Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nur Fadlilatus Sholichah

Kelas :B
Absen : 21
NIM : 4120022255

TUGAS MODUL 09 ASWAJA


SUNNAH DAN BID’AH

1. Apakah yang anda ketahui tentang sunnah dan bid’ah?


Sunnah menurut bahasa yaitu “jalan yang dilalui“ (jalan yang ditempuh), menurut
istilah ushul fiqh : Sunnah adalah segala yang datang dari Rasulullah SAW, baik perkataan,
perbuatan, maupun ketetapan ( testimonial ) yang bisa dijadikan dasar penetapan hukum syara.

Makna tersebut berdasarkan sabda Rasulullah SAW

“Sesungguhnya telah saya tinggalkan untukmu dua perkara, sekali-kali kamu tidak akan
sesatselamakamuberpegangpadanya, yakni Kitabullah dan Sunnah Rasul”.
Adapun beberapa pengertian sunnah yang dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan
sudut pandang disiplin keilmuan, sebagaimana berikut:

a. Para muhadditsin (ahli Hadist)


Para peneliti hadist mendefinisikan sunnah sebagai sesuatu yang diriwayatkan dari
Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, tindakan dan persetujuan dan sifat,
termasuk di dalamnya perihal mengenai fisik, kepribadian serta perjalanan hidup
Nabi Muhammad, baik sebelum diutus sebagai Nabi ataupun sesudah masa kenabian
dan kerosulan.
b. Para ushuliyyun (ahli ushul fiqh)
Sunnah menurut para ahli ushul adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi
Muhammad saw yang tidak ada dasar atau penyebutan langsung di dalam al-Qur’an
tetapi lebih di dasarkan pada sabda Nabi Muhammad saw, baik sebagai penjelas al-
Qur’an maupun tidak, begitu juga dengan hal-hal yang menjelaskan mengenai
sesuatu hukum yang baru.
c. Para fuqoha (ahli fiqh)
Sunnah menurut para ahli fiqh adalah status hukum yang tidak bersifat wajib, haram
dan bukan juga makruh; Sesutu yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan
apabila tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa.
d. Para ulama salaf atau Ahli Aqidah
Sunnah adalah paham dalam agama Islam yang memiliki kesamaan atau kesesuain
dengan al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber hukum dari Islam.Di samping itu, adanya
kesesuaian dengan para sahabat dan pengikut-pengikutnya, baik di dalam urusan
keyakinan ataupun ibadah.
Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan oleh para pakar atau
Ulama, dapat disimpulkan bahwa pengertian sunnah merupakan segala sesuatu yang
pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam semua dimensi kehidupan umat
manusia, baik dimensi sosial, budaya, politik dan ekonomi.
Sunnah merupakan representasi dari kehidupan Nabi Muhammad saw baik
sebagai manusia biasa dan sebagai Nabi dan Rasul yang wajib dijadikan teladan
kehidupan bagi para pengikutnya, yakni pemeluk agama Islam. Pada titik ini, posisi
Sunnah tidak saja sebagai sebuah gambaran sejarah kehidupan Nabi, tetapi ia
merupakan sebuah sejarah yang menjadi landasan empiris atau dalil hukum Islam.

Bid’ah menurut Al-Imam Sulthanul Ulama Abu Muhammad Izzuddin bin


Abdissalam(577-660 H/1181-1262 M) adalah sebagai berikut:

“Bid‘ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa
Rasulullah saw”. (Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, juz II, hal. 172).
Sejauh ini, pembicaraan seputar bid’ah tidak lepas dari dua definisi bid’ah dalam wacana
Islam. Pertama, definisi bid’ah yang ditawarkan oleh Asysyathibi, bahwa bid'ah adalah segala
perbuatan baru dan secara tinjauan hukum seluruhnya muharramah(madzmûmah). Dankedua,
definisi bid'ah versi mayoritas ulama, bahwa bid'ah adalah segala hal yang baru yang tidak
didikenal di masa hidup Rasulullah saw. namun secara tinjauan hukum dibagi menjadi
lima kategori sesuai klasifikasi hukum taklifi (wajib, haram, sunah, makruh dan mubah).
2. Sebutkan dan jelaskan pembagian sunnah dan bid’ah!
Pembagian Sunnah
Sunnah dalam pandangan ulama terbagi dalam empat bagian, yaitu :
a. Sunnah Qauliyah
Sunnah qauliyah merupakan perkataan atau sabda Rasulullah SAW yang
didalamnya menerengkan hukum-hukum agama dan maksud Al-Quran yang berisi
peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan, dan akhlak. Sunnah qauliyah ini juga
dinamakan khabar, hadits, atau sunnah.
Sunnah qauliyah pun terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Sunah qauliyah yang jelas dan pasti kebenarannya dari Allah melalui Rasul dan
diriwayatkan secara mutawatir.
2) Sunah qauliyah yang diragukan kebenarannya atau kesalahannya, karena tidak
bisa membedakan mana yang kuat, benar atau salah, orang yang meriwayatkan
diragukan kejujuran dan keadilannya, dst.
3) Sunah qauliyah yang dianggap tidak benar sama sekali, seperti tidak masuk akal,
khabar yang menyalahi atau bertentangan dengan khabar mutawatir, dst.

b. Sunnah Fi’liyah
Sunnah fi’liyah adalah perbuatan nabi yang berdasarkan tuntunan rabbani
untuk ditiru dan diteladani yang kemudian dinukilkan oleh para sahabat. Seperti :

“Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat saya melaksanakan


shalat”.(HR Bukhari dan Muslim).

‫خذواعنى مناسككم‬

“Ambillah daripadaku cara-cara mengerjakan haji.” ( HR Muslim).


c. Sunnah Taqririyah
Sunnah taqririyah merupakan pengakuan nabi dengan tidak mengingkari
sesuatu yang diperbuat oleh seorang sahabat ( orang tunduk dan mengikuti syara )
ketika dihadapan nabi atau diberitakan kepada beliau, lalu nabi sendiri tidak
menyanggah, tidak menyalahkan atau juga tidak menunjukkan bahwa beliau
meridhainya.
Perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu hukumnya sama dengan
perkataan dan perbuatan Nabi SAW sendiri yaitu dapat dijadikan hujjah ( ketetapan
hukum), seperti ketika sahabat melakukan shalat dibani Quraidhah, Nabi bersabda :

“Janganlah melaksanakan shalat seseorang diantara kalian kecuali di Bani


Quraidhah.”

Pemaknaan hadits ini oleh kalangan sahabat dimaknai beragam, ada sahabat
yang tidak shalat ashar kecuali setelah mereka sampai di Bani Quraidhah, sebagian
lagi memahami hadits tersebut mengharuskan segera shalat ashar, agar setelah shalat
segera sampai di bani Quraidhah.

d. Sunnah Hammiyah
Sunnah hammiyah adala sesuatu yang dikehendaki Nabi lalu disampaikan
kepada para sahabat sehingga sahabat itu mengetahui, tetapi beliau belum sempat
melaksanakan.

Menurut Imam As-Syaukany, sunnah hammiyah tidak masuk kategori karena


hanya merupakan goresan hati dan lintasan hati yang tidak pernah diperintahkan dan
dilaksanakan Rasulullah SAW. Berbeda halnya dengan imam Syafi’i mengatakan
bahwa sunah hammiyah termasuk, walaupun masih dalam lintasan hati, namun
seandainya ada pada waktu pasti nabi akan melaksanakannya sehingga menjadi
sunahbagi kita. Seperti “ nabi menghendaki puasa pada tanggal 9 Muharram dengan
sabdanya : “ Insya Allah tahun depan saya akan memuasai hari yang
kesembilannya”. (HR Muslim dan Abu Dawud). Cita-cita Nabi tersebut tidak sempat
dikerjakan sebabsebelumnya sampai tanggal tersebut Nabi wafat.

Pembagian Bid’ah
Sedangkan mengenai bid’ah cakupannya itu sangat luas sekali, meliputi semua
perbuatan yang tidak pernah ada pada masa Nabi saw. Oleh karena itulah sebagian besar
ulama membagi bid’ah menjadi lima macam:
1. Bid‘ah wajibah, yakni bid‘ah yang dilakukan untuk mewujudkan hal-hal yang
diwajibkan oleh syara’. Seperti mempelajari ilmu nahwu, sharaf, balaghah dan lain-
lain.Sebab, hanya dengan ilmu-ilmu inilah seseorang dapat memahami al-Qur’an dan
haditsNabi saw secara sempurna.
2. Bid’ah Muharramah, yakni bid’ah yang bertentangan dengan syara’, seperti bid’ah
paham Jabariyyah, Qadariyah dan Murji’ah.
3. Bid‘ah Mandubah, yakni segala sesuatu yang baik, tapi tak pernah dilakukan pada
masa Rasulullah saw, misalnya, shalat tarawih secara berjama’ah sebulan penuh,
mendirikan madrasah dan pesantren.
4. Bid‘ah Makruhah, seperti menghiasi masjid dengan hiasan yang berlebihan.
5. Bid‘ah Mubahah, seperti berjabatan tangan setelah shalat dan makan makanan yang
lezat. (Qawa‘id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, Juz, I hal, 173 ).

Lima macam bid’ah ini bisa dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni:

1. Bid’ah Hasanah.
Yakni perbuatan baru yang baik dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam,
bahkan dalam keadaan tertentu sangat dianjurkan. Masuk kategori ini adalah
bid’ah wajibah, mandubah dan mubahah. Dalam konteks inilah perkataan
Sayyidina Umar bin al- Khatthab ra. tentang berjama’ah dalam shalat tarawih yang
beliau laksanakan:

231 :‫ ومالك في الموطأ‬،1871 :‫رواه البخاري‬

“Sebaik-baik bid’ah adalah ini (yakni shalat tarawih dengan berjama’ah).”


(HR. al-Bukhari [1871] dan Malik dalam al-Muwaththa’ [231] ).

2. Bid’ah Sayyi’ah.
Yakni perbuatan baru yang secara nyata bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam
hal iniadalah bid’ah muharramah dan makruhah. Inilah yang dimaksud sabda Nabi
saw:
“Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda, “Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tiada perintah
kami atasnya, makaamal itu ditolak.” (HR. Muslim, [243])
Pembagian ini juga didasarkan pada sabda Nabi saw:

“Dari Jarir bin Abdillah, Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang membuat sunnah yang
baik (sunnah hasanah) dalam agama Islam, maka dia akan mendapatkan pahala
dari perbuatantersebut serta pahala dari orang-orang yang mengamalkannya setelah
itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Dan barangsiapa yang merintis
sunnahjelek(sunnahsayyi’ah), makaia akan mendapatkan dosa dari perbuatan itu dan
dosa-dosa orang setelahnya yang meniru perbuatan tersebut, tanpa sedikitpun
mengurangidosa-dosamereka”.(HR. Muslim, [4830]).

Dapat disimpulkan bahwa tidak semua bid’ah itu dilarang dalam agama. Sebab yang
tidak diperkenankan adalah perbuatan yang dikhawatirkan akan menghancurkan sendi-sendi
agama Islam. Sedangkan amaliah yang akan menambah syi’ar dan daya tarik agama
Islam tidak dilarang. Bahkan untuk saat ini, sudah waktunya umat Islam lebih kreatif
untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan zaman yang makin kompleks,
sehingga agama Islam akan selalu relevan di setiap waktu dan tempat (shalih li kulli
zaman wa makan).

3. Sebutkan bid’ah hasanah yang terjadi pada masa rasul dan setelahnya!
a. shalat makmum masbuq
b. shalat ba’diyatul wudhu
c. mundur ke belakang dalam shalat
d. dzikir dengan suara lirih dan keras
e. tayamum karena takut sakit
f. bacaan iftitah
g. bacaan i’tidal
h. Penghimpunan al-Qur’an dalam Mushhaf
i. Shalat Tarawih
j. Adzan Jum’at
k. Hadits Talbiyah
l. Redaksi Shalawat Nabi SAW
m. Pemberian Titik dalam Penulisan Mushhaf
n. Penulisan SAW Ketika Menulis Nama Nabi SAW
o. Perkembangan Ilmu Hadits
p. Bid’ah Hasanah al-Imam Ahmad bin Hanbal

4. Sebutkan dalil yang digunakan untuk menolak adanya bid’ah hasanah


dan bagaimanakah tanggapan kelompok yang mendukung bid’ah
hasanah?

Hadist yang dijadikan untukmenolak bid’ah hasanah adalah sebagai berikut:


“Dari jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah saw bersabda: “ Sejelek-jelek perkara adalah
perkara yang baru. Dan setiap bid’ah itu kesesatan.” (HR. Muslim)

Hadis ini kemudian dikuatkan oleh seorang ulama wahabi kontemporer bernama Syaikh
Muhammad bin Shalil Al-Ustaimin dalam kitabnya bahwa “semua bid’ah adalah sesat”
bersifat general, umum dan menyeluruh terhadap seluruh jenis bid’ah, tanpa terkecuali. Al-
Nawawi berkata bahwa hadis “semua bid’ah adalah sesat” menunjukkan kata-kata umum yang
dibatasi jangkauannya. Jadi bukan semuabid’ah itu sesat. Ada beberapa lafadz kullun dalam al-
Qur’an itu berarti sebagian bukan keseluruhan, seperti ayat yang berbunyi malikun ya’khudzu
kulla safiinatin ghasban (seorang raja akan merampas setiap perahu), padahal perahunya
nabi Hidzir tidak dirampas. Para ulama membagi bid’ah menjadi dua, bid’ah hasanah (baik)
dan bid’ah sayyi’ah (buruk). Lebih rinci lagi bid’ah itu terbagi menjadi lima ; wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah.

Anda mungkin juga menyukai