaitu 21.511 kasus pada tahun 2012, 29.037 kasus padatahun 2013,
32.711 kasus pada tahun 2014, dan 30.935 kasus pada tahun 2015, 36.700 kasus pada
tahun 2016, 48.300 kasus pada tahun 2017, 64.043 kasus pada tahun 2018. (Kemenkes
RI, 2019).
Remaja di Indonesia telah terbukti mulai melakukan hubungan seks pada usia muda.
Berdasarkan hasil survei perilaku seksual beriko pada remaja di 33 Provinsi menyebutkan
bahwa 22,6% remaja pernah melakukan hubungan seks, 62,7% remaja Sekolah
Menengah Atas (SMA) tidak perawan, 97% pernah menonton pornografi, 21,26% sudah
pernah melakukan aborsi (KPAI, 2018).
Faktor- faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja antara lain:
pengetahuan, libido seksual ,media informasi, sikap, Norma agama, orang tua dan
pergaulan bebas (kumalasari, 2018).
BAB III
A. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan projek aksi sosial kami laksanakan berdasarkan jadwal yang telah dibuat dan
disepakati setiap anggota. Meskipun pada awalnya terdapat perubahan jadwal, tetapi kami
dapat mengatasinya sehingga kegiatan projek aksi sosial “Sex Edu Fair” tetap berjalan
dengan baik. Adapun kegiatan yang kami lakukan telah tercakup dalam tabel berikut.
2. Grup WhatsApp
Nama grup : SEX EDU FAIR
Jumlah anggota : 56 orang, terdiri dari 4 orang anggota kelompok dan 52
orang partisipan dalam kegiatan projek aksi sosial.
Dari pengisian kuesioner pre-test yang kami lakukan, diketahui bahwa terdapat
responden yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai pendidikan seksual bahkan
ada pula yang tidak mengerti atau mengetahui mengenai pendidikan seksual tersebut.
Dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
SMP/SLTP SMA/SLTA PT
No Keterangan Ya Tida Ya Tida Ya Tidak
k k
1 Mengetahui pendidikan
14 4 48 4 14 1
seksual
2 Menganggap pendidikan
16 2 52 0 15 0
seksual penting
3 Ingin mengetahui
pendidikan seksual lebih 16 2 50 2 15 0
jauh
4 Bersedia ikut berpartisipasi
16 2 47 5 14 1
dalam kegiatan
Jumlah 18 orang 52 orang 15 orang
Pada kegiatan “Sex Edu Fair” ini terdapat ( ) responden yang mengisi post-test.
Terdiri dari (18) orang siswa SMP/SLTP Sederajat, (52) orang siswa SMA/SLTA
Sederajat, dan (15) orang lainnya atau umum.
C. EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
holaa
abc
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN