Kelas :B
Absen : 21
NIM : 4120022255
“Sesungguhnya telah saya tinggalkan untukmu dua perkara, sekali-kali kamu tidak akan
sesatselamakamuberpegangpadanya, yakni Kitabullah dan Sunnah Rasul”.
Adapun beberapa pengertian sunnah yang dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan
sudut pandang disiplin keilmuan, sebagaimana berikut:
“Bid‘ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa
Rasulullah saw”. (Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, juz II, hal. 172).
Sejauh ini, pembicaraan seputar bid’ah tidak lepas dari dua definisi bid’ah dalam wacana
Islam. Pertama, definisi bid’ah yang ditawarkan oleh Asysyathibi, bahwa bid'ah adalah segala
perbuatan baru dan secara tinjauan hukum seluruhnya muharramah(madzmûmah). Dankedua,
definisi bid'ah versi mayoritas ulama, bahwa bid'ah adalah segala hal yang baru yang tidak
didikenal di masa hidup Rasulullah saw. namun secara tinjauan hukum dibagi menjadi
lima kategori sesuai klasifikasi hukum taklifi (wajib, haram, sunah, makruh dan mubah).
2. Sebutkan dan jelaskan pembagian sunnah dan bid’ah!
Pembagian Sunnah
Sunnah dalam pandangan ulama terbagi dalam empat bagian, yaitu :
a. Sunnah Qauliyah
Sunnah qauliyah merupakan perkataan atau sabda Rasulullah SAW yang
didalamnya menerengkan hukum-hukum agama dan maksud Al-Quran yang berisi
peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan, dan akhlak. Sunnah qauliyah ini juga
dinamakan khabar, hadits, atau sunnah.
Sunnah qauliyah pun terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Sunah qauliyah yang jelas dan pasti kebenarannya dari Allah melalui Rasul dan
diriwayatkan secara mutawatir.
2) Sunah qauliyah yang diragukan kebenarannya atau kesalahannya, karena tidak
bisa membedakan mana yang kuat, benar atau salah, orang yang meriwayatkan
diragukan kejujuran dan keadilannya, dst.
3) Sunah qauliyah yang dianggap tidak benar sama sekali, seperti tidak masuk akal,
khabar yang menyalahi atau bertentangan dengan khabar mutawatir, dst.
b. Sunnah Fi’liyah
Sunnah fi’liyah adalah perbuatan nabi yang berdasarkan tuntunan rabbani
untuk ditiru dan diteladani yang kemudian dinukilkan oleh para sahabat. Seperti :
خذواعنى مناسككم
Pemaknaan hadits ini oleh kalangan sahabat dimaknai beragam, ada sahabat
yang tidak shalat ashar kecuali setelah mereka sampai di Bani Quraidhah, sebagian
lagi memahami hadits tersebut mengharuskan segera shalat ashar, agar setelah shalat
segera sampai di bani Quraidhah.
d. Sunnah Hammiyah
Sunnah hammiyah adala sesuatu yang dikehendaki Nabi lalu disampaikan
kepada para sahabat sehingga sahabat itu mengetahui, tetapi beliau belum sempat
melaksanakan.
Pembagian Bid’ah
Sedangkan mengenai bid’ah cakupannya itu sangat luas sekali, meliputi semua
perbuatan yang tidak pernah ada pada masa Nabi saw. Oleh karena itulah sebagian besar
ulama membagi bid’ah menjadi lima macam:
1. Bid‘ah wajibah, yakni bid‘ah yang dilakukan untuk mewujudkan hal-hal yang
diwajibkan oleh syara’. Seperti mempelajari ilmu nahwu, sharaf, balaghah dan lain-
lain.Sebab, hanya dengan ilmu-ilmu inilah seseorang dapat memahami al-Qur’an dan
haditsNabi saw secara sempurna.
2. Bid’ah Muharramah, yakni bid’ah yang bertentangan dengan syara’, seperti bid’ah
paham Jabariyyah, Qadariyah dan Murji’ah.
3. Bid‘ah Mandubah, yakni segala sesuatu yang baik, tapi tak pernah dilakukan pada
masa Rasulullah saw, misalnya, shalat tarawih secara berjama’ah sebulan penuh,
mendirikan madrasah dan pesantren.
4. Bid‘ah Makruhah, seperti menghiasi masjid dengan hiasan yang berlebihan.
5. Bid‘ah Mubahah, seperti berjabatan tangan setelah shalat dan makan makanan yang
lezat. (Qawa‘id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, Juz, I hal, 173 ).
Lima macam bid’ah ini bisa dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni:
1. Bid’ah Hasanah.
Yakni perbuatan baru yang baik dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam,
bahkan dalam keadaan tertentu sangat dianjurkan. Masuk kategori ini adalah
bid’ah wajibah, mandubah dan mubahah. Dalam konteks inilah perkataan
Sayyidina Umar bin al- Khatthab ra. tentang berjama’ah dalam shalat tarawih yang
beliau laksanakan:
2. Bid’ah Sayyi’ah.
Yakni perbuatan baru yang secara nyata bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam
hal iniadalah bid’ah muharramah dan makruhah. Inilah yang dimaksud sabda Nabi
saw:
“Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda, “Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tiada perintah
kami atasnya, makaamal itu ditolak.” (HR. Muslim, [243])
Pembagian ini juga didasarkan pada sabda Nabi saw:
“Dari Jarir bin Abdillah, Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang membuat sunnah yang
baik (sunnah hasanah) dalam agama Islam, maka dia akan mendapatkan pahala
dari perbuatantersebut serta pahala dari orang-orang yang mengamalkannya setelah
itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Dan barangsiapa yang merintis
sunnahjelek(sunnahsayyi’ah), makaia akan mendapatkan dosa dari perbuatan itu dan
dosa-dosa orang setelahnya yang meniru perbuatan tersebut, tanpa sedikitpun
mengurangidosa-dosamereka”.(HR. Muslim, [4830]).
Dapat disimpulkan bahwa tidak semua bid’ah itu dilarang dalam agama. Sebab yang
tidak diperkenankan adalah perbuatan yang dikhawatirkan akan menghancurkan sendi-sendi
agama Islam. Sedangkan amaliah yang akan menambah syi’ar dan daya tarik agama
Islam tidak dilarang. Bahkan untuk saat ini, sudah waktunya umat Islam lebih kreatif
untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan zaman yang makin kompleks,
sehingga agama Islam akan selalu relevan di setiap waktu dan tempat (shalih li kulli
zaman wa makan).
3. Sebutkan bid’ah hasanah yang terjadi pada masa rasul dan setelahnya!
a. shalat makmum masbuq
b. shalat ba’diyatul wudhu
c. mundur ke belakang dalam shalat
d. dzikir dengan suara lirih dan keras
e. tayamum karena takut sakit
f. bacaan iftitah
g. bacaan i’tidal
h. Penghimpunan al-Qur’an dalam Mushhaf
i. Shalat Tarawih
j. Adzan Jum’at
k. Hadits Talbiyah
l. Redaksi Shalawat Nabi SAW
m. Pemberian Titik dalam Penulisan Mushhaf
n. Penulisan SAW Ketika Menulis Nama Nabi SAW
o. Perkembangan Ilmu Hadits
p. Bid’ah Hasanah al-Imam Ahmad bin Hanbal
Hadis ini kemudian dikuatkan oleh seorang ulama wahabi kontemporer bernama Syaikh
Muhammad bin Shalil Al-Ustaimin dalam kitabnya bahwa “semua bid’ah adalah sesat”
bersifat general, umum dan menyeluruh terhadap seluruh jenis bid’ah, tanpa terkecuali. Al-
Nawawi berkata bahwa hadis “semua bid’ah adalah sesat” menunjukkan kata-kata umum yang
dibatasi jangkauannya. Jadi bukan semuabid’ah itu sesat. Ada beberapa lafadz kullun dalam al-
Qur’an itu berarti sebagian bukan keseluruhan, seperti ayat yang berbunyi malikun ya’khudzu
kulla safiinatin ghasban (seorang raja akan merampas setiap perahu), padahal perahunya
nabi Hidzir tidak dirampas. Para ulama membagi bid’ah menjadi dua, bid’ah hasanah (baik)
dan bid’ah sayyi’ah (buruk). Lebih rinci lagi bid’ah itu terbagi menjadi lima ; wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah.