Anda di halaman 1dari 4

Joss Happyson Zalukhu

200701068

Resume
A. Sunnah sebagai Sumber Agama Islam
1. Pengertian sunnah
Secara etimologis, Sunnah berarti perjalanan, yang baik maupun yang buruk. Sesuai dengan
sabda Rasul Saw.:
"‫من سن في اإلسالم سنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها بع ده من غ ير أن ينقص من أج ورهم ش يء و من‬
‫"سن في اإلسالم سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء‬
Artinya: Siapa saja yang memberi contoh/tuntunan perbuatan yang baik, ia akan
mendapatkan pahala perbuatan tersebut, serta pahala orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan Siapa
saja yang memberikan contoh jalan yang buruk, maka ia akan menadapatkan dosa perbuatan
tersebut dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.
Menurut terminologi (syari’at), Sunnah adalah: Segala sesuatu yang diambil dari Rasul Saw,
berupa perkataan, perbuatan, keputusan, sifat fisik dan sifat non fisik, atau perjalanan hidup, baik
sebelum beliau diangkat menjadi Rasul atau setelahnya.
Macam-macam Sunnah
1. Pembagian sunnah dalam segi bentuknya
a. Sunnah qauliyah
Yang dikmaksud dengan sunnah qauliyyah yaitu sesuatu yang di ucapkan oleh
rosullullah saw melalui lisan beliau yang di dengar dan di pahami oleh para sahabat beliau,
kemudian deberitakan dan riwayatkan kepada sahabat yang lain, dan periwayatan itu dilanjutkan
dari satu generasi kepada generasi lainnya. Contoh sunnah qaulillah:
Yang artinya: “dari annas ra. Dari nabi, beliau bersabda: belum beriman salah seorang dari
kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya”
b. Sunnah fi’liyyah
Sunnah fi’liyyah ialah, semua perbuatan dan tingkah laku rosullallah saw yang dilihat dan
diperhatikan oleh para sahabat beliau, yang kemudian diberitakan dan diriwayatkan kepada para
sahabat lainnya secara berkelanjutan dari satu generasi kepada generasi lainnya. Contohnya:
“dari ubbad bin tamim, dari pamannya, ia berkata: saya melihat rosullullah saw pada hari
beliau keluar untuk melaksanakan shalat gerhana matahari, katanya:
maka beliau membalikan tubuhnya membelakangi jamaah dan menghadap kiblat dan berdoa,
kemudian beliau membalikan selendangnya, kemudian beliau shalat
besama kami dua rakaat dengan menjaharkan bacaannya pada kedua rakaat itu”
Sunnah fi’liyyah dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
1) Gerak gerik, perbuatan, dan tingkah laku rosullullah saw yang berkaitan dengan hukum.
Misalnya tatacara shalat, haji dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah ibadah dan muamalah
pada umumnya.
2) Perbuata yang khusus berlaku bagi rosullullah saw, seperti beristri lebih dari empat orang,
wajib melaksanakan shalat tahajud, shalat dhuha dan berqurban.
3) Perbuatan dan tingkahlaku rosullullah sebagai manusia biasa. Misalnya cara makan, cara
berpakaian, berdiri, berjalan dan sebagainya.
c. Sunnah taqririyyah
Sunnah taqririyyah adalah, sikap persetujuan rosullullah saw mengenai suatu peristiwa yang
terjadi atau dilakukan sahabat beliau, dimana terdapatpetunjuk yang menggambarkan bahwa
beliau menyutujui perbuatan tersebut. Contoh sunnah taqririyyah: dari khalid bin walid ra.
Katanya: “kepada nabi saw. dihidangkan
makanan dhabb (sejenis biawak) yang dipanggang untuk dimakan beliau. Kemudian ada yang
berkata pada beliau : “itu adalah dhabb”, maka beliau menahan tangannya, maka khalid berkata:
“apakah haram memakannya?” beliau menjawab: ”tidak, tetapi binatang jenis itu tidak biasa
ditemukan di daerah saya, maka saya tidak suka dan menghindarinya”. Maka khalid memakannya,
sedang rasulullah saw memandanginya”.
d. Pembagian sunnah dari segi kualitasnya
Ditinjau dari segi jumlah perawi yang meriwayatkan suatu sunnah, para ulama membagi kalitas
suatu sunnah pada tiga tingkatan yaitu:
1) Mutawatir: yaitu sunnah yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi secara berkesinambungan
dari satu generasi ke generasi lainnya, banyaknya
jumlah perawi pada masingmasing generasi tidak memungkinkan mereka bersepakat untuk
berbohong.
2) Masyhur: yaitu sunnah yang diriwayatkan pada generasi-generasi secara berkesinambungan
dimana pada generasi awal jumlah perawinya hanya beberapa orang, tetapi pada generasi
berikutnya jumlah perawi menjadi banyak hingga mencapai tingkat mutawatir.
3) Ahad: yaitu sunnah yang diriwayatkan secara berkesinambungan dari generasi awal sampai
generasi akhir, tetapi sejak generasi awal, jumlah perawinya hanya beberapa orang saja sehingga
tidak mencapai tingkat masyhur apalagi mutawarir

Latihan
1. Jelaskan pentingnya mempelajari As-Sunnah sebagai sumber hukum bagi generasi muda
khususnya terhadap mahasiswa di perguruan tinggi?
2. Identifikasi sebuah permasalahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan buatlah
antisipasinya melalui As-Sunnah sebagai sumber hukum. Adapun masalah yang diidentifikasi
tersebut bisa berasal dari kajian-kajian keislaman di masyarakat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, atau tantangan global yang dihadapi bangsa Indonesia yang bersifat
kekinian?
3. Jelaskan permasalahan yang berkaitan dengan As-Sunnah sebagai sumber hukum yang
dihadapi oleh para generasi Tabi’in?
4. Bagaiamanakah antisipasi yang dapat dilakukan dengan As-Sunnah sebagai sumber hukum
untuk menghadapi permasalahan umat islam?

Jawab
1. Penting, karena hukum adalah modal utama bagi mahasiswa perguruan tinggi dibidang nya,
dan kaitannya karena Sunnah merupakan semua hal yang berkaitan dengan masalah hukum yang
dinisbatkan kepada Rosulullah saw baik perkataan, perbuatan, maupun sikap beliau tentang
suatu peristiwa.
2. Masalah Adab cara berpakaian yang sedang tren zama. sekarang, ini menjadi masalah besar
yang terjadi
solusinya : Memberikan nasehat serta memberitahu tentang apa yang diajarkan rosulullah saw
semua perbuatan dan tingkah laku rosullallah saw yang dilihat dan diperhatikan oleh para
sahabat beliau, yang kemudian diberitakan dan diriwayatkan kepada para sahabat lainnya secara
berkelanjutan dari satu generasi kepada generasi lainnya. Contohnya:
“dari ubbad bin tamim, dari pamannya, ia berkata: saya melihat rosullullah saw pada hari
beliau keluar untuk melaksanakan shalat gerhana matahari, katanya:
maka beliau membalikan tubuhnya membelakangi jamaah dan menghadap kiblat dan berdoa,
kemudian beliau membalikan selendangnya, kemudian beliau shalat
besama kami dua rakaat dengan menjaharkan bacaannya pada kedua rakaat itu”
Sunnah fi’liyyah dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
1) Gerak gerik, perbuatan, dan tingkah laku rosullullah saw yang berkaitan dengan hukum.
Misalnya tatacara shalat, haji dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah ibadah dan muamalah
pada umumnya.
2) Perbuata yang khusus berlaku bagi rosullullah saw, seperti beristri lebih dari empat orang,
wajib melaksanakan shalat tahajud, shalat dhuha dan berqurban.
3) Perbuatan dan tingkahlaku rosullullah sebagai manusia biasa. Misalnya cara makan, cara
berpakaian, berdiri, berjalan dan sebagainya.
3. Masalah pada generasi tabiin adalah banyaknya yang belum mempercayai apa yang
disampaikan rasululloh mengenai alquran yang tidak lepas dari penjelasan hadis sebagaimana;
Sunnah dalam kedudukan Islam memiliki kedudukan yang sangat penting. Di mana hadis
merupakan salah satu sumber hukum ke dua setelah al-Qur’an. Al-Qur’an akan sulit dipahami
tanpa adanya hadis. Memakai al-Qur’an tanpa mengambil hadis sebagai landasan hukum dan
pedoman hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena al-Qur’an akan sulit dipahami tanpa
menggunakan hadis. Kaitannya dengan kedudukan hadis/sunnah disamping al-Qur’an sebagai
sumber ajaran Islam, maka al-Qur’an merupakan sumber pertama sedangkan hadis merupakan
sumber kedua. Bahkan sulit dipisahkan antara al-Qur’an dan hadis karena keduanya adalah
wahyu Allah.
Nabi Muhammad saw. sendiri memberitahukan kepada umatnya bahwa di samping al-Qur’an
juga masih terdapat suatu pedoman yang sejenis dengan al-
Qur’an, untuk tempat berpijak dan berpandangan sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.
yang artinya sebagai berikut, “wahai umatku, sesungguhnya aku diberi al-Qur’an dan
menyamainya” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan al-Turmudzi).
Tidak diragukan lagi bahwa yang menyamai (semisal) al-Qur’an itu adalah sunnah/hadis, yang
merupakan pedoman untuk mengamalkan dan ditaati sejajar dengan al-Qur’an. Dan sekaligus
sebagai salah satu dasar penetapan hukum Islam setelah al-Qur’an.
4. Al Qur'an yang merupakan sumber utama dan pokok syariat Islam- sebagian besar
kandungannya bersifat global, absolut, umum dan universal sehingga
memerlukan rincian, batasan dan penjelasan. Secara umum dapat dikatakan bahwa Al Qur'an
membutuhkan al bayan (keterangan atau penjelasan lebih lanjut). Ketika Al Qur'an
memerintahkan shalat misalnya, atau puasa, zakat, haji,berbuat adil, taqwa, beramal saleh dan
seterusnya atau melarang sesuatu, Al Qur'an pun tidak menjelaskan bagaimana cara
melaksanakan perintah-perintah tersebut atau meninggalkan larangan yang ada. Begitu pula
syarat-syaratnya, hukum- hukumnya dan lain-lain sebagainya tidak diuraikan oleh Al Qur'an. Dari
sini, hadits dan sunnah berperan penting. Ia kemudian datang untuk menjelaskan, menafsirkan,
mengulas, merinci dan melaksanakan perintah-perintah Al Qur'an tersebut dalam berbagai
bentuk al bayan yang ada. Perhatikanlah firman Allah SWT dalam surat an- Nahl ayat 44:
Terjemahnya:
...Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan".(Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 1989)
Dengan demikian, hadits dan sunnah memberikan gambaran yang sangat jelas bagaimana
melaksanakan Al Qur'an dalam kehidupan. Dan karenanya, hadits dan sunnah sangatlah penting
kedudukannya dalam Islam. Ia kemudian menjadi sumber hukum atau pokok syariat kedua
setelah Al Qur'an.
Hadits dan sunnah dalam posisinya sebagai al bayan terhadap Al Qur'an, maka tentunya tidaklah
sembarangan adanya. Ia bersumber dari seorang hamba Allah SWT, hamba yang dipilih olehNya
untuk mengemban risalah agung yang bernama Islam. Ia dilantik menjadi nabi sekaligus rasul,
yang menjadi benang merah pemisah antara dirinya dan manusia biasa yang lainnya. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. al- Kahfi ayat 110:
Terjemahnya:
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa".(Departemen Agama
RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 1989)
Dari sini kita bisa memastikan bahwa Rasulullah SAW tidaklah sembarangan dalam bertutur dan
bertindak. Beliau mendapat tuntunan langsung dari Sang Khaliq.
Kalaupun dalam peristiwa tertentu sisi-sisi kemanusian Beliau lebih tampak dan menonjol, maka
itu tak lain merupakan pula tuntunan bagi umatnya, bagaimana seharusnya mereka bertindak
dan bersikap ketika mengalami hal yang sama atau relatif sama dengan yang dialami oleh
Rasulullah SAW; panutan mereka. Jadi. Terdapat hiukmah besar dibalik itu semua.
untuk mendapatkan kejelasan dan keyakinan akan riwayat-riwayat hadits dan sunnah bahwa ia
benar-benar bersumber dari Rasulullah SAW bukanlah perkara mudah. Dari sini, peran para
ulama salaf maupun khalaf – khususnya ulama-ulama hadits- sangatlah penting. Dan sungguh
merupakan suatu anugerah besar bagi umat ini, ketika para ulama tersebut (telah) berhasil
dengan sangat gemilang merumuskan kaidah-kaidah keshahihan hadits dan sunnah, sehingga
sekarang ini kita bisa dengan leluasa memilih dan memilah mana hadits dan sunnah yang patut
diamalkan dan mana yang hanya merupakan 'kesalahan' atau kealpaan orang-orang yang berhati
mulia dan berniat baik, ataukah ia hanyalah bualan orang-orang jahil atau konspirasi orang-orang
jahat.

Anda mungkin juga menyukai