Anda di halaman 1dari 6

Ustaz Ahmad Sarwat Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia

Apa itu as-sunnah penting untuk diketahui, terutama bagi umat islam yang

tersebar di seluruh penjuru dunia. As-sunnah sendiri adalah segala sesuatu yang

bersumber dari nabi Muhammad, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, ataupun

penetapan, dan sifat tubuh, juga akhlak sebagai tasyri’ atau persyari’atan umat

islam.

Secara bahasa, kata sunnah dipahami dengan beragam arti serta bermacam

penggunaan, di antaranya: • At-thariqah ( ‫)الّط ِر يقُة‬: tata cara. • Al-‘adah (‫)العادُة‬: adat atau

kebiasaan. • As-sirah (‫)الِّسيرُة‬: perilaku. Di dalam hadits Nabawi disebutkan istilah sunnah

dengan makna bahasa, misalnya: ‫من سّن ِفي ااإلسالِم ُس ّن ًة حسنًة فلُه أجُرها وأجُر من عِمل ِبها بعدُه ِمن غيِر‬

‫ ومن سّن ِفي ااإلسالِم ُس ّن ًة سِّيئًة فعليِه ِو زُرها وِو زُر من عِمل ِبها بعدُه ِمن غيِر أن ينُقص ِمن‬. ‫أن ينُقص ِمن ُأُجوِر ِهم شيٌء‬

‫" أوزاِر ِهم شيٌء‬Siapa menjalani memulai dalam Islam kebiasaan yang baik, maka baginya

pahala amalnya dan pahala dari orang yang mengerjakan dengannya tanpa dikurangi

dari pahala mereka. Dan siapa memulai kebiasaan yang buruk dalam Islam maka dia

mendapat dosa dari amalnya dan dosa orang yang mengerjakan keburukan karenanya

tanpa mengurangi dari dosa-dosa mereka." (HR. Muslim) Makna Sunnah Menurut

Berbagai Disiplin Ilmu Istilah sunnah adalah istilah yang banyak digunakan oleh

berbagai disiplin ilmu dengan makna dan pengertian yang berbeda dan tidak saling

berhubungan. Dan kesalahan dalam menempatkan makna sesuai dengan disiplin ilmu

justru seringkali membuat banyak umat Islam terjebak dalam perdebatan yang tidak

ada habisnya. Sunnah Menurut Ilmu Ushul Fiqih Dalam pembahasan ini, istilah sunnah

yang kita pakai menurut istilah disiplin ilmu ahli ushul, bukan menurut ahli fiqih. Menurut

disiplin ilmu ushul, sunnah adalah : ‫ ما ورد عِن الّن ِبِّي‬ ‫ ِمن قوٍل أو ِفعٍل أو تقِر يٍر‬Segala yang
diriwayat dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam baik berupa perkataan, perbuatan atau

taqrir (sikap mendiamkan sesuatu yang dilihatnya). Dengan kata lain, pengertian

sunnah menurut disiplin ilmu ushul fiqih sama dengan pengertian hadits dalam ilmu

hadits.Rasulullah SAW pernah menggunakan istilah sunnah dengan maksud untuk

menyebutkan sumber kedua dari agama Islam. :‫لقد تركُت ِفيُك م أمريِن لن تِض ُّلوا أبًد ا ما ِإن تمّسكُت م ِبِه ما‬

‫" ِكتاب ِهللا وُس ّن ِة رُسوِلِه‬Sungguh telah aku tinggalkan dua hal yang tidak akan membuatmu

sesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah

rasulnya." (HR Malik) Sunnah Menurut Ilmu Fiqih Sedangkan pengertian sunnah

menurut para ahli fiqih adalah : ‫ ما ُيثاُب فاِع اُلُه وال ُيعاقُب تاِر ُك ُه‬Segala tindakan dimana

pelakunya mendapat pahala dan yang tidak melakukannya tidak berdosa. Para ahli fiqih

sering menggunakan istilah sunnah sebagai nama dari suatu status hukum. Misalnya

ada shalat fardhu dan ada shalat sunnah. Shalat fardhu itu bila dikerjakan akan

mendatangkan pahala sedangkan bila tidak dikerjakan akan mendatangkan dosa.

Sedangkan shalat sunnah bila dikerjakan mendapatkan pahala tapi bila tidak dikerjakan

tidak berdosa. Dari perbedaan definisi sunnah di atas, kita harus membedakan antara

sunnah Nabi dengan perbuatan yang hukumnya sunnah. Kita ambil contoh yang

mudah. Nabi disebutkan dalam banyak hadits punya penampilan yang khas, seperti

berjenggot, berjubah, bersorban, pakai selendang hijau, berambut panjang,

berpegangan pada tongkat saat berkhutbah, makan dengan tiga jari, mengunyah 33

kali. Kemudian, beristinja menggunakan batu, minum susu kambing mentah tanpa

dimasak yang diminum bersama banyak orang dari satu wadah, mencelupkan lalat ke

dalam air minum, dan banyak lagi. Semua itu kalau dilihat dari pengertian sunnah

dalam ilmu ushul fiqih, memang merupakan perbuatan Nabi. Akan tetapi kalau dilihat
dari Ilmu Fiqih, meski sebuah perbuatan itu dilakukan oleh Nabi, secara hukum belum

tentu menjadi sunnah yang berpahala bila dikerjakan. Kadang perbuatan Nabi secara

hukum menjadi wajib bagi umat Islam, seperti sholat lima waktu, puasa Ramadhan,

berhaji ke Baitullah, dan lainnya. Tetapi perbuatan Nabi hukumnya hanya menjadi

sunnah, seperti shalat Tahajjud, shalat Dhuha, puasa Senin Kamis, puasa hari Arafah,

puasa 6 hari bulan Syawwal dan lainnya. Bila seorang muslim mengerjakannya tentu

mendapat pahala, tetapi bila tidak dikerjakan, dia tentu tidak akan berdosa, karena

hukumnya sunnah. Kadang perbuatan yang dilakukan oleh Nabi malah haram

hukumnya bagi umat Islam, misalnya ketika Nabi berpuasa wishal, yaitu puasa yang

bersambung-sambung beberapa hari tanpa berbuka. Juga haram hukumnya bagi umat

Islam untuk beristri lebih dari 4 orang, padahal beliau beristrikan 11 wanita. Dan dalam

beberapa kasus, kadang apa yang dihalalkan buat umat Islam justru diharamkan bagi

Rasulullah SAW dan keluarga beliau, misalnya menerima harta zakat. Maka bisa kita

simpulkan bahwa Sunnah Nabi dalam arti perbuatan beliau belum tentu lantas

hukumnya menjadi sunnah juga buat umatnya. Sunnah Menurut Ahli Kalam Para ulama

ahli kalam juga sering menggunakan istilah sunnah untuk menyebutkan kelompok yang

selamat aqidahnya, sebagai lawan dari aqidah yang keliru dan sesat. Mereka

menggunakan istilah ahlussunnah, untuk membedakan dengan ahli bid’ah, yang

maksudnya adalah aliran-aliran ilmu kalam yang dianggap punya landasan aqidah yang

menyimpang dari apa yang telah digariskan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat.

Maka kita mengenal istilah "Sunni" untuk umat yang beraqidah lurus dan seusai dengan

ajaran Nabi SAW, dan membuat istilah syi'ah, muktazilah, qadariyah, jabariyah,

khawarij, dan lainnya untuk menegaskan bahwa aliran-aliran itu tidak sesuai dengan
apa yang disunnahkan oleh Nabi.

KEDUDUKAN DAN FUNGSI AS-SUNNAH DALAM SYARIAT ISLAM

Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah sepakat bahwa as-Sunnah merupakan hujjah dan salah satu sumber
syariat Islam. Hal tersebut didasarkan pada:

A. al-Qur’an

Sangat banyak ayat dalam al-Qur’an yang menunjukkan bahwa as-Sunnah merupakan hujjah. Dan ayat-
ayat ini mempunyai banyak jenis, dan terkadang ayat yang satu mengandung lebih dari satu jenis.

1. Yang menunjukkan wajibnya beriman kepada Nabi Muhammad r

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya” (Q.S. An–Nisaa: 136).

2. Yang menunjukkan bahwa Rasulullah r menjelaskan isi kandungan al-Qur’an

Allah Y berfirman (artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (Q.S. an–Nahl: 44).

3. Yang menunjukkan wajibnya taat kepada Rasulullah r secara mutlak dan ketaatan kepadanya merupakan
perwujudan ketaatan kepada Allah serta ancaman bagi yang menyelisihi dan mengubah sunnahnya

Firman Allah U (artinya), “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah...” (QS. al–Hasyr: 7). Juga firman Allah I dalam surah An–Nisaa: 80 dan An Nuur: 63.

4. Yang menunjukkan wajibnya mengikuti serta beruswah kepada beliau r dan mengikuti sunnahnya
merupakan syarat untuk meraih mahabbatullah

Firman Allah Y (artinya), “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu...” (Q.S.
33: 21).

Firman Allah Y (artinya), “Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali Imran: 31).

5. Yang menunjukkan bahwa Allah U memerintahkan kepada beliau r untuk mengikuti firman-Nya dan
menyampaikan seluruh wahyu serta penegasan bahwa beliau telah melaksanakan perintah tersebut dengan baik

Allah U berfirman (artinya), “… dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu.” (QS. Al–Ahzab: 1-2).

Firman Allah U (artinya), “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (QS. Al Maaidah: 67).
Kabar yang beliau r sampaikan bahwa beliau diberikan wahyu dan apa yang
beliau sampaikan merupakan syariat Allah, karenanya mengamalkan as-Sunnah
berarti mengamalkan al-Qur’an. Dan Iman tidak akan sempurna kecuali setelah
mengikuti sunnahnya dan tidak ada yang bersumber dari beliau kecuali baik dan
benar. Rasulullah ` bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya telah diberikan
kepadaku al–Kitab (al-Qur’an) dan yang semisal dengannya (as-Sunnah)…..“
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah).

Rasulullah ` juga bersabda, ”Barangsiapa yang taat kepadaku sungguh ia telah taat kepada Allah dan siapa
yang bermaksiat kepadaku sungguh dia telah bermaksiat kepada Allah…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kesepakatan Ulama

Ada juga kesepakatan ulama yang memperkuat kedudukan as-sunnah di


samping alquran sebagai pegangan, untuk kehidupan sehari-hari.

Dengan kedudukannya yang penting selain alquran, umat islam perlu


mengetahui dulu apa itu as-sunnah. Apalagi, tidak mungkin bagi seseorang
untuk memahami secara rinci syariat dan hukum-hukum jika hanya berpegang
pada al quran saja.

Dengan demikian, bisa dikatakan jika as-sunnah memiliki kedudukan yang


penting karena dibutuhkan untuk memperjelas dan mempertegas ayat-ayat di
dalam al quran

Kedudukan sunnah sebagai sumber hukum Islam memang sudah disepakati umat Islam.
Mayoritas para ahli hadits dan fuqaha klasik sepakat bahwa sunnah Nabi adalah wahyu dari
Allah SWT, setidaknya sebagai wahyu yang khafi (tersembunyi).

hukum dalam Islam harus berdasarkan sumber-sumber hukum yang


telah dipaparkan ulama. Sumber-sumber hukum islam terbagi menjadi
2: sumber primer dan sumber
sekunder. Alquran dan sunnah merupakan sumber primer. Hukum-
hukum yang diambil langsung dari Alquran dan Sunnah sudah tidak
bertambah dan disebut sebagai syariah.

Adapun sumber hukum sekunder yaitu ijmak, qiyas, dan sumber


hukum lain. Hukum-hukum yang diambil dari sumber sekunder
disebut fikih. Ijmak dan qiyas merupakan sumber hukum yang
disepakati oleh empat mazhab
Sumber Hukum Islam Muhtalaf

Istishan ( Mengapkan Sesuatu Itu baik)

Maslaha Mursala

Istihab

Saddudz Dzariah

Urf

Syar’U Mangqoblana

Mazhab Sahabi

Anda mungkin juga menyukai