Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MATAKULIAH PENGANTAR STUDI ISLAM


“SUMBER HUKUM ISLAM KE 2 SUNNAH”
Dosen pengampu: Wiwin Andini, SH., MH

Disusun Oleh:
Silvia ningsih
301.2021.005

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD
SYAFIUDDIN
SAMBAS 2021 M /1442 H
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat
Allah SWT, berkat rahmat serta karunianya sehingga
makalah dengan berjudul “sumber hukum islam ke 2
sunnah” telah terselesaikan makalah ini di buat dengan
tujuan memenuhi tugas harian semester 1 (satu) Hukum
Ekonomi Syariah dari Ibu Wiwin Andini, SH., MH pada
pelajaran Pengantar studi islam. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Wiwin Andini, SH., MH selaku dosen bidang
Pengantar Studi Islam. Berkat tugas yang di berikan ini,
dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
topik yang di berikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan
penulisan masih melakukan banyak kesalahan. Oleh
karna itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam
makalah ini. Penulis juga mengharapkan adanya kritik
serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Sambas, 8 Oktober 2021

Silvia Ningsih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sunnah
B. Klasifikasi sunnah
C. Fungsi sunnah
D. Kedudukan sunnah sebagai sumber
hukum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sunnah merupakan sikap, tindakan, dan cara nabi
Muhammad menjalani hidupnya, sunnah ( arab:
‫سنه‬,sunnah, artinya “arus yang lancar dan mudah” atau
“jalur aliran langsung” dalam islam mengacu kepada
sikap, tindakan, dan cara Rasulullah menjalani hidupnya
atau garis-garis perjuangan (tradisi) yang di laksanakn
oleh rasulullah. Sunnah (‫ س نة‬sunnah, plural ‫س نن‬
sunan) adalah kata arab yang berarti “kebiasaan” atau
“biasa di lakukan”.
Sunnah sering disamakan dengan hadits, artinya
semua perkataan, perbuatan, dan taqrir yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
menyetujui perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat,
misalnya Kholid bin Walid memakan daging biawak,
Rasulullah SAW membiarkannya maka hal itu dikesani
bahwa Nabi tidak mengharamkannya.
Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah al-
Qur’an. Dalam kajian ushul fiqh, as-Sunnah merupakan
metode untuk menjelaskan al-Qur’an, oleh karena itu
fungsi as-Sunnah adalah penjelas, penafsir, menguat,
penambah, dan pengkhusus berbagai hukum yang
terdapat dalam al-Qur’an yang masih global atau masih
multitafsir dan adapula yang masih mubham.
   B.   Rumusaan Masalah
1.     Apa pengertian Sunnah?
2.     Apa macam-macam Sunnah?
3.     Bagaimana periwayatan Sunnah?
4.     Apa fungsi dari Sunnah?
5.     Bagaimana kedudukan Sunnah sebagai sumber
hukum?
   C.   Tujuan Masalah
1.     Untuk mengetahui pengertiaan Sunnah
2.     Untuk mengetahui macam-macam Sunnah
3.     Untuk mengetahui periwayataan Sunnah
4.     Untuk mengetahui fungsi Sunnah
5.     Untuk mengetahui kedudukan Sunnah sebagai sumber
hukum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengartian Sunnah
1.  Secara etimologi
Makna kata sunnah adalah perbuatan yang semula
belum pernah dilakukan kemudian diikuti oleh orang lain,
baik perbuatan yang terpuji maupun yang tercela.
Sabda rasulullah SAW :
‫ َمنْ َسنَّ فِى االِسْ الَ ِم ُس َّن ًة َح َس َن ًة َف َل ُه َأجْ َرهُ َو اَجْ ُر َمنْ َع ِم َل ِب َها ِمن َبعْ ِد ِه‬.

Artinya: “Barang siapa yang membiasakan sesuatu


yang baik didalam Islam, maka ia menerima
pahalannya dan pahala orang-orang sesudahnya
yang mengamalkannya. (H.R musliam)
2.     Secara terminologi
Pengertian sunnah bisa dilihat dari tiga disiplin
ilmu ;
a.     Ilmu hadits
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun
ketetapannya.
b.     Ilmu ushul fiqhi
Segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW berupa
perbuatan, perkataan, dan ketetapan yang berkaitan
dengan hukum.

7
dalam istilah ulama ushul adalah: “apa-apa yang diriwayatkan
Muhammad SAW, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun
n dan sifat Nabi”. Sedangkan sunnah dalam istilah ulama fiqh
sifat hukum bagi suatu perbuatan yang dituntut melakukannya
ntuk tuntutan yang tidak pasti” dengan pengertian diberi pahala
ang melakukannya dan tidak berdosa orang yang tidak
nnya.
aan ahli ushul dengan ahli fiqh dalam memberikan arti arti pada
ebagaimana disebutkan diatas adalah karena mereka berbeda
gi peninjauannya. Ulama ushul menempatkan Sunnah sebagai
u sumber atau dalil hukum fiqh. Maksutnya adalah “Hukum ini
n berdasarkan Sunnah”. Sedangkan ulama fiqh menempatkan
u sebagai salah satu dari hukum syara’.
unnah” sering diidentikkan dengan kata “Hadits”. Kata “Hadits” ini
gunakan oleh ahli Hadits dengan maksud yang sama dengan kata
menurut pengertian yang digunakan kalangan ulama ushul.
Dikalangan ulama ada yangDikalangan ulama ada yang
membedakan Sunnah dan Hadits, terutama karena dari segi
etimologi kedua kata itu memang berbeda. Kata Hadits lebih
banyak mengarah kepada ucapan-ucapan Nabi; sedangkan
Sunnah lebih banyak mengarah kepada perbuatan dan tindakan
Nabi yang sudah menjadi tradisi yang hidup dalam pengamalan
agama.
B. Klasifikasi Sunnah
Pembagian sunnah dari bentuk penyampaiannya:

a.     Sunnah Qauliyyah

Adalah ucapan lisan dari Nabi Muhammad SAW yang didengar oleh sahabat beliau
dan disampaikannya kepada oang lain.

C. Contoh sunnah qauliyyah:                               


D. َّ‫ الَ يُْؤ مِنُ َأ َح ُد ُك ْم َح َّتى ُيحِب‬:‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬
َ ِّ‫س َعنْ ال َّن ِبي‬ ٍ ‫َعنْ َأ َن‬
‫َأِل ِخ ْي ِه َما ُيحِبُّ لِ َن ْفسِ ِه‬
E. Artinya: Dari Annas ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda:”Belum beriman
salah seorang dari kamu, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya”.
F. b.     Sunnah Fi’liyah
Adalah semua perbuatan dan tingkah laku Nabi Muhammad SAW yang dilihat
atau diketahui atau diperhatikan oleh sahabat, kemudian disampaikan kepada
orang lain dengan ucapannya.
Contoh sunnah fi’liyah:                                                              

‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َي ْو َم َخ َر َج َيسْ َتسْ قِيي‬


َ َّ‫ْت ال َّن ِبي‬ ُ ‫ْن َت ِمي ٍْم َعنْ َع ِّم ِه َقا َل َرَأي‬ ِ ‫َعنْ َعبَّا ِد ب‬
‫ْن‬ َ ‫اس َظه َْرهُ َواسْ َت ْق َب َل ْال ِق ْب َل َة َي ْدعُو ُث َّم َحوَّ َل ِردَا َءهُ ُت َّم‬
ِ ‫صلَّى َل َنا َر ْك َع َتي‬ ِ ‫ َف َح َّو َل ِإ َلى ال َّن‬:‫َقا َل‬
‫َج َه َر ِفي ِْه َما ِب ْالق َِرا َء ِة‬
Artinya: Dari ubbad bin tamim, dari pamannya, ia berkata: “Saya melihat Rasullah
SAW pada hari beliau keluar untuk melaksanakan shalat gerhana matahari,
katanya: “Maka beliau membalikkan tubuhnya membelakangi jama’ah
menghadap kiblat dan berdoa, kemudian beliau membalikkan selendangnya,
kemudian beliau shalat bersama kami dua rekaat dengan menjaharkan bacaannya
pada kedua rekaat itu”.  
Sunnah fi’liyyah pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1)    Gerak gerik, perbuatan, dan tingkah laku Rasulullah SAW yang berkaitan dengan
hukum.
Misalnya; tata cara shalat, puasa, haji, transaksi dagang,tata cara makan dll.

Perbuatan ini dapat diketahui dengan adanya petunjuk dari beliau sendiri, atau
karena adanya petunjuk (qarinah) lain, baik dari Al-Qur’an maupun dari sifat
perbuatan Rasulullah SAW.
G. 2)    Perbuatan yang khusus berlaku bagi Rasulullah SAW.
H. Misalnya; beristri lebih dari 4 orang, wajib melaksanakan shalat
tahajjud, berkurban, shalat witir, dll. Semua perbuatan itu bagi umatnya
tidak wajib.
I. 3)    Perbuatan dan tingkah laku Nabi berhubungan dengan penjelasan
hukum, seperti: shalat, puasa, jual beli, utang piutang, dll.
J. c.      Sunnah Taqririyah
K. Adalah perbuatan seorang sahabat atau ucapannya yang dilakukan di
hadapan atau sepengetahuan Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak
ditanggapi atau dicegah oleh Nabi, namun Nabi diam, maka hal ini
merupakan pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya Nabi itu dapat
dibedakan pada dua bentuk:
L. 1)    Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang
oleh Nabi. Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa si pelaku
berketerusan melakukan perbuatan yang pernah dibenci dan dilarang itu.
Diamnya Nabi dalam bentuk ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan
tersebut boleh dilakukannya. Diamnyan Nabi dalam bentuk ini
menunjukkan pencabutan larangan sebelumnya.
.

2)    Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui pula
haramnya. Diamya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya
adalah ibahah  atau meniadakan keberatan untuk diperbuat. Karena seandainya
perbuatan itu dilarang, tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia mampu untuk
mencegahnya, berarti Nabi berbuat kesalahan; sedangkan Nabi
bersifat ma’shum (terhindar dari kesalahan).
 Contoh sunnah taririyyah:

        ٍّ‫َعنْ َخالِ ِد ب ِْن ْال َولِ ْي ِد َقا َل ُأت َِي ال َّن ِبيُّ َصلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ِب َضبٍّ َم ْش ِوي‬
َ‫ك َي َدهُ َف َقا َل َخالِ ٌد َأ َح َرا ٌم ه َُو َقا َل الَ َو َل ِك َّن ُه ال‬ َ ‫َفَأهْ َوى ِإ َل ْي ِه لِ َيْأ ُك َل َف ِق ْي َل َل ُه ِإ َّن ُه‬
َ ‫ضبٌّ َفَأمْ َس‬
‫ظ ُر‬ُ ‫ص َلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َي ْن‬ ِ ‫ض َق ْومِي َفَأ ِج ُدنِي َأ َعافُ ُه َفَأ َك َل َخالِ ٌد َو َرسُو ُل‬
َ ‫هللا‬ ِ ْ‫َي ُكنونُ ِبَأر‬
Artinya: Dari Khalid bin Walid ra katanya: “Kepada Nabi SAW dihidangkan
makanan dhabb (sejenis biawak) yang dipanggang untuk dimakan beliau.
Kemudian ada yang berkata kepada beliau: “Itu adalah dhabb”, maka beliau
menahan tangannya, maka Khalid berkata: “Apakah haram memakannya?” 
Beliau menjawab: “Tidak,tetapi binatang jenis itu tidak biasa ditemukan didaerah
saya, maka saya tidak suka dan menghindarinya”. Maka Khalid memakannya,
sedang Rasulullah memandanginya.

B. Fungsi Sunnah
C. Dalam uraian tentang al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar
ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang
secara amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari Sunnah.
Dengan demikian  fungsi Sunnah yang utama adalah untuk menjelaskan
al-Qur’an.
D. Dengan demikian bila al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum
fiqh, maka Sunnah disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya
sebagai bayani  dalam hubungannya dengan al-Qur’an, ia menjalankan
fungsi sebagai berikut:
E. 1.     Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang tersebut dalam al-
Qur’an atau disebut fungsi ta’kid  dan taqrir.  Dalam bentuk ini Sunnah
hanya seperti mengulangi apa-apa yang tersebut dalam al-Qur’an.
F. Umpamanya firman Allah dalam surat al-baqarah (2): 110:
G. ‫ َو َأقيموا الصالة واتوا الز كاة‬....
H. Dan diriknlah shalat dan tunaikanlah zakat....
I. 2.     Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam al-Qur’an
dalam hal:
J. a.     Menjelaskan arti yang masih samar dalam al-Qur’an
K. b.     Merinci apa-apa yang dalam al-Qur’an disebutkan secara garis besar
L. c.      Membatasi apa-apa yang dalam al-Qur’an disebutkan secara umum
M. d.     Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam al-Qur’an
N. 3.     Menetapkan sesuatu hukum dalam Sunnah yang secara jelas tidak
terdapat dalam al-Qur’an.  Dengan demikian kelihatan bahwa Sunnah
menetapkan sendiri hukum yang tidak ditetapkan dalam al-Qur’an. Fungsi
Sunnah dalam bentuk ini disebut “itsbat” atau “insya”.
O. Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang
ditetapkan Sunnah itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa
yang disinggung al-Qur’an atau memperluas apa yang disebutkan al-
Qur’an secara terbatas.

C. Kedudukan sunnah sebagai sumber hukum


D. Sunnah berfungsi sebagai penjelas terhadap hukum-hukum yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam kedudukannya sebagai penjelas,
Sunnah kadang-kadang memperluas hukum dalam Al-Qur’an atau
menetapkan sendiri hukum di luar apa yang ditentukan Allah dalam Al-
Qur’an.
E. Kedudukan sunnah terhadap Al-Qur’an sekurang-kurangnya ada 3 hal,
yaitu:
F. 1)    Sunnah sebagai Ta’kid (penguat) Al-Qur’an
G. Hukum Islam disandarkan kepada dua sumber, yaitu Al-Qur’an dan
Sunnah. Tidak heran kalau banyak sekali sunnah yang menerangkan
tentang kewajiban shalat, zakat, puasa, larangan musyrik, dan lain-lain.
H. 2)    Sunnah sebagai Penjelas Al-Qur’an
I. Sunnah adalah penjelas (bayanu tasyri’) sesuai dengan firman Allah
surat An-Nahl ayat 44:
J. ‫اس َما نُ ِّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكر ُْو َن‬ َ ‫ َو َأ ْن َز َل ِإلَ ْي‬.
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَي َِّن للن‬
K. Artinya:
L. “Telah Kami turunkan kitab kepadamu untuk memberikan penjelasan
tentang apa-apa yang diturunkan kepada mereka, supaya mereka
berfikir.(Q.S. An-Nahl:44)
M. Penjelasan sunah terhadap Al-Qur’an dapat dikategorikan menjadi 3
bagian:
N. a.     Penjelasan terhadap hal yang global.
O. Seperti diperintahkannya shalat dalam Al-Qur’an tidak diiringi
penjelasan mengenai rukun, syarat dan ketentuan-ketentuan shalat
lainnya. Maka hal itu dijelaskan oleh sunah sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
P. َ ‫صلُّوا َك َما َرَأ ْيتُ ُم ْونِى ُأ‬.
‫صلِّى‬ َ               
Q. Artinya:
R. “Shalatlah kamu semua, sebagaimana kamu telah melihat saya shalat.”
S. b.     Penguat secara mutlaq. Sunnah merupakan penguat terhadap dalil-
dalil umum yang ada dalam Al-Qur’an.
T. c.      Sunnah sebagai takhsis terhadap dalil-dalil Al-Qur’an yang masih
umum.
U. 3)    Sebagai Musyar’i (pembuat syari’at)
V. Sunnah tidak diragukan lagi merupakan pembuat syari’at dari yang
tidak ada dalam Al-Qur’an, misalnya diwajibkannya zakat fitrah,
disunahkan aqiqah, dan lain-lain. Dalam hal ini, para ulama berbeda
pendapat:
W. a.     Sunnah itu memuat hal-hal baru yang belum ada dalam Al-Qur’an.
X. b.     Sunnah tidak memuat hal-hal baru yang tidak dalam Al-Qur’an,
tetapi hanya memuat hal-hal yang ada landasannya dalam Al-Qur’an.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Sunnah adalah perbuatan yang semula belum pernah dilakukan kemudian
diikuti oleh orang lain, baik perbuatan yang terpuji maupun yang tercela. Sunnah
dibagi menjadi 3 bagian:
   1.     Sunnah Qauliyah
   2.     Sunnah Fi’liyyah
   3.     Sunnah Taqririyyah
Ketiga macam Sunnah tersebut (qauliyah, fi’liyah dan taqririyah) disampaikan
dan disebarluaskan oleh yang melihat, mendengar, menerima dan yang
mengalaminya dari Nabi secara beranting melalui pemberitaan atau khabar,
hingga sampai kepada orang yang mengumpulkan, menuliskan dan yang
membukukannya sekitar abad ketiga Hijriah.
Fungsi sunnah adalah Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang
tersebut dalam al-Qur’an atau disebut fungsi ta’kid  dan taqrir. Memberikan
penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam al-Qur’an.
Kedudukan Sunnah terhadap Al-Qur’an adalah sebagai penguat Al-Qur’an,
sebagai penjelas Al-Qur’an, dan sebagai musyar’i.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, 2010, Jakarta: Amzah.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, 2008, Jakarta: Kencana.
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh,  2008, Bandung:
Pustaka Setia.
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh,  2010, Bandung:
Pustaka Setia.
Saeful Hadi, Ushul Fiqih,2009, Yogyakarta: Sabda Media

Anda mungkin juga menyukai